Anda di halaman 1dari 33

9.

DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA

9. DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


I. GAMBARAN UMUM
1. Keadaan Daerah
Jakarta
Negara
yang

sebagai

(Undang-undang
bersifat

lokal,

daerah
No.

perkotaan
10

tahun

Regional,

dengan
1964),

Nasional

status

Ibukota

mempunyai

fungsi

dan

Internasional,

dengan masyarakatnya yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam dengan jenis kehidupan yang berbedabeda. Demikian pula kualitas hidup manusia sebagian besar ditentukan oleh tingkat pendapatannya dan kondisi pemukimannya,
termasuk lingkungan hidupnya.
Wilayah Jakarta adalah seluas + 656,34 km2, termasuk Kepulauan Seribu, mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata
sepanjang tahun 27 C dan kelembaban 80% sampai dengan 90%.
Arah angin di kota ini dipengaruhi oleh angin muson. Dari bulan Nopember sampai dengan bulan April bertiup angin Muson
Barat, dan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober bertiup
angin Muson Timur. Keadaan sehari-hari dipengaruhi oleh angin
laut. Curah hujan sepanjang tahun adalah rata-rata 2.000 mm.
Curah hujan tertinggi terjadi di sekitar bulan Januari dan
yang terendah sekitar bulan September.
Wilayah DKI Jakarta letaknya landai dengan ketinggian kurang dari 7 meter dari permukaan laut, bahkan di daerah bagian

pantai

rata-rata

merupakan

daerah

rawa-rawa

atau

daerah

yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di tengah kota


mengalir sungai Ciliwung yang membagi wilayah DKI Jakarta

257

menjadi bagian Timur dan Barat. Letak yang landai ini kurang
menguntungkan terhadap pembangunan drainase dan saluran air
buangan sehingga sering terjadi banjir di musim hujan.
Daerah khusus Ibukota Jakarta secara administratif adalah
setingkat dengan Propinsi/Daerah Tingkat I. Berbeda dengan
Propinsi/Daerah Tingkat I yang lain, DKI Jakarta tidak terbagi atas daerah Otonom Tk. II, melainkan hanya terbagi atas 5
Wilayah Kota yang masing-masing dipimpin oleh seorang Walikota yang bertanggungjawab kepada Gubernur dan terdiri dari 30
kecamatan dan 236 kelurahan.
Pada tahun 1980 jumlah penduduk DKI Jakarta adalah sekitar 6.503.449 jiwa, dengan pertambahan penduduknya selama periode 9 tahun terakhir sebesar 4% per tahun (2,3% kenaikan
alami dan 1,7% kenaikan migrasi). Kepadatan penduduk rata-rata adalah 9.909 jiwa per km2; kepadatan yang tertinggi adalah
di wilayah Jakarta Pusat, yaitu sebesar 22.682 jiwa per km2,
sedang kepadatan yang paling rendah terdapat di wilayah Jakarta Utara, yaitu sebesar 7.011 jiwa per km2.
Berdasarkan sensus 1980 jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta adalah sebesar 1.952.988 orang, yaitu sebanyak 1.781.160
orang bekerja dan 171.828 orang pencari kerja, berarti tingkat pengangguran adalah 8,8%.
Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan indikator Produk
Domestik Regional Bruto, selama 5 tahun terakhir (1975-1980)
adalah menggembirakan, yaitu hampir 10% rata-rata per tahunnya. Tingkat pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata
pertumbuhan tingkat nasional. Disadari bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, antara lain kebijaksanaan ekonomi dan moneter Pemerintah, baik secara na-

258

sional maupun daerah, situasi ekonomi internasional dan sebagainya. Berdasarkan prospek perekonomian nasional untuk waktu
mendatang laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dalam Repelita
IV direncanakan sebesar 5,5% per tahun.
Terlepas dari tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, sektor Perdagangan dan Jasa tetap paling besar

sumbangannya

kepada

perekonomian

kota

ini.

Tingginya

tingkat pertumbuhan dan besarnya peranan sektor tersebut dalam tata ekonomi kota, akan dipadukan dan dibarengi dengan
peningkatan kemampuan penyerapan tenaga kerja.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Pembangunan yang telah dilaksanakan dalam Repelita III,
secara keseluruhan telah menunjukkan hasil-hasil positif yang
telah dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, walaupun harus
diakui bahwa di sana sini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Stabilitas sosial, politik, dan keamanan yang merupakan
prasyarat pembangunan dalam Repelita III telah dapat dicapai
dan dilalui dengan memuaskan, walaupun diakui bahwa selama
Repelita III tersebut masih terdapat gangguan sosial dan keamanan yang berupa kenakalan remaja, peristiwa-peristiwa kriminil, kerusuhan menjelang Pemilu 1982, namun semuanya dapat
diatasi dan telah dapat dilokalisir sehingga tidak menimbulkan kegoncangan-kegoncangan yang mengganggu jalannya Pemerintahan dan Pembangunan.
Usaha-usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah dapat
dicapai

dan

cukup

mengesankan.

Tingkat

pertumbuhan

ekonomi

daerah selama periode 1975-1980 telah mencapai rata-rata hampir 10 % per tahun. Sedang bila diukur dengan tingkat kemakmuran rata-rata per tahun, pendapatan per kapita pada tahun
259

1981 mencapai Rp 739.580,- atau US $ 757, atau sama dengan


tingkat

kemakmuran

negara-negara

yang

berpenghasilan

mene-

ngah. Bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1979 telah terdapat peningkatan sebesar 37,5%.
Upaya penciptaan iklim yang baik bagi kegiatan usaha/ekonomi juga telah berhasil. Di samping berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, Jakarta juga berhasil menarik
47,91%

investasi
dan

luar

negeri

investasi

hingga

nasional

mencapai

sebesar

jumlah

18,87%

dari

sebesar
jumlah

investasi di Indonesia.
Tingkat

kesejahteraan

yang

diukur

dengan

pola

konsum-

si masyarakat juga menunjukkan kemajuan. Pada tahun 1977 pendapatan

masyarakat

yang

dikeluarkan

untuk

pemenuhan

kebutuhan

makanan sebesar 50,59% sedangkan kebutuhan non makanan 49,41%.


Pada tahun 1982 keadaannya adalah 46,2% untuk kebutuhan makanan dan 53,8% untuk kebutuhan non makanan.
Tingkat
penelitian

pemerataan
yang

hasil-hasil

dilakukan

juga

pembangunan

menampakkan

berdasarkan

hasil-hasil

yang

lebih baik dari pada periode sebelumnya (tahun 1981 Gini Ratio adalah 0,2176 dan tahun 1978 adalah 0,35498, di mana ratio yang mendekati 0 menunjukkan tingkat pemerataan yang lebih baik).
Stabilitas ekonomi di Jakarta yang menyangkut perdagangan
terutama dalam usaha memperlancar arus barang dari produsen
ke konsumen serta penyediaan bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari selama periode Repelita III relatif baik.

260

Tingkat

inflasi selama periode Repelita III di Jakarta rata-rata adalah 11,12% per tahun yaitu suatu angka yang lebih rendah dari
angka nasional.
Perkembangan

struktur

ekonomi

daerah

menunjukkan

bahwa

sektor perdagangan dan jasa termasuk jasa perbankan masih tetap memegang peranan utama, yaitu 60 % dari produk domestik
regional bruto. Sektor industri baik besar, sedang, maupun
kecil menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
Suasana kerukunan kehidupan beragama telah dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan selama Repelita III. Pola penyediaan tempat-tempat beribadah maupun pembangunan fasilitasfasilitas

keagamaan

lainnya

menunjukkan

peningkatan,

ka-

rena adanya partisipasi masyarakat yang nyata di samping bantuan yang diberikan pemerintah.
Pembangunan bidang pendidikan selama Repelita III telah
menunjukkan adanya peningkatan yang meliputi antara lain mutu
pendidikan yang erat kaitannya dengan penyebaran pelayanan,
khususnya bagi anak usia sekolah 7 - 12 tahun. Sampai dengan
akhir Repelita III pengadaan Gedung SD telah mampu menyerap
98 $ anak didik. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan telah diadakan penataran-penataran untuk guru-guru serta penyediaan alat-alat peraga dan alat-alat bantu pendidikan seperti
laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda secara umum telah berhasil menambah bekal idealisme, kepemimpinan, patriotisme, disiplin pribadi, berbudi luhur, kepeloporan, serta kesegaran jasmani dan daya kreasi, di samping berbagai keterampilan.

Kegiatan-kegiatan

berbagai

pembinaannya

dilaksanakan

melalui

jalan seperti : OSIS, Karang Taruna, Gelanggang


261

Remaja, dan lain-lain.


Pembangunan bidang kesehatan selama Repelita III yang diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi warga kota DKI dirasakan sudah semakin baik, dengan jangkauan rumah sakit dan Puskesmas dalam rujukan medik
yang makin meningkat dan semakin merata ke seluruh pelosok
kota.
Kebijaksanaan kependudukan dan keluarga berencana di wilayah DKI Jakarta selama ini hasilnya juga menggembirakan.
Angka kelahiran pada tahun 1971 masih 4,4 %, sedangkan pada
tahun 1980 angka itu turun menjadi 3,4 %.
Di bidang usaha-usaha penyempurnaan dan peningkatan pelaksanaan tugas pemerintah antara lain telah diusahakan peningkatan mutu pelayanan. Di samping itu diusahakan pula untuk

meratakan

dan

mendekatkan

pelayanan

masyarakat

melalui

sistem terpadu dalam berbagai jenis pelayanan yang sejenis


atau saling berkaitan.
Usaha-usaha penyempurnaan dan peningkatan fungsi pembinaan wilayah yang telah dilaksanakan antara lain peningkatan
penyelenggaraan
ningkatan

koordinasi

pembinaan

wilayah

terhadap
kota,

instansi
kecamatan,

vertikal,
dan

pe-

kelurahan

termasuk perangkatnya akan dilanjutkan.


Pendapatan daerah terutama yang berasal dari daerah sendiri telah dapat ditingkatkan dengan memuaskan, demikian pula
pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat telah dapat direalisasikan

dengan

selalu

meningkat

sesuai

dengan

kondisi

keuangan negara. Realisasi pendapatan daerah baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sendiri
262

selama Repelita III telah mencapai perkembangan yang menggembirakan, yakni terdapat kenaikan rata-rata 32 % per tahun.
Mengenai belanja daerah, dalam Repelita III selalu diusahakan agar belanja pembangunan lebih besar dari belanja rutin. Prioritas belanja rutin diberikan pada belanja pegawai,
barang, dan kemudian menyusul pemeliharaan, sedangkan dalam
belanja pembangunan, skala prioritas terletak pada bidang sosial, kemudian menyusul bidang ekonomi dan bidang umum.
Untuk belanja rutin alokasi anggaran rata-rata setiap tahun naik dengan 16,38 %, sedangkan belanja pembangunan selama
Repelita III naik dengan rata-rata 10,29 % tiap tahunnya. Untuk belanja pembangunan setiap tahun realisasinya antara 7580 %.
Pertumbuhan dan arah perkembangan fisik kota Jakarta selama 15 tahun tidak sepenuhnya mengikuti pola pentahapan perkembangan fisik sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Induk
1965 - 1985, melainkan banyak ditentukan oleh pola kemudahankemudahan prasarana yang ada. Demikian pula perkembangan jumlah penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan sosial
ekonominya

mengakibatkan

timbulnya

konsentrasi-konsentrasi

pemukiman yang padat tanpa didukung oleh prasarana dan sarana


yang memadai. Hambatan-hambatan juga disebabkan oleh karena
belum sepenuhnya tercapai keterpaduan pelaksanaan rencana dan
pembangunan dengan daerah-daerah sekitarnya (BOTABEK).
Kebutuhan tanah/lahan untuk pembangunan baik perumahan,
fasilitas umum, prasarana, dan kebutuhan lainnya semakin meningkat dengan angka rata-rata bruto 600 ha per tahun. Sejalan dengan ini maka terjadi pula perkembangan nilai-nilai dalam kota, baik nilai tanah maupun nilai-nilai pasar lainnya.
263

Perkembangan nilai tanah (land value) tidak dibarengi dengan


perkembangan tingkat sosial ekonomi masyarakat terbanyak, sehingga

menimbulkan

penggunaan-penggunaan

tanah

atau

peman-

faatan tanah yang tidak efisien dan efektif. Ketentuan-ketentuan yuridis formal yang menyangkut pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas tanah/lahan perkotaan inipun sepenuhnya
mantap. Bagian-bagian kota tertentu digunakan secara intensif
atau berlebihan (padat, tidak sehat, lahan sempit), sedang
bagian lain digunakan secara tidak optimal, bahkan beberapa
bagian masih belum dimanfaatkan. Perkembangan nilai-nilai demikian telah menimbulkan masalah-masalah yang mendasar dalam
pengadaan tanah untuk pembangunan.
Kondisi perumahan di Jakarta menunjukkan kurang lebih 50%
merupakan
buruk,

lingkungan

yang

perumahan

lokasinya

justru

dengan
pada

bangunan

rumah-rumah

bagian-bagian

kota

yang

membutuhkan investasi sarana dan prasarana yang tinggi untuk


pencegahan banjir, air tercemar, dan sebagainya. Dari segi
sistem pengadaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan,
baru sekitar kurang lebih 25% yang dapat dilayani oleh sektor-sektor formal, yakni Real Estate, Perumnas, Bank Tabungan
Negara,

instansi-instansi

Pemerintah

dan

ABRI.

Selebihnya

(75 %) dipenuhi oleh kemampuan pengadaan secara perorangan,


yang

sebagian

sosial
teknis
dan

terbesar

ekonominya

terdiri

lemah.

dari

Persyaratan

kelompok
formal

yang

atas

tingkat

ketentuan

bangunan rumah (peraturan bangunan, prosedur perizinan

sebagainya)

dirasakan

masih

belum

terjangkau

kelompok

tingkat sosial-ekonomi lemah, sehingga mengakibatkan tumbuhnya perkembangan perumahan yang tidak terkontrol.
Masalah

pengadaan

tanah

yang

belum

terpecahkan

secara

mendasar telah mengakibatkan belum terwujudnya pola jaringan


264

jalan sebagaimana direncanakan untuk seluruh kota (penambahan


jalan 0,4 % per tahun), sedangkan dalam waktu yang bersamaan
telah tercatat pertambahan kendaraan bermotor sebesar 15 %
per tahun. Hal ini telah mengakibatkan penggunaan jalur-jalur
prasarana yang ada di luar batas kemampuan yang direncanakan.
Di samping itu arah perkembangan yang terjadi telah mengaburkan fungsi-fungsi dan peranan dari setiap jalur yang ada dan
juga perkembangan itu telah menimbulkan masalah pengelolaan
lalu-lintas yang kompleks.
Dalam segi angkutan umum penumpang, peranan angkutan kereta api kota masih sangat kecil peningkatannya dibandingkan
dengan populasi yang harus terangkut (baru + 1 %). Dengan demikian angkutan kota yang utama masih tetap angkutan umum jalan raya.
Dalam angkutan umum barang, peranan angkutan kereta apipun masih belum menonjol dibandingkan dengan peranan angkutan
jalan

raya.

Keterbatasan-keterbatasan

ruang

gerak

pada

ja-

lur/jaringan jalan yang ada bukan saja merupakan masalah pengelolaan lalu-lintas dalam kota melainkan juga dalam angkutan barang regional atau antar kota. Pemadatan-pemadatan di
sekitar pintu keluar masuk pada pinggiran kota telah merangsang

pertumbuhan

yang

tidak

terkendali

yang

mempengaruhi

struktur kota.
Masalah fasilitas parkir di dalam kota sementara ini belum terpecahkan secara terpadu dan mendasar, sehingga masih
merupakan masalah bagi kelancaran lalu-lintas.
Penyebaran pusat-pusat kegiatan masih belum mengikuti pola peranan dan fungsi pelayanannya, baik dilihat dari tingkat
pelayanan nasional, regional, lokal maupun jenis-jenis kegi265

atannya. Hambatan-hambatan yang masih dirasakan dalam menumbuhkan pusat-pusat perdagangan dan jasa yang baru, yang terpadu dengan pola pemukiman dan transportasinya, telah memperkuat kecenderungan-kecenderungan tumbuhnya pusat-pusat perdagangan

dan

jasa

pada

konsentrasi

pemadatan

dan

kemudahan-

kemudahan yang ada. Pusat-pusat industri baik formal maupun


informal

juga

akan

merangsang

timbulnya

pemukiman-pemukiman

yang tidak terkendali.


Dalam segi banjir, drainase dan sanitasi kota, kondisi
topografi sebagian besar wilayah DKI Jakarta masih merupakan
faktor

utama

yang

tidak

menguntungkan.

Masalah

pokok

yang

timbul adalah belum terpenuhinya realisasi sistem pengendalian banjir secara makro. Pemecahan yang telah dilakukan lebih
banyak bersifat pemecahan lokal dan belum secara menyeluruh.
Di samping aspek sistem makronya maka sistem mikro di wilayah
perkotaan dihadapkan pada masalah semakin padatnya bangunan,
sempitnya jalur-jalur resapan ditambah pula oleh kenyataankenyataan tingkah laku sosial masyarakat, dan hal tersebut
menambah

kurang

membantunya

penyelesaian

sistem

makro

baik

aspek banjir, drainase maupun sanitasi kota.


Kemampuan pengadaan air bersih hingga saat ini baru mencapai

6,5 m3/detik, atau

liter/orang/hari,

sedangkan

dalam pelayanan
selebihnya

baru mencapai

didapat

dari

85

sumber-

sumber lain (air tanah, sungai, dan sebagainya). Pelayanan


air bersih belum dapat merata pada seluruh bagian kota. Bagian utara wilayah DKI Jakarta merupakan daerah rawan air
bersih, karena air tanah pada daerah ini telah mengalami proses salinasi air laut. Di segi lain justru daerah ini merupakan pemukiman yang padat dari golongan masyarakat golongan
ekonomi lemah.
266

Sebagian sungai-sungai yang mengalir di dalam kota Jakarta telah mengalami pencemaran baik akibat buangan industri
dan rumah tangga maupun akibat pencemaran yang terjadi di daerah atasnya (upstream). Dengan demikian bukan saja kualitasnya yang cenderung menurun, bahkan pada musim kemarau kuantitasnya juga sangat kecil. Mengingat hal tersebut di atas
maka pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat kota
Jakarta masih akan sangat tergantung pada sumber-sumber air
di luar wilayah administrasi DKI Jakarta, dan hal ini memerlukan pemecahan secara regional.
Masalah-masalah sampah dan air limbah pada saat ini belum
dapat ditanggulangi secara tuntas, hal ini disebabkan karena
kurangnya sarana yang tersedia dan juga karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan anti kebersihan. Sampai saat ini
kemampuan

untuk

menanggulangi

kira 17.000

sampah

baru

mencapai

kira-

per hari. Untuk menanggulanginya

secara keseluruhan diperlukan sistem recycling/pabrik kompos


dan pabrik hasil sampingan.
Usaha

koordinasi

belum

sepenuhnya

berjalan

dengan

baik

dan dirasakan masih ada instansi pusat di daerah yang belum


menyadari perlunya berkoordinasi dengan instansi-instansi di
daerah. Adanya koordinasi antar daerah, sudah merupakan kebutuhan yang mendesak khususnya dalam rangka perencanaan regional

JABOTABEK,

bukan

saja

keterpaduan

perencanaan

antar

daerah (DKI Jakarta dan Jawa Barat) melainkan juga keterpaduan dengan program-program sektoral pusat di kawasan tersebut.

267

II. ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


1.

Arah Pembangunan Daerah dalam rangka Pembangunan


Nasional.

Secara nasional arah dan kebijaksanaan pembangunan untuk


DKI Jakarta akan tetap mengikuti kebijaksanaan nasional seperti tercantum dalam GBHN, khususnya Trilogi Pembangunan.
Usaha pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan diikuti
kebijaksanaan delapan jalur pemerataan. Pemerataan penyebaran
pembangunan di seluruh DKI Jakarta dilakukan sesuai dengan
faktor-faktor obyektif yang mendukungnya.
Dalam Repelita IV pembangunan DKI diarahkan pada terciptanya kerangka landasan bagi bangsa Indonesia umumnya dan
warga DKI Jakarta pada khususnya untuk tumbuh dan berkembang
terus, yang kemudian akan dimantapkan dalam Repelita V, sehingga pada Repelita VI pembangunan sudah benar-benar dapat
tinggal landas untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Dalam pelaksanaan pembangunan peran
serta segenap lapisan masyarakat akan lebih ditingkatkan.
Juga akan diarahkan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat baik lahir maupun bathin, mendorong pembagian pendapatan yang makin merata dan lebih memperluas kesempatan kerja. Di samping itu pembangunan DKI Jakarta haruslah
sejalan

dengan

kebijaksanaan-kebijaksanaan

Pembangunan

Wila-

yah JABOTABEK, sehingga pembangunan DKI Jakarta sekaligus dapat mendorong pembangunan di daerah sekitarnya.
2.

Kebijaksanaan Pembangunan Daerah

Pembangunan DKI Jakarta akan diarahkan pada pengembangan

268

aspek manusia antara lain yang menyangkut peningkatan pendayagunaan sumber daya manusia yang mencakup kemantapan mental,
ideologi dan tingkat kesadaran yang mantap. Di samping itu
pembangunan juga akan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang meliputi aspek-aspek kuantitas, kemampuan pribadi masing-masing serta lingkungan kehidupan perkotaannya. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut maka peningkatan
kemampuan aparatur pemerintah akan lebih ditingkatkan.
Dalam pengembangan fisiknya, pertumbuhan kota akan diarahkan ke barat dan timur sehingga dapat terwujud keseimbangan lingkungan dan alamnya untuk mencapai suatu kehidupan kota
yang lestari, harmonis dan berkesinambungan. Hal ini berarti
bahwa usaha perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat maupun penyediaan prasarana dan sarana akan terus ditingkatkan
sampai dapat memenuhi kebutuhan yang memadai.
Hambatan-hambatan

pembangunan

khususnya

yang

menyangkut

koordinasi dalam rangka keterpaduan pelaksanaan rencana dan


pembangunan dengan daerah lainnya (BOTABEK), dalam Repelita
IV hares sudah dapat diatasi.
Dalam rangka efisiensi penggunaan dan pemanfaatan tanah
di wilayah DKI Jakarta, maka ketentuan-ketentuan yuridis formal

yang

menyangkut pengaturan, pengendalian dan pengawasan

atas tanah/lahan perkotaan perlu lebih ditingkatkan dan ditetapkan, sehingga usaha-usaha pembangunan fisik maupun peningkatan keadaan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Untuk menanggulangi masalah tekanan penduduk di kota Jakarta khususnya, karena adanya arus pendatang dari luar, maka
perencanaan

dan

pelaksanaan

pembangunan

"JABOTABEK",

harus

lebih dimantapkan di dalam Repelita IV.


269

Untuk mengurangi tekanan lalu-lintas di jalan-jalan raya


maka dalam segi angkutan umum penumpang maupun barang, peranan angkutan kereta api kota harus lebih ditingkatkan baik
kualitas maupun kuantitasnya, termasuk usaha-usaha perbaikan
jalur-jalur jalan agar tidak mengganggu jalur lalu-lintas kota. Demikian pula pembentukan pengelolaan lalu-lintas di jalan-jalan raya perlu lebih ditingkatkan sehingga pola pengangkutan orang dan barang lebih efisien.
Dalam rangka penanggulangan banjir dan perbaikan saluran
pembuangan air dan sanitasi kota, maka dalam Repelita IV realisasi sistem pengendalian banjir secara makro harus sudah
dirintis.
III. KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN SELAMA REPELITA IV
Di bidang pertanian, diusahakan pengembangan usaha pembangunan yang sesuai dengan sifat pertanian perkotaan yang
akan lebih menekankan pada usaha intensifikasi produksi mengingat keterbatasan lahan. Jenis usaha yang akan dikembangkan
diarahkan untuk jenis komoditi yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi,

khususnya

tanaman

jenis

hortikultura/tanaman

hias

yang selanjutnya didorong untuk diekspor. Khusus untuk komoditi sayuran akan dikembangkan 17 komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Di bidang perikanan khususnya perikanan laut akan terus
dikembangkan terutama dengan membangun pusat kegiatan perikanan di pelabuhan perikanan Samudera Jakarta dan pangkalan
pendaratan

ikan

diharapkan

kondisi

ditingkatkan.

270

Muara

Angke.

Dengan

nelayan/petani

sarana

ikan

usaha

akan

tersebut

dapat

lebih

Pembangunan peternakan akan terus dikembangkan, yaitu peternakan sapi perah dan jenis ternak besar dan kecil lainnya
serta unggas, khusus di daerah-daerah pinggiran/jalur hijau.
Peningkatan

produksi

diversifikasi

melalui

usaha,

pembinaan

usaha

pokok

intensifikasi

mutu

basil

ternak

dan

dan

pema-

sarannya akan terus ditingkatkan sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan atau kehidupan peternak.
Di bidang kehutanan usaha pembinaan kelestarian dan suaka
alam perlu terus diintensifkan. Sedangkan dalam rangka mendorong pemasaran kayu dan tersedianya bahan bangunan, terutama
dari kayu, baik untuk kepentingan daerah maupun nasional akan
diteruskan pembangunan pelabuhan kayu di Marunda.
Pembangunan
penanggulangan

di

bidang

banjir

akan

pengairan

terutama

dilanjutkan

dalam

dengan

rangka

pembangunan

sistem pengendalian banjir di bagian Barat, Pusat dan Timur


kota. Pembangunan dan pemeliharaan sistem irigasi untuk menunjang pertanian dan perikanan akan terus dilanjutkan dan
diserasikan

dengan

usaha-usaha

penanggulangan

banjir,

serta

pembangunan drainase kota.


Pembangunan di bidang industri akan terus digalakkan sehingga mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Industri yang akan dikembangkan di Jakarta akan diutamakan industri

yang

bersifat

padat modal atau industri teknologi

tinggi yang mempunyai derajat polusi rendah dan industri dengan derajat polusi relatif tinggi akan diarahkan di luar
wilayah

Jakarta.

diharapkan

akan

Dalam

rangka

ditangani

membina

melalui

para

industri

pembangunan

terutama seperti pembangunan perkampungan

kecil

sentra-sentra

industri kecil

271

seperti

di

Penggilingan,

sehingga

mempermudah

pembinaannya

secara terpadu.
Usaha sistem pembinaan anak angkat-bapak angkat juga akan
terus digalakkan sehingga dapat saling mendorong dan membantu
pertumbuhan

industri

besar

dan

kecil.

Peningkatan

promosi

hasil-hasil industri melalui berbagai arena juga akan ditingkatkan.

Peningkatan

keterampilan,

manajemen,

maupun

bantuan

lainnya seperti permodalan yang disalurkan melalui KIK dan


KMKP dan bentuk kredit lainnya akan terus ditingkatkan.
Di bidang pertambangan akan dilanjutkan penyelidikan geologi tata lingkungan antara lain memonitor keadaan air tanah,
penyelidikan

gejala

penurunan-penurunan

permukaan

tanah

dan

intrusi air laut.


Untuk

meningkatkan

bidang

kelistrikan

akan

dilanjutkan

pembangunan gardu induk sebanyak 9 buah, gardu distribusi sebanyak 2.300 buah, gardu hubung sebanyak 15 buah, jaringan
distribusi primer sepanjang 1.400 km, jaringan distribusi sekunder 5.500 km dan tambahan fasilitas pelayanan tempat pembayaran

rekening

sebanyak

700

buah

serta

tempat

pelayanan

gangguan sebanyak 16 buah.


Di bidang pelabuhan akan dilanjutkan perluasan pelabuhan
Tanjung Priok, peningkatan fasilitas pelabuhan lokal di pelabuhan Sunda Kelapa dan pelabuhan Kayu Marunda serta pembangunan fasilitas pelabuhan untuk angkutan antar pulau. Untuk
menampung makin meningkatnya arus lalu-lintas angkutan barang
dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok maka akan dibangun fasilitas terminal untuk peti kemas (container).

272

Di bidang angkutan udara diharapkan sudah bisa mulai dioperasikan pelabuhan udara internasional yang baru di Cengkareng.
Dalam

rangka

peningkatan

pelayanan

jasa

telekomunikasi

akan ditambah kapasitas STO baru sebesar 220.000 ss, sehingga


pada

akhir

Repelita

IV

diharapkan

kapasitas

STO

terpasang

menjadi 858.750 ss. Begitu pula dengan kapasitas telex akan


ditingkatkan sebesar 9.400 ss, sehingga pada akhir Repelita
IV menjadi 15.300 ss. Untuk pemerataan pelayanan telepon bagi
masyarakat

dan

untuk

meluaskan

rangkaian

pelayanannya

maka

akan dipasang tambahan telepon umum baru sebanyak + 1.700 buah.


Di bidang pos dan giro, akan ditambah kantor pos, khususnya pada pusat-pusat kegiatan kota yang diintegrasikan ke dalam gedung-gedung yang melayani kegiatan umum, penyediaan fasilitas

pelayanan

pos

di

pelabuhan

udara

Cengkareng

serta

penggunaan mesin elektronik di loket-loket.


Dalam pembinaan pariwisata diharapkan daerah dapat menunjang sasaran serta target wisatawan nasional dan luar negeri.
Promosi pariwisata harus dilakukan lebih intensif dan ekstensif sehingga diharapkan akan lebih banyak menarik wisatawan
berkunjung ke Indonesia. Untuk wisatawan domestik maupun asing diharapkan setiap tahunnya akan naik rata-rata 14%. Kebutuhan

akan

kamar

hotel

diharapkan

dapat

menampung

jumlah

wisatawan, yang dalam Repelita IV diperkirakan perlu 12.700


kamar hotel.
Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan dilaksanakan melalui penyempurnaan sistem

administrasi termasuk

273

penyempurnaan

perundang-undangan

dan

peraturannya,

penyeder-

hanaan sistem perizinan, pengembangan bonded ware house serta


usaha-usaha

penyempurnaan

lembaga

perdagangan

dan

pemasaran

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil-hasil produksi. Demikian
pula akan dilanjutkan usaha-usaha perluasan pasaran barangbarang produksi dalam negeri melalui pameran-pameran dagang
dan

penyebarluasan

informasi

pasar,

perlindungan

konsumen

serta. peningkatan dan pengembangan peranan pedagang golongan


ekonomi lemah melalui penataran, penyuluhan dan pusat-pusat
pembinaan/pelayanan pengusaha golongan ekonomi lemah. Usahausaha untuk meningkatkan ekspor non migas akan terns dilanjutkan dalam rangka pengembangan perdagangan luar negeri melalui pengendalian mutu, penggarapan komoditi potensial, peningkatan koordinasi yang lebih terpadu antar instansi dan
penyuluhan eksportir dan pengendalian impor.
Dalam bidang perkoperasian di DKI Jakarta, upaya peningkatan

kemampuan

lanjutkan.

organisasi,

Upaya

tatalaksana,

peningkatan

itu

tetap

dan

usaha

akan

akan

di-

diprioritaskan

pada koperasi primer, khususnya koperasi serba usaha (KSU)


yang melaksanakan usaha dalam bidang perdagangan barang konsumsi, peternakan rakyat, perikanan rakyat, pengolahan hasil
pertanian, kerajinan rakyat, industri kecil, perkreditan/simpan pinjam, kelistrikan, jasa angkutan, dan berbagai jenis
komoditi ekspor yang diproduksi masyarakat DKI Jakarta seperti barang konpeksi, makanan dalam kaleng, dan barang kerajinan/industri kecil dari kayu, tekstil, rotan, bambu, tanah,
dan logam. Lain dari pada itu, mutu dan intensitas pelayanan

Koperasi kepada anggotanya juga akan ditingkatkan.

274

Untuk mendukung upaya peningkatan di atas, akan diusahakan adanya penyempurnaan dalam metoda, materi dan penyelenggaraan pendidikan, penataran dan latihan keterampilan pengurus,

badan

pemeriksa,

penyempurnaan

cara

terdidik/terlatih
bantuan
yang

yang

manajer,

pemberian

kepada

KUD

dimaksud.

mendukung

dan

bantuan
yang

Untuk

pengembangan

karyawan
tenaga

dianggap

menciptakan

kehidupan

koperasi

serta

manajemen

yang

masih

memerlukan

iklim

masyarakat

koperasi

yang

sehat,

penerangan dan penyuluhan perkoperasian akan dilanjutkan dan


ditingkatkan.
Pengembangan

dunia

usaha

dan

investasi

bersifat

lebih

memberikan dorongan dan rangsangan, agar usaha swasta dapat


bertumbuh

dan

berkembang

dengan

baik

dan

saling

menunjang.

Dorongan dan rangsangan tersebut meliputi seluruh aspek kegiatan baik yang formal maupun yang non formal. Usaha tersebut

antara

asosiasi

lain

pengusaha

mengadakan
untuk

kerjasama

bersama-sama

dengan

membina

KADIN

sektor

dan

swasta

akan ditingkatkan. Di samping itu usaha untuk promosi menarik


investasi juga akan digalakkan sehingga kehidupan perekonomian daerah dapat terus berkembang.
Di bidang ketenagakerjaan akan dilaksanakan kegiatan terpadu antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan program pendidikan dan latihan tenaga kerja yang dapat menghasilkan angkatan kerja yang berkualitas tinggi guna memenuhi
persyaratan yang diminta oleh pasar kerja Jakarta. Di samping
itu tetap diusahakan pendekatan keseimbangan antara penawaran
dan permintaan tenaga kerja yang berkembang sebagai akibat
dari pertumbuhan penduduk DKI Jakarta. Mekanisme pasar kerja
yang efektif akan ditunjang oleh sistem informasi tenaga kerja yang luas dan menjangkau seluruh strata sosial ekonomi di
275

DKI Jakarta. Selain itu lebih ditingkatkan perencanaan tenaga


kerja yang menyeluruh, terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan pemerintah dan swasta.
Selama Repelita IV selain transmigrasi umum usaha untuk
mendorong lebih ditingkatkannya transmigrasi swakarsa (spontan) akan lebih digalakkan. Diperkirakan selama Repelita IV
akan dapat dipindahkan sejumlah + 10.000 kepala keluarga atau
sekitar + 50.000 jiwa, ke daerah-daerah luar Jawa.
Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendidikan untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan sekitar
2.860 ruang kelas baru, perbaikan sekitar 17.990 gedung sekolah. Pada tingkat SMTP, untuk SMP akan dibangun sekitar 80
unit sekolah baru, penambahan sekitar 1.020 ruang kelas baru,
rehabilitasi 100 sekolah, serta pengembangan sejumlah SMTP
kejuruan dan teknologi. Pada tingkat SMA akan dibangun sekitar 15 unit SMA barn, penambahan 467 ruang kelas bare untuk
SMA dan pengembangan 7 SPG, serta rehabilitasi 38 gedung SMA,
sekolah kejuruan dan teknologi Negeri, 1 SGO serta 10 sekolah
kejuruan dan teknologi swasta. Untuk pelaksanaan dan pemantapan wajib belajar akan dibangun Kantor Pengelolaan Pembinaan Pendidikan Dasar pada 7 Kecamatan.
Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP dan SMTA
akan diadakan penataran guru, kepala sekolah, dan pembina.
Khusus pada tingkat SMTP dan SMTA akan dibangun 179 ruang laboratorium ilmu-ilmu alam untuk SMP, dan 62 ruang untuk SMA,
ruang keterampilan 159 ruang untuk SMP, dan 35 ruang untuk
SMA. Dalam hal ini, penelusuran bakat dan kemampuan siswa akan
terus ditingkatkan.
Dalam rangka peningkatan pendidikan tinggi Universitas
276

Indonesia

akan

ditingkatkan

khususnya

untuk

bidang-bidang

teknik, sains, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial, dan akan dibuka


bidang komputer dan ilmu hukum, serta politeknik teknologi
dan tata-niaga; IKIP Jakarta akan ditingkatkan terutama program pengadaan guru untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Di
samping itu pembinaan terhadap perguruan tinggi swasta akan
terus ditingkatkan.
Dalam rangka pembangunan kebudayaan antara lain akan ditempuh kebijaksanaan pola pengembangan perpustakaan nasional,
pembangunan

wisma

seni

yang

dimaksudkan

untuk

pengembangan

kebudayaan dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan kebudayaan nasional, di samping peningkatan dan pembinaan kesenian tradisional. Sedangkan dari segi pelestarian,
penyelamatan serta pemugaran nilai-nilai seni budaya bangsa
ditempuh melalui pemeliharaan penggalian-penggalian arkeologi
dan lain sebagainya.
Pembinaan dan pengembangan kepada generasi muda tetap dilaksanakan melalui berbagai sarana/wadah kepemudaan yang ada,
di

samping

pembinaan

yang

dilaksanakan

melalui

jalur-jalur

khusus seperti penataran-penataran kepemimpinan dan organisasi OSIS, konsolidasi pelajar, dan penataran pemuka pemuda.
Di

segi

lain

dilaksanakan

pula

penataran-penataran

melalui

jalur-jalur umum seperti kegiatan sosial, budaya, ekonomi dan


politik

dengan

pengembangan

beberapa

kegiatan

antara

lain

keterampilan, kesenian dan olah raga.


Adapun pembinaan peningkatan olah raga dilaksanakan melalui program-program pembinaan prestasi pelajar, permasalahan
olah raga di seluruh wilayah serta penyelenggaraan-penyelenggaraan pekan olah raga dan lain sebagainya. Pembangunan di
277

bidang olah raga ini dimaksudkan untuk dapat mencapai prestasi olah raga di dunia nasional maupun internasional, di samping memasyarakatkan olah raga dan mengolah-ragakan masyarakat.
Dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 10 Puskesmas dan 100 Puskesmas Pembantu dengan standar khusus yang
disesuaikan dengan pelayanan kesehatan bagi daerah berpenduduk padat. Untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui peningkatan fungsi Puskesmas dan peranserta masyarakat akan ditingkatkan pula penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain
itu akan ditingkatkan berbagai kegiatan yang terutama ditujukan untuk kelompok ibu dan anak yaitu kesejahteraan ibu dan
anak, imunisasi, gizi, keluarga berencana dan pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan akan
ditingkatkan dan dikembangkan RSU dr. Cipto Mangunkusumo, RSU
Persahabatan, RSU Fatmawati, RSU yang ada, dan di samping itu
akan dilaksanakan peningkatan RS Sunter dart kelas C menjadi
kelas C+, pembangunan sebuah RSU bare, serta akan dibangun RS
Kanker. Selanjutnya akan ditingkatkan pula pelayanan kesehatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan.
Untuk menjamin tercapainya sistem pengadaan dan distribusi ubat pada unit-unit pelayanan kesehatan dibangun beberapa
sarana penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan.
Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan
278

pemberantasan penyakit menular antara lain diare, demam berdarah, tbc paru-paru, penggalakan imunisasi serta pengawasan
penyakit menular dan tak menular, peningkatan pengendalian,
pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan peningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin A, serta anemi gizi. Di samping itu pula akan ditingkatkan kesehatan lingkungan bagi semua penduduk. Dalam rangka
meningkatkan pembangunan sarana air bersih, terutama untuk
penduduk daerah pedesaan pinggiran akan dibangun 10 buah sumur artesis, 700 buah penampungan air hujan, 7.920 buah sumur
pompa tangan dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis lainnya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan khususnya tenaga paramedis akan dilakukan peningkatan jumlah lulusan, dengan melipat gandakan jumlah penerimaan bagi sekolah/akademi
yang ada dengan kelas paralel, dan pendidikan cepat pekarya
kesehatan serta meningkatkan sarana pendidikan dan pembangunan berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keperluannya.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, kegiatan program keluarga berencana dilanjutkan. Diharapkan dapat dicapai sejumlah kurang
lebih 1.402.000 peserta baru dan sekitar 705.000 peserta lestari. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk menjaga kelangsungan peserta program keluarga berencana yang sudah ada.
Dalam rangka pembangunan di bidang agama akan dilanjutkan
berbagai kegiatan yang pada dasarnya merupakan penunjang bagi

279

usaha-usaha pembinaan kehidupan beragama.


Dalam Repelita IV direncanakan antara lain akan disediakan kitab suci berbagai agama, diberikan bantuan kepada masyarakat

untuk

pembangunan/rehabilitasi

750

tempat

ibadah

berbagai agama.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan ditingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri
dan Madrasah Aliyah Negeri, serta Pendidikan Guru Agama Negeri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (termasuk Madrasah Ibtidaiyah Swasta)/penambahan ruang kelas, penyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan serta penataran guru berbagai bidang studi.
Usaha pembangunan di bidang hukum ditempuh langkah-langkah antara lain, pembangunan dan rehabilitasi sarana peradilan, lembaga pemasyarakatan dan lain sebagainya. Selanjutnya
penyelenggaraan penyuluhan hukum akan lebih ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat. Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum dan konsultasi
hukum untuk lapisan masyarakat yang kurang mampu akan lebih
dimantapkan. Sementara itu pelaksanaan operasi yustisi dalam
rangka penegakan hukum akan lebih ditingkatkan.
Di

bidang

penerangan

yang

bertujuan

untuk

mensukseskan

pembangunan akan ditingkatkan penerangan tatap muka, pameran,


serta melalui media elektronika yang berupa siaran radio dan
TV, dan fungsi Puspenmas. Kesemuanya ini dimaksudkan guna menunjang kegiatan-kegiatan penyuluhan di berbagai bidang pembangunan.

280

Di

bidang

kesejahteraan

sosial

akan

dilakukan

kegiatan

antara lain : meningkatkan pembinaan organisasi dan yayasan


yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial untuk meningkatkan

partisipasi

sosial

masyarakat;

dan

pengentasan

gelandangan,

korban

meningkatkan
narkotika,

penyantunan
tuna

susila,

bekas narapidana dan anak nakal; memberikan pelayanan dan penyantunan

kepada

lanjut

usia,

yatim

piatu,

anak

terlantar,

para cacat dan fakir miskin. Sebagai percontohan akan dibangun sebuah panti anak terlantar beserta fasilitas latihannya. Untuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di daerah pedesaan/ pinggiran akan
dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga pekerja sosial masyarakat. Pembinaan karang taruna akan ditingkatkan dan kegiatannya akan dipadukan dengan program generasi muda dan di samping itu ditingkatkan jumlah Karang Taruna baru. Peranan dan
fungsi wanita akan lebih digairahkan untuk menangani masalahmasalah kesejahteraan sosial.
Di bidang pembangunan perumahan rakyat akan dilanjutkan
pembangunan

perumahan

sederhana,

perumahan

susun

yang

murah

dan pengembangan lahan untuk pemukiman secara terarah khususnya di bagian barat dan timur kota.
Peningkatan

lingkungan

pemukiman, dilakukan

melalui

ke-

giatan-kegiatan :
a. Pelaksanaan

perbaikan

lingkungan

kota

(MHT

II)

khusus-nya di daerah utara yang kondisi tanahnya rawan


banjir
b. Peningkatan

dan rawan air minum.


pelaksanaan

pengelolaan

pembuangan

sampah

antara lain dengan komposting dan incinerator.


c. Melanjutkan pembangunan saluran air (drainase) dan saluran-saluran penggelontor.
281

d.

Pengerukan

sampah-sampah

di

sungai,

pengerukan

alur

dan muara sungai serta waduk-waduk.


Di bidang air minum akan dilanjutkan pembangunan instalasi air minum Pulo Gadung phase II sampai kapasitas 3.000 It
per detik, serta peningkatan kapasitas produksi instalasi Air
Minum Pejompongan. Di samping itu akan dilaksanakan rehabilitasi jaringan pipa distribusi untuk mengurangi kebocoran.
Untuk pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup akan
ditingkatkan antara lain pengamanan daerah-daerah aliran sungai dalam rangka pencegahan banjir, pengamanan air baku untuk air minum dan untuk pengairan. Dalam usaha pengamanan
daerah resapan air akan dilakukan penghijauan serta pengendalian pembangunan dan kerjasama regional.
Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral dalam berbagai program, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun

yang

dilakukan

masyarakat,

penyusunan

rencana

tata

ruang kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana kota dan rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan
hingga dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai landasan pelaksanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan
tertib tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Pembangunan DKI
Jakarta

diserasikan

dalam

rangka

pembangunan

wilayah

pem-

bangunan Jabotabek secara menyeluruh.


Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan di
seluruh

daerah,

maka

pembangunan

sektoral

ditunjang

dengan

program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimaksud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan
Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Bantuan
Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar.
282

TABEL
LUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
TAHUN 1980

No. Wilayah Walikota

Luas
Jumlah
Wilayah
Kecamatan
(km2)

Jumlah
Kelurahan

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
Penduduk
per km2

1. Wil. Jakarta Pusat

54,89

41

1.245.030

22.682

2. Wil. Jakarta Barat

131,45

47

1.234.885

9.394

3. Wil. Jakarta Selatan

146,03

61

1.582.194

10.834

4. Wil. Jakarta Timur

184,01

29

1.460.068

7.935

S. Wil. Jakarta Utara*)

139,96

29

981.272

7.011

656,34

30

236

6.503.449

9.909

DKI JAKARTA :

) Termasuk Kepulauan Seribu

283

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PROPINSI

JAWA

BARAT

285

Anda mungkin juga menyukai