Anda di halaman 1dari 15

GERAKAN PEREMPUAN

Calvin (5), Nicole (21), Vania(28)

Kondisi perempuan indonesia pada zaman pertengahan abad ke-19 masih jauh
tertinggal dibandingkan dengan kaum lelakinya. Sekolah-sekolah yang ada pada saat itu
hanya membuka kesempatan bagi kaum lelaki, sedangkan para perempuan hanya
mendapat pendidikan yang berkisar seputar kerumahtanggaan dan itu pun masih sangat
terbatas.

Latar Belakang

Keadaan ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan ketika seorang putri bupati dari
jepara bernama R.A. Kartini, yang berkesempatan mengenyam pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah belanda, menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam
tulisan tentang kondisi perempuan pada masa tersebut. Pemikiran itu ditulisnya dalam
bentuk korespondensi dengan sahabat-sahabatnya di belanda seperti stella zeehandelar
dan profesor F.K. Anton. Oleh J.H. Abendanon surat-surat kartini ini dikumpulkan dan
diterbitkan menjadi sebuah buku yang kemudian diberi judul door duirtenis tot lich- habis
gelap terbitlah terang.

Raden Ajeng Kartini

Kartini mencita-citakan sebuah masyarakat di mana ada


kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, di mana perempuan
dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemajuan bangsa
bersama dengan laki-laki, di mana perempuan diberi
kesempatan untuk bangkit dari ketertinggalannya. Menurutnya,
sebagai perempuan ia akan menjadi ibu bagi anak-anaknnya,
dan ibulah yang akan memberikan pendidikan pertama kepada
anak-anaknya.

Gerakan Perempuan Indonesia


Munculnya gerakan perempuan di belahan dunia membawa imbas ke dalam
nuansa pergerakan perempuan Indonesia. Ini terlihat munculnya ide-ide
emansipatif oleh Kartini dan organisasi lainnya untuk menekan keluarnya
undang-undang perkawinan pada dekade 1950-an. Seiring perkembangan
zaman pergerakan berkembang pada isu-isu gender seperti masalah peran
ganda, isu perkosaan, aborsi,domestic violence,serta isu-isu lainnya.
Secara garis besar pergerakan perempuan dapat dibagi menjadi empat
periode, yaitu:
1. Periode Sebelum Proklamasi Kemerdekaan.
2. Periode Setelah Proklamasi Kemerdekaan (1945-1965).
3. Periode Pasca 1965 (Orde Baru).

Periode Sebelum Kemerdekaan

GAMBAR
SEKOLAH KARTINI
TAHUN 1918

UANG KERTAS
PECAHANIDR
5 CETAKAN
TAHUN 1952
DENGAN
GAMBAR
KARTINI.

KONGRES
PEREMPUAN II

Periode Setelah Kemerdekaan

Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk menyatakan diri
sebagai Negara yang berdaulat melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustu 1945.
Kemerdekaan itu memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum perempuan untuk lebih
berkiprah maju ke depan membela Negara sekaligus mengisi kemerdekaan secara nyata.

Masa mempertahankan kedaulatan Negara itu bermunculan lascar bersenjata yang


anggotanya para perempuan. Lascar Putri Indonesia di Surakarta, Pusat Tenaga Perjuangan
Wanita Indonesia, Laskar Wanita Indonesia, Persatuan Wanita Indonesia, yang terbentuk
setelah bubarnya Fujinkai Wanita Negara Indonesia. Pada tahun 1946 di Yogyakarta
terbentuk lascar Perempuan yang bernama Wanita Pembantu Perjuangan. Pada taun 1948
pemerintah membentuk Korps Polisi Wanita, diikuti oleh Korps Wanita Angkatan Darat pada
taun 1961, Korps Wanita Angkatan Laut tahun 1962, Korps Wanita Angkatan Udara tahun
1963.

Munculnya

pergerakan

perempuan

dilatarbelakangi

oleh

upaya

membantu

mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda yang ingin menjajah kembali.

Periode Setelah Kemerdekaan (lanjutan)

Dalam

sejarahnya

periode

gerakan perempuan pernah


mengalami

masa

transisi

yaitu saat meletusnya G 30S


PKI tanggal 30 September
1965.

Bersama

dengan

banyaknya

organisasi

lainnya,

organisasi

perempuan

mau

tak

mauterseret ke dalam arus


politik
bereaksi

yang

ada

dengan

terhadaf

usaha

Periode Pasca 1965 (Orde Baru)

Awal periode ini bertitik tolak pada saat diselenggarakannya Musyawarah Kerja
Sekretariat Bersama (SEKBER) GOLKAR pada Desember 1965 dan dianggap sebagai
tonggak lahirnya Orde Baru. Konsolidasi disusun dalam 10 koordinasi (KOSI). Ada
KOSI wanita dengan jumlah anggota sebanyak 23 organisasi wanita yang
tergabung dalam koordinasi Wanita SEKBER GOLKAR. Kemudian seiring
perkembangan waktu dipandang perlu membentuk wadah bagi wanita, dibentuklah
Himpunan Wanita Karya (HWK).

Selain itu ada juga Dharma Wanita (1974). Yang khusus adalah pembentukan fusi
organisasi yang diprakarsai oleh Pemerintah dengan Presiden RI sebagai Pembina
utama, istri Presiden penasehat utama, sedangkan dewan Pembina terdiri dari
beberapa menteri.

Pada masa orde baru ternyata ada semacam jejak trauma atas penghianatan PKI
yang berimbas pada jalannya organisasi perempuan. Peristiwa pemberiontakan PKI
membawa perubahan besar dan mendasar bagi perkembangan kehidupan
masyarakat, termasuk pada gerakanperempuan karena dampaknya adalah
tumbuhnya sikap syak wasangka. Selain itu, pada masa orba tak sedikit

Gambar :
Lambang Himupnan Wanita Karya

Gambar :
Lambang Dharma Wanita

Periode Reformasi (1998 - sekarang)


Periode yang ditandai dengan lengsernya mantan Perisiden Soeharto memang
mencuat harapan besar bagi tumbuhnya proses demokrasi di indonesia. Demokrasi
ini diharapakan menjadi atmosfer dalam perkembangan organisasi perempuan.
Dalam perjalananya organisasi perempuan semakin beragam dan spesifik, baik di
tingkat nasional, regional, hingga yang bergerak di tingkat lokal.
Pemberlakuan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU no. 25
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sejak 1 Januari 2001
lalu tak dapat disangka merupakan harapan baru bagi daerah untuk lebih leluasa
dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang
secara nyata tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
Dibalik adanya harapan itu ternyata ada hal yang perlu diantisipasi terutama
tentang upaya keberpihakan pada perempuan. Bagaimanapun kita yakin bahwa
gerakan perempuan yang muncul dalam berbagai wadah organisasi mempunyai
pesan strategis dan fungsional dalam upaya pemberdayaan perempuan, kususnya
dalam penyiapan kaum perempuan untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai