Pengaruh PHBS Terhadap Diare
Pengaruh PHBS Terhadap Diare
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Daerah Karangnongko merupakan daerah pegunungan, karena terletak di kaki
Gunung Merapi. Daerah ini terletak di kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah. Karena
Karangnongko merupakan daerah pegunungan, maka tak heran apabila penduduk disini
kesulitan untuk mendapatkan air bersih, apalagi saat musim kemarau tiba. Sumur menjadi
kering dan debu bertebaran dimana-mana. Untuk mendapat air penduduk bergantung
pada musim penghujan dan air PAM.
Pada saat musim penghujan datang, bak-bak penampungan air penuh. Masyarakat
menampung air hujan pada bak penampungan air yang memang sengaja dibuat untuk
menampung air hujan. Setiap rumah biasanya mempunyai 1 bak penampungan air yang
terbuat dari semen. Bak tersebut biasanya terletak di samping rumah atau belakang rumah
penduduk. Air tampungan yang berasal dari air hujan tersebut digunakan penduduk untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti mandi, memasak, memcuci
tangan, memandikan ternak dan kebutuhan hidup yang lainnya. Mereka tidak
mempedulikan apakah air hujan tersebut hiegenis atau tidak. Padahal air hujan tidak
terjamin kebersihannya.di dalam air hujan terkandung banyak bakteri dan berbagai bibit
penyakit juga mengandung limbah dan bahan-bahan anorganik yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Bakteri E. Coli pun banyak terkandung juga dalam air hujan tersebut.
Oleh karena itu diare dapat terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi air tersebut.
Bahkan angka penderita diare melonjak pada saat musim penghujan datang. Diare seperti
mewabah pada musim ini.
Pada saat musim kemarau tiba air bersih sangat sulit didapatkan. Untuk itu
penduduk membeli air tangki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
Setiap tangki air PAM dihargai sekitar Rp 125.000,00 yang berisikan 5000 liter air.
Dikarenakan keadaan yang demikian, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sangat
sulit diterapkan dalam kehidupan mereka. PHBS termasuk didalamnya mencuci tangan
1
sebelum makan dan mandi 2x sehari jarang sekali dilaksanakan mengingat minimnya
ketersediaan air. Mereka sanagt menghemat penggunaan air. Air hanya digunakan untuk
hal-hal yang penting saja seperti memasak dan memandikan ternak, sehingga mandi dan
cuci tangan dianggap hal yang sepele dan tidak penting.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Tujuan umum
2
Untuk memberikan gambaran mengenai diabetes mellitus yang dialami oleh penderita
obesitas, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada penderita diabetes
mellitus khususnya yang mengalami obesitas
2. Tujuan khusus
a.
Untuk memberi gambaran tentang hubungan antara perilaku hidup bersih dan
sehat terhadap terjadinya diare di daerah Karangnongko
b.
Untuk melihat gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi diare
c.
Untuk mengetahui pengobatan dan penatalaksanaan serta pencegahan diare
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
- menambah pengalaman kesehatan
- memperoleh gambaran tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
terjadinya diare
2. Bagi masyarakat
- memberi informasi kesehatan bagi khalayak umum tentang realitas masalah perilaku
hidup bersih dan sehat
- memberi informasi kesehatan bagi khalayak umum tentang diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE
Definisi
Yang dimaksud dengan diare adalah defekasi (buang air besar) encer lebih dari 3x sehari,
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Sedangkan yang dimaksud dengan diare
akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
(Suharyono, 1982).
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar.
Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini
ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di Negara yang
sedang berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari
sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya
tahan badan.
Untuk bayi, baik di Negara-negara maju, penurunan angka kejadian diare erat kaitannya
dengan pemberian ASI (pemberian susu), yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran
4
minum anak dan sebagian oleh karena factor pencegahan immunologic pada ASI. Sejauh ini
membuat imunoglobin, tetapi antibody spesifik terhadap hamper semua kuman patogen usus
terdapat di dalam kolustrum dari ASI.
Penyebab
Penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan pasti. Penyebab diare ini dapat
dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Ditinjau dari sudut patofisiologi penyebab
diare akut dapat dibagi dalam 2 golongan.
1. Diare sekresi, disebabkan oleh :
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan
(misalnya keracunan makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
c. Defisiensi imun terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipatgandanya bakteri / flora usus dan jamur, terutama Candida.
2. Diare osmotic, disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan
b. KKP (kekurangan kalori protein)
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir
Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh factor lingkungan seperti pembuangan tinja
dan limbah cair dalam rumah tangga. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan
secara saniter merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan, disamping
berbagai kegiatan penyehatan lingkungan yang lain seperti penyediaan air bersih, pembuangan
5
sampah, hiegene sanitasi makanan dan minuman, pengendalian vector, pengendalian pencemaran
lingkungan fisik, sanitasi tempat umum dan penyehatan lingkungan pemukiman. Dalam rangka
menyehatkan lingkungan pembuangan tinja dan limbah cair tidak berdiri sendiri, tapi bersamasama dengan berbagai upaya penyehatan lingkungan yang lain. Dengan demikian penurunan
angka kejadian penyakit diare, yang terjadi sebagai hasil pelaksanaan program perbaikan system.
Pembuangan tinja dan limbah cair, mungkin pula merupakan hasil dalam pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan lain yang dilaksanakan pada saat yang sama
Limbah cair adalah gabungan dari air dan bahan bahan pencemar yang terbawa oleh air
baik dalam keadaan terlarut maupun suspense yang terbuang dari sumber domestic.
Air merupakan penyalur/ penyebab penyakit/ sarang insekta. Bahan bahan limbah
merupakan sumber pengotoran bahan air.
Pencegahan pengotoran air: untuk mencegah pengotoran air berbagai ketentuan diuraikan
terlebih dahulu dapat dijadikan pegangan/ pedoman secara praktis, semua air buangan yang akan
dialirkan ke lingkungan harus memenuhi standar yang berlaku.
Patofisiologi
Sebagai akibat dari diare akut maupun kronik akan terjadi:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metaboolik asidosis)
Metabolic asidosis terjadi karena:
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolism lemak tidak sempurna sehingga benda
keton tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolismeyang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler
Pernafasan Kuzmaull
Pernafasan kuzmaull ini merupakan homeo statis respiratorik, adalah usaha dari
tubuh untuk mempertahankan pH darah. Mekanisme terjadinya pernafasan Kuzmaull
ini dapat diterangkan dengan menggunakan ekwasi Henderson Haselbach
Ekwasi Henderson Haselbach
(HCO3)
H2CO3
Untuk system bikarbonat, nilai pK ini konstan, yaitu 6,1. Hal ini berate pH tergantung
pada ratio bikarbonat dan karbonat, tidak tergantung dari konsentrasi mutlak
bikarbonat dan karbonat. Dalam keadaan normal NaHCO3 27 mEq/L (=60 vol %) dan
kadar H2CO3= 1,35 mEq/L (=3 vol %). Selama rasio 20:1 ini konstan maka pH pun
akan tetap 7,4
Bila kadar bikarbonat turun maka kadar karbonat pun harus turun pula supaya
rasio bikarbonat : karbonat tetap 20 : 1. Untuk mempertahankan rasio ini maka
sebagian asam karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2 serta kelebihan CO2 akan
dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anakanak dengan gizi yang cukup / baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:
a. Penyimpanan / persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa menurun sampai 40 mg %
pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat
7
berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang smpai
koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang
tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penuruna berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan
karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau muntahnya
akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
2. Manifestasi klinis
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin
cair mungkin mengandung darah dan atau lender, warna tinja berubah menjadi kehijauhijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet
karena tinja semakin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah
banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada
bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan
bibir terlihat kering.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
- Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan berat badan 2 %
- Dehidrasi ringan bila terjadi penuruna berat badan 2 -5 %
- Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
- Dehidrasi berat bila terjadi penuruna berat badan 10%
Catatan:
I.
Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
II.
selama 30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu:
1 detik
: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita akan dapat ditentukan derajat
dehidrasinya:
Jika mendapat nilai 0-2 : dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 : dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 : dehidrasi berat
(Nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi isotonic dan
hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak terdapat, masing-masing 77,8 %
III.
dan 9,5 %)
Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun besar
diganti dengan banyaknya/ frekuensi kencing.
c. Tonisitas darah
o Dehidrasi isotonic, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L
o Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma <131 mEq/L
o Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma >150 mEq/L
10
Efek dehidrasi
A. Kehilangan cairan tubuh
a. Kehilangan tirgor kulit
b. Denyut nadi lemah atau tidak ada
c. Takikardia
d. Mata cekung
e. Ubun-ubun besar cekung
f. Suara parau
g. Kulit dingin
h. Sianosis (jari-jari)
i. Selaput lender kering
j. Anuria- uraemia
B. Kehilangan elektolit-elektrolit tubuh
a. Defisiensi bikarbonat/asidosis
Muntah muntah
Pernafasan cepat dalam
Cardiac reserve menurun
Defisiensi K+ menurun
b. Defisiensi K+
Kelemahan otot-otot
Hues paralitik
Cardiac arrhythmia- Cardiac arrest
c. Hipoglikemia
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis(kausal) yang
tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu
dikerjakan
a. Pemeriksaan tinja
o Makroskopis dan mikroskopis
o Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab
o Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
o pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance
b. Pemeriksaan darah
o Darah lengkap
o pH cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan
asam-basa
o Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal
c. Duodenal intubation
o Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik
11
4. Pengobatan
Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam:
a. Pengobatan kausal
b. Pengobatan simtomatik
c. Pengobatan cairan
d. Pengobatan dietik
12
Obat-obat anti diare: obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat
seperti antispasmodic/spasmolitik atau opium justru akan memperburuk keadaan
karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan absorpsi.
Obat-obatan ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltic saja, tetapi justru
akibatnya sangat berbahaya karena baik si pemberi obat maupun penderita akan
terkelabuhi. Diarenya terlihat tidak ada lagi, tetapi perut akan bertambah kembung
dan dehidrasi bertambah berat dan akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita.
Adsorbents: obat-obat adsorbents seperti kaolin, pectin, charcoal(norit, tabonal),
secepatnya.
Antiemetic: obat antiemetic seperti chlorpromazine terbukti selain mencegah muntah
juga dapat menguras sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam
Jumlah cairan yang telah hilangmelalui diare dan atau muntah, ditambah dengan
Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan, ditambah
dengan
Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah ynag masih terus
berlangsung
13
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masinganak
atau golongan umur.
14
Hal ini sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana
pemberian cairan harus didiubah (kecepatan tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya
kalau terdapat gejala overdehidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi. Juga
concomitantlosses sangat bervariasi sehingga setiap penderita perlu mendapatkan
pengawasan secara individual. Segera setelah tnda-tanda dehidrasi hilang, terapi
pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian CRO dan makanan kembali
diberikan.
B. POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996
oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi
Kesehatan. Program ini dijalankan dengan kesadaran bahwa dampak dari perilaku terhadap
derajat kesehatan cukup besar, dengan demikian diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA,
Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi),
bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masingmasing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
PHBS di Rumah Tangga yang dapat dilakukan antara lain :
15
C. KERANGKATEORI
Diare
Penyebab :
-ifeksi virus
-hiperperistaltik
-defiensi imun
Akibat :
-dehidrasi
-metabolik asidosis
-malabsorpsi
-KKP
-BBLR
-hipoglikemia
-gangguan gizi
-gangguan sirkulasi
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Diare
B. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka perumusan hipotesis dari
penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi terjadinya diare di
kecamatan Karangnongko kabupaten Klaten propinsi Jawa Tengah.
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dimana dalam penelitian ini
merupakan penelitian observasional. Observasional yang dimaksud adalah dalam
penelitian ini peneliti akan mengamati perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dari
seluruh lapisan mulai dari balita hingga tua, kemudian peneliti akan mengambil sampel
masyarakat yang mengalami diare. Dengan begitu peneliti akan mengetahui apakah ada
hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat terhadap diare.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare yang tercatat pada
rekam medik tahun 2008 yang dikumpulkan dari data surveilans penyakit menular di
17
3. Skala Pengukuran
Skala pengukuran data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
18
Penggunaan skala pengukuran data untuk variabel independent yaitu perilaku hidup
b. Berdasarkan dari jawaban yang diberikan dibedakan menjadi dua yaitu angket
langsung dan angket tidak langsung.
c. Dipandang dari bentuknya dibedakan menjadi empat yaitu angket pilihan ganda,
isian, check list, dan rating scale.
Dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup dengan jawaban pilihan ganda.
Adapun tujuan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara orang yang menderita obesitas dengan penyakit diabetes mellitus.
2. Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan Analisa Bivariat untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara variable bebas dan variabel terikat digunakan korelasi Chi
Square. Korelasi
20
f0 fh 2
i 1
fn
Keterangan :
2
= Chi Square
f0
= frekuensi yang diobservasi
fh
= frekuensi yang diharapkan
Jika X2 hitung X2 tabel, maka H0 diterima, dan bila X2 hitung X2 tabel maka H0
dan jika
0,05 H0 ditolak,
0,05 H0 diterima.
I. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat ijin ke program studi,
kemudian mengajukan ijin ke direktur rumah sakit, baru melakukan pengambilan data
dengan melakukan observasi terhadap subyak penelitian.
Masalah-masalah etika, antara lain :
1.
Informed Concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan
lembar persetujuan (informed concent). Informed concent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan. Tujuannya adakah agar responden mengerti maksud dan tujuan
peneliti, mengetahui dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden.
Anonimily
2.
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, hanya
mencantumkan kode pada alat pengumpulan data.
3.
Confidentiality
21
22