Jakarta
Jakarta
sebagai
(Undang-undang
bersifat
lokal,
daerah
No.
perkotaan
10
tahun
Regional,
dengan
1964),
Nasional
status
Ibukota
mempunyai
fungsi
dan
Internasional,
dengan masyarakatnya yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam dengan jenis kehidupan yang berbedabeda. Demikian pula kualitas hidup manusia sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendapatannya dan kondisi pemukimannya,
termasuk lingkungan hidupnya.
Wilayah Jakarta adalah seluas + 656,34 km2, termasuk Kepulauan Seribu, mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata
sepanjang tahun 27 C dan kelembaban 80% sampai dengan 90%.
Arah angin di kota ini dipengaruhi oleh angin muson. Dari bulan Nopember sampai dengan bulan April bertiup angin Muson
Barat, dan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober bertiup
angin Muson Timur. Keadaan sehari-hari dipengaruhi oleh angin
laut. Curah hujan sepanjang tahun adalah rata-rata 2.000 mm.
Curah hujan tertinggi terjadi di sekitar bulan Januari dan
yang terendah sekitar bulan September.
Wilayah DKI Jakarta letaknya landai dengan ketinggian kurang dari 7 meter dari permukaan laut, bahkan di daerah bagian
pantai
rata-rata
merupakan
daerah
rawa-rawa
atau
daerah
257
menjadi bagian Timur dan Barat. Letak yang landai ini kurang
menguntungkan terhadap pembangunan drainase dan saluran air
buangan sehingga sering terjadi banjir di musim hujan.
Daerah khusus Ibukota Jakarta secara administratif adalah
setingkat dengan Propinsi/Daerah Tingkat I. Berbeda dengan
Propinsi/Daerah Tingkat I yang lain, DKI Jakarta tidak terbagi atas daerah Otonom Tk. II, melainkan hanya terbagi atas 5
Wilayah Kota yang masing-masing dipimpin oleh seorang Walikota yang bertanggungjawab kepada Gubernur dan terdiri dari 30
kecamatan dan 236 kelurahan.
Pada tahun 1980 jumlah penduduk DKI Jakarta adalah sekitar 6.503.449 jiwa, dengan pertambahan penduduknya selama periode 9 tahun terakhir sebesar 4% per tahun (2,3% kenaikan
alami dan 1,7% kenaikan migrasi). Kepadatan penduduk rata-rata adalah 9.909 jiwa per km2; kepadatan yang tertinggi adalah
di wilayah Jakarta Pusat, yaitu sebesar 22.682 jiwa per km2,
sedang kepadatan yang paling rendah terdapat di wilayah Jakarta Utara, yaitu sebesar 7.011 jiwa per km2.
Berdasarkan sensus 1980 jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta adalah sebesar 1.952.988 orang, yaitu sebanyak 1.781.160
orang bekerja dan 171.828 orang pencari kerja, berarti tingkat pengangguran adalah 8,8%.
Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan indikator Produk
Domestik Regional Bruto, selama 5 tahun terakhir (1975-1980)
adalah menggembirakan, yaitu hampir 10% rata-rata per tahunnya. Tingkat pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata
pertumbuhan tingkat nasional. Disadari bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, antara lain kebijaksanaan ekonomi dan moneter Pemerintah, baik secara na-
258
sional maupun daerah, situasi ekonomi internasional dan sebagainya. Berdasarkan prospek perekonomian nasional untuk waktu
mendatang laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dalam Repelita
IV direncanakan sebesar 5,5% per tahun.
Terlepas dari tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, sektor Perdagangan dan Jasa tetap paling besar
sumbangannya
kepada
perekonomian
kota
ini.
Tingginya
tingkat pertumbuhan dan besarnya peranan sektor tersebut dalam tata ekonomi kota, akan dipadukan dan dibarengi dengan
peningkatan kemampuan penyerapan tenaga kerja.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Pembangunan yang telah dilaksanakan dalam Repelita III,
secara keseluruhan telah menunjukkan hasil-hasil positif yang
telah dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, walaupun harus
diakui bahwa di sana sini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Stabilitas sosial, politik, dan keamanan yang merupakan
prasyarat pembangunan dalam Repelita III telah dapat dicapai
dan dilalui dengan memuaskan, walaupun diakui bahwa selama
Repelita III tersebut masih terdapat gangguan sosial dan keamanan yang berupa kenakalan remaja, peristiwa-peristiwa kriminil, kerusuhan menjelang Pemilu 1982, namun semuanya dapat
diatasi dan telah dapat dilokalisir sehingga tidak menimbulkan kegoncangan-kegoncangan yang mengganggu jalannya Pemerintahan dan Pembangunan.
Usaha-usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah dapat
dicapai
dan
cukup
mengesankan.
Tingkat
pertumbuhan
ekonomi
daerah selama periode 1975-1980 telah mencapai rata-rata hampir 10 % per tahun. Sedang bila diukur dengan tingkat kemakmuran rata-rata per tahun, pendapatan per kapita pada tahun
259
kemakmuran
negara-negara
yang
berpenghasilan
mene-
ngah. Bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1979 telah terdapat peningkatan sebesar 37,5%.
Upaya penciptaan iklim yang baik bagi kegiatan usaha/ekonomi juga telah berhasil. Di samping berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, Jakarta juga berhasil menarik
47,91%
investasi
dan
luar
negeri
investasi
hingga
nasional
mencapai
sebesar
jumlah
18,87%
dari
sebesar
jumlah
investasi di Indonesia.
Tingkat
kesejahteraan
yang
diukur
dengan
pola
konsum-
masyarakat
yang
dikeluarkan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
pemerataan
yang
hasil-hasil
dilakukan
juga
pembangunan
menampakkan
berdasarkan
hasil-hasil
yang
lebih baik dari pada periode sebelumnya (tahun 1981 Gini Ratio adalah 0,2176 dan tahun 1978 adalah 0,35498, di mana ratio yang mendekati 0 menunjukkan tingkat pemerataan yang lebih baik).
Stabilitas ekonomi di Jakarta yang menyangkut perdagangan
terutama dalam usaha memperlancar arus barang dari produsen
ke konsumen serta penyediaan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari selama periode Repelita III relatif baik.
260
Tingkat
inflasi selama periode Repelita III di Jakarta rata-rata adalah 11,12% per tahun yaitu suatu angka yang lebih rendah dari
angka nasional.
Perkembangan
struktur
ekonomi
daerah
menunjukkan
bahwa
sektor perdagangan dan jasa termasuk jasa perbankan masih tetap memegang peranan utama, yaitu 60 % dari produk domestik
regional bruto. Sektor industri baik besar, sedang, maupun
kecil menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
Suasana kerukunan kehidupan beragama telah dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan selama Repelita III. Pola penyediaan tempat-tempat beribadah maupun pembangunan fasilitasfasilitas
keagamaan
lainnya
menunjukkan
peningkatan,
ka-
rena adanya partisipasi masyarakat yang nyata di samping bantuan yang diberikan pemerintah.
Pembangunan bidang pendidikan selama Repelita III telah
menunjukkan adanya peningkatan yang meliputi antara lain mutu
pendidikan yang erat kaitannya dengan penyebaran pelayanan,
khususnya bagi anak usia sekolah 7 - 12 tahun. Sampai dengan
akhir Repelita III pengadaan Gedung SD telah mampu menyerap
98 $ anak didik. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan telah diadakan penataran-penataran untuk guru-guru serta penyediaan alat-alat peraga dan alat-alat bantu pendidikan seperti
laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda secara umum telah berhasil menambah bekal idealisme, kepemimpinan, patriotisme, disiplin pribadi, berbudi luhur, kepeloporan, serta kesegaran jasmani dan daya kreasi, di samping berbagai keterampilan.
Kegiatan-kegiatan
berbagai
pembinaannya
dilaksanakan
melalui
meratakan
dan
mendekatkan
pelayanan
masyarakat
melalui
koordinasi
pembinaan
wilayah
terhadap
kota,
instansi
kecamatan,
vertikal,
dan
pe-
kelurahan
dengan
selalu
meningkat
sesuai
dengan
kondisi
keuangan negara. Realisasi pendapatan daerah baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sendiri
262
selama Repelita III telah mencapai perkembangan yang menggembirakan, yakni terdapat kenaikan rata-rata 32 % per tahun.
Mengenai belanja daerah, dalam Repelita III selalu diusahakan agar belanja pembangunan lebih besar dari belanja rutin. Prioritas belanja rutin diberikan pada belanja pegawai,
barang, dan kemudian menyusul pemeliharaan, sedangkan dalam
belanja pembangunan, skala prioritas terletak pada bidang sosial, kemudian menyusul bidang ekonomi dan bidang umum.
Untuk belanja rutin alokasi anggaran rata-rata setiap tahun naik dengan 16,38 %, sedangkan belanja pembangunan selama
Repelita III naik dengan rata-rata 10,29 % tiap tahunnya. Untuk belanja pembangunan setiap tahun realisasinya antara 7580 %.
Pertumbuhan dan arah perkembangan fisik kota Jakarta selama 15 tahun tidak sepenuhnya mengikuti pola pentahapan perkembangan fisik sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Induk
1965 - 1985, melainkan banyak ditentukan oleh pola kemudahankemudahan prasarana yang ada. Demikian pula perkembangan jumlah penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan sosial
ekonominya
mengakibatkan
timbulnya
konsentrasi-konsentrasi
menimbulkan
penggunaan-penggunaan
tanah
atau
peman-
faatan tanah yang tidak efisien dan efektif. Ketentuan-ketentuan yuridis formal yang menyangkut pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas tanah/lahan perkotaan inipun sepenuhnya
mantap. Bagian-bagian kota tertentu digunakan secara intensif
atau berlebihan (padat, tidak sehat, lahan sempit), sedang
bagian lain digunakan secara tidak optimal, bahkan beberapa
bagian masih belum dimanfaatkan. Perkembangan nilai-nilai demikian telah menimbulkan masalah-masalah yang mendasar dalam
pengadaan tanah untuk pembangunan.
Kondisi perumahan di Jakarta menunjukkan kurang lebih 50%
merupakan
buruk,
lingkungan
yang
perumahan
lokasinya
justru
dengan
pada
bangunan
rumah-rumah
bagian-bagian
kota
yang
instansi-instansi
Pemerintah
dan
ABRI.
Selebihnya
sebagian
sosial
teknis
dan
terbesar
ekonominya
terdiri
lemah.
dari
Persyaratan
kelompok
formal
yang
atas
tingkat
ketentuan
sebagainya)
dirasakan
masih
belum
terjangkau
kelompok
tingkat sosial-ekonomi lemah, sehingga mengakibatkan tumbuhnya perkembangan perumahan yang tidak terkontrol.
Masalah
pengadaan
tanah
yang
belum
terpecahkan
secara
raya.
Keterbatasan-keterbatasan
ruang
gerak
pada
ja-
lur/jaringan jalan yang ada bukan saja merupakan masalah pengelolaan lalu-lintas dalam kota melainkan juga dalam angkutan barang regional atau antar kota. Pemadatan-pemadatan di
sekitar pintu keluar masuk pada pinggiran kota telah merangsang
pertumbuhan
yang
tidak
terkendali
yang
mempengaruhi
struktur kota.
Masalah fasilitas parkir di dalam kota sementara ini belum terpecahkan secara terpadu dan mendasar, sehingga masih
merupakan masalah bagi kelancaran lalu-lintas.
Penyebaran pusat-pusat kegiatan masih belum mengikuti pola peranan dan fungsi pelayanannya, baik dilihat dari tingkat
pelayanan nasional, regional, lokal maupun jenis-jenis kegi265
atannya. Hambatan-hambatan yang masih dirasakan dalam menumbuhkan pusat-pusat perdagangan dan jasa yang baru, yang terpadu dengan pola pemukiman dan transportasinya, telah memperkuat kecenderungan-kecenderungan tumbuhnya pusat-pusat perdagangan
dan
jasa
pada
konsentrasi
pemadatan
dan
kemudahan-
juga
akan
merangsang
timbulnya
pemukiman-pemukiman
utama
yang
tidak
menguntungkan.
Masalah
pokok
yang
timbul adalah belum terpenuhinya realisasi sistem pengendalian banjir secara makro. Pemecahan yang telah dilakukan lebih
banyak bersifat pemecahan lokal dan belum secara menyeluruh.
Di samping aspek sistem makronya maka sistem mikro di wilayah
perkotaan dihadapkan pada masalah semakin padatnya bangunan,
sempitnya jalur-jalur resapan ditambah pula oleh kenyataankenyataan tingkah laku sosial masyarakat, dan hal tersebut
menambah
kurang
membantunya
penyelesaian
sistem
makro
baik
liter/orang/hari,
sedangkan
dalam pelayanan
selebihnya
baru mencapai
didapat
dari
85
sumber-
Sebagian sungai-sungai yang mengalir di dalam kota Jakarta telah mengalami pencemaran baik akibat buangan industri
dan rumah tangga maupun akibat pencemaran yang terjadi di daerah atasnya (upstream). Dengan demikian bukan saja kualitasnya yang cenderung menurun, bahkan pada musim kemarau kuantitasnya juga sangat kecil. Mengingat hal tersebut di atas
maka pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat kota
Jakarta masih akan sangat tergantung pada sumber-sumber air
di luar wilayah administrasi DKI Jakarta, dan hal ini memerlukan pemecahan secara regional.
Masalah-masalah sampah dan air limbah pada saat ini belum
dapat ditanggulangi secara tuntas, hal ini disebabkan karena
kurangnya sarana yang tersedia dan juga karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan anti kebersihan. Sampai saat ini
kemampuan
untuk
menanggulangi
kira 17.000
sampah
baru
mencapai
kira-
koordinasi
belum
sepenuhnya
berjalan
dengan
baik
JABOTABEK,
bukan
saja
keterpaduan
perencanaan
antar
daerah (DKI Jakarta dan Jawa Barat) melainkan juga keterpaduan dengan program-program sektoral pusat di kawasan tersebut.
267
dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan
Pembangunan
Wila-
yah JABOTABEK, sehingga pembangunan DKI Jakarta sekaligus dapat mendorong pembangunan di daerah sekitarnya.
2.
268
aspek manusia antara lain yang menyangkut peningkatan pendayagunaan sumber daya manusia yang mencakup kemantapan mental,
ideologi dan tingkat kesadaran yang mantap. Di samping itu
pembangunan juga akan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang meliputi aspek-aspek kuantitas, kemampuan pribadi masing-masing serta lingkungan kehidupan perkotaannya. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut maka peningkatan
kemampuan aparatur pemerintah akan lebih ditingkatkan.
Dalam pengembangan fisiknya, pertumbuhan kota akan diarahkan ke barat dan timur sehingga dapat terwujud keseimbangan lingkungan dan alamnya untuk mencapai suatu kehidupan kota
yang lestari, harmonis dan berkesinambungan. Hal ini berarti
bahwa usaha perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat maupun penyediaan prasarana dan sarana akan terus ditingkatkan
sampai dapat memenuhi kebutuhan yang memadai.
Hambatan-hambatan
pembangunan
khususnya
yang
menyangkut
yang
atas tanah/lahan perkotaan perlu lebih ditingkatkan dan ditetapkan, sehingga usaha-usaha pembangunan fisik maupun peningkatan keadaan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Untuk menanggulangi masalah tekanan penduduk di kota Jakarta khususnya, karena adanya arus pendatang dari luar, maka
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan
"JABOTABEK",
harus
khususnya
tanaman
jenis
hortikultura/tanaman
hias
yang selanjutnya didorong untuk diekspor. Khusus untuk komoditi sayuran akan dikembangkan 17 komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Di bidang perikanan khususnya perikanan laut akan terus
dikembangkan terutama dengan membangun pusat kegiatan perikanan di pelabuhan perikanan Samudera Jakarta dan pangkalan
pendaratan
ikan
diharapkan
kondisi
ditingkatkan.
270
Muara
Angke.
Dengan
nelayan/petani
sarana
ikan
usaha
akan
tersebut
dapat
lebih
Pembangunan peternakan akan terus dikembangkan, yaitu peternakan sapi perah dan jenis ternak besar dan kecil lainnya
serta unggas, khusus di daerah-daerah pinggiran/jalur hijau.
Peningkatan
produksi
diversifikasi
melalui
usaha,
pembinaan
usaha
pokok
intensifikasi
mutu
basil
ternak
dan
dan
pema-
sarannya akan terus ditingkatkan sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan atau kehidupan peternak.
Di bidang kehutanan usaha pembinaan kelestarian dan suaka
alam perlu terus diintensifkan. Sedangkan dalam rangka mendorong pemasaran kayu dan tersedianya bahan bangunan, terutama
dari kayu, baik untuk kepentingan daerah maupun nasional akan
diteruskan pembangunan pelabuhan kayu di Marunda.
Pembangunan
penanggulangan
di
bidang
banjir
akan
pengairan
terutama
dilanjutkan
dalam
dengan
rangka
pembangunan
dengan
usaha-usaha
penanggulangan
banjir,
serta
yang
bersifat
tinggi yang mempunyai derajat polusi rendah dan industri dengan derajat polusi relatif tinggi akan diarahkan di luar
wilayah
Jakarta.
diharapkan
akan
Dalam
rangka
ditangani
membina
melalui
para
industri
pembangunan
kecil
sentra-sentra
industri kecil
271
seperti
di
Penggilingan,
sehingga
mempermudah
pembinaannya
secara terpadu.
Usaha sistem pembinaan anak angkat-bapak angkat juga akan
terus digalakkan sehingga dapat saling mendorong dan membantu
pertumbuhan
industri
besar
dan
kecil.
Peningkatan
promosi
Peningkatan
keterampilan,
manajemen,
maupun
bantuan
gejala
penurunan-penurunan
permukaan
tanah
dan
meningkatkan
bidang
kelistrikan
akan
dilanjutkan
pembangunan gardu induk sebanyak 9 buah, gardu distribusi sebanyak 2.300 buah, gardu hubung sebanyak 15 buah, jaringan
distribusi primer sepanjang 1.400 km, jaringan distribusi sekunder 5.500 km dan tambahan fasilitas pelayanan tempat pembayaran
rekening
sebanyak
700
buah
serta
tempat
pelayanan
272
Di bidang angkutan udara diharapkan sudah bisa mulai dioperasikan pelabuhan udara internasional yang baru di Cengkareng.
Dalam
rangka
peningkatan
pelayanan
jasa
telekomunikasi
akhir
Repelita
IV
diharapkan
kapasitas
STO
terpasang
dan
untuk
meluaskan
rangkaian
pelayanannya
maka
pelayanan
pos
di
pelabuhan
udara
Cengkareng
serta
akan
kamar
hotel
diharapkan
dapat
menampung
jumlah
administrasi termasuk
273
penyempurnaan
perundang-undangan
dan
peraturannya,
penyeder-
penyempurnaan
lembaga
perdagangan
dan
pemasaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil-hasil produksi. Demikian
pula akan dilanjutkan usaha-usaha perluasan pasaran barangbarang produksi dalam negeri melalui pameran-pameran dagang
dan
penyebarluasan
informasi
pasar,
perlindungan
konsumen
kemampuan
lanjutkan.
organisasi,
Upaya
tatalaksana,
peningkatan
itu
tetap
dan
usaha
akan
akan
di-
diprioritaskan
274
Untuk mendukung upaya peningkatan di atas, akan diusahakan adanya penyempurnaan dalam metoda, materi dan penyelenggaraan pendidikan, penataran dan latihan keterampilan pengurus,
badan
pemeriksa,
penyempurnaan
cara
terdidik/terlatih
bantuan
yang
yang
manajer,
pemberian
kepada
KUD
dimaksud.
mendukung
dan
bantuan
yang
Untuk
pengembangan
karyawan
tenaga
dianggap
menciptakan
kehidupan
koperasi
serta
manajemen
yang
masih
memerlukan
iklim
masyarakat
koperasi
yang
sehat,
dunia
usaha
dan
investasi
bersifat
lebih
dan
berkembang
dengan
baik
dan
saling
menunjang.
Dorongan dan rangsangan tersebut meliputi seluruh aspek kegiatan baik yang formal maupun yang non formal. Usaha tersebut
antara
asosiasi
lain
pengusaha
mengadakan
untuk
kerjasama
bersama-sama
dengan
membina
KADIN
sektor
dan
swasta
Indonesia
akan
ditingkatkan
khususnya
untuk
bidang-bidang
wisma
seni
yang
dimaksudkan
untuk
pengembangan
kebudayaan dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan kebudayaan nasional, di samping peningkatan dan pembinaan kesenian tradisional. Sedangkan dari segi pelestarian,
penyelamatan serta pemugaran nilai-nilai seni budaya bangsa
ditempuh melalui pemeliharaan penggalian-penggalian arkeologi
dan lain sebagainya.
Pembinaan dan pengembangan kepada generasi muda tetap dilaksanakan melalui berbagai sarana/wadah kepemudaan yang ada,
di
samping
pembinaan
yang
dilaksanakan
melalui
jalur-jalur
khusus seperti penataran-penataran kepemimpinan dan organisasi OSIS, konsolidasi pelajar, dan penataran pemuka pemuda.
Di
segi
lain
dilaksanakan
pula
penataran-penataran
melalui
dengan
pengembangan
beberapa
kegiatan
antara
lain
bidang olah raga ini dimaksudkan untuk dapat mencapai prestasi olah raga di dunia nasional maupun internasional, di samping memasyarakatkan olah raga dan mengolah-ragakan masyarakat.
Dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 10 Puskesmas dan 100 Puskesmas Pembantu dengan standar khusus yang
disesuaikan dengan pelayanan kesehatan bagi daerah berpenduduk padat. Untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui peningkatan fungsi Puskesmas dan peranserta masyarakat akan ditingkatkan pula penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain
itu akan ditingkatkan berbagai kegiatan yang terutama ditujukan untuk kelompok ibu dan anak yaitu kesejahteraan ibu dan
anak, imunisasi, gizi, keluarga berencana dan pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan akan
ditingkatkan dan dikembangkan RSU dr. Cipto Mangunkusumo, RSU
Persahabatan, RSU Fatmawati, RSU yang ada, dan di samping itu
akan dilaksanakan peningkatan RS Sunter dart kelas C menjadi
kelas C+, pembangunan sebuah RSU bare, serta akan dibangun RS
Kanker. Selanjutnya akan ditingkatkan pula pelayanan kesehatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan.
Untuk menjamin tercapainya sistem pengadaan dan distribusi ubat pada unit-unit pelayanan kesehatan dibangun beberapa
sarana penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan.
Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan
278
pemberantasan penyakit menular antara lain diare, demam berdarah, tbc paru-paru, penggalakan imunisasi serta pengawasan
penyakit menular dan tak menular, peningkatan pengendalian,
pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan peningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin A, serta anemi gizi. Di samping itu pula akan ditingkatkan kesehatan lingkungan bagi semua penduduk. Dalam rangka
meningkatkan pembangunan sarana air bersih, terutama untuk
penduduk daerah pedesaan pinggiran akan dibangun 10 buah sumur artesis, 700 buah penampungan air hujan, 7.920 buah sumur
pompa tangan dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis lainnya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan khususnya tenaga paramedis akan dilakukan peningkatan jumlah lulusan, dengan melipat gandakan jumlah penerimaan bagi sekolah/akademi
yang ada dengan kelas paralel, dan pendidikan cepat pekarya
kesehatan serta meningkatkan sarana pendidikan dan pembangunan berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keperluannya.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, kegiatan program keluarga berencana dilanjutkan. Diharapkan dapat dicapai sejumlah kurang
lebih 1.402.000 peserta baru dan sekitar 705.000 peserta lestari. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk menjaga kelangsungan peserta program keluarga berencana yang sudah ada.
Dalam rangka pembangunan di bidang agama akan dilanjutkan
berbagai kegiatan yang pada dasarnya merupakan penunjang bagi
279
untuk
pembangunan/rehabilitasi
750
tempat
ibadah
berbagai agama.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan ditingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri
dan Madrasah Aliyah Negeri, serta Pendidikan Guru Agama Negeri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (termasuk Madrasah Ibtidaiyah Swasta)/penambahan ruang kelas, penyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan serta penataran guru berbagai bidang studi.
Usaha pembangunan di bidang hukum ditempuh langkah-langkah antara lain, pembangunan dan rehabilitasi sarana peradilan, lembaga pemasyarakatan dan lain sebagainya. Selanjutnya
penyelenggaraan penyuluhan hukum akan lebih ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat. Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum dan konsultasi
hukum untuk lapisan masyarakat yang kurang mampu akan lebih
dimantapkan. Sementara itu pelaksanaan operasi yustisi dalam
rangka penegakan hukum akan lebih ditingkatkan.
Di
bidang
penerangan
yang
bertujuan
untuk
mensukseskan
280
Di
bidang
kesejahteraan
sosial
akan
dilakukan
kegiatan
partisipasi
sosial
masyarakat;
dan
pengentasan
gelandangan,
korban
meningkatkan
narkotika,
penyantunan
tuna
susila,
kepada
lanjut
usia,
yatim
piatu,
anak
terlantar,
para cacat dan fakir miskin. Sebagai percontohan akan dibangun sebuah panti anak terlantar beserta fasilitas latihannya. Untuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di daerah pedesaan/ pinggiran akan
dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga pekerja sosial masyarakat. Pembinaan karang taruna akan ditingkatkan dan kegiatannya akan dipadukan dengan program generasi muda dan di samping itu ditingkatkan jumlah Karang Taruna baru. Peranan dan
fungsi wanita akan lebih digairahkan untuk menangani masalahmasalah kesejahteraan sosial.
Di bidang pembangunan perumahan rakyat akan dilanjutkan
pembangunan
perumahan
sederhana,
perumahan
susun
yang
murah
dan pengembangan lahan untuk pemukiman secara terarah khususnya di bagian barat dan timur kota.
Peningkatan
lingkungan
pemukiman, dilakukan
melalui
ke-
giatan-kegiatan :
a. Pelaksanaan
perbaikan
lingkungan
kota
(MHT
II)
pengelolaan
pembuangan
sampah
d.
Pengerukan
sampah-sampah
di
sungai,
pengerukan
alur
yang
dilakukan
masyarakat,
penyusunan
rencana
tata
ruang kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana kota dan rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan
hingga dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai landasan pelaksanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan
tertib tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Pembangunan DKI
Jakarta
diserasikan
dalam
rangka
pembangunan
wilayah
pem-
daerah,
maka
pembangunan
sektoral
ditunjang
dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimaksud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan
Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Bantuan
Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar.
282
TABEL
LUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
TAHUN 1980
Luas
Jumlah
Wilayah
Kecamatan
(km2)
Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
per km2
54,89
41
1.245.030
22.682
131,45
47
1.234.885
9.394
146,03
61
1.582.194
10.834
184,01
29
1.460.068
7.935
139,96
29
981.272
7.011
656,34
30
236
6.503.449
9.909
DKI JAKARTA :
283
PROPINSI
JAWA
BARAT
285