Petunjuk Praktikum Blok IV
Petunjuk Praktikum Blok IV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan 37 Mataram NTB
83125
Telp/fax (0370) 640874, 641717
Email : pspd unram@yahoo com
PETUNJUK PRAKTIKUM
BLOK PERTAHANAN TUBUH
PENYUSUN
Petunjuk Praktikum Histologi
dr. Dewi Suryani
Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi
dr. Rohadi
Petunjuk Praktikum Patologi Klinik
dr. M Rizki, MPdKed
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran
dr. Tetrawindu AH, MBiotech
Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran
dr. Didit Yudhanto, dr. IG Yasa A, MMed, DTMH
Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran
dr. Ilsa Hunaifi
dr. Triana Dyah Cahyawati
DAFTAR ISI
Petunjuk Praktikum Histologi ........................................................................... 4
Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran .............................................. 14
..............................................................................................................................
Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran ................................................. 18
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran ................................................ 31
Petunjuk Praktikum Patologi Klinik ................................................................... 37
Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi ............................................................ 45
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
HISTOLOGI
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
Laboratorium Histologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009
LIEN
No preparat / warna: SL -2 /HE
Tujuan
: melihat struktur lien
Dasar Teori
Struktur Lien terdiri dari stroma dan parenchym. Stromanya tersusun oleh kerangka collagen
dan reticulair.
Lien merupakan organ limphoid terbesar. Organ ini terdiri dari stroma dan parenchym.
Stroma tersusun atas jaringan ikat colgen dan reticuler.
Lien dibungkus oleh capsula. Capsul tertutup oleh peritoneum yang terdiri dari selapis sel
pipih (mesothel). Capsula dibentuk oleh jaringan ikat fibrous (terdiri dari serabut colagen dan
elastis) dan sedikit otot polos.
Bagian capsula yang masuk ke dalam organ disebut trabecula. Tersusun atas jaringan
fibrous padat dan sedikit otot polos. Didalam trabeculae juga terdapat arteri trabecularus.
Dalam lien juga terdapat hillus, yaitu tempat masuknya arteri, vena dan saraf.
Parenchym terdiri atas pulpa alba / putih dan pulpa rubra /merah. Pada pulpa putih
ditemukan arteri centralis dan pusat germinal. Pulpa merah terdiri dari sinusoid yang terisi
darah.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
Mesothel
Capsul
Trabecula
Pulpa merah
Pulpa putih : centrum germinativum
Arteri/vena trabecularis
Splenic cords
Daerah medulla
Pertanyaan
Struktur apa yang membedakan gambaran pulpa alba dan rubra?
3. THYMUS
No preparat / warna: SL - 3 / HE
Tujuan
: melihat struktur thymus
Pembesaran
: lemah dan kuat
Dasar Teori
Thymus terdiri atas 2 lobus. Epithel yang melapisi permukaan luarnya adalah epithel selapis
pipih (mesothel). Capsula yang membungkus thymus tersusun oleh jaringan ikat padat
dengan serabut elastis. Capsula yang masuk ke dalam organ membentuk trabekula.
Trabekula akan membagi organ thymus menjadi lobuli. Stroma terdiri dari capsul yang
tersusun oleh jaringan ikat padat dan serabut elastis. Capsul masuk kedalam lobus
membentuk septum interlobularis dan membagi lobus menjadi lobuli-lobuli. Setiap lobuli
terdiri atas cortex yang gambarannya lebih padat dan medulla yang pucat. Pada medulla
ditemukan Hassalls body.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
capsula
trabecula
cortex
medulla
Hassals Corpuscle
4. TONSILLA PALATINA
No preparat / warna
: SL - 4 / HE
Tujuan
: melihat struktur tonsila palatina
Dasar Teori
Permukaan tonsila palatina ditutup oleh epitel berlapis pipih. Epitel ini mengadakan
invaginasi ke dalam membentuk crypte. Capsulanya tersusun oleh jaringan ikat fibreus
padat. Jaringan ini masuk ke dalam organ dan membentuk simpai / sekat antar nodulusnodulus limfaticus yang disebut septum internodul. Nodulus-nodulus pada organ ini
menyatau. Bagian tengah dari nodulus yang kelihatan pucat disebut pusat germinal. Amati
dengan pembesaran lemah dan kuat. Gambar dan beri keterangan.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
Epithel squamous compleks
Crypte
Noduli limphatici dengan centrum germinativum
capsule
septum internodularis
5. APPENDIX VERMIFORMIS
Sediaan : SD-14, HE
Tujuan
Untuk melihat susunan mikroskopis appendix
Dasar Teori
Appendix vermiformis, meskipun termasuk dalam sistem gastrointestinal namun juga
berperan dalam sistem pertahanan tubuh karena termasuk dalam terkait dengan struktur
appendix yang mengandung limphonoduli pada tunika tukosa yang dapat tembus hingga
tunika submukosa. Limphonoduli ini termasuk sebagai mucosa-associated lymphoid tissue
(MALT). Seperti struktur traktus digestivus yang lain, appendix terdiri dari tunika mukosa,
tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang :
- Limphonoduli pada tunika mukosa
LEARNING TASK
1. Sebutkan sel-sel/komponen yang berperan dalam
a. Imunitas adaptif
b. Imunitas alamiah
2. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik lien atau spleen dan sebutkan perbedaan pulpa merah
dan pulpa putih
3. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik tonsil palatina dan tonsil faringika! apakah keduanya
mempunyai epithel pelapis yang sama?
4. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik dari thymus
5. Jelaskan mengenai apa yang anda ketahui tentang MALT dan sebutkan 3 organ yang
mengandung MALT dan 1 organ yang tidak mengandung MALT
6. Sebutkan komponen apa saja yang membentuk blood-thymus barrier serta manfaat dari
blood-thymus barier ini!
7. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang epitope!
8. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang High Endothelial Venules (HEVs)
9. Apa yang dimaksud dengan primary lymphoid organ dan secondary lymphoid organ dan
sebutkan organ-organ yang termasuk primary lymphoid organ dan secondary lymphoid
organ!
10. Apakah yang dimaksud dengan ellipsoid dan dapat dijumpai dimana saja?
SUMBER REFERENSI :
Bauman.R, Dutton. S. 1996. Human Anatomy and Phisiology : Laboratory Textbook. Whitties
Publication Inc. New York
Gartner. L.P, Hiatt. J.L. 2001. Color Textbook of Histoogy 2nd Edition. Saunders. Philadelphia
Juncqueira. L.C., Carneiro Jose. 2005. Basic Histolgy : Text and Atlas 11th Edition. McGraw-Hill.
New York
Leeson. C.R, Leeson. T.S., Paparo. AA., 1996. Buku Ajar Histologi. ECG. Jakarta
Di Fiore. 2000. Atlas Histologi Manusia. EGC. Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
Pembesaran Sedang :
1. Nodus Limphaticus
10
11
12
13
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI KEDOKTERAN
ANALGETIKA
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
14
ANALGETIKA
CARA KERJA
1. Sebelum dipergunakan, hewan uji yaitu mencit diadaptasikan dulu dengan lingkungan
yaitu laboratorium farmakologi. Hewan uji yang digunakan diberi pakan dan minum yang
sama. Sebelum dipergunakan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam tetapi
tetap diberi minum.
2. Siapkan semua alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
3. Siapkan mencit yang akan diberi perlakuan dalam praktikum ini. Mencit yang
dipergunakan sebanyak 10 ekor mencit yang dibagi ke dalam 2 kelompok dengan
masing-masing kelompok berjumlah lima ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut :
a. Kelompok I (kontrol) untuk mencit yang diberi akuades.
b. Kelompok II (perlakuan) untuk mencit yang diberi parasetamol.
4. Beri perlakuan pada mencit sesuai dengan kelompoknya. Akuades dan parasetamol
diberikan secara oral dengan jarum tumpul.
5. Tunggu selama 15 menit dan kemudian injeksikan asam asetat 1% secara
intraperitoneal pada seluruh mencit.
6. Amati geliat pada mencit setiap 5 menit selama 30 menit.
7. Masukkan data ke dalam tabel berikut ini.
Kelompok
Kontrol
Parasetamol
10
15
20
25
30
Penetapan Persen daya analgesik dapt dihitung dengan menggunakan rumus HendersothForsaith, yaitu:
% daya analgesik = ( K- P )
X 100%
K
K : Jumlah kumulatif geliat kontrol
P : Jumlah kumulatif geliat perlakuan
15
HASIL PERHITUNGAN
KESIMPULAN
REFERENSI
Katzung. 2005.Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC Jakarta.
Staf FKUI. 2006. Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
16
17
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
18
Cytoplasm
Green
Fairly uniform
Non vacuolated
Nucleus
Dark red
1 nucleus
Evenly distributed
chromatin
Central karyosome
Cytoplasmic inclusions
No ingested bacteria or
yeast
Ingested RBCs may be
present
Nucleus
Dark red
1 4 nuclei
May be difficult to see
nuclear detail
Position of
karyosome may very
from normal central
position found in
throphozoite
Cytoplasmic inclusions
No ingested bacteria or
yeast
Ingested RBCs may be
present
Cytoplasm
Green
Fairly uniform
Non vacuolated
19
2. Entamoeba coli
Nonphathogenic for man
Stage : Throphozoite
Cytoplasm
Green
Vacuolated
Containing bacteria
and other debris
Nucleus
Dark red
1 nucleus
Unven distribution of
chromatin
Eccentric karyosome
Cytoplasmic inclusions
No RBCs present
Nucleus
Dark red
1 8 nuclei
Nuclear detail
usually distinct
Position of
karyosome may very
from normal
eccentric position
found in throphozoite
Cytoplasmic inclusions
Chromatoidal bars
(splinter-shaped,
uneven; may or may
be present)
Roun
10 35 m
20
Cytoplasm
Green
Fairly uniform
3. Giardia Lamblia
Pathogenic of man
Stage : Throphozoite
Cytoplasm
Green
Uniform
2 medfian bodies
2 axonemes
Nucleus
Dark red
2 nuclei
No peripheral
chromatin on nuclear
membran
Large karyosome
Cytoplasmic inclusions
No RBCs present
Nucleus
Dark red
2 nuclei
No peripheral
chromatin on nuclear
membran
Smaller karyosome
than in trophozoite;
eccentric karyosome
Cytoplasmic inclusions
Clear space between
cyst wall and organism
creates halo effect;
easy to identify
Cytoplasm
Green
Uniform
4 medfian bodies
4 axonemes
21
Plasmodium spp.
Malaria parasite morphology on different developmental stage appear in blood sample
22
Test of choice
Diagnostic stage
Concentrate
Diagram
Egg
9 Infertile
9 Fertile
9 Decorticated (outer
cell missing)
2. Trichuris trichiuria
Specimen of choice
Test of choice
Diagnostic stage
Soft, fresh
stool
Concentrate
Diagram
23
24
25
26
27
28
REFERENSI :
Zaman, Viqar. 1998. Atlas Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. EGC: Jakarta
Gandahusada, et al, 1998. Parasitologi Kedokteran, Edisi Ketiga, FKUI: Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
29
30
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
31
IDENTIFIKASI BAKTERI
Beberapa bakteri memproduksi enzim enzim yang disekresikan ke media biakan dan
beberapa enzim ini mempunyai arti diagnostik yang berguna untuk identifikasi bakteri
tertentu.
Ada beberapa tes untuk enzim enzim spesifik :
1. TES KATALASE
Stafilococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang menghasilkan tes katalase
positif. Katalase merupakan enzim yang dihasilkan oleh beberapa kuman aerob dan
fakultatif yang dapat merubah hydrogen peroxide menjadi air dan oksigen.
2 H2O2 2 H2O + O2
Katalase dites dengan menggunakan hydrogen peroxide pada koloni bakteri. Tes
katalase dikatakan positif bila terdapat gelembung udara (gas). Tes katalase ini sangat
penting untuk membedakan genus Staphylococcus dengan Streptococcus.
BAHAN DAN ALAT :
Objek glas
Media kuman Gram positif
Reagen H2O2 3%
Ose
Lampu spritus
CARA KERJA :
1. Ambil objek glas yang bersih dan kering.
2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz steril.
3. Tambahkan 1 tetes regen H2O2 pada suspensi kuman tersebut dan dilihat adanya
gelembung udara.
HASIL PENGAMATAN :
32
2. TES KOAGULASE
Koagulase merupakan enzim termostabil yang ditemukan pada kuman Staphylococcus
aureus dan dipergunakan untuk membedakan kuman Staphylococcus aureus dengan
kuman Staphylococcus lainnya.
Koagulase ini terdapat disekeliling membran sel bakteri dan ada yang dilepas dari sel
membentuk koagulase bebas. Tes ini sangat penting karena dapat dikerjakan dengan
cepat untuk identifikasi. Koagulase dites dengan penambahan plasma pada koloni
kuman dan dikatakan positif bila terjadi aglutinasi (gumpalan) karena terjadi perubahan
fibrinogen pada plasma menjadi fibrin.
BAHAN DAN ALAT :
Objek glas
Media kuman Gram positif
Plasma citrat 3.8%
Ose
Lampu spritus
CARA KERJA :
1. Ambil objek glas yang bersih dan kering.
2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz
steril.
3. Tambahkan 1 tetes plasma citrat pada suspensi kuman tersebut dan dilihat
adanya gumpalan.
HASIL PENGAMATAN :
33
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotika dengan kadar tertentu
dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona
hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitifitas kuman tersebut
terhadap antibiotika yang bersangkutan. Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan
dengan membandingkan besarnya zona hambatan dengan tabel. Hasil pengamatan
berupa sensitif, resisten , dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis
antibiotika akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai
yang tertera pada tabel. Kuman resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan
pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari
jangkauan nilai yang tertera pada tabel. Diameter zona hambatan kuman yang besarnya
terletak diantaranya bersifat intermediate.
BAHAN :
Swab kapas steril
Kaldu BHI dalam tabung 2 ml
Biakan kuman Gram positif dan Gram negatif
Lempeng agar media Muller Hinton
Cakram antibitika
Standar Mac Farlan 0,5
Pinset steril
CARA KERJA :
1. Buat suspensi kuman dalam kaldu BHI. Suspensi disesuaikan kekeruhannya
dengan standar kekeruhan Mac Farlan 0,5.
2. Pada lempeng agar MH usapkan suspensi kuman tadi dengan swab kapas steril
secara merata.
3. Dengan pinset yang telah disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotika yang
tersedia dan letakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman.
4. Inkubasi lempeng agar tersebut dalam inkubator suhu 350 C selama 16 18 jam.
34
Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotika dalam tabung tabung reaksi dan dicari
konsentrasi antibiotika terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan kuman.
Ini disebut konsentrasi hambatan minimal (KHM) suatu antibiotika. KHM lazim disebut
dengan MIC (Minimal Inhibitory Concentration).
Tabel kriteria zone hambatan obat
NO NAMA OBAT
1.
Ciproploxacin
2.
Ampicillin
3.
Penicillin
4.
Tetracyclin
5.
Mecillinam
6.
Bactrim
7.
Negram
8.
Gentamycin
9.
Amoxil
10. Augmentin
`
Potensi Disc
10 mcg
10 iu
30 mcg
25 ug
25 mcg
30 mcg
10 mcg
25 mcg
20/10 mc
R
15
13
13
14
8
10
13
12
18
19
13
I
16 - 20
14 -16
14 -16
15 -18
8 -15
11-15
14 -18
13 -14
14 -17
S
21
17
17
19
16
16
19
15
18
20
18
HASIL PENGAMATAN
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
35
36
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
37
HEMATOLOGI II
38
39
Bila kita jumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunglah beberapa sel
muda berinti setiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat koreksi
terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan pemeriksaan dengan memakai
kamar hitung.
Cara koreksi :
Jumlah leukosit yang benar = 100/(100+N) x L
N= jumlah normoblast
L= jumlah leukosit yang dihitung dengan kamar hitung.
2) Perbesaran objektif 100x + oil emersi
Eritrosit
Besarnya (Cyter)
Warnanya (Chromasi)
Sel-sel muda dan sel abnormal
Leukosit
Kesan jumlah leukosit
Hitung jenis leukosit
Sel-sel muda dan abnormal
Trombosit
Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT.
Jumlah normal pada tiap lapangan pandang ada beberapa trombosit : 2-4/lp
Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap lapangan pandang jumlahnya
banyak (> 15 /lp) atau dalam bentuk menggerombol-gerombol.
Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit per
lapangan pandang.
Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai trombosit yang besarbesar yang disebut giant trombosit.
PRINSIP
Hitung jenis adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang kurangnya 100 sel
dan dinyatakan dalam %.
ALAT DAN REAGENSIA
Hapusan darah tepi
Mikroskop
Oil emersi
PROSEDUR KERJA
1) Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan (counting area).
2) Identifikasi sel dimulai dari satu sisi, bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi
semula dengan arah zig-zag berjarak 3 lapangan pandang.
3) Untuk memudahkan perhitungan, maka buatlah kotak-kotak seperti gambar dibawah.
4) Jumlah leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom 1, apabila jumlah sel
sudah 10 pindah ke kolom ke 2, dan seterusnya.
5) Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10 kolom sudah
terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.
40
NILAI RUJUKAN
Basofil
: 0 1%
Eosinofil : 1 4%
Stab
: 2 5%
Segmen : 36 66%
Limfosit
: 22 40%
Monosit
: 4 8%
Jenis
leukosit
Bas
Eos
Stab
Seg
Limfo
Mono
Jml
total
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Jml
total
10
10
100
41
Bujur sangkar yang terletak di tengah dibagi menjadi 25 bujur sangkar kecil yang
sama sisinya, yaitu 1/5 mm serta luasnya 1/25 mm. Garis batasnya terdiri dari 3 garis
yang sejajar tetapi batas yang dipakai adalah garis yang ditengah. Tiap bujur sangkar
kecil tersebut (luas 1/25 mm) dibagi lagi menjadi 16 bujur sangkar dengan sisi 1/20 mm
dan luas 1/400 mm. Jarak antara permukaan daerah penghitung dan permukaan bawah
cover glass adalah 1/10 mm (Gambar 3).
PROSEDUR KERJA
1) Kamar hitung disiapkan dan ditutup dengan cover glass.
2) Hisaplah darah dengan pipet pengencer Thoma sampai tanda 0,5 kemudian disusul
dengan larutan Turk dihisap sampai tanda 11. Jadi pengencerannya 20x.
3) Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah, kemudian pipet dikocok
dengan gerakan tegak lurus pada sumbu panjangnya selama 3 menit terus menerus.
Jagalah jangan sampai ada cairan yang terbuang dari dalam pipet diwaktu mengocok.
4) Tiga tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan berikutnya
dengan menyinggung pinggir cover glass. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahanlahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
5) Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.
6) Lakukan perhitungan sel dalam kamar hitung. Mulailah menghitung sel dari sudut kiri
atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri. Lalu turun lagi
turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan.
7) Penghitungan leukosit dilakukan pada 4 bujur sangkar (luas 1 mm), yaitu daerah 1, 2, 3
dan 4 (Gambar 4).
42
REFERENSI
Baron. 2000. Kapita Selekta Patologi Klinik. EGC, Jakarta
Petit, H. 2000. Kapita Selekta Hematologi Edisi Keempat. EGC, Jakarta
Widmann FK. 1998. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta
Sacher AR. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
43
44
SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
RETIKULOENDOTELIAL SYSTEM
Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum
:
:
:
45
SISTEM RETIKULOENDOTHELIAL
LIMFADENITIS KRONIS NON SPESIFIK
Suatu proses keradangan menahun jaringan limfoid yang ditimbulkan oleh penyebaran
infeksi dari tempat lain, misalnya rongga mulut, lengan atau tungkai.
Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, tampak tanda-tanda peradangan
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre
melebar dan aktif, proliferasi sel-sel radang mononuklear, di sinusoid : dilatasi sinusoid,
terdapat jaringan ikat dan fibrosis.
LIMFADENITIS TBC
46
Neoplasma ganas primer jaringan limfoid, terdiri atas sel-sel limfoid kecil atau besar
Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, berbenjol-benjol, warna abu-abu
kekuningan, konsistensi pada kenyal.
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre tidak
tampak lagi, tampak 1 atau 2 jenis sel limfoid, sel monoton, tampak proliferasi sel-sel
radang mononuclear di sinusoid, kadang terdapat jaringan ikat dan fibrosis. Ciri khas :
sel-sel padat monoton, ukuran ada yang kecil, inti hiperkromasi, pleomorfik, beberapa
ada anak inti, serta terdapat jaringan ikat retikuler yang mengelilingi setiap sel dan
berwarna merah.
47
HODGKIN DESEASE
48
Lymphocyte predominance
Lymphocyte depletion
Mixed cellularity
Nodular sclerosis
Patokan : jumlah limfosit, sclerosis dan campuran masing-masing sel. Disamping itu
masih ada sel-sel datia Reed Stemberg yang dapat dianggap patognomonik
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening hilang, terdapat proliferasi polimorfik sel
sel limforetikuler, sel-sel limfosit, sel plasma histiosit, neutrofil dan eosinofil, sel red
stemberg dengan inti lebih dari 1 dan mirror image, proliferasi jaringan ikat fibrosis,
nekrosis, dan perdarahan.
49
50
REFERENSI
Robbins, Kumar, Cotran. 2002. Buku Ajar Patologi Edisi Ketujuh. EGC Jakarta
Aleqsander, M. 2006. Atlas Patologi Anatomi, UMM press Malang
Underwood, JCE. 2002. Patologi Umum dan Sistematika. EGC, Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum
(.................................)
51