Anda di halaman 1dari 6

Proses

Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi

Review

PROSES PRODUKSI BIOENERGI BERBASISKAN BIOTEKNOLOGI



Dessy Agustina Sari, Hadiyanto

ABSTRAK : Bioenergi merupakan energi yang berasal dari biomassa sebagai fraksi produk biodegradasi, limbah,
dan residu dari pertanian (baik nabati maupun hewani). Harapan dengan adanya bioteknologi adalah peningkatan
genetik varietas tanaman dan populasi hewan dan konservasi sumber daya genetik. Bioenergi berupa bioetanol,
biodiesel, dan biogas yang digunakan sebagai bahan bakar bagi kebutuhan rumah tangga, industri maupun
transportasi masyarakat. Ketersediaan bahan bakunya sebagai produk bioenergi masih bersinggungan dengan
kebutuhan pangan seperti kedelai, selulosa, dan pati. Bioteknologi menjadi solusi bahan baku bioenergi guna
mengurangi biaya produksi bioenergi, khususnya lignoselulosa etanol. Isu-isu utama termasuk domestifikasi yang
cepat, mengatasi perlawanan, kerusakan efisiensi selulosa, dan meningkatkan produksi biomassa dan lipid untuk
etanol dan biodiesel. Hal tersebut berupa modifikasi biosintesis lignin, rekayasa metabolik, peningkatan produksi
biomassa dan yield, dan kemandulan dan biokontaminan. Tujuannya adalah meningkatkan bahan baku bioenergi
melalui modifikasi genetik dan menjadikannya sebagai bidang yang penuh kesempatan untuk membentuk
kembali pasokan energi yang keberlanjutan.

Kata kunci : biodiesel, bioenergi, bioetanol, biogas, bioteknologi

PENDAHULUAN
Secara terus-menerus, dunia meningkatkan
penggunaan energi diikuti peningkatan jumlah populasi
manusia, dan hendak mencapai standar kehidupan.
Penggunaan energi tentunya berdampak pada lingkungan
seperti semakin banyaknya produksi gas karbon dioksida
(CO2) terhadap iklim sehingga dibutuhkan analisis kembali
tanaman yang berpotensi dalam menghasilkan bioenergi.
Hal ini mendukung perkembangan energi alternatif dan
sumber energi terbaharukan (Jones, et al., 2011).
Sampai saat ini, dunia mengkonsumsi energi sekitar
15 TW (terawatt) per tahun dan hanya 7,8%-nya didapatkan
dari sumber energi terbaharukan. Padahal, daya total sinar
matahari pada permukaan bumi setiap tahunnya sekitar
85.000 TW. Pengantian bahan bakar fosil dengan sumber
energi terbaharukan diturunkan dari matahari seperti energi
angin, sinar matahari, air, atau biomassa. Sumber energi ini
memiliki kepadatan energi yang lebih rendah, tidak dapat
dikontrol dengan menghidupkan dan mematikan saklar,
dan sebagian besar jauh lebih mahal dari bahan bakar fosil
(BP Global., 2011). Kepadatan energi yang tinggi,
kemudahan bertransportasi, dan penyimpanan transportasi
bahan bakar minyak cair menjadikan pengelola kesulitan
untuk menggantikannya dengan sumber energi
terbaharukan secara komersial.
Dalam hal ini, subyek bioenergi telah sangat aktif.
Di seluruh dunia, pemerintah dan pembuat kebijakan
terlibat. Sangat penting untuk mengatasi dan peluang yang
ditimbulkan oleh biofuel sebagai pembangunan ketahanan
pangan dan energi yang berkelanjutan (FAO). Adanya peran
Artikel dikirim tanggal 8 Agustus 2013, diterima tanggal 30 Agustus
2013. Para penulis adalah dari Program Studi Magister Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Kontak langsung
dengan penulis: Dessy Agustina Sari (dessyagustina8@yahoo.com).
@2013 Indonesian Food Technologist Community
Available online at www.journal.ift.or.id

penerapan bioteknologi dalam produksi bioenergi di


berbagai negara berkembang dan fokus utama pada biofuel
cair.
Bioteknologi Dan Bioenergi
Bioteknologi merupakan kumpulan peralatan yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
peningkatan genetik varietas tanaman dan populasi hewan
terhadap kenaikan yield-nya atau karakteristik genetik dan
konservasi sumber daya genetik. Saat ini kontribusi dan
aplikasi bioteknologi telah dapat diterapkan pada produksi
bioenergi seperti produksi biomassa dan konversi dari
biomassa untuk generasi pertama atau biofuel cair pada
generasi kedua, selain produksi biodiesel dari mikroalga dan
produksi biogas (Ruane et al., 2010).
Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari biomassa
sebagai fraksi produk biodegradasi, limbah, dan residu dari
pertanian (berasal dari nabati dan hewani), industri
kehutanan dan terkait, dan sebagian kecil biodegradasi dari
limbah industri dan kota (FAO). Bioenergi berperan penting
pada pencapaian target dalam menggantikan petroleum-
didasarkan pada bahan bakar transportasi dengan bahan
bakar alternatif dan pereduksian emisi karbon dioksida
dalam jangka panjang. Berbagai sumber biomassa dapat
digunakan untuk menghasilkan bioenergi berbagai bentuk.
Contohnya, makanan, serat dan kayu sebagai residu dari
sektor industri, energi dan rotasi pendek tanaman dan
limbah pertanian, dan hutan dan hutan pertanian
(agroforestry) sebagai residu dari sektor kehutanan dimana
seluruhnya dapat digunakan untuk menghasilkan listrik,
panas, gabungan panas dan tenaga, dan bentuk-bentuk
bioenergi. Bioenergi modern bergantung pada konversi
teknologi yang efisien untuk aplikasi skala rumah tangga,
usaha kecil, dan industri. Input biomassa padat atau cair
dapat diproses untuk menjadi energi yang lebih nyaman. Ini
termasuk biofuel yang solid (misalnya kayu bakar, serpihan
kayu, pellet, arang, dan briket), biofuel gas (biogas, gas



108
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan


Proses Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi

Gambar 1. Platform proses untuk produksi biofuel yang berbeda

sintesis, hidrogen), dan biofuel cair (misalnya bioetanol,


biodiesel) (GBEP. 2007).

Produksi Bioenergi
Dalam bentuk bioenergi modern, etanol, biodiesel,
dan biogas adalah produk utama bioenergi. Etanol dan
biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi,
dan etanol juga produk mentah penting dalam industri
kimia. Produksi etanol berperan penting dalam transformasi
petroleum terhadap biomassa berdasarkan ekonomi,
ketahanan pangan, dan lingkungan.

Platform Proses Etanol
Etanol dapat diproduksi menggunakan produk
pertanian seperti tepung dan gula, atau lignoselulosa
biomassa. Saat ini, lebih dari 10 milyar gallon etanol
diproduksi secara global per tahun dari tepung (tepung
jagung) dan gula (tebu dan bit gula) melalui prosedur
industri, termasuk hidrolisis pati dan fermentasi gula
(Gambar 1) (Rass-Hansen, J. et al. 2007 Goldemberg, J.
2007). Pati dan gula berbasis etanol sering disebut sebagai
biofuel pada generasi pertama.
Sebagaimana tampak pada Gambar 1, dimana (a)
tepung dan gula didasarkan sebagai generasi pertama
etanol. Dalam platform ini, tepung dapat dihidrolisis menjadi
monosakarida, dimana gula dapat difermentasi selanjutnya
menjadi etanol. (b) Lignoselulosa etanol. Produksi
lignoselulosa etanol mempunyai penanganan awal material
biomassa, hidrolisis untuk produksi monosakarida, dan
fermentasi untuk memproduksi etanol. Lignoselulosa etanol
dijadikan sebagai generasi kedua bioetanol. (c) Biodiesel.
Produksi biodiesel sering mempunyai proses transesterifikasi
asam lemak. (d) Gasifikasi biomassa. Biomassa dapat
digunakan utnuk memproduksi metanol, karbon monoksida,
hidrogen, atau gas lainnya yang terbentuk dalam proses
gasifikasi.
Meskipun produksi etanol dari pati merupakan

pilihan yang paling aman dan teknis lanjutan untuk bioenergi


di Amerika Serikat. Hal tersebut akan mengakibatkan
persaingan berat antara energi dan bahan pangan yang
mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Dan
juga mengingat bahwa energi bersih dan keseimbangan
karbon dioksida dari platform ini adalah tidak
menguntungkan (Tabel 1) ( Farrell, A.E. et al. 2006, De
Oliveira, M.E.D. et al. 2005). Oleh karena itu, daerah yang
beriklim menjadi pilihan terbaik untuk produksi biofuel
(bioetanol untuk saat ini) dari lignoselulosa biomassa jika
kunci rintangan teknis dapat ditingkatkan. Bahan baku
lignoselulosa dapat diperoleh baik dari tanaman berdedikasi
biomassa atau kehutanan dan residu pertanian(Sims, R.E.H.
et al. 2006; Smeets, E.M.W. and Faaij, A.P.C. 2007; Monti, A.
et al. 2007; Somleva, M.N. 2006 Sanderson, M.A. et al. 2006;
Boerjan, W. 2005).
Sebagaimana tampak dalam Tabel 1, NEB (net energy
balance) adalah perbedaan antara energi keluar dan energi
masuk untuk produksi biomassa dan pengolahan. NER (net
energy ratio) adalah pengukuran alternatif untuk
mendapatkan energi yang terdiri dari rasio energi keluar dan
energi masuk untuk produksi biomassa dan pengolahan.
Keseimbangan CO2 dihitung sebagai CO2 yang dipancarkan
oleh produksi biomassa dan dikurangi penggunaan dari CO2
tetap dalam bahan tanaman baik di atas maupun di bawah
tanah sehingga diperoleh keseimbangan karbon negatif yang
diinginkan.
Hambatan utama untuk transisi dari pati ke
lignoselulosa biofuel adalah rumitnya struktur dinding sel
yang oleh alam, tahan terhadap kerusakan-masalah
perlawanan. Saat ini, proses untuk lignoselulosa biomassa
termasuk penanganan awal,sakarifikasi (hidrolisis) dan
fermentasi (Gambar 1b) (Ragauskas, A.J. et al. 2006).
Peningkatan atau penggantian proses ini sangat penting
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
produksi biofuel. Penghindaran penanganan awal bersama
dengan sakarifikasi dan fermentasi secara simultan adalah



109
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan


Proses Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi
Tabel 1. Perbandingan perbedaan platform dan tanaman bioenergi

beberapa platform dan tanaman dibandingkan sintesis dalam mengintegrasikan informasi dari berbagai penelitian

dua faktor penting dalam mengurangi biaya produksi etanol


lignoselulosa.

Biodiesel
Biodiesel merupakan biofuel yang membutuhkan
teknologi pengolahan yang jauh lebih sederhana
dibandingkan etanol. Biodiesel adalah campuran solar
dengan minyak dari biji tanaman, alga atau sumber hayati
lainnya seperti penyumbangan hewan yang telah
ditransesterifikasi untuk menghilangkan gliserol. Berbagai
spesies tanaman untuk produksi biodiesel termasuk kedelai,
rapeseed dan kanola, bunga matahari, dan kelapa sawit.
Setelah minyak diekstrak dari bagian tanaman tersebut,
selanjutnya ditransesterifikasi sehingga diperoleh metil
biodiesel atau etil ester (Gambar 1c). Pilihan potensial lain
untuk biodiesel termasuk menggunakan produk terpenoid
dari spesies Copaifera sebagai biodiesel secara langsung.
Atau, rekayasa tanaman jalur terpenoid untuk menghasilkan
sejumlah besar seskuiterpen dan diterpenes. Sebagai
alternatif sebagai bahan bakar diesel, biodiesel sudah
memiliki bagian dalam transportasi saat ini, sistem bahan
bakar dan secara luas digunakan, tetapi produksi relatif
rendah. Sumber dan bentuk biodiesel sangat beragam, dan
itu penting untuk mempertimbangkan lingkungan dan
faktor-faktor ekonomi yang berlaku dalam produksi yang
berbeda dari jenis biodiesel (Ma, F.R. and Hanna, M.A.
1999). Misalnya, bahan baku yang beragam seperti kedelai
dan limbah minyak goreng. Pengolahannya relatif
sederhana, produksi luas, tetapi kualitias bervariasi.

Biogas
Sebuah pilihan modern yang ketiga untuk bioenergi
adalah biogas dari berbagai limbah organik termasuk
tanaman jerami melalui gasifikasi (Gambar 1d). biogas
termasuk metana, hidrogen, dan karbon monoksida. Saat ini,
gasifikasi menggunakan teknologi dengan rendahnya
keseimbangan energi bersih dan kegunaannya karena
mungkin terbatas (Borjesson, P. and Berglund, M. 2007).

Selain biogas tradisional, produksi hidrogen dengan


ganggang hijau dan mikroba telah diusulkan sebagai potensi
sumber untuk biofuel generasi ketiga (Sims, R.E.H., et al.
2006). Tidak seperti produksi hidrogen dari sumber
biomassa lainya, produksi hidrogen berbasis alga
menggunakan air secara biologi-reaksi pemisahan dimana
hidrogenase menggunakan rantai transport elektron
fotosintesis untuk mereduksi proton produksi hidrogen.
Rekayasa hidrogenase meningkatkan toleransi oksigen dan
sistem biologi meneliti gen dan jalur yang terlibat dalam
produksi hidrogen untuk mewujudkan potensi platform ini
(Ghirardi, M.L. et al., 2007).

Tanaman Bioteknologi Untuk Solusi Bioenergi
Novel memungkinkan bioteknologi sangat penting
untuk mengurangi biaya produksi bioenergi, khususnya
lignoselulosa etanol. Isu-isu utama termasuk domestifikasi
yang cepat, mengatasi perlawanan, kerusakan efisiensi
selulosa, dan meningkatkan produksi biomassa dan lipid
untuk etanol dan biodiesel (Himmel, M.E. 2007).

Modifikasi Biosintesis Lignin
Lignin mungkin molekul paling penting yang
membutuhkan modifikasi untuk bahan baku lignoselulosa.
Adanya penetapan bahwa pengurangan biosintesis lignin
dapat menyebabkan perlawanan yang lebih rendah dan
efisiensi sakarifikasi tinggi (Boerjan, W. 2005). Penelitian
terbaru telah menunjukkan dua aspek penting untuk
modifikasi lignin. Pertama, kadar dan komposisi lignin adalah
penting. Meskipun proses kodependen dalam efisiennya
proses terhadap fraksionasi lignin, lebih seragam struktur
lignin mungkin memfasilitasi sel lebih efisien-degradasi
dinding untuk produksi bahan bakar. Kedua, penanganan
awal biomassa mungkin perlu diberikan jka kadar lignin jauh
dari ambang batas kritis sehingga akan meningkatkan
sakarifikasi enzimatik secara hilir dan langkah-langkah
fermentasi untuk meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu,
switchgrass, miskantus atau poplar dengan modifikasi lignin



110
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan


Proses Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi
mampu meningkatkan efisiensi konversi biomassa menjadi (1999). Bioteknologi bisa melakukan perbaikan secara cepat
gula terfermentasi (Chen, F. and Dixon, R.A. 2007). pada bahan baku bioenergi menggunakan perbaikan
Biosintesis lignin dalam spesies monokotil harus dipelajari genomik. Misalnya, jalur gen GA seperti Dgai (giberalat acid-
lebih lanjut sehingga dapat memodifikasi biosintesis lignin insentive) dapat dimasukkan ke switchgrass tanaman kerdil
secara cerdas sebagai bahan baku rumput abadi.
dimana menghasilkan tanaman dengan peningkatan

biomassa tahunan yang lebih mudah panen (Peng, J. et al.
Rekayasa Metabolik
1997). Selain itu, pengkerdilan mungkin juga membantu
Rekayasa metabolik akan memainkan peran untuk mengubah isi lignin dari biomassa secara keseluruhan.
penting dalam meningkatkan produksi biodiesel, biomassa, Pengkerdilan berikut alokasi biomassa harus bergeser ke
dan gula. Masa depan biodiesel bergantung pada rekayasa daun. Daun switchgrass telah terbukti mengandung proporsi
metabolik untuk meningkatkan kandungan minyak dan lignin yang rendah dibandingkan batang (Jung, H.J.G. and
komposisi dalam biji (Ma, F.R. and Hanna, M.A. 1999, Vogel, K.P. 1992). Pengkerdilan meningkatkan kandungan
Chapman, K.D. et al. 2001, Thelen, J.J. and Ohlrogge, J.B. selulosa yang dibutuhkan sebagai pakan atau sakarifikasi
2002, Vigeolas, H. et al. 2007, Wu, G. et al. 2005) [25,31-34]. dan fermentasi untuk produksi etanol. Salah satu tujuan
Sebelumnya, penelitian biji minyak mempunyai fokusan utama dari domestikasi poplar adalah untuk menghasilkan
terutama perubahan profil asam lemak, untuk tujuan gizi pohon kerdil-jalur yang dikendalikan oleh auksin, GA, dan
(Thelen, J.J. and Ohlrogge, J.B. 2002, Wu, G. et al. 2005). brasinosteroid yang secara potensial digunakan untuk
Upaya terbaru juga menyebabkan peningkatan produksi lipid mencapai tujuan tersebut(Peng, J. et al. 1999, Sasaki, A. et
melalui ekspresi induksi gen utama eksogen biosintesis lipid al. 2002, Sakamoto, T. et al. 2006, Morinaka, Y. et al. 2006,
(Vigeolas, H. et al. 2007 ). Rekayasa metabolik dapat juga Peng, J. et al. 1999)
membantu produksi gula dan tepung untuk produksi etanol
Kedua, perkembangan pemrograman kebutuhan
menggunakan platform saat ini (Wu,G. and Birch, R.G. 2007). bahan baku harus diubah untuk meningkatkan produksi
Contohnya, penelitian sebelumnya telah mengindikasikan biomassa. Contohnya, menunda timbulnya bunga yang telah
bahwa ekspresi yang berlebihan dari sebuah isomerasi dilaporkan bahwa akan mengakibatkan peningkatan
bakteri sukrosa dalam vakuola menjadikan yield sukrosa 2x biomassa (Salehi, H. et al. 2005). Ketiga, produksi biomassa
lipat pada tebu (Wu,G. and Birch, R.G. 2007). Rekayasa dapat juga ditingkatkan oleh modifikasi genetik dinding sel
metabolik akan menjadi penting dalam meningkatan bahan biosintesis dan modifikasi enzim. Berlebihnya sintesis
bakar bioproduk dan kemajuan bioproduk bisa paling besar selulosa pada poplar menyebabkan lebih tingginya
jangka waktu keuntungannya yang saat ini menghentikan biosintesis lignoselulosa biomassa (Shoseyov, O. et al. 2003
penelitian biofuel. Meskipun ada kemungkinan bahwa ). Secara keseluruhan, produksi biomassa dapat lebih
beberapa alternatif, non-berbasiskan bio, bahan bakar meningkat dengan rekayasa gen hormon respon pada
akhirnya dapat menggantikan minyak, plastik, dan tanaman atau gen yang terlibat dalam proses perkembangan
bioproduk lainnya dimana membutuhkan bahan baku baru (Peng, J. et al. 1999 dalam Peng, J. et al.1997, Sasaki, A. et al.
karena ketiadaan bahan baku minyak bumi. Secara 2002, Sakamoto, T. et al. 2006, Morinaka, Y. et al. 2006,
keseluruhan, bioteknologi tanaman akan berperan penting Peng, J. et al. 1999, Salehi, H. et al. 2005, Sakamoto, T. et al.
pada generasi selanjutnya opsi bioenergi untuk 2003, Dodd, A.N. et al. 2005) .
memproduksi bahan baku lignoselulosa dengan yield yang

tinggi, efisiensi penggunaan air yang lebih baik, peningkatan Kemandulan dan Biokontaminan
energi bersih semakin lebih besar, perlawanan yang lebih
Kemandulan adalah fitur lain yang diinginkan untuk
rendah, peningkatan toleransi tekanan abiotik, dan pengembangan bahan baku dalam mencegah transgen
meningkatkan manfaat ekologi seperti fiksasi karbon yang genetik pemodifikasian bahan baku (Stewart, C.N. 2007).
lebih baik, dan koservasi air dan tanah.
Induksi kemandulan adalah salah satu pendekatan untuk

membatasi aliran transgen. Kemandulan dapat diinduksi
Peningkatan Produksi Biomassa dan Yield
pada tanaman dengan menghancurkan ekspresi gen penting
Pentingnya
mengubah
pertumbuhan
dan pada perkembangan polen atau serbuk sari, pembungkaman
perkembangan tanaman untuk meningkatkan produksi khusus metabolik gen utama (Ariizumi, T. et al. 2004, Li, S.F.
biomassa untuk bioenergi tidak dapat terlalu ditekankan. et al. 2007, Khan, M.S. 2005). Pendekatan lainnya adalah
Mengingat bahwa lignoselulosa biomassa calon tanaman mencegah aliran eksisi transgen serbuk sari melalui serbuk
relatif tidak domestik, kemajuan pesat harus dicapai. sari aktivitas rekombinasi spesifik (Mlynarova, L. et al. 2006,
Pertama, mekanisme molekular pengendalian arsitektur Luo, K. et al. 2007). Sebagian besar tanaman bioenergi yang
molekul tanaman harus dipahami dengan baik. Pengetahuan diusulkan tersebut seperti switchgrass memiliki kerabat liar,
saat ini, lahan dapat diterjemahkan ke dalam dan aliran transgen dijadikan isu utama yang membatasi
pengembangan bahan baku bioenergi seperti fitur arsitektur aplikasi rekayasa genetik setiap spesies. Pencegahan aliran
yang diinginkan seperti bertubuh kerdil dan daun tegak. transgen adalah isu penting bagi peningkatan bahan baku
Telah terbukti bahwa fitur tersebut dapat dicapai dengan melalui modifikasi genetik.
memodifikasi biosintesis atau sinyal transduksi utnuk
hormon utama pertumbuhan tanaman termasuk GA KESIMPULAN
(giberelat acid), IAA (indole-3-acetic acid), dan
Uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
brasinosteroid (Peng, J. et al. 1999 dalam Peng, J. et al. bahwa masa depan bioenergi bergantung pada terobosan


111
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan


Proses Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi
teknologi. Namun, pentingnya penelitian dasar pada jalur De Oliveira, M.E.D. et al. 2005. Ethanol as fuels : energy,
dan gen yang terlibat dalam biosintesis dinding sel,
carbon dioxide balances, and ecological footprint.
perkembangan tanaman, produksi metabolit tidak boleh
Bioscience 55. pp : 593602.
diabaikan. Teknik mempelajari gen, protein, dan metabolit Sims, R.E.H. et al. 2006. Energy crops : current status and
dari yang berbeda di berbagai tahapan perkembangan
future prospects. Glob. Change Biol. 12. pp : 2054
dalam mengkorelasikan fitur dan struktur dinding sel dengan
2076.
gen. Hal ini akan membawa penemuan gen lebih lanjut dan Smeets, E.M.W. and Faaij, A.P.C. 2007. Bioenergy potentials
perbaikan bahan baku berbasis bioteknologi.
from forestry in 2050 an assessment of the drivers
Kedepannya, bioenergi tidak, dan bisa tidak,
that determine the potentials. Clim Change 81. pp :
terbatas pada tanaman lebih tinggi, meskipun tanaman lebih
353390.
tinggi cenderung menyediakan bahan baku paling penting Monti, A. et al. 2007. A full economic analysis of switchgrass
untuk pertama dan generasi kedua biofuel. Penelitian
under different scenarios in Italy estimated by BEE
mikroba telah mempunyai kapasitas merombak dinding sel
model. Biomass. Bioen. 31. pp : 177185.
tanaman dan juga penting komponennya sebagai penelitian Somleva, M.N. 2006. Switchgrass (Panicum virgatum L.).
bioenergi. Selain itu, alga harus dipertimbangkan sebagai
Methods Mol. Biol. 344. pp : 6573.
pilihan bahan baku yang berpotensial jika teknologi lebih Sanderson, M.A. et al. 2006. Switchgrass as a biofuels
matang sehingga terciptanya terobosan rekayasa. Secara
feedstock in the USA. Can. J. Plant Sci. 86. pp : 1315
keseluruhan, penelitian bioenergi muncul sebagai bidang
1325.
dengan penuh kesempatan untuk membentuk kembali Boerjan, W. 2005. Biotechnology and the domestication of
pasokan energi masyarakat di dunia.
forest trees. Curr. Opin. Biotechnol. 16. pp : 159166.

Tilman, D. et al. 2006. Carbon-negative biofuels from low-
DAFTAR PUSTAKA
input high diversity grassland biomass. Science 314.
Jones, Carla S; Mayfield, Stephen P. 2011. Algae biofuels :
pp : 15981600.
versatility for the future of bioenergy. SciVerse Venturi, P. and Venturi, G. 2003. Analysis of energy
ScienceDirect. Biotechnology.
comparison for crops in European agricultural
BP Global. 2011 BP statistical review of world energy.
systems. Biomass. Bioen. 25. pp : 235255.
London, UK. (www.bp.com). This publication provides Hill, J. 2007. Environmental costs and benefits of
a comprehensive review of world energy markets
transportation biofuel production from food- and
including production and consumption of primary
lignocellulose-based energy crops. A review. Agron.
energy including fossil fuels and renewable resources.
Sustain. Dev. 27. pp : 112.
FAO. Report of the high-level conference on world food Agrawal, R. et al. 2007. Sustainable fuel for the
security : the challenges of climate change and
transportation sector. Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A.
bioenergy.
Rome
:
FAO
Headquarters,
104. pp : 48284833.
http://www.fao.org/foodclimate/
Wu, X. et al. 2007. Factors impacting ethanol production
conference/doclist/en/?no_cache1; 3-5 June 2008
from grain sorghum in the dry-grind process. Cereal
[accessed 26.3.10].
Chem. 84. pp : 130136.
Ruane, John; Sonnino, Andrea, dan Agostini, Astrid. 2010. Wu, M. et al. 2006. Energy and emission benefits of
Bioenergy and the potential contribution of
alternative transportation liquid fuels derived from
agricultural biotechnologies in developing countries.
switchgrass: a fuel life cycle assessment. Biotechnol.
ScienceDirect. Biomass & Bioenergy.
Prog. 22. pp : 10121024.
FAO. Opportunities and challenges of biofuel production for Zabek, L.M. and Prescott, C.E. 2006. Biomass equations and
food security and the environment in Latin America
carbon content of aboveground leafless biomass of
th
and the Caribbean. Document prepared for the 30
hybrid poplar in coastal British Columbia. For. Ecol.
Session of the FAO Regional Conference for Latin
Manage. 223. pp : 291302.
America and the Caribbean, held in Brasilia, Brazil; Ragauskas, A.J. et al. 2006. The path forward for biofuels and
14-18
April
2008.
Available
from:
biomaterials. Science 311. pp : 484489.
http://www.fao.org/Unfao/Bodies/RegConferences/L
Ma, F.R. and Hanna, M.A. 1999. Biodiesel production: a
arc30/Index_en.htm [accessed 26.3.10].
review. Biores. Tech. 70. pp : 115.
GBEP. 2007. A review of the current state of bioenergy Borjesson, P. and Berglund, M. 2006. Environmental
development in G8 5 countries. Global Bioenergy
systems analysis of biogas systemspart 1: fuel-cycle
Partnership.
Available
from
:
emissions. Biomass. Bioen. 30. pp : 469485
http://www.fao.org/docrep/010/a1348e/
Borjesson, P. and Berglund, M. 2007. Environmental
a1348e00.htm [accessed 26.3.10].
systems analysis of biogas systemspart II: the
Rass-Hansen, J. et al. 2007. Bioethanol : fuel or feedstock. J.
environmental impact of replacing various reference
Chem. Tech. Biotechnol. 82. pp : 329333.
systems. Biomass. Bioen. 31. pp : 326344.
Goldemberg, J. 2007. Ethanol for a sustainable energy Ghirardi, M.L. et al. 2007. Hydrogenases and hydrogen
future. Science 315. pp : 808810.
photoproduction in oxygenic photosynthetic
Farrell, A.E. et al. 2006. Ethanol can contribute to energy and
organisms. Annu. Rev. Plant Biol. 58. pp : 7191.
environmental goals. Science 311.pp : 506508.
Himmel, M.E. 2007. Biomass recalcitrance: engineering


112
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan


Proses Produksi Bioenergi Berbasiskan Bioteknologi
plants and enzymes for biofuels production. Science
brassinosteroid deficiency increase biomass
315. pp : 804807.
production and grain yield in rice. Nat. Biotechnol. 24,
Chen, F. and Dixon, R.A. 2007. Lignin modification improves
105109.
fermentable sugar yields for biofuel production. Nat. Morinaka, Y. et al. 2006. Morphological alteration caused by
Biotechnol. 25. pp : 759761.
brassinosteroid insensitivity increases the biomass
Chapman, K.D. et al. 2001. Transgenic cotton plants with
and grain production of rice. Plant Physiol. 141. pp :
increased seed oleic acid content. J. Am. Oil Chem.
924931.
Soc. 78. pp : 941947.
Salehi, H. et al. 2005. Delay in flowering and increase in
Thelen, J.J. and Ohlrogge, J.B. 2002. Metabolic engineering
biomass of transgenic tobacco expressing the
of fatty acid biosynthesis in plants. Metab. Engin. 4.
Arabidopsis floral repressor gene FLOWERING LOCUS
pp : 1221.
C. J. Plant Physiol. 162. pp : 711717.
Vigeolas, H. et al. 2007. Increasing seed oil content in oil- Shoseyov, O. et al. 2003. Modulation of wood fibers and
seed rape (Brassica napus L) by over-expression of a
paper by cellulose-binding domains. In Application of
yeast glycerol-3-phosphate dehydrogenase under the
Enzymes to Lignocellulosics. ACS Symposium Series
control of a seed-specific promoter. Plant Biotechnol.
855 (Mansfield, S.D. and Saddler, J.N., eds). pp : 116
J. 5. pp : 431441.
131. American Chemical Society
Wu, G. et al. 2005. Stepwise engineering to produce high Sakamoto, T. et al. 2003. Genetic manipulation of
yields of very long-chain polyunsaturated fatty acids
gibberellins metabolism in transgenic rice. Nat.
in plants. Nat. Biotechnol. 23. pp : 10131017.
Biotechnol. 21. pp : 909913.
Wu,G. and Birch, R.G. 2007. Doubled sugar content in Dodd, A.N. et al. 2005. Plant circadian clocks increase
sugarcane plants modified to produce a sucrose
photosynthesis, growth, survival, and competitive
isomer. Plant Biotechnol. J. 5. pp : 109117.
advantage. Science 309. pp : 630633.
Peng, J. et al. 1999. Green revolution genes encode Stewart, C.N. 2007. Biofuels and biocontainment. Nat.
mutant gibberellin response modulators. Nature 400.
Biotechnol. 25. pp : 283284.
pp : 256261.
Ariizumi, T. et al. 2004. Disruption of the novel plant protein
Peng, J. et al. 1999. Overexpression of DWARF4 in the
NEF1 affects lipid accumulation in the plastids of the
brassinosteroid biosynthetic pathway results in
tapetum and exine formation of pollen, resulting in
increased vegetative growth and seed yield in
male sterility in Arabidopsis thaliana. Plant J. 39. pp :
Arabidopsis. Plant J. 26. pp : 573582.
170181.
Peng, J. et al. 1997. The Arabidopsis GAI gene defines a Li, S.F. et al. 2007. Suppression and restoration of male
signaling pathway that negatively regulates
fertility using a transcription factor. Plant Biotechnol.
gibberellin responses. Genes Dev. 11. pp : 3194
J. 5. pp : 297312.
3205.
Khan, M.S. 2005. Plant biologyengineered male sterility.
Jung, H.J.G. and Vogel, K.P. 1992. Lignification of switchgrass
Nature 436. pp : 783785.
(Panicum virgatum) and big bluestem (Andropogon Mlynarova, L. et al. 2006. Directed microspore-specific
gerardii) plant parts during maturation and its effect
recombination of transgenic alleles to prevent pollen-
on fiber degradability. J. Sci. Food Agric. 59. pp : 169
mediated transmission of transgenes. Plant
176.
Biotechnol. J. 4. pp : 445452.
Sasaki, A. et al. 2002. Green revolution: a mutant Luo, K. et al. 2007. GM-gene-deletor: fused loxP-FRT
gibberellinsynthesis gene in rice new insight into
recognition sequences dramatically improve the
the rice variant that helped to avert famine over
efficiency of FLP or CRE recombinase on transgene
thirty years ago. Nature 416. pp : 701702.
excision from pollen and seed of tobacco plants. Plant
Sakamoto, T. et al. 2006. Erect leaves caused by
Biotechnol. J. 5. pp : 263274.



113
Vol. 2 No. 3 Th. 2013 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan

Anda mungkin juga menyukai