DI DAERAH PAPUA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
AHMAD FULKI
107097003011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
AHMAD FULKI
107097003011
Oleh
Ahmad Fulki
107097003011
Menyetujui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul Analisis Parameter Gempa, b Value Dan PGA Di Daerah Papua,
telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 September 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains ( S.Si ) pada Program
Studi Fisika.
Jakarta, 19 September 2011
Sidang Munaqasyah
Penguji I
Penguji II
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua
Prodi Fisika
( Drs.Sutrisno, M.Si)
NIP : 195902021982031005
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL
KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI
ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN.
Ahmad Fulki
107097003011
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Analisis Parameter Gempa, b Value
Dan PGA Didaerah Papua. Untuk mencari nilai b Value dengan menggunakan
metode likelihood maksimum, dan mencari nilai PGA dengan cara melakukan
perhitungan menggunakan rumus empiris percepatan tanah dengan perhitungan
rumus empiris Esteva untuk mencari rumus empiris yang baru. Adapun
penggunaan metode likelihood maksimum dalam mencari nilai b Value
dikarenakan suatu metoda statistik yang sangat sesuai untuk memecahkan
beberapa masalah tentang seismologi. Dan pemilihan rumus empris Esteva untuk
untuk mencari rumus empiris yang baru dikarenakan rumus empris Esteva
memiliki nilai empiris yang sangat kecil, dibandingkan rumus-rumus empiris
lainnya yang telah di buat oleh para ahli seismologi dari berbagai Negara. Dari
metode likelihood maksimum diperoleh hasil b Value berkisar 0.3619 1.7372.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian mempunyai
keaktifan kegempaan yang cukup tinggi hal itu sesuai dengan perhitungan
B.Guttenberg dan C.F. Ritcher. Dan dari perhitungan rumus empiris baru
diperoleh nilai berkisar antara 0.000029 s/d 0.000454, dengan rumus empiris
baru sebagai berikut :
ABSTRACT
KATA PENGATAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT rabb semesta alam,
rasa syukur tak berhingga untuk curahan segala nikmat dan petunjuk yang tiada henti
mengalir kepada hamba-Nya khususnya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu menyertai baginda Rasul Nabi
Muhammad s.a.w tercinta selaku suri tauladan terbaik bagi rahmatan lil alamin, sebagai
pemberi kabar gembira untuk umatnya juga kepada para sahabat, keluarga serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan selesainya penulisan tugas akhir ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1
Kedua orang tua penulis, terimakasih untuk seluruh dukungannya. Baik dukungan
materil dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Ibu tercinta, Sari Alam Simanjuntak, S.Pdi yang selalu mencurahkan perhatian,
motivasi, serta kasih sayangnya kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Adik tersayang, Imam Mahdi. Yang sedikit membantu penulis dalam menyajikan
tugas akhir ini.
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
Bapak Drs. Sutrisno, M.si selaku ketua program studi fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Drs. Sutrisno, M.si selaku pembimbing pertama, atas waktu yang diluangkan,
ilmu yang diberikan dan atas kesabarannya dalam membimbing penulis.
Bapak Dr. Agus Budiono , M.Si selaku pembimbing kedua yang dengan sabar
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk tentang apa yang penulis
perlukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Mas tatok yatimantoro selaku pembimbing saya di BMKG, yang dengan sabar
meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu tentang apa yang penulis butuhkan
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Seluruh teman-teman tercinta Fisika angkatan 2007 yang telah melewatkan bersamasama masa perkuliahan yang penuh kenangan.
10 Dan semua pihak yang belum disebutkan diatas, yang telah membantu terlaksananya
pembuatan tugas akhir ini.
Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca, tidak
lupa penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada pada
tugas akhir ini. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PENGESAHAN UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
13
16
17
21
22
24
2.9. Magnitude
29
30
33
33
33
34
34
35
42
47
53
5.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Seismograf
Gambar 2.1
Gambar 2.2
17
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Zona Konvergen
20
Gambar 2.5
Zona Divergen
20
Gambar 3.1
39
Gambar 4.1
47
Gambar 4.2
52
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
13
Tabel 3.1
38
Tabel 3.2
Perbandingan Nilai
39
Tabel 4.1
42
Tabel 4.2
48
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa terjadi akibat pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah
permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi/lempeng bumi.
Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik
yang mengarah ke segala arah di dalam bumi dan menjalar menjauhi fokusnya.
Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya dapat bersifat
merusak atau tidak. Hal ini sangat tergantung dari kekuatan sumber dan jarak
fokus gempa, disamping itu mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangunan itu
berdiri juga sangat mempengaruhi apakah gempa itu bersifat merusak atau tidak.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun
demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja,
seperti pada batas lempeng Plat Pasifik. Untuk mengetahui kecepatan pergerakan
tanah dan untuk mengukur besarnya suatu gempa dapat di gunakan suatu alat
yaitu Seismograf. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi dan mencatatnya
dalam seismogram. Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa
tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram yang dapat menentukan
kekuatan gempa. Biasanya digunakan skala Richter untuk menggambarkan
besaran gempa, dan skala Mercalli untuk menunjukkan intensitas gempa, atau
pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa nilai a sebagai tingkat
keaktifan gempa bumi, nilai b sebagai tingkat kerapuhan batuan, nilai b value dan
PGA sebagai informasi mitigasi gempa bumi didaerah papua dan sekitarnya pada 14.670 LS 5.000 LU dan 125.000 144.990 BT, dengan menggunakan Metode
Likelihood Maksimum dan perhitungan menggunakan rumus empiris.
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang penulisan dan pemilihan judul, tujuan
penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab ini berisikan teori teori metode yang digunakan yaitu Metode
Likelihood Maksimum dan perhitungan menggunakan rumus empiris.
BAB 2
LANDASAN TEORI
dipermukaan bumi dalam bentuk getaran tanah yang dapat dirasakan. Selanjutnya
gelombang elastis yang dipancarkan oleh gempa ini disebut gelombang seismik.2)
b.
c.
Pelepasan energy.
Gempa bumi yang sering menimbulkan kerugian dan korban adalah gempa bumi
tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng
tektonik. Menurut teori lempeng tektonik kerak bumi terpecah-pecah menjadi
bagian yang disebut lempeng (plate bumi). Di bumi terdapat tujuh lempeng besar
(Mega Plate) di antaranya: lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, lempeng IndoAustralia, lempeng Antartika, lempeng Amerika, lempeng Nazca, dan lempeng
Afrika.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan berbeda.
Menurut teori konveksi pergerakan lempeng-lempeng ini disebabkan oleh arus
konveksi. Bumi ini tersusun oleh dua bagian yaitu lithosfer dan Astherosfer.
Asthenosfer bersifat fluida yang kental dan mempunyai densitas lebih kecil dan
bersuhu tinggi. Lithosfer mempunyai densitas lebih besar dan bersifat kaku serta
mudah patah, karena gerakan perputaran bumi secara terus menerus maka pada
asthenosfer yang bersuhu tinggi timbul arus. Arus ini disebut arus konveksi. Arus
ini selalu bergerak dari tekanan tinggi ke tempat tekanan yang rendah. Gerakan
dari asthenosfer akan menggerakan lithosfer yang berada di atasnya. Maka
lithosfer yang berupa lempeng-lempeng tersebut akan bergerak.3)
Menurut sumber terjadinya gempa, gempa bumi dikelompokkan menjadi:
1. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang berasal dari pergeseran
lapisan-lapisan batuan sepanjang bidang sesar di dalam bumi.
2. Gempa vulkanik adalah gempa bumi
gerakan
c. Swarm
Sejumlah besar goncangan kecil tanpa ada gempa bumi utama.
Berdasarkan kekuatan, gempa bumi diklasifikasikan menjadi:
1. Gempa sangat besar, M > 8,0
2. Gempa besar, 7,0 < M < 8,0
3. Gempa sedang, 4,5 < M < 7,.0
4. Gempa mikro, 1,0 < M < 4,5
Dimana M adalah magnitude
Richter pada tahun 1935 dengan mengusulkan skala kekuatan logaritma yang
lazim disebut sebagai Skala Richter. Ada dua macam skala gempa yang biasa
digunakan sebagai ukuran kekuatan gempa bumi:
a. Skala Kekuatan Gempa (Magnitudo)
Magnitudo gempa bumi merupakan jumlah energi yang dilepaskan di
pusatnya dan di ukur dengan satuan Skala Richter. Skala ini dikembangkan oleh
seorang ahli seismologi bernama Charles Richter. Dalam penentuannya skala ini
dapat dikonversi dari jarak episenter. Peningkatan satu satuan skala sebanding
dengan peningkatan 30 kali energi yang dilepaskan di pusatnya. Dapat
dibayangkan jika satu gempa bumi dengan magnitudo 7,5 Skala Richter akan
melepaskan 30 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan satu gempa dengan
magnitudo 6,5 Skala Richter. Magnitudo yang paling kecil yang masih bisa
dirasakan oleh manusia adalah 3,5 Skala Richter.
Jenis gempa berdasarkan kekuatan gempa (magnitudo), terdiri atas:
a. Gempa sangat besar (great earthquake), yaitu gempa bumi dengan
magnitudo > 8 Skala Richter.
b. Gempa besar (major earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 7
sampai dengan 8 Skala Richter.
c. Gempa sedang (moderate earthquake), yaitu gempa bumi dengan
magnitudo antara 5 sampai dengan 7 Skala Richter.
d. Gempa kecil (small earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 3
sampai 5 Skala Richter.
e. Gempa mikro (micro earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo
antara 1 sampai 3 Skala Richter.
b. Skala Intensitas Gempa
Bersifat lebih subyektif. Intensitas gempa bumi merupakan skala kedua
yang dipakai dalam menyatakan sebuah gempa bumi. Skala intensitas
menunjukan tingkat kerusakan di permukaan bumi. Skala ini dikembangkan oleh
Mercalli pada tahun 1902, seorang ahli seismologi dari Italia dan sekarang lebih
dikenal
dengan
skala
Mercalli
yang
dimodifikasi,
digunakan
untuk
dirasakan
setiap
orang,
membunyikan
lonceng
dan
menggerakkan perabot.
f. Membangunkan yang tidur, membunyikan lonceng dan menghentikan
gerak jam.
g. Kepanikan, membunyikan lonceng, menjatuhkan yang tergantung.
h. Meretakkan dinding bangunan.
i. Merusakkan sebagian atau keseluruhan bangunan.
j. Bencana besar, meruntuhkan gunung.
B. Skala Richter
Dibuat oleh Charles Richter (1935) 1 8,8 skala (Skala Logaritma). Dasar
kerja skala ini adalah dengan pengukuran amplitudo maksimum gelombang
seismik pada jarak 161 km, dengan mengukur perbedaan waktu tempuh
gelombang P dan gelombang S. Kemudian ditambahkan faktor empiris
(berdasarkan kenyataan melemahnya gelombang saat menjauhi fokus).
Tabel 2.1 Skala Richter dan Pembandingnya
Skala Richter
Peningkatan Kekuatan
170 g
10
6 kg
100
179 kg
1000
5 metric ton
10000
100000
1000000
10000000
C. Skala Mercalli
Diciptakan oleh seismologist Italia, Guisseppe Mercalli pada tahun 1902
dan dimodifikasi oleh seorang ahli seismologi Amerika sehingga menjadi suatu
skala absolut.
Terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan
dari beberapa lempeng tektonik aktif:
a). Jalur gempa bumi Sirkum Pasifik
Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili, Equador, dan
Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska,
Alaution Island, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filiphina, Indonesia,
Polynesia, dan berakhir di New Zealand.
b). Jalur gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic
Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan,
Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya, Burma,
Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda) dan akhirnya
bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku.
c). Jalur gempa bumi Mid-Atlantic
Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge adalah Spitsbergen, Iceland, dan
Atlantik Selatan.
Sebanyak 80 % dari gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang
sering disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik.
Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat 15 % gempa dan sisanya sebanyak 5 %
tersebar di Mid Atlantik dan tempat tempat lainnya.
Gelombang Love (L) yaitu gelombang yang terpadu pada permukaan bebas
medium berlapis. Gerakan pertikelnya seperti gerakan gelombang SH.
b)
SV
dilewati gelombang-
a. Zona Konvergen
Zona ini ditandai dengan adanya dua lempeng yang berbatasan bergerak
dengan arah saling mendekati. Seperti pada gambar dibawah ini:
Zona tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati sehingga pada
batas-batas ke dua lempeng cenderung melipat ke atas dan membentuk
pegunungan lipatan.
Zona Subduksi
Pada zona subduksi kedua lempeng yang bertumbukan (lempeng benua
dan lempeng samudera). Lempeng yang lebih berat (lempeng samudera) akan
menunjam di bawah lempeng yang lebih ringan (lempeng benua). Hasil aktifitas
tektonik semacam ini berupa rangkaian gunung api.
b. Zona divergen
Pada zona divergen dua lempeng yang berbatasan bergerak relatif
menjauhi sehingga membentuk pegunungan (ridce) yang terdapat di tengah
samudera. Zona ini di tandai dengan pembentukan materi-materi lempeng. Seperti
pada gambar dibawah ini :
c. Zona Singgungan
Pada zona singgungan dua lempeng yeng saling bergerak relatif sejajar satu
dengan yang lain sehingga terjadi gesekan pada bidang batas lempeng. Akibat dari
gesekan ini timbul gempa-gempa dangkal yang dapat membawa bencana.
)
b=
log e
dan M =
M Mo
Mn
i =1
n
............................................. (2.4.2.4)
n
i =1
dimana :
: rata-rata magnitude
Mo
Log e : 0.4343
Bila diberikan probabilitas untuk 95%, Batas atas dan batas bawah dari
nilai b yang didapatkan menggunakan metode ini adalah menurut utsu(1965) :
) 1.960
) 1.960
dan b = b 1
..................................... (2.4.2.5)
b = b 1 +
N
N
)
)
= Log N (M > M0 )+ Log ( b ln10) + M0 b ........................... (2.4.2.6)
Krigging.
2.8 Metode Eliminasi Gauss-Jordan9)
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linier adalah metode eliminasi Gauss-Jordan. Metode ini diberi nama
Gauss-Jordan untuk menghormati Carl Friedrich Gauss dan Wilhelm Jordan.
Metode ini sebenarnya adalah modifikasi dari metode eliminasi Gauss, yang
dijelaskan oleh Jordan di tahun 1887. Metode Gauss-Jordan ini menghasilkan
matriks dengan bentuk baris eselon yang tereduksi (reduced row echelon form),
sementara eliminasi Gauss hanya menghasilkan matriks sampai pada bentuk baris
eselon (row echelon form). Selain untuk menyelesaikan sistem persamaan linier,
metode eliminasi Gauss-Jordan ini dapat pula digunakan untuk mencari invers
dari sebuah matriks. Prosedur umum untuk metode eliminasi Gauss-Jordan ini
adalah:
1. Ubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks augmentasi.
2. Lakukan operasi baris elementer pada matriks augmentasi (A|b) untuk
mengubah
matriks A menjadi dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Contoh mengubah sistem persamaan linier menjadi matriks augmentasi :
1. Jika sebuah baris seluruhnya bukan merupakan angka nol, maka angka bukan
nol pertama pada baris tersebut adalah 1 (leading 1).
2. Jika ada baris yang seluruhnya terdiri dari angka nol, maka baris tersebut
dikelompokkan di baris paling bawah dari matriks.
3. Jika ada 2 baris berurutan yang sama-sama tidak terdiri dari angka nol
seluruhnya, maka leading 1 dari baris yang lebih bawah berada di sebelah kanan
dari leading 1 yang berada di baris yang lebih atas.
4. Pada setiap kolom yang memiliki leading 1 di kolomnya, maka nilai yang ada
di kolom tersebut kecuali leading 1 adalah nol.
Sebuah matriks yang hanya memenuhi syarat 1 sampai 3 adalah matriks yang
dalam bentuk baris eselon. Sedangkan jika syarat keempat juga dipenuhi, maka
matriks tersebut dapat dikatakan dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Berikut beberapa contoh matriks yang sudah dalam bentuk baris eselon tereduksi :
2x + 4y - 2z = 12
x + 5y + 3z = 8
-3x + y + 3z = -4
-2
12
-3
-4
-1
-3
-4
-1
-3
-4
-1
14
-1
0.33
0.67
14
-3.67 4.67
0.33
0.67
14
-3.67 4.67
0.33
-9.33 9.33
0.67
-3.67 4.67
0.33
0.67
-1
0.33
0.67
-1
-1
Setelah langkah ke-10, maka matriks ini telah dalam bentuk baris eselon
tereduksi. Dari matriks terakhir ini dapat disimpulkan bahwa nilai x = 1, y = 2,
dan z = -1.
Contoh di atas diterapkan pada sistem persamaan linier dengan n variabel dan n
persamaan. Contoh berikut adalah cara menyelesaikan sistem persamaan linier
dengan n variabel dan m persamaan.Diketahui sistem persamaan linier sebagai
berikut:
2x + 3y - 5z = 7
x + 4y + 8z = 3
-5
1.5
-2.5
3.5
1.5
-2.5
3.5
2.5
10.5
-0.5
1.5
-2.5
3.5
4.2
-0.2
-8.8
3.8
4.2
-0.2
x 8.8z = 3.8
y + 4.2z = -0.2
Ada 3 macam kemungkinan penyelesaian dari sistem persamaan linier, yaitu :
1. Solusi yang unik. Hanya ada satu himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi
sistem persamaan linier tersebut.
2. Tidak ada solusi. Tidak ada himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi
sistem persamaan linier tersebut.
3. Solusi yang ada tidak berhingga. Ada lebih dari satu (tak berhingga)
himpunan nilai (s1, s2, ..., sn) yang memenuhi sistem persamaan linier tersebut.
2.9 Magnitude
Magnitude adalah suatu besaran gempa bumi yang menyatakan besarnya
energi yang dilepas suatu gempa di pusatnya. Dalam proses perhitungan
percepatan tanah, magnitude yang biasa digunakan adalah magnitude permukaan.
Hal ini dikarenakan percepatan tanah yang dihasilkan dari rekaman accelerograph,
biasanya diakibatkan adanya dominasi dari gelombang permukaan.
Di Indonesia sendiri, khususnya BMG dalam melakukan perhitungan
magnitude, biasanya menggunakan perhitungan magnitude lokal dan body.
Sehingga diperlukan adanya konversi magnitude, baik dari magnitude lokal
ataupun body ke magnitude permukaan. Hubungan ketiga magnitude ini telah
dibuat oleh Gutenberg, yaitu :
Mb = 0.56Ms + 2.9
Mb = 1.7 + 0.8ML 0.01ML2
Sehingga didapatkan hubungan ML dan Mb untuk mencari Ms yaitu :
Ms =
Ms =
Mb 2.9
0.56
1080 * Exp(0.5Ms)
( R + 25)1.32
472.3 * 10 0.278Ms
( R + 25)1.301
0.304 * 10 0.7 Mb
R1.4
Dimana :
: Percepatan tanah
R : jarak hiposenter
Ms : magnitude surface
Mb : magnitude body
Dari rumus-rumus diatas, maka bentuk-bentuk rumus empiris yaitu :
1. Bentuk umum dari model rumus empiris Donovan, Oliviera dan Esteva,
yaitu:
a * Exp(bMs )
( R + n) c
a *10 bMS
( R + n) c
dimana :
: Percepatan tanah
a,b,c,n
: Konstanta
Ms
: Magnitude Surface
: Jarak hiposenter
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Pusat, Jakarta Pusat. Data penelitian yang digunakan adalah data gempa bumi
01 januari 1989 sampai 28 januari 2000 dengan magnitude 5 SR dan
kedalaman (h) 100 Km merupakan kedalaman yang dangkal yang berpotensi
besar mengakibatkan resiko kerusakan yang tinggi. Data yang diambil dari data
USGS, dan ISG. Penelitian ini di fokuskan pada titik koordinat Daerah papua
dan Sekitarnya pada -14.670 LS 5.000 LU dan 125.000 144.990 BT.
bumi seperti kondisi geologis, kualitas infra struktur, kepadatan penduduk dan
sebagainya diabaikan. Adapun tahapan dalam pengolahan datanya adalah sebagai
berikut :
1. Data magnitude dan frekuensi gempa bumi yang terjadi pada lokasi
penelitian dimasukkan dalam komputer sesuai dengan urutan tahunnya
dan koordinat lintang dan bujurnya.
2. Hitung frekuensi kumulatif berdasarkan magnitudonya.
3. Cari nilai b value nya dengan menggunakan metode likelihood
maksimum.
4. Cari nilai PGA ( ) nya dengan menggunakan perhitungan percepatan
tanah dengan metode empiris.
DATA 1
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT
5.0
5.2
5.3
5.8
Jumlah
21.3
Mo
4.95
M 0 = 4 .95 ;
b =
log e
M M0
b =
0 .4343
5,325 4 .95
log e = 0, 4343 ;
N = 4;
b = 1 .1581
yang
sudah ada antara lain dari Donovan, Mc.Guirre, Esteva, Oliviera, MV.Mickey dan
Katayama. Yang mempunyai hasil RMS error yaitu Donovan 4.2866, Mc guirre
3.5722, Esteva 1.5093, Oliviera 1.6104, M.V.Mickey 1.5566, Katayama 1.5337.
Maka, untuk mencari rumus empiris yg baru, kita dapat menggunakan rumus
empiris dari esteva, karena rumus empirisnya mempunyai nilai RMS error
terkecil. Maka secara umum bentuk dari rumus empiris atenuasi percepatan tanah
berdasarkan rumus-rumus yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan rumus
empiris Esteva yang dapat dituliskan sbb:
a * exp b*Ms
( R + n) 2
dimana :
: Percepatan tanah
a,b,n : Konstanta
Ms
: Magnitude Surface
: Jarak hiposenter
Dari rumus diatas dapat juga ditulis yaitu dengan mengalikan dengan Ln :
5600 * Exp(0.5Ms )
a * Exp(bMs )
atau =
2
( R + 40)
( R + 40) 2
a * Exp(bMs )
( R + n) 2
Dengan R = ( X 1 X 2 ) 2 + (Y1 Y2 ) 2
dan dengan Ms =
Mb 2.9
0.56
R1 = ( X 1 X 2 ) 2 + (Y1 Y2 ) 2
R1 = (7.34 + 0.933) 2 *111+ (129.37 131.117) 2 *111 (per/10 di kalikan 111 KM)
R1 = (4556.511) + (338.773)
= 69.96631 KM
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4.1
4.1
3.75
4.82
4.64
4.46
4.28
4.28
3.92
4.64
3.92
Ln a
b
1.298
0.0388
0.00196
0.685
-0.0503
0.719
0.51989
0.8802
-0.1864
-1.7721
-0.7528
Maka di dapat nilai a = 1.3044 dan nilai b = -0.0328. Setelah di dapat nilai a & b,
maka kita dapat memperoleh nilai . Maka rumus empiris baru yang di dapat
adalah :
Kemudian rumus empiris baru, kita gunakan terlebih dahulu untuk mencari nilai
pada 11 titik gempa tersebut, guna membandingkan nilai rumus empiris baru
dengan nilai observasi, dan untuk mendapatkan nilai RMSerror.
Tabel 3.1 Data 11 Gempa Stasiun Sorong
No.
Gempa
Tgl/Bln/Thn
Latitude
Longitude
Mag
(M)
(Obsevasi)
1.
Saumlaki
19 Nov 2009
7.34 LS
129.37 BT
5.2 SR
0.000303
2.
Tual
11 Nov 2009
5.44 LS
133.61 BT
5.2 SR
0.000117
3.
Saumlaki
18 Nov 2009
6.53 LS
129.79 BT
5.0 SR
0.000099
4.
Melonguane
19 Nov 2009
2.84 LU
128.01 BT
5.6 SR
0.000237
5.
Manokwari
19 Nov 2009
0.81 LS
134.59 BT
5.5 SR
0.000162
6.
Waingapu
24 Nov 2009
11.25 LS
119.11 BT
5.4 SR
0.000048
7.
Nobire
26 Nov 2009
2.94 LS
136.19 BT
5.3 SR
0.000177
8.
Ambon
26 Nov 2009
5.87 LS
127.77 BT
5.3 SR
0.000228
9.
Ambon
28 Nov 2009
2.75 LS
128.76 BT
5.1 SR
0.000163
10.
Ternate
30 Nov 2009
0.47 LU
126.13 BT
5.5 SR
0.000019
11.
Saumlaki
29 Nov 2009
7.3 LS
130.76 BT
5.1 SR
0.000041
R1 = ( X 1 X 2 ) 2 + (Y1 Y2 ) 2
0
R1 = (7.34 + 0.933) 2 *111+ (129.37 131.117) 2 *111 (per/1 di kalikan 111 KM)
R1 = (4556.511) + (338.773)
= 69.96631 KM
Mb 2.9 5.2 2.9
Ms =
=
= 4.1
0.56
0.56
(Obsevasi)
0.000303
0.000117
0.000099
0.000237
0.000162
0.000048
0.000177
0.000228
0.000163
0.000019
0.000041
(Empiris)
0.0000943
0.000128
0.000114
0.000133
0.00019
0.0000263
0.000119
0.000107
0.000225
0.000125
0.000099
RMSerror =
(Y
Y2 ) 2
n
(Y
Y2 ) 2
n
(0.00159 0.00136)
11
= 0.000069
Jika di lihat dari nilai RMSerror-nya yang sangat kecil, maka kemungkinan
kesalahan pada rumus empiris barunya pun sangatlah kecil. Dengan begitu kita
dapat menghitung nilai per-grid.
DATA 1
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT
5.0
5.2
5.3
5.8
Jumlah
21.3
Mo
4.95
Mb = 5.0; Ms =
a = 1.3044;
5.325 2.9
= 3.75; b*Ms = -0.123; R = 107.9296
0.56
b = -0.0328
a * Exp(bMs )
( R + 40) 2
Input Data
(Pengeplotan Data Dalam Peta)
101 Zona
Perhitungan b value
Perhitungan PGA
Metode Likelihood
Metode Empiris
Countur Map
Dengan Software
Analisa
Kesimpulan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
N
Mo
21.3
4.95
M
ratarata
5.352
65.3
12
4.95
5.441
0.8845
10.6
4.95
5.3
1.2408
52
10
4.95
5.2
1.7372
Wilayah
-100 s/d -90 LS dan 1250 s/d 1260 BT (1)
0
b
taksiran
1.1581
48.4
4.95
5.4
0.9651
101.1
19
4.95
5.4
0.9651
305.1
57
4.95
5.4
0.9651
191.3
36
4.95
5.3
1.2408
42.2
4.95
5.3
1.2408
10.4
4.95
5.2
1.7372
41.5
4.95
5.2
1.7372
28.3
4.95
5.7
0.5790
46.3
4.95
M
ratarata
5.8
225.2
42
4.95
5.4
0.9651
431.5
81
4.95
5.3
1.2408
70.1
13
4.95
5.4
0.9651
10.6
4.95
5.3
1.2408
17.4
4.95
5.8
0.5019
20.9
4.95
5.2
1.7372
Wilayah
-70 s/d -60 LS dan 1280 s/d 1290 BT (13)
-7 s/d -6 LS dan 129 s/d 130 BT (14)
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
0.5019
26.6
4.95
5.3
1.2408
31.1
4.95
5.2
1.7372
64.2
12
4.95
5.4
0.9651
67.7
13
4.95
5.2
1.7372
47
4.95
5.2
1.7372
21
4.95
5.3
1.2408
33.7
4.95
5.6
0.6681
10.5
4.95
5.25
1.4476
10.8
4.95
5.4
0.9651
16.3
4.95
5.4
0.9651
15.6
4.95
5.2
1.7372
10.5
4.95
5.25
1.4476
32.2
4.95
5.4
0.9651
60.9
11
4.95
5.536
o.7411
23.2
4.95
5.8
0.5019
16.4
4.95
5.467
0.84
21.9
4.95
5.475
0.8272
43.4
4.95
5.425
0.9143
66.5
12
4.95
5.5416
0.7341
97.5
17
4.95
5.735
0.5532
42.1
4.95
5.3
1.2408
58.8
11
4.95
5.3
1.2408
12.3
4.95
6.15
0.3619
31.8
4.95
M
ratarata
5.3
74.4
14
4.95
5.3
1.2408
43.4
4.95
5.4
0.9651
26.1
4.95
5.2
1.7372
91.2
17
4.95
5.4
0.9651
48.0
4.95
5.3
1.2408
32.3
4.95
5.4
0.9651
Wilayah
-50 s/d -40 LS dan 1420 s/d 1430 BT (43)
-5 s/d -4 LS dan 143 s/d 144 BT (44)
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
1.2408
113.1
21
4.95
5.4
0.9651
72.0
13
4.95
5.5
0.7896
72.0
13
4.95
5.5
0.7896
53
10
4.95
5.3
1.2408
132.3
24
4.95
5.5
0.7896
21.2
4.95
5.3
1.2408
21.2
4.95
5.3
1.2408
32.8
4.95
5.5
0.7896
60.8
11
4.95
5.5
0.7896
45.8
4.95
5.7
0.5790
91.8
17
4.95
5.4
0.9651
27.3
4.95
5.5
0.7896
64.9
11
4.95
5.9
0.4571
21.6
4.95
5.4
0.9651
23.2
4.95
5.8
0.5019
42.4
4.95
5.3
1.2408
26.7
4.95
5.3
1.2408
20.6
4.95
5.2
1.7372
16.0
4.95
5.3
1.2408
17.0
4.95
5.7
0.5790
50.1
4.95
5.6
0.6681
27.0
4.95
5.4
0.9651
11.6
4.95
5.8
0.5019
140.0
25
4.95
M
ratarata
5.6
121.8
22
4.95
5.5
0.7896
48.7
4.95
5.4
0.9651
67.7
12
4.95
5.6
0.6681
32.9
4.95
5.5
0.7896
100.7
18
4.95
5.6
0.6681
71.5
13
4.95
5.5
0.7896
Wilayah
-30 s/d -20 LS dan 1380 s/d 1390 BT (73)
-3 s/d -2 LS dan 139 s/d 140 BT (74)
Jumlah
M*N
Jumlah
N
Mo
b
taksiran
0.6681
15.8
4.95
5.3
1.2408
54.5
4.95
6.0
0.4136
46.8
4.95
5.9
0.4571
(83)
58.6
10
4.95
5.9
0.4571
(84)
136.3
24
4.95
5.7
0.5790
(85)
250.9
45
4.95
5.6
0.6681
(86)
42.6
4.95
5.3
1.2408
(87)
22.0
4.95
5.5
0.7896
(88)
321.8
59
4.95
5.5
0.7896
(89)
248.7
46
4.95
5.4
0.9651
(90)
76.4
14
4.95
5.5
0.7896
(91)
55.8
10
4.95
5.6
0.6681
(92)
43.1
4.95
5.4
0.9651
(93)
342.2
64
4.95
5.3
1.2408
(94)
147.7
27
4.95
5.5
0.7896
(95)
256.5
48
4.95
5.3
1.2408
(96)
200.3
37
4.95
5.4
0.9651
(97)
43.8
4.95
5.5
0.7896
(98)
85.8
16
4.95
5.4
0.9651
(99)
63.2
12
4.95
5.3
1.2408
(100)
109.1
20
4.95
5.5
0.7896
(101)
69.0
13
4.95
5.3
1.2408
dari
volume batuan yang menjadi sumber gempa. Kemudian data pada tabel.1 di olah
kembali dengan menggunakan software SURFER, yang data pada tabel.1 tersebut
di olah berdasrkan grid, sehingga menghasilkan contour map b value pada
gambar.2. seperti pada gambar di bawah ini.
Ms
b*Ms
Nilai
107.9296
3.75
-0.123
0.000052
99.28711
3.75
-0.123
0.000059
81.5234
4.1
-0.134
0.000072
91.04425
3.75
-0.123
0.000067
84.57589
3.75
-0.123
0.000074
78.98802
3.75
-0.123
0.000081
74.47908
3.75
-0.123
0.000088
71.25419
3.75
-0.123
0.000093
69.49234
4.1
-0.134
0.000095
157.0591
3.75
-0.123
0.000029
83.3197
3.92
-0.128
0.000075
69.9445
3.92
-0.128
0.000095
64.80941
3.75
-0.123
0.000105
61.07607
3.75
-0.123
0.000113
59.01112
3.75
-0.123
0.000117
58.79063
4.1
-0.134
0.000116
Wilayah
Ms
b*Ms
Nilai
60.43479
5.35
-0.175
0.000108
133.5014
4.46
-0.146
0.000037
143.0407
3.92
-0.128
0.000034
61.37882
3.75
-0.123
0.000112
51.04323
3.75
-0.123
0.000139
48.55345
3.75
-0.123
0.000147
48.28523
3.75
-0.123
0.000148
56.90148
3.92
-0.128
0.0001
119.5062
3.75
-0.123
0.000045
129.2198
3.75
-0.123
0.00004
139.0531
3.75
-0.123
0.000036
148.9826
3.75
-0.123
0.000032
70.10302
3.75
-0.123
0.000095
61.46918
3.75
-0.123
0.000112
53.52089
3.75
-0.123
0.000131
46.61021
3.75
-0.123
0.000153
41.26182
3.75
-0.123
0.000174
38.13874
4.46
-0.146
0.000184
37.79669
3.92
-0.128
0.000189
40.30652
3.75
-0.123
0.000178
45.15995
3.75
-0.123
0.000159
51.79448
3.75
-0.123
0.000136
59.53733
3.75
-0.123
0.000116
72.48436
3.75
-0.123
0.000091
91.15939
3.75
-0.123
0.000067
105.7583
5.53
-0.181
0.000051
125.6777
3.75
-0.123
0.000042
135.7678
3.75
-0.123
0.000037
145.921
4.1
-0.134
0.000033
Wilayah
Ms
b*Ms
Nilai
55.65596
3.75
-0.123
0.000126
46.72913
3.75
-0.123
0.000153
38.62173
3.75
-0.123
0.000186
31.96348
3.75
-0.123
0.000222
27.81528
3.75
-0.123
0.000251
27.34439
3.75
-0.123
0.000254
27.34439
3.75
-0.123
0.000254
40.66978
3.75
-0.123
0.000177
53.51467
3.75
-0.123
0.000131
62.83188
3.75
-0.123
0.000109
72.4836
3.75
-0.123
0.000091
82.35228
3.75
-0.123
0.000077
92.36841
3.75
-0.123
0.000065
102.4888
4.1
-0.134
0.000056
117.8059
3.75
-0.123
0.000046
133.2367
3.75
-0.123
0.000038
143.569
3.75
-0.123
0.000034
61.43847
3.92
-0.128
0.000111
51.36839
-0.164
0.000132
41.52996
3.75
-0.123
0.000173
32.13664
3.92
-0.128
0.00022
23.72319
3.75
-0.123
0.000284
17.74305
3.75
-0.123
0.000345
30.04819
3.92
-0.128
0.000233
39.28002
3.75
-0.123
0.000183
59.06752
3.75
-0.123
0.000117
69.24592
5.17
-0.169
0.000092
79.51744
3.75
-0.123
0.00008
89.85015
3.75
-0.123
0.000068
Wilayah
Ms
b*Ms
Nilai
100.2251
3.75
-0.123
0.000058
110.6305
3.75
-0.123
0.00005
121.0584
4.1
-0.134
0.000044
(78)
54.10361
3.75
-0.123
0.00013
(79)
38.37955
3.92
-0.128
0.000186
(80)
17.63638
3.75
-0.123
0.000347
(81)
10.36131
3.75
-0.123
0.000454
(82)
46.40256
3.75
-0.123
0.000154
(83)
56.89661
3.75
-0.123
0.000122
(84)
61.07425
3.75
-0.123
0.000113
(85)
50.93221
3.75
-0.123
0.000139
(86)
40.98922
3.75
-0.123
0.000175
(87)
64.49178
3.75
-0.123
0.000105
(88)
54.98378
3.75
-0.123
0.000127
(89)
45.92648
3.75
-0.123
0.000156
(90)
37.64662
3.75
-0.123
0.000191
(91)
30.77814
3.75
-0.123
0.00023
(92)
69.35644
3.75
-0.123
0.000096
(93)
60.6135
3.75
-0.123
0.000114
(94)
52.5392
3.75
-0.123
0.000134
(95)
45.4796
3.75
-0.123
0.000157
(96)
71.32815
3.75
-0.123
0.000112
(97)
60.27847
3.75
-0.123
0.000114
(98)
54.23578
3.75
-0.123
0.000129
(99)
82.33206
3.75
-0.123
0.000077
(100)
75.1172
3.75
-0.123
0.000087
(101)
68.76496
3.75
-0.123
0.000097
0.006
2
0.0055
0.005
0.0045
0.004
-2
0.0035
-4
0.003
0.0025
-6
0.002
-8
0.0015
0.001
126
128
130
132
134
136
138
140
142
144
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa data dengan menggunakan metode likelihood maksimum untuk
daerah papua dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan dari nilai b value untuk 101 wilayah nilainya berkisar
antara 0.3619 s/d 1.7372.
2. Jika dilihat dari nilai b value-nya yang berkisar antara 0.3619 s/d 1.7372,
maka daerah papua dapat di simpulkan sebagai daerah yang sangat
berpotensi gempa. Karena, jika nilai b value-nya mendekati nilai 1, maka
wilayah itu sangat berpotensi terjadinya gempa.
3. Hasil perhitungan dari nilai 101 wilayah nilainya berkisar antara
0.000029 s/d 0.000454.
4. Nilai pada PGA ini mewakili nilai percepatan tanah permukaan dalam
mitigasi gempa bumi.
5. Rumus empiris yang baru yang sudah ditemukan konstantanya di stasiun
Geofisika Sorong adalah =
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain selain tingkat seismisitas, yaitu faktor geologi, kualitas
infra struktur, kepadatan penduduk dan sebagainya.
2. Tinjauan statistik resiko kegempaan walaupun mempunyai banyak
keterbatasan dan sifatnya umum namun dapat digunakan sebagai studi
awal dalam masalah mitigasi bencana gempa bumi.
3. Perlunya perhitungan letak episenter dan kedalaman gempa yang akurat
agar nilai percepatan tanah yang didapat juga akurat.
4. Karena magnitude yang sering digunakan di Indonesia adalah magnitude
body, sedangkan dalam perhitungan rumus empiris percepatan tanah
menggunakan magnitude permukaan. Maka perlu adanya penelitian
konversi magnitude, dari Mb ke Ms yang cocok digunakan di Indonesia.
5. Untuk mendapatkan nilai percepatan tanah yang tepat, maka perlu adanya
penambahan Accelorograph di setiap daerah.
DAFTAR PUSTAKA
1) Don, L. & Florence Leet. 2007. Gempa Bumi Penjelasan Ilmiah dan
Menggunakan
Rumus
Empiris
Atenuasi
Berdasarkan
Data
Metode
Eliminasi
Gauss-Jordan,
Fakultas
Teknologi
Informasi,
Universitas Tarumanegara.
10) Nurman, H., 2002, Laporan Analisa Statistik Aktivitas Gempa Sumatera