Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MASYARAKAT
(STUDI TERHADAP PERAN PONDOK PESANTREN AL-HASAN DALAM
PEMBINAAN KEBERAGAMAAN REMAJA DUSUN BANYU PUTIH
TIMUR, SIDOREJO LOR, SIDOREJO, SALATIGA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
WAHYU NUGROHO
_______________________________________
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014
1
MOTTO
ABSTRAKSI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
GAMBAR LOGO STAIN SALATIGA ....................................................................ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................v
MOTTO .....................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................viii
ABSTRAKSI .............................................................................................................x
DAFTAR ISI ..............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..1
B. Fokus Penelitian..6
C. Tujuan Penelitian.6
D. Kegunaan Penelitian7
E. Penegasan Istilah.8
F. Metode Penelitian9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..9
2. Kehadiran Peneliti.10
3. Lokasi dan Objek Penelitian.10
4. Sumber Penelitian dan Informan..11
5. Prosedur Pengumpulan Data12
6. Analisis Data13
7. Pengecekan Keabsahan Data...14
8. Tahap-tahap Penelitian.15
G. Sistematika Penelitian..18
BAB II KAJIAN PUSTAKA..20
A. Pondok Pesantren Di Indonesia20
1. Pengertian Pondok Pesantren20
2. Sejarah Pondok Pesantren.21
3. Tipologi Pondok Pesantren...23
4. Elemen-elemen Pondok Pesantren26
5. Peran Pondok Pesantren dan Permasalahan Umum yang di Hadapi
Pondok Pesantren .32
B. Keberagamaan Remaja..36
1. Perilaku Keberagamaan.36
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Remaja..43
3. Fungsi Agama Bagi Manusia.48
4. Peran Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Perilaku Keberagamaan
Remaja54
5. Problematika pembinaan keberagamaan remaja.57
BAB III RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT..63
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren..63
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren.63
2. Visi dan Misi..64
3. Letak Geografis..65
4. Keadaan Sarana dan Prasarana...66
5. Struktur Organisasi.67
6. Keadaan Santri dan ustadz.68
B. Program Pendidikan...75
1. Program Harian..75
2. Program Mingguan dan Bulanan...77
3. Program Tahunan...78
C. Kondisi Remaja di Sekitar Pondok Pesantren....78
1. Pendidikan.78
2. Keberagamaan...79
3. Organisasi..80
D. Pola Hubungan dengan Masyarakat..81
1. Hubungan Individu...81
2. Hubungan Kelembagaan...82
3. Hubungan Timbal Balik83
BAB IV PEMBINAAN KEBERAGAMAAN DAN PROBLEMATIKA..84
A. Program Pembinaan..84
B. Peran Pondok Pesantren ..88
C. Problematika.93
D. Solusi97
BAB V PENUTUP...99
A. Kesimpulan99
B. Saran103
DAFTAR PUSTAKA.105
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Sarana dan Prasarana ......................................................................... 66
Tabel 2: Struktur Organisasi ............................................................................ 67
Tabel 3: Data Santri Putra dan Putri ................................................................ 69
Tabel 4: Keadaan Ustadz ................................................................................. 74
Tabel 5: Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ................................................ 75
BAB I
PENDAHULUAN
yang
diambil dari sebuah nama masjid di dekat beliau tinggal dan mengajarkan
pengajian hingga sekarang yang telah memasuki generasi ketiga yang diasuh
oleh Bapak KH. Ichsanudin, MZ. Santri di Pondok Pesantren Al-Hasan yang
dulunya diprakarsai oleh generasi tua, kini para remaja dan anak-anak usia
sekolah yang lebih mendominasi. Hal tersebut bukan menjadi suatu hambatan
bagi pengasuh pondok Al-Hasan untuk mengembangkan visi misinya.
Menurutnya, remaja memiliki peranan yang besar bagi perubahan zaman.
Usia remaja merupakan fase perkembangan yang sangat dinamis, masa
remaja adalah masa peralihan yang ditempuh seseorang dari anak-anak
menuju dewasa, karena pada fase inilah remaja mulai mencari jati dirinya.
Remaja-remaja seringkali menarik diri dari masyarakat, acuh tak acuh
terhadap lingkungan sekitar, bahkan kadang-kadang mereka tampak
menentang adat kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat sekitar, hal
ini biasanya karena mereka tidak mendapat tempat kedudukan yang jelas
dalam masyarakat, dipandang masih seperti anak-anak, pendapatnya dan
keinginannya kurang didengar, karena dipandang kurang matang saja.
Sikap atau perlakuan masyarakat yang kurang memberikan kedudukan
yang jelas pada remaja sering mempertajam konflik yang sebenarnya telah
ada pada diri remaja. Mereka lebih memilih bergabung dan bersenang-senang
dengan teman sebayanya ketika menghadapi sebuah masalah dibandingkan
dengan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan religiusitasnya, karena
bagi mereka religiusitas menjadi barang mewah dan langka. Sama halnya
dengan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Sidorejo Lor, Salatiga. Di sana
jarang sekali ditemui anak-anak usia remaja yang aktif di kegiatan-kegiatan
keagamaan. Hanya beberapa saja dari mereka yang aktif itupun remaja usia
sekitar 13-15 tahun atau mereka yang masih duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Selebihnya, mereka memiliki berbagai kegiatan di
luar dan jarang mengikuti kegiatan yang bersifat keberagamaan.
Seharusnya, remaja usia sekolah mendapatkan perhatian yang lebih
tentang perilaku keberagamaan atau religiusitasnya. Karena kehidupan di luar
rumah yang sangat beragam baik kegiatan positif maupun negatif harus
direfleksikan kembali kepada agama. Sedangkan tingkat religiusitas seseorang
dalam hal ini remaja usia sekolah dapat dilihat dari perilaku keberagamaannya
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku keberagamaan remaja sekitar ponpes Al-Hasan,
Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota
Salatiga?
2. Bagaimana peran pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan
perilaku keberagamaan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo
Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga ?
3. Apa problematika pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan pondok
pesantren Al-Hasan, Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perilaku keberagamaan remaja di sekitar pondok
pesantren Al-Hasan, Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui peran pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan
perilaku keberagamaan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo
Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teori
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan bagi
pembaca umumnya dan mahasiswa STAIN Salatiga pada khususnya, serta
dapat menambah pengetahuan bagi remaja.
2. Secara praktis
a. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan panduan bahwa
keberadaan pondok pesantren memiliki peran penting dalam
meningkatkan
perilaku
keberagamaan
remaja
di
lingkungan
sekitarnya.
b. Penelitian ini juga dapat dijadikan panduan bagi orang tua dalam
membimbing remaja agar memiliki religiusitas yang tinggi.
c. Bagi remaja, dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan agar
dapat meningkatkan perilaku keberagamaannya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai maksud dari judul
penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan pengertian istilahistilah yang ada pada judul tersebut sebagai berikut:
1.
2.
yang
berkedudukan
dalam
masyarakat
(KBBI,2007:854).
Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat imbuhan pe-an. Kata
bina berarti membangun atau mengusahakan agar mempunyai kemajuan
lebih. Keberagamaan menurut Mudzar dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu: scripture atau naskah-naskah, penganut, ritus-ritus atau ritual, alatalat seperti masjid, gereja, lonceng, dan organisasi keagamaan
(Suprayogo,2001:21).
Islam
(Nurcholis
Majid,1997:5).
Jadi
peran
pembinaan
pengetahuan umum.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field
research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara
langsung di lapangan, yakni suatu penelitian tentang studi yang
mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit
sosial tersebut.
Sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha
akan
terjun
langsung kelapangan
tanpa mewakilkan
kehadirannya kepada orang lain agar data dan informasi yang di dapat
lebih akurat.
3. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini di lakukan di pondok pesantren Al-Hasan, Dusun
Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota
Salatiga. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pondok
pesantren Al-Hasan.
Wawancara
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi
dan
ide
melalui
Tanya
jawab,
sehingga
dapat
Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung tentang kegiatan, keadaan umum
kejadian-kejadian yang ada dalam obyek penelitian dengan secara
sistematis.
Secara umum, observasi berarti pengamatan, penglihatan.
Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi
adalah mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab,
mencari bukti terhadap fenomena social keagamaan (perilaku,
kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan symbol-simbol tertentu)
selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di
Dokumentasi
Dokumen merupakan metode penelitian yang berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2011:240). Peneliti menggunakan metode ini untuk
mendapat data tentang kondisi dan keadaan Dusun Banyu Putih
Timur, agamanya, dan sarana prasarana yang dimiliki dalam
kegiatan keagamaan.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
penelitian
kualitatif
bersifat
iterative
(berkelanjutan)
dan
perhatian
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan,
kepercayaan
dalam
memeriksa
data
maka
peneliti
informan,
keenam,
menyiapkan
perlengkapan
penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya.
Tahap ini di bagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar
penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga,
berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari
lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya.
Dalam analisis data, terdapat beberapa alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu:
1) Pengumpulan Data
Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau
dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian di rancang.
2) Reduksi Data
Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan
bagian dari analisis.
3) Penyajian Data
Adalah
kemungkinan
sekumpulan
adanya
informasi
penarikan
tersusun
kesimpulan
yang
dan
memberi
pengambilan
tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang sedang
terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh menganalisis
atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat
dari penyajian tersebut.
4) Kesimpulan atau Verifikasi Data
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis
kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam
penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai dari
tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pasca
penelitian. Namun walau demikian, sifat dari kegiatan yang dilakukan
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam 5 bab, setiap bab
terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini meliputi: latar belakang masalah, masalah penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian
dan sistematika penelitian.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini pokok pembahasan diantaranya pondok pesantren di Indonesia
yang meliputi pengertian pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,
tipologi pondok pesantren, elemen-elemen pondok pesantren, upaya pondok
pesantren dan permasalahan umum yang dihadapi pondok pesantren.
Keberagamaan remaja yang terdiri dari pengertian perilaku keberagamaan,
faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan remaja, dan fungsi agama
bagi manusia dan upaya pondok pesantren dalam meningkatkan perilaku
keberagamaan remaja, problematika pembinaan keberagamaan remaja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pembentukan
akhlak.
Selain
itu,
pondok
pesantren
juga
tumbuh
dan
berkembangnya
lembaga-lembaga
adalah
pondok
pesantren
yang
menyelenggarakan
yang
menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan
dengan
pondok
pesantren
ini,
dilakukan
secara
berjenjang
dan
usaha,
seperti
pesantren
pertanian,
pesantren
selain
juga
menyelenggarakan
pendidikan
agama
juga
tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Sistem pondok bukan saja elemen yang paling penting dari tradisi
pesantren, tetapi juga penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus
berkembang. Meskipun keadaan pondok sangat sederhana namun anakanak muda yang pertama meninggalkan desanya untuk melanjutkan
pelajaran di suatu wilayah yang baru tidak perlu mengalami kesukaran
dalam tempat tinggal atau penyesuaian diri dengan lingkungan sosial
yang baru.
b. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan di anggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik
santri, terutama dalam praktek-praktek keberagaamaan misalnya, shalat
lima waktu, khotbah, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kedudukan
masjid yang sangat penting sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren
yang merukan
manivestasi
universalisme
dari
sistem
biasanya
mengharapkan
seorang
kyai
dapat
dan
keagamaan,
tetapi
juga
sebagai
lembaga
pemberdayaan
umat
Peran Mobilisasi
Pondok pesantren merupakan lembaga
4)
utama kehidupan abad ini, yaitu tekhnologi. Akan sangat janggal jika
dikatakan bahwa pesantren tidak sepenuhnya mampu mengemban tugas
keilmuan, mungkin persoalan yang dihadapi bisa dikategorikan menjadi dua
yaitu:
1)
2)
Penggunaan waktu, dana, dan daya (juga ruang) dengan sebaikbaiknya. Kalau bias faktor-faktor itu harus dipergunakan dua kali lebih
efektif daripada yang ada sekarang ini.
2)
3)
B. Keberagamaan Remaja
1. Pengertian Perilaku Keberagamaan
Perilaku menurut KBBI (2007:859) adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan keberagamaan
adalah fenomena sosial yang diakibatkan oleh agama, fenomena ini bisa
berupa struktur sosial, pranata sosial, dan perilaku sosial. Glock dan R.
Stark mengatakan bahwa perilaku keberagamaan seseorang dapat dilihat
dari lima dimensi, yaitu: ideological, ritual, mistikal, intelektual, dan
social (Muhammad Fauzi,2007:65).
a. Dimensi ideologis (ideological dimension) atau popular dikenal
dengan sebagai keyakinan beragama (religious belife). Hal ini
berkaitan dengan pengakuan dan penerimaan terhadap sesuatu Zat
yang sakral, yang Maha Besar sebagai suatu kebenaran. Keyakainan
beragama ini meliputi dua aspek, yaitu religius dan kosmologi. Nilai
religius berkaitan dengan konsepsi tentang apa yang dipersepsikan
sesuatu yang baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau
tidak benar, dan tepat atau tidak tepat dalam sebuah agama.
Sedangkan kosmologi berkaitan dengan penerimaan atau pengakuan
tentang penjelasan mengenai devinitas, alam ghaib, termasuk
kehidupan, kematian, syurga, neraka, dan lain-lainya yang bersifat
dogmatik.
b. Dimensi
ritual
(ritual
involvement),
setiap
pemeluk
agama
bersifat aktif dan dapat diamati sebagai indikasi bahwa orang tersebut
sebagai orang yang beragama.
c. Dimensi mistikal (experimental involvement) atau keterlibatan
pengalaman yang meliputi perasaan dan persepsi tentang proses
kontaknya dengan apa yang diyakininya sebagai The Ultimate
Reality yang berisikan pengalaman yang unik dan spektakuler yang
datang dari tuhan.
d. Dimensi
intelektual
(intellectual
involvement),
dimensi
ini
pengetahuan
yang
berkaitan
dangan
agama
yang
dipeluknya.
e. Dimensi
sosial
(consequential
involvement)
atau
keterlibatan
fakir
miskin,
menyumbangkan
uangnya
untuk
fundamental
untuk
ritual
Islam
adalah
ibadah,
penghambaan dari yang lebih rendah kepada Yang Maha Agung. Semua
kewajiban resmi dalam Islam terangkum dalam ibadah: lima rukun
menjadi kategori utama ritual Islam. Hari Islam termasuk salah satu
makna ritual. Di luar ibadah resmi ada banyak ibadah local dan popular
seperti peringatan atas orang suci. Misalnya sholat lima waktu
memberikan kesaksian atas dominannya ritual dalam kehidupan seharihari, Idul Fitri berperan sebagai penutup puasa ramadhan, dan sebagainya,
dalam sebuah agama tentunya sudah mengenal adanya ritual yang
mengharuskan para pemeluknya melaksanakan sebuah ritual tersebut
(Richard C.Martin, 2002:94).
Seperti halnya dalam Islam nama lain dari ritual ialah ibadah yang
tertuang sesuai QS adz-Dzariyat 56 yang berbunyi
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Yang menjelaskan tentang tugas hidup manusia ialah beribadah, dalam
agama islam ibadah mencangkup berbagai macam antara lain; sholat,
puasa, zakat dan lain-lain. Di antara ibadat dalam Islam, sholatlah yang
membawa manusia dekat kepada Tuhan, karena di dalamnya terdapat
dialog antara manusia dengan Tuhannya. Dialog ini wajib dilakukan lima
kali sehari guna memohon pensucian roh. Puasa juga merupakan
pensucian roh, karena dalam puasa seseorang berusaha menahan hawa
nafsu dan amarah, dalam hal ini puasa melatih jasmani dan rohani bersatu
dalam usaha mensucikan roh manusia. Zakat juga ikut mengambil bagian
sebagai alat pensucian roh, di sini roh dilatih untuk menjauhi dari sifat
kerakusan pada harta dan memupuk rasa persaudaraan, rasa kasih dan
suka menolong sesame anggota masyarakat yang berada dalam
kekurangan (Harun Nasution, 1985:37).
Perilaku keberagamaan seseorang dapat di nilai dari berbagai
aspek, diantaranya aspek ibadah atau ritual keberagamaannya. Ibadah
dalam Islam sangat bermacam-macam bentuknya, maka dari itu islam
membagi jenis-jenis pelaksanaan ibadah, seperti ibadah harian yang
Artinya:
Sesungguhnya
shalat
itu
mencegah
dari
(perbuatan-
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Dan ada pula ibadah tahunan seperti puasa ramadhan yang sangat efektif
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, sesuai dengan bunyi (QS
al-Baqarah: 183) :
masyarakat
dan
lingkungan
sekolah.
Semakin
banyak
tidak
terputusnya
menghilangkan
hubungan
emosi
kegelisahannya
dengan
dalam
keluarga,
orang
bentuk
yang
dicintainya dan rasa dosa. Maka takut neraka dan harap akan surga
dalam ajaran agama memerankan peran penting dalam mengurangi
kegelisahan akan mati.
c. Emosi dan pengaruhnya terhadap kepercayaan agama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam
perasaan yang terkadang bertentangan satu sama lain, emosi
memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama sering kali
kita melihat remaja terombang ambing dalam gejolak emosi yang
tidak terkuasainya sehingga memunculkan konflik pada remaja dalam
kehidupannya. Konflik yang membingungkan dan menggelisahkan
remaja ialah jika mereka merasa atau mengetahui adanya
pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
Masa tidak stabilnya emosi tumbuh di mana perasaan sering tidak
tentram
dan
keyakinannya
akan
terlihat
maju-mundur,
dan
Maka dari itu agama memiliki pengaruh yang begitu besar bagi
manusia, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan keluarga, atau
dikalangan masyarakat umum. Karena itu dapat dikatakan bahwa agama
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
agama manusia tidak mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan
hidup, dan mustahil dapat membina suasana aman, tentram dalam
masyarakat.
Menurut Zakiah Darajat (1994:56-62) agama begitu ampuh dan
memiliki arti yang besar dalam kehidupan manusia antara lain:
a. Agama memberikan bimbingan dalam hidup.
Pengendalian
utama
pada
kehidupan
manusia
adalah
yang bersifat
jasmani
maupun rohani
mampu
bertambahnya
pengalaman
keberagamaan
seseorang
yang
akan
bersifat
semakin
keagamaan
matang
pula
maka
dalam
yang menimpanya tidak akan merasa putus asa dan akan dihadapinya
dengan tenang dan sabar. Dengan ketenangan bathin maka ia akan
cepat mengingat Allah dan menganalisa penyebab dari kekecewaannya
sehingga dapat menghindari gangguan perasaan yang mengakibatkan
kekecewaan itu, dan tidak akan mudah putus asa atau pesimis dalam
hidupnya. Bagi orang yang beragama, kesukaran atau cobaan sebesar
apapun harus dihadapinya dengan sabar karena dia merasa bahwa
cobaan itu merupakan bagian dari ujian dalam hidupnya yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya dan menganggap akan terdapat
harapan-harapan di balik cobaan yang menimpanya.
c. Menentramkan bathin.
Belakangan ini banyak kita lihat suasana rumah tangga yang
tegang, mungkin juga kerena persoalan anak-anak yang sedang
menginjak usia remaja, dimana orang tua menyangka anaknya sulit di
atur, nakal dan tidak mau mendengarkan nasehat orang tua. Begitu
juga sebaliknya anak-anaknya kebingungan dan merasa menderita
mempunyai orang tua yang kurang memperhatikan perasaan mereka
yang sedang bergejolak tumbuh dengan segala persoalan.
Ketika kita berbicara tentang agama bagi anak remaja, sebenarnya
akan lebih tampak betapa gelisahnya anak-anak remaja yang tidak
pernah menerima didikan agama, karena pada usia remaja itu adalah
Fungsi Edukatif
Para pemeluk agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
dianut memberikan ajaranajaran harus dipatuhi dan secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang.
b.
Fungsi Penyelamat
Dimana pun manusia berada selalu menginginkan keselamatan
atas dirinya, dalam ajaran agama keselamatan yang diberikan
kepada penganutnya meliputi keselamatan dunia dan akhirat.
c.
d.
e.
f.
Fungsi Transformatif
Agama mampu mengubah kepribadian seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya.
g.
Fungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para pengikutnya untuk
bisa bekerja produktif bagi kepentingan diri sendiri maupun orang
lain.
h.
Fungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkhuduskan segala usaha manusia, bukan saja
yang bersifat ukhrowi tetapi juga yang bersifat duniawi. Karena
semua usaha manusia yang dilakukan dangan niatan yang tulus
merupakan ibadah.
4. Upaya
Pondok
Pesantren
dalam
Meningkatkan
Perilaku
Keberagamaan Remaja.
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang sekaligus
berkontribusi
sebagai
lembaga
bimbingan
keagamaan,
keilmuan,
berkurangnya
intensitas
keberagamaan
masyarakat
pesantren,
yang
keberagamaan anak.
lebih
anak-anak
sehingga
akan
dapat
mendapatkan
meningkatkan
bekal
perilaku
merupakan
Kebimbangan
remaja
masa
bersemangatnya
terhadap
agama
terhadap
bersifat
tidak
agama.
tetap.
c. Masalah sosial
Remaja terutama yang telah berada pada bagian akhir masa
remaja yaitu umur 17-21 tahun, perhatian terhadap kedudukan dalam
masyarakat lingkungannya terutama kalangan remaja sangat besar. Ia
ingin di terima oleh kawan-kawannya, ia merasa sedih kalau di pencil
dari kelompok teman-temannya. Karena itu ia meniru segala sesuatu
yang ada pada kelompoknya. Kadang-kadang remaja di hadapkan
pada pilihan yang sangat berat. Apakah ia mematuhi orang tua dan
meninggalkan teman-temannya, ataukah hanyut dalam pergaulan
teman yang menyenangkan dan meninggalkan orang tua. Tak jarang,
pilihannya jatuh kepada kawan, jika hubungan dengan orang tua
dengan serasi.
Semakin banyak pengalaman remaja, semakin bertambah
kesadaran terhadap problem sosial. Mula-mula ia merasakan
tanggung jawab terhadap kelompoknya, kemudian meluas pada
masalah kecil dan selanjutnya masyarakat yang lebih luas. Kadangkadang remaja merasa bahwa problem orang lain seolah-olah adalah
problemnya
sendiri
sehingga
berusaha
untuk
memberikan
c. Pendidikan agama
Pendidikan agama yang di terima oleh remaja sejak kecil, dari
orang tua, guru dan lingkungannya akan menimbulkan dalam
pribadinya unsur-unsur agama. Hal itu sangat membantu bagi remaja
dalam menghadapi berbagai kesukaran, kegoncangan, dan kekecewaan
yang di lalui pada usia remaja.
Pendidikan agama merupakan alat pembinaan yang sangat
ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan bertumbuh secara
wajar dalam jiwa remaja itu, akan dapat di gunakan untuk
mengendalikan kinginan-keinginan dan dorongan yang kurang baik
serta membantu dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan pada
umumnya. Dengan hidup dan matangnya keyakinan agama dalam diri
remaja akhlaknya dengan sendirinya akan baik karena kontrol datang
dari dalam bukan dari luar.
d. Bimbingan ke arah hari depan yang baik
Sistem pendidikan banyak sekali memberi pengaruh dalam
pembinaan remaja. Pendidikan hendaknya mendorong remaja untuk
dapat hidup dan mencari hidup dengan kekuatan sendiri, jangan
hendaknya selalu menyangka bahwa ia dapat mencari nafkah dan
hidup baik dengan menjadi pegawai, karena remaja terpengaruh oleh
BAB III
RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT
Misi:
a.
b.
c.
No.
Sarana Prasarana
Jumlah
1.
Luas tanah
500 m2
2.
Luas bangunan
500 m2
3.
15
4.
11
5.
Ruang mengaji
6.
Ruang pengurus
7.
8.
9.
Koperasi
10.
Ruang administrasi
11.
Sumber penerangan
PLN
12.
Gedung TPA
5. Struktur Organisasi
Tabel 2
Struktur Organisasi
PENGASUH
BPK. IKHSANUDIN MZ
LURAH
WAKIL LURAH
M. ZAENAL ARIFIN
ZAENAL ARIFIN
SEKRETARIS
BENDAHARA
SYIFA FITRI C
M. KHOIRUL UMAM
SIE. KEGIATAN
SIE. KEBERSIHAN
SIE KEAMANAN
M. ARIS FAISOL
ANDI NAY
SYAMSUL MAARIF
SIE. HUMAS
SIE. PERLENGKAPAN
SIE. MEDIS
YETNA YUONO
TAUFIQ NUR A
M. ARIF
SIE. MADING
EZAR
Tabel 3
Data Santri Putri dan Putra
Pondok Pesantren Al-Hasan
Tahun 2013-2014
NO.
NAMA
TTL
ALAMAT
1.
Arifah Wulandari
Semarang, 16-03-1993
Krajan, Suruh
2.
Miftakhul Nurul
Grobogan, 03-07-1993
Kedungjati, Grobogan
3.
Nurus saadah
Magelang, 03-11-1993
Ngablak, Magelang
4.
Dewi Uswatun
Semarang, 02-04-1994
Rejosari, Semarang
5.
Risalatul Mufidah
Grobogan, 13-11-1991
Kluwan,Grobogan
6.
Magelang, 03-12-1992
7.
Anisa Khomsiyah
Semarang, 08-11-1992
8.
Inni Nadhiroh
9.
Siti Aisyah
Semarang, 09-06-1996
Sumowono, Semarang
Semarang, 27-12-1996
Krajan, Suruh
Papanrejo, 08-05-1992
Bringin, Semarang
Boyolali, 28-11-1996
Wonosegoro, Boyolali
Boyolali, 20-09-1995
Ampel, Boyolali
Purworejo, 30-08-1991
Bener, Purworejo
Semarang, 26-02-1996
Bancak, Semarang
17. Purwati
Semarang, 01-07-1996
Baran, Ambarawa
Kendal, 26-08-1997
Banyubiru, Semarang
Semarang, 24-06-1997
Bandungan, Semarang
20. Lestika
Semarang, 20-11-1999
Bandungan, Semarang
Papanrejo, 26-05-1997
Lampung Utara
Semarang, 26-12-1996
Gondoriyo, Bergas
Grobogan, 31-08-1997
Semarang, 27-06-1998
Bandungan, Semarang.
Semarang, 06-11-1996
Pringapus, Semarang
Semarang, 19-02-1997
Karangjati, Semarang
Kendal, 25-03-1998
Kendal
Kendal, 18-07-1997
Singaraja, Kendal
Pringapus, 18-11-1996
Pringapus, Semarang
Salatiga, 02-10-1997
Gedangan, Semarang
Temanggung,
Wonoboyo, Temanggung
28-07-1995
Magelang, 01-08-1995
Mangunsari, Magelang
Semarang, 23-12-2000
Rembes, Semarang
Boyolali, 02-10-2000
Karanggede, Boyolali
Boyolali, 27-06-1998
Karanggede, Boyolali
Semarang, 06-06-1995
Bergas, Semarang
Semarang, 28-04-1998
Bergas, Semarang
Gunung rejo,
Pesawaran, Lampung
20-11-1998
Magelang, 16-08-1995
Windusari, Magelang
Sari
41. NNur Fatikah
NAMA
O
42. Nafida Alfi Faeruza
Grobogan, 17-02-1998
TTL
Semarang, 16-12-1997
Karangrayung, Grobogan
ALAMAT
Candi, Bandungan
Jakarta, 16-09-1993
Mranggen, Sukoharjo
Demak, 26-01-1995
Mranggen, Demak
Salatiga, 21-05-1995
Pabelan, Salatiga
Magelang, 14-06-1994
Tegalrejo, Magelang
Magelang, 20-06-1994
Ungaran Timur
Kendal, 06-05-1994
49. Isnadziya
Grobogan, 08-09-1999
Kedungjati, Grobogan
Magelang, 27-05-1994
Tempuran, Magelang
Semarang, 06-08-1997
Gunungpati, Semarang
Semarang, 16-09-1993
Spakung, Banyubiru
Semarang, 26-04-1999
Spakung, Banyubiru
Semarang, 19-03-1998
Palagan, Ambarawa
Grobogan, 20-11-1994
Kluwan, Purwodadi
Magelang, 23-06-1993
Salatiga, 20-05-1997
M. Sukron
Boyolali, 23-06-1991
Karanggede, Boyolali
M. Fahrurrozi
Magelang, 08-07-1991
Ngablak, Magelang
M. Taslim
Boyolali, 10-12-1993
Wonosegoro, Boyolali
M. Arisfaisol
Demak, 21-07-1991
Guntur, Demak
Taufiq N. A.
Semarang, 15-01-1998
Jambu, Semarang
M. Bagus M.
Boyolali, 12-06-1992
Klego, Boyolali
M. fikri S.
Demak, 21-09-1996
Bintoro, Demak
M. zaenal A.
Magelang, 20-09-1994
Banjarsari, Magelang
Grobogan, 19-07-1997
Kuwaron, grobogan
10
Raynald Asvan S.
Boyolali, 22-01-1996
Ampel, Boyolali
11
M. Khanafi
Demak, 13-09-1996
Turirejo, Demak
12
Grobogan, 31-01-1998
Kedungjati, Grobogan
13
Muhammad Arif
Semarang, 08-09-1996
Banyubiru, Semarang
14
Saifuddin
Semarang, 14-01-1996
Jambu, Semarang
15
Boyolali, 10-05-1997
Wonosegoro, Boyolali
16
Aditya M.
Semarang, 01-07-2000
Bandungan, Semarang
17
M. Abdul Ghofur
Semarang,
Banyubiru, Semarang
18
Abi Hidayat
Boyolali, 25-09-1997
Karanggede, Boyolali
19
Boyolali, 28-05-1998
Karanggede, Boyolali
20
M. Mujiburrohman
Jayapura, 04-04-1995
Karangmulya, Nabire
21
M. Musthafa Ezar
Jayapura, 25-06-1998
Karangmulya, Nabire
22
Ahmad Bahrul
Grobogan, 23-08-1998
Kedungjati, Grobogan
23
Muhammad Rexsa
Boyolali, 08-05-1999
Klego, Boyolali
24
Karanganyar,
Kauman, Salatiga
05-05 1999
25
Alfian Muzadi
Semarang, 05-04-2000
Bancar, Semarang
26
Condro Mukti
Grobogan, 18-09-1996
Kedungjati, Grobogan
27
Khakim Slamet
Temanggung, 19-071996
Kaloran, Temanggung
28
Yitna Yuono
Magelang, 07-03-1991
Candimulyo, Magelang
29
Tri Murdiyanto
Palembang, 04-06-1995
Muba, Palembang
30
Avif Irwansyah
Boyolali, 14-11-1996
Karanggede, Boyolali
31
M.C. Umam
Semarang, 02-09-1995
Pringapus, Semarang
32
Zainal Arifin
Kendal, 14 -01-1994
Merangin, Jambi
33
Elfa Rahmananda S.
Salatiga, 28-09-2000
Suruh, Semarang
34
Samsul Maarif
Demak, 12-03-1992
Guntur, Demak
35
Boyolali, 04-03-1997
Karanggede, Boyolali
b. Keadaan Ustadz
Ustadz di pondok pesantren Al-Hasan berjumlah tiga orang.
Beliau adalah Bapak Maarif, Bapak Khusnul, dan Ibu Kamalah Isom,
Nama
Kedudukan
Pendidikan Terakhir
1.
Maarif
Ustadz
SMA
2.
Ustadz/ pengajar
TPA
S-1
3.
Ustadzah
S-1
4.
Istiqomah
Pengajar TPA
SMA
5.
Pengajar TPA
S-1
6,
Pengajar TPA
D-3
7.
Amanatun, S.Ag
Pengajar TPA
S-1
Tabel 5
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hasan
No.
Program Pendidikan
Metode Pembelajaran
1.
Al-Quran
Sorogan
2.
Fiqih
Bandongan
3.
Pasolatan
Bandongan
4.
Nahwu Sorof
5.
Qoroibul Qiroah
Bandongan
6.
Subul Iman
Bandongan
7.
Marah Sholikhah
Bandongan
8.
Yasinan
Bandongan
9.
Dibak
Sorogan (hafalan)
10.
Manakib
Sorogan (hafalan)
B. Program Pendidikan
1.
Program Harian
Program harian yang di laksanakan pondok pesantren Al-Hasan adalah
sebagai berikut:
a. Kajian Al-Quran binnadhor dilaksanakan oleh semua santri putra
setiap hari setelah shalat subuh. Sedangkan bagi santri putri,
dilaksanakan setiap hari setelah shalat maghrib, sementara santri
putra membaca suratul yasin di waktu yang sama.
b. Kajian kitab safinah dilaksanakan setiap hari pukul 17.00 oleh
semua santri baik putra maupun putri. Metode yang digunakan
3.
Program Tahunan
Program tahunan yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Hasan
adalah sebagai berikut:
2. Keberagamaan
Remaja di lingkungan pondok pesantren Al-Hasan mayoritas anak
usia sekolah, sehingga kegiatan keberagamaan yang ada di dominasi oleh
anak usia sekolah.
kalau yang ikut kegiatan itu mayoritas anak usia sekolah, kalau
remaja yang senior sedikit karena udah pada pergi merantau,ujar
MZA selaku lurah putra pondok pesantren Al-Hasan.
Masyarakat juga mengakui bahwa sebenarnya pondok pesantren
Al-Hasan
sudah
menyediakan
tempat
bagi
remaja
yang ingin
kurang berjalan karena satu dan lain hal ujar KY selaku ketua takmir
masjid.
Remaja yang aktif melaksanakan shalat berjamaah di masjid juga
kebanyakan anak usia sekolah yang ikut mengaji di pondok pesantren.
Hingga saat ini, pondok pesantren dan takmir masjid bersama-sama
melakukan pembinaan terhadap mereka yang bergabung di organisasi
Remaja Islam Masjid (Remas). Remas dijadikan sebagai perantara bagi
mereka dalam membina remaja di lingkungan pondok pesantren AlHasan yang mayoritas beragama Islam.
3. Organisasi
Organisasi yang ada di lingkungan sekitar pondok pesantren AlHasan adalah remaja masjid dan karang taruna. Agenda remaja salah
satunya rapat bulanan guna membahas program kerja yang akan
dijalankan. Sedangkan agenda kegiatan yang lain diakui kurang berjalan
karena berbagai macam kendala, di antaranya:
a. Kurangnya koordinasi antara pengurus dengan anggota.
b. Minimnya generasi penerus, sehingga menciptakan jarak antara remaja
senior dan junior.
c. Tidak ada agenda yang pasti.
d. Kesadaran akan berorganisasi remaja kurang.
BAB IV
PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN
A. Program Pembinaan
Dari hasil wawancara peneliti kepada informan tentang program yang
dilakukan PPAH dalam meningkatkan keberagamaan remaja sekitar,
dikemukakan bahwa tidak ada pembinaan yang khusus dari pondok pesantren
untuk remaja. Seperti dipaparkan beberapa informan di antaranya sebagai
berikut:
Pembinaan remaja secara langsung itu tidak ada. Tetapi dalam
praktiknya apabila ada remaja yang ikut mengaji atau di undang rapat
ketakmiran atau kegiatan lain maka secara tidak langsung masyarakat
dan pondok pesantren sudah ikut membina remaja, ujar KH (5
Desember 2013, 04.45 WIB).
Hal tersebut di perkuat juga dengan penuturan T,
kalau pembinaan remaja tidak ada, tetapi setiap mengadakan acara
apa saja pasti antara santri pondok dengan remaja saling membantu
dalam melaksanakan kegiatan tersebut (25 Desember 2013, 19.00
WIB).
Nabi
dan
sebagainya.
Pondok
pesantren
Al-Hasan
juga
C. Problematika
Dimensi praktik agama mencangkup perilaku pemujaan pelaksanaan
ritual formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan seseorang untuk
menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Di sini ditemukan
bahwa banyak remaja yang kurang memperhatikan ajaran-ajaran agama,
khususnya bagi para santri yang sering kurang memperhatikan waktu sholat
karena disibukkan dengan berbagai hal sehingga apabila waktu sholat sudah
iqomah masih banyak para santri yang belum bersiap-siap ke masjid untuk
melaksanakan sholat berjamaah bahkan ada yang tidak ikut berjamaah.
Sama halnya dengan santri pondok pesantren Al-Hasan, keberagamaan
remaja di sekitar pondok pesantren terutama dalam kegiatan berjamaah
kurang intensif. Mereka yang berjamaah di masjid dan aktif berjamaah
karena jarak rumah yang dekat dengan masjid dan masih memiliki ikatan
darah dengan kyai, mereka beralasan jika tidak sholat berjamaah di masjid
mereka merasa malu. Meskipun hanya sekali dalam lima waktu, mereka tetap
berjamaah dan biasanya masjid akan dipenuhi jamaah remaja ketika shalat
maghrib. Remaja sekitar banyak yang tidak tertarik dengan kegiatan masjid
karena dipengaruhi berbagai faktor. Orang tua menjadi faktor utama
minimnya keberagamaan remaja sekitar.
Kehidupan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menengah ke
bawah juga menjadi pemicu minimnya keberagamaan remaja sekitar. Orang
tua yang sibuk dengan pekerjaannya maka secara tidak langsung berimbas
pada anak. Akibatnya sekarang banyak anak remaja yang lebih mementingkan
kegiatan perekonomian guna memenuhi kebutuhan jasmaniahnya tanpa
mengimbanginya dengan kebutuhan spiritualnya.
Kondisi ekonomi masyarakat yang seperti itu, tidak dapat dijadikan
alasan untuk saling menyalahkan. Kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan
pokok masing-masing individu, sedangkan religiusitas seseorang merupakan
hak tiap-tiap individu pula. Tokoh masyarakat setempat tidak dapat menuntut
banyak tentang religiusitas remajanya, mereka berprinsip yang terpenting
remaja masih bisa dikendalikan dengan kegiatan-kegiatan yang positif karena
berdampingan dengan lingkungan pondok pesantren. Dari berbagai ritual
keberagamaan yang di alami remaja masih telihat adanya perilaku remaja
yang kurang begitu taat dalam mengamalkan ajaran agama, seharusnya remaja
mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari agar pemahaman
tentang keagamaannya sedikit-sedikit dapat bertambah, atau bahkan bisa
melaksanakan sholat wajib tepat pada waktunya dan tidak menunda-nundanya
lagi.
Pondok pesantren dapat dimanfaatkan untuk memperdalam ilmu
keagamaan yang merupakan kebutuhan pokok spiritual masyarakat.
Kemudian pengetahuan yang di dapat dari pondok harus bisa diamalkan
Bagi anak usia sekolah tingkat lanjut kadang merasa malu untuk
belajar di pesantren karena merasa sudah besar.
Menurut informasi yang diberikan MA (29 September 2013, 20.37
WIB) yang menyatakan bahwa:
sebenarnya sudah diupayakan tetapi biasanya kalau sudah
ikut sekolah tingkat SMP bahkan tingkat lebih tinggi sudah
banyak kegiatan di luar jadinya jarang ikut mengaji dengan
alasan malu karena sudah besar
b.
masyarakat,
seharusnya
dijadikan
sarana
guna
mereka
menganggap
pondok
pesantren
adalah
tempat
D.
Solusi
Sesuai dengan keterangan yang penulis dapat dilapangan maka sebagai
dengan
pondok
pesantren,
pembina
kegiatan
remaja
diadakannya
pertemuan
rutin
tersebut,
pembinaan
dengan
tokoh
masyarakat
memberikan
sarana
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keberagamaan remaja sekitar pondok pesantren
Kehidupan
ekonomi
masyarakat
Peran Fasilitator
Keberadaan pondok pesantren sedikit banyak memberikan peran
bagi masyarakat khususnya para remaja sekitar pondok pesantren
Al-Hasan. Sebagian remaja telah memanfaatkan sarana yang
disediakan sebagai tempat mengembangkan ilmu agama dan
Peran Mobilisasi
Kegiatan yang diadakan oleh pondok pesantren Al-Hasan belum
menyentuh semua lapisan masyarakat. Tetapi pondok pesantren
telah berupaya memberikan pembinaan remaja melalui TPA.
c.
kesadaran
dan
komunikasi
antara
(khususnya
remaja)
dengan
pondok
pesantren
masyarakat
Al-Hasan
e.
Meskipun
komunikasi yang baik terjalin antara lembaga pondok pesantren AlHasan dengan masyarakat sekitar terutama kalangan remaja.
3) Hubungan timbal balik
Bukan hanya pondok pesantren Al-Hasan saja yang berupaya
membangun komunikasi dengan masyarakat, melainkan juga dari
pihak masyarakat. Masyarakat di sekitar pondok pesantren
mengakui keberadaan santri pondok dan menganggap mereka
merupakan bagian dari masyarakat.
5. Pembinaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Hasan terhadap
problematika keberagamaan remaja
Pembinaan secara langsung yang dilakukan oleh pondok
pesantren tidak ada, namun ada berbagai program yang diadakan
pondok pesantren yang secara tidak langsung memberikan pembinaan
terhadap keberagamaan remaja sekitar di antaranya:
a. Akhirusannah
b. Peringatan hari besar Islam
c. Hari raya Qurban
d. TPA
Dalam menghadapi problematika yang ada, pondok pesantren
bersama masyarakat melakukan beberapa upaya di antaranya:
remaja
dalam
berbagai
kegiatan
pondok
pesantren.
3) Pendekatan dengan orang tua.
B. Saran
Dari penelitian yang dilakukan penulis memiliki saran saran sebagai
berikut:
a. Bagi pondok pesantren Al-Hasan
1) Santri pondok pesantren Al-Hasan hendaknya dapat memberikan
contoh mengenai ritual keberagamaan, misalnya disiplin dalam
melaksanakan shalat fadhu berjamaah.
2) Santri pondok pesantren Al-Hasan hendaknya lebih meningkatkan
interaksi dengan masyarakat terutama dengan remaja sekitar agar
hubungan antara keduanya semakin akrab.
3) Pondok pesantren Al-Hasan sedapat mungkin memberikan
program pembinaan keberagamaan yang khusus bagi remaja
sekitar dan menjalankan program pembinaan yang ada dengan
rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1996.
Darajat, Zakiah, Pembinaan Remaja, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Darajat, Zakiah, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, CV. Haji Masagung,
Jakarta, 1994.
Darajat, Zakiah, Problematika Remaja di Indonesia, PT. Bulan Bintang, Jakarta,
1978.
Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan
dan Perkembangannya, Depag RI, Jakarta,2003.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,
2007.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
LP3ES, Jakarta, 1983.
Fauzi, Muhammad, Agama dan Realitas Sosial Renungan dan Jalan Menuju
Kebahagiaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Galba, Sindu, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta,
1995.
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.
Kadir, Muslim A., Ilmu Islam Terapan Menggagas Paradigma Amali dalam
Agama Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, UIN-Maliki Press,
Yogyakarta, 2010.
Yogyakarta, 2010.
Nafi, Dian, M, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, Instite for Training and
Development Amherst MA, Yogyakarta, 2007
Nasution, Harun, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Universitas Indonesia
Press, Jakarta, 1985.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2011.
Suprayogo, Imam dan Tabroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2001.
Sriyanti, Lilik, dkk, Teory-Teory Belajar, STAIN Salatiga, Salatiga, 2011.
Tim, Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir, STAIN Salatiga, Salatiga, 2009.
Yasid, Abu, Islam Akomodatif, LKiS, Yogyakarta, 2004.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
WAHYU NUGROHO
DATA PRIBADI
Tempat, tanggal
lahir
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
Telepon
: 085640573236
PENDIDIKAN
Lampiran: 6
PEDOMAN WAWANCARA
Lampiran: 7
PROFIL INFORMAN
6. MAF merupakan santri yang berasal dari Demak dia dipercaya sebagai
pengurus PPAH,
Lampiran 9.
Foto Bangunan Fisik Pondok Pesantren Al-Hasan
Lampiran 10.
Foto Kegiatan Mengaji Pondok Pesantren Al-Hasan
Lampiran 11
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hasan
Lampiran 12
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Pengurus Pondok Pesantren Al-Hasan
Lampiran 13
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Ketua Takmir Masjid
Lampiran 14
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Ketua Remaja
Lampiran 15
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Perwakilan Remaja
Lampiran 16
Foto Kegiatan Wawancara Dengan Tokoh Masyarakat
Lampiran 17
Kegiatan Remaja: Kerja Bakti
Lampiran 18
Kegiatan Remaja: Peringatan Maulid Nabi
AL - HASAN
Sekretaruat: Jl. Imam Bonjol, Banyuputih Timur, Sidorejo Lor, Sadorejo, Salatiga
No
:PPAH/XXVII/XII/2013
Lamp
:-
Hal
Kepada Yth.
Kepala STAIN Salatiga
Di Tempat
: Wahyu Nugroho
NIM
: 11109060
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
Demikian surat pernyataan ini, agar dipergunakan sebaik-baiknya dan sebagai mana
mestinya.
Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mengetahui:
Pengasuh Pondok
KH. Ichsanudin MZ
Ketua Pengurus
M. Zaenal Arifin
Lampiran: 8
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Catatan :
Pembinaan keberagamaan remaja secara langsung tidak ada
Kurang komunikasi antara remaja dengan pondok pesantren
Berharap ada saling terbuka dan pengerian antara remaja dan
santri
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
I
: Kami selalu terbuka dengan masyarakat. Misalnya
apabila ada masyarakat sekitar mengadakan musyawarah
dengan tokoh masyarakat terutama pihak takmir dan meminta
perwakilan dari pengurus pondok untuk datang maka sebisa
mungkin pengurus akan mengirim perwakilan untuk
menghadirinya. Dan kami juga memberi kesempatan bagi
remaja terutama bagi yang menguasai ilmu agama untuk
menyalurkan bakat yang dimiliki untuk membantu mengajar
anak-anak TPA agar bisa memanfaatkan ilmu yang
dimilikinya.
Catatan :
Pembinaan remaja dilakukan secara tidak langsung
dengan mengikut sertakan remaja dalam berbagai
kegiatan pondok pesantren
TPA merupakan salah satu upaya pondok pesantren
melakukan pembinaan terhadap remaja dan anak-anak
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
: Tidak ada mas paling pas malam Idul Adha itu sama pas
menyembelih hewan qurban.
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
: Gini mas, ketika pas malam Idul adha itu kita bersama
remaja dan masyarakat sekitar mengadakan takbiran keliling
tapi ini acara yang tahunan. Kalau masalah yang rutin semisal
seminggu sekali atau sebulan sekali masih dipertimbangkan
karena berbagai kendala.
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Hari/tanggal
Pukul
Responden
Lokasi
Catatan:
Kondisi ekonomi orang tua menengah ke bawah, berimbas
pada sosialisasi remaja
Masyarakat berharap ada agenda rutin yang dikhususkan
bagi remaja agar pembinaan dapat di selipkan.
Lampiran 19.
Jadwal Penelitian
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TANGGAL
17 September 2013
24 September 2013
25 September 2013
29 September 2013
27 November 2013
29 November 2013
8.
9.
04 Desember 2013
10.
11.
12.
13.
14.
15.
05 Desember 2013
16.
25 Desember 2013
17.
18.
26 Desember 2013
06 Desember 2013
07 Desember 2013
12 Desember 2013
KEGIATAN
Observasi
Mendapatkan izin
Wawancara dengan pengurus
Wawancara dengan pengasuh
Penelitian
Wawancara dengan pengasuh
Wawancara dengan ketua
remas
Wawancara dengan lurah
pondok
Wawancara dengan ketua
takmir
Wawancara dengan ustadz
Wawancara dengan remaja
Wawancara dengan pengurus
Wawancara dengan pengurus
Wawancara dengan remaja
Wawancara dengan ketua
remaja
Wawancara dengan tokoh
masyarakat
Wawancara dengan pengurus
Wawancara dengan remaja
NARASUMBER
Pengurus
Pengasuh
Lurah pondok
Pengasuh
Pengasuh
Ketua remas
Lurah pondok
Ketua takmir
Ustadz
Remaja
Pengurus
Pengurus
Remaja
Ketua remaja
Ketua RW
Pengurus
Remaja
DAFTAR SKK
Nama : Wahyu Nugroho
NIM
: 111 09 060
No.
Jenis Kegiatan
1.
OPAK 2009
Pelatihan ESIQ Mahasiswa Baru
STAIN Salatiga Tahun
Akademik 2009 / 2010
User Education UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga
Musabaqoh Tilawatil Quran II
JQH
Praktikum Baca Tulis Al-Quran
(BTA)
Praktikum Etika Profesi
Keguruan (EPK)
Seminar Keperempuanan dengan
tema Menumbuhkan Kembali
Jiwa Kartinian dalam Kampus
Praktikum Kepramukaan Jurusan
Tarbiyah
Praktikum Metodologi
Pendidikan Agama Islam
(MPAI)
Praktikum Telaah Kurikulum
Pendidikan Agama Islam
Publik Hearing Meningkatkan
Kepekaan dan Transparansi
Lembaga Menuju Kampus yang
Amanah
Seminar Nasional Mewaspadai
Gerakan Islam Garis Keras di
Perguruan Tinggi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Berperan
Sebagai
Peserta
21 Agustus 2009
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
17 Mei 2011
Peserta
Peserta
23 Septemeber 2011
Peserta
11 Februari 2012
Peserta
27 Maret 2012
Peserta
23 Juni 2012
Peserta
Nilai
3
13.
14.
15.
16.
17.
17 Oktober 2012
Peserta
13 Maret 2013
Peserta
26 Maret 2013
Panitia
27 Mei 2013
Peserta
8 Juli 2013
Peserta
65
Salatiga, 18 September 2013
Mengetahui,
Wakil Ketua III Bidang Kemahasiwaan