Anda di halaman 1dari 51

PETUNJUK PRAKTIKUM

BLOK PERTAHANAN TUBUH


EDISI KEDUA
2009

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan 37 Mataram NTB
83125
Telp/fax (0370) 640874, 641717
Email : pspd unram@yahoo com

Blok Pertahanan Tubuh

PETUNJUK PRAKTIKUM
BLOK PERTAHANAN TUBUH

PENYUSUN
Petunjuk Praktikum Histologi
dr. Dewi Suryani
Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi
dr. Rohadi
Petunjuk Praktikum Patologi Klinik
dr. M Rizki, MPdKed
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran
dr. Tetrawindu AH, MBiotech
Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran
dr. Didit Yudhanto, dr. IG Yasa A, MMed, DTMH
Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran
dr. Ilsa Hunaifi
dr. Triana Dyah Cahyawati

hanya untuk kalangan sendiri


dilarang mengkopi/menggandakan tanpa seijin Medical Educatin Unit Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

DAFTAR ISI
Petunjuk Praktikum Histologi ........................................................................... 4
Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran .............................................. 14
..............................................................................................................................
Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran ................................................. 18
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran ................................................ 31
Petunjuk Praktikum Patologi Klinik ................................................................... 37
Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi ............................................................ 45

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
HISTOLOGI

ORGAN-ORGAN YANG TERKAIT


SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Histologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

PETUNJUK PRAKTIKUM HISTOLOGI

ORGAN-ORGAN YANG TERKAIT


SISTEM PERTAHANAN TUBUH
PENGANTAR
Sistem limfoid mencakup semua sel, jaringan dan organ yang mengandung kumpulan
sel limfosit. Sistem ini adalah unsur penting pada sistem kekebalan tubuh manusia. Sel lymfosit
terbagi atas 2 yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T berperan pada respon imun seluler
sedangkan limfosit B pada respon imun humoral.
Sel ini bisa ditemukan dalam tubuh berupa kumpulan sel limfosit yang tidak memiliki
simpai / kapsul seperti nodulus lymfaticus pada intestinum; atau sebagai organ yang bersimpai /
kapsul seperti tonsil, thymus, lien dan nodus lymphaticus. Thymus tidak ditemukan orang
dewasa.
1. NODUS LYMPHATICUS
No preparat / warna: SL - 1 / HE
Tujuan
: melihat struktur nodus lymphaticus
Pembesaran
: lemah dan kuat
Dasar Teori
Nodus lymphaticus mempunyai struktur cortex dan medulla. Capsula yang membungkus
organ ini dibentuk oleh jaringan ikat fibous dengan pembuluh darah kecil, bagian corteks
yang masuk ke dalam organ akan membentuk trabecula yang memisahkan noduli-noduli
lymphatici. Ruang / daerah antara capsula dengan noduli lymphatici disebut sinus
marginalis /sub capsularis dan antara trabecula dengan noduli lymphatici disebut sinus
trabecularis, sedangkan ruangruang yang terdapat pada medulla disebut sinus medullaris.
Bagian tengah dari nodulus lymphaticus yang terlihat lebih pucat disebut pusat germinal
(centrum germinaivum).
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan pembesaran lemah :
cortex
medulla
kapsul
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang :
Cortex :
- sinus subcapsularis
- noduli limphatici
- sinus trabecularis
- trabeculae
Medulla :
- sinus medullaris
Pertanyaan
Apakah ada perbedaan sel yang terdapat pada bagian tepi lymfonodus dengan di pusat
germinal ? Amati dengan pembesaran lemah dan kuat.
2.

LIEN
No preparat / warna: SL -2 /HE
Tujuan
: melihat struktur lien
Dasar Teori

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

Struktur Lien terdiri dari stroma dan parenchym. Stromanya tersusun oleh kerangka collagen
dan reticulair.
Lien merupakan organ limphoid terbesar. Organ ini terdiri dari stroma dan parenchym.
Stroma tersusun atas jaringan ikat colgen dan reticuler.
Lien dibungkus oleh capsula. Capsul tertutup oleh peritoneum yang terdiri dari selapis sel
pipih (mesothel). Capsula dibentuk oleh jaringan ikat fibrous (terdiri dari serabut colagen dan
elastis) dan sedikit otot polos.
Bagian capsula yang masuk ke dalam organ disebut trabecula. Tersusun atas jaringan
fibrous padat dan sedikit otot polos. Didalam trabeculae juga terdapat arteri trabecularus.
Dalam lien juga terdapat hillus, yaitu tempat masuknya arteri, vena dan saraf.
Parenchym terdiri atas pulpa alba / putih dan pulpa rubra /merah. Pada pulpa putih
ditemukan arteri centralis dan pusat germinal. Pulpa merah terdiri dari sinusoid yang terisi
darah.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
Mesothel
Capsul
Trabecula
Pulpa merah
Pulpa putih : centrum germinativum
Arteri/vena trabecularis
Splenic cords
Daerah medulla
Pertanyaan
Struktur apa yang membedakan gambaran pulpa alba dan rubra?
3. THYMUS
No preparat / warna: SL - 3 / HE
Tujuan
: melihat struktur thymus
Pembesaran
: lemah dan kuat
Dasar Teori
Thymus terdiri atas 2 lobus. Epithel yang melapisi permukaan luarnya adalah epithel selapis
pipih (mesothel). Capsula yang membungkus thymus tersusun oleh jaringan ikat padat
dengan serabut elastis. Capsula yang masuk ke dalam organ membentuk trabekula.
Trabekula akan membagi organ thymus menjadi lobuli. Stroma terdiri dari capsul yang
tersusun oleh jaringan ikat padat dan serabut elastis. Capsul masuk kedalam lobus
membentuk septum interlobularis dan membagi lobus menjadi lobuli-lobuli. Setiap lobuli
terdiri atas cortex yang gambarannya lebih padat dan medulla yang pucat. Pada medulla
ditemukan Hassalls body.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
capsula
trabecula
cortex
medulla
Hassals Corpuscle

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

4. TONSILLA PALATINA
No preparat / warna
: SL - 4 / HE
Tujuan
: melihat struktur tonsila palatina
Dasar Teori
Permukaan tonsila palatina ditutup oleh epitel berlapis pipih. Epitel ini mengadakan
invaginasi ke dalam membentuk crypte. Capsulanya tersusun oleh jaringan ikat fibreus
padat. Jaringan ini masuk ke dalam organ dan membentuk simpai / sekat antar nodulusnodulus limfaticus yang disebut septum internodul. Nodulus-nodulus pada organ ini
menyatau. Bagian tengah dari nodulus yang kelihatan pucat disebut pusat germinal. Amati
dengan pembesaran lemah dan kuat. Gambar dan beri keterangan.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang
Epithel squamous compleks
Crypte
Noduli limphatici dengan centrum germinativum
capsule
septum internodularis
5. APPENDIX VERMIFORMIS
Sediaan : SD-14, HE
Tujuan
Untuk melihat susunan mikroskopis appendix
Dasar Teori
Appendix vermiformis, meskipun termasuk dalam sistem gastrointestinal namun juga
berperan dalam sistem pertahanan tubuh karena termasuk dalam terkait dengan struktur
appendix yang mengandung limphonoduli pada tunika tukosa yang dapat tembus hingga
tunika submukosa. Limphonoduli ini termasuk sebagai mucosa-associated lymphoid tissue
(MALT). Seperti struktur traktus digestivus yang lain, appendix terdiri dari tunika mukosa,
tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia.
Tugas
Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang :
- Limphonoduli pada tunika mukosa

LEARNING TASK
1. Sebutkan sel-sel/komponen yang berperan dalam
a. Imunitas adaptif
b. Imunitas alamiah
2. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik lien atau spleen dan sebutkan perbedaan pulpa merah
dan pulpa putih
3. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik tonsil palatina dan tonsil faringika! apakah keduanya
mempunyai epithel pelapis yang sama?
4. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik dari thymus
5. Jelaskan mengenai apa yang anda ketahui tentang MALT dan sebutkan 3 organ yang
mengandung MALT dan 1 organ yang tidak mengandung MALT
6. Sebutkan komponen apa saja yang membentuk blood-thymus barrier serta manfaat dari
blood-thymus barier ini!
7. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang epitope!

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

8. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang High Endothelial Venules (HEVs)
9. Apa yang dimaksud dengan primary lymphoid organ dan secondary lymphoid organ dan
sebutkan organ-organ yang termasuk primary lymphoid organ dan secondary lymphoid
organ!
10. Apakah yang dimaksud dengan ellipsoid dan dapat dijumpai dimana saja?

SUMBER REFERENSI :
Bauman.R, Dutton. S. 1996. Human Anatomy and Phisiology : Laboratory Textbook. Whitties
Publication Inc. New York
Gartner. L.P, Hiatt. J.L. 2001. Color Textbook of Histoogy 2nd Edition. Saunders. Philadelphia
Juncqueira. L.C., Carneiro Jose. 2005. Basic Histolgy : Text and Atlas 11th Edition. McGraw-Hill.
New York
Leeson. C.R, Leeson. T.S., Paparo. AA., 1996. Buku Ajar Histologi. ECG. Jakarta
Di Fiore. 2000. Atlas Histologi Manusia. EGC. Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT NODUS LYMPHATICUS


Pembesaran lemah :

Pembesaran Sedang :

1. Nodus Limphaticus

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT LIEN


Pembesaran sedang :

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT THYMUS


Pembesaran sedang :

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT TONSILLA PALATINA


Pembesaran sedang :

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT APPENDIZ VERMIFORMIS


Pembesaran sedang :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

11

Blok Pertahanan Tubuh

LEMBAR JAWABAN LEARNING TASK

12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

13

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI KEDOKTERAN

ANALGETIKA

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Farmakologi Kedokteran


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

ANALGETIKA

BAHAN DAN ALAT


1.Bahan Penelitian :
Parasetamol.
Aquades.
Asam asetat glasial
2. Alat Penelitian
Jarum oral (ujung tumpul)
Spuit injeksi (0,1-1 ml)
Beker glass
Stopwatch
3.Hewan uji: Mencit putih umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g

CARA KERJA
1. Sebelum dipergunakan, hewan uji yaitu mencit diadaptasikan dulu dengan lingkungan
yaitu laboratorium farmakologi. Hewan uji yang digunakan diberi pakan dan minum yang
sama. Sebelum dipergunakan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam tetapi
tetap diberi minum.
2. Siapkan semua alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
3. Siapkan mencit yang akan diberi perlakuan dalam praktikum ini. Mencit yang
dipergunakan sebanyak 10 ekor mencit yang dibagi ke dalam 2 kelompok dengan
masing-masing kelompok berjumlah lima ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut :
a. Kelompok I (kontrol) untuk mencit yang diberi akuades.
b. Kelompok II (perlakuan) untuk mencit yang diberi parasetamol.
4. Beri perlakuan pada mencit sesuai dengan kelompoknya. Akuades dan parasetamol
diberikan secara oral dengan jarum tumpul.
5. Tunggu selama 15 menit dan kemudian injeksikan asam asetat 1% secara
intraperitoneal pada seluruh mencit.
6. Amati geliat pada mencit setiap 5 menit selama 30 menit.
7. Masukkan data ke dalam tabel berikut ini.
Kelompok
Kontrol
Parasetamol

10

15

20

25

30

Penetapan Persen daya analgesik dapt dihitung dengan menggunakan rumus HendersothForsaith, yaitu:
% daya analgesik = ( K- P )
X 100%
K
K : Jumlah kumulatif geliat kontrol
P : Jumlah kumulatif geliat perlakuan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

15

Blok Pertahanan Tubuh

HASIL PERHITUNGAN

KESIMPULAN

REFERENSI
Katzung. 2005.Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC Jakarta.
Staf FKUI. 2006. Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

17

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PARASITOLOGI KEDOKTERAN

PROTOZOAN PARASITES OF MAN


BLOOD AND TISSUE PROTOZOA OF MAN
HELMINTH PARASITES OF MAN

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Parasitologi Kedokteran


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

LABORATORY MANUAL OF PARASITOLOGY

PROTOZOAN PARASITES OF MAN

Morphological characteristic of stained organisms (trichrome staining)


1. Entamoeba histolytica
Pathogenic for human
Stage : Throphozoite (ussually recovered during the clinnical phase of disease)

Size and Shape


Asymetrical
12 60 m
(average 80 m)

Cytoplasm
Green
Fairly uniform
Non vacuolated

Nucleus
Dark red
1 nucleus
Evenly distributed
chromatin
Central karyosome

Cytoplasmic inclusions
No ingested bacteria or
yeast
Ingested RBCs may be
present

Nucleus
Dark red
1 4 nuclei
May be difficult to see
nuclear detail
Position of
karyosome may very
from normal central
position found in
throphozoite

Cytoplasmic inclusions
No ingested bacteria or
yeast
Ingested RBCs may be
present

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape


Roun
10 20 m

Cytoplasm
Green
Fairly uniform
Non vacuolated

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

19

Blok Pertahanan Tubuh

2. Entamoeba coli
Nonphathogenic for man
Stage : Throphozoite

Size and Shape


Asymetrical
15 50 m
(average 17 m)

Cytoplasm
Green
Vacuolated
Containing bacteria
and other debris

Nucleus
Dark red
1 nucleus
Unven distribution of
chromatin
Eccentric karyosome

Cytoplasmic inclusions
No RBCs present

Nucleus

Dark red

1 8 nuclei

Nuclear detail
usually distinct

Position of
karyosome may very
from normal
eccentric position
found in throphozoite

Cytoplasmic inclusions

Chromatoidal bars
(splinter-shaped,
uneven; may or may
be present)

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape

Roun

10 35 m

20

Cytoplasm

Green

Fairly uniform

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

3. Giardia Lamblia
Pathogenic of man
Stage : Throphozoite

Size and Shape


Round with tapered
eng
9 21 m long
5 15 m wide

Cytoplasm
Green
Uniform
2 medfian bodies
2 axonemes

Nucleus
Dark red
2 nuclei
No peripheral
chromatin on nuclear
membran
Large karyosome

Cytoplasmic inclusions
No RBCs present

Nucleus
Dark red
2 nuclei
No peripheral
chromatin on nuclear
membran
Smaller karyosome
than in trophozoite;
eccentric karyosome

Cytoplasmic inclusions
Clear space between
cyst wall and organism
creates halo effect;
easy to identify

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape


Round with tapered
eng
9 12 m long
7 10 m wide

Cytoplasm
Green
Uniform
4 medfian bodies
4 axonemes

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

21

Blok Pertahanan Tubuh

BLOOD AND TISSUE PROTOZOA OF MAN


1.

Plasmodium spp.
Malaria parasite morphology on different developmental stage appear in blood sample

22

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

HELMINTH PARASITES OF MAN


1. Ascaris lumbricoides
Specimen of choice

Test of choice

Diagnostic stage

Soft, fresh stool

Concentrate

Diagram

Egg

9 Infertile
9 Fertile

9 Decorticated (outer
cell missing)

2. Trichuris trichiuria
Specimen of choice

Test of choice

Diagnostic stage

Soft, fresh
stool

Concentrate

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Diagram

Egg (polar plugs


at ends)

23

Blok Pertahanan Tubuh

24

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

25

Blok Pertahanan Tubuh

26

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

27

Blok Pertahanan Tubuh

28

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

REFERENSI :
Zaman, Viqar. 1998. Atlas Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. EGC: Jakarta
Gandahusada, et al, 1998. Parasitologi Kedokteran, Edisi Ketiga, FKUI: Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

29

Blok Pertahanan Tubuh

30

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN

IDENTIFIKASI BAKTERI DAN


UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

31

Blok Pertahanan Tubuh

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN

IDENTIFIKASI BAKTERI

Beberapa bakteri memproduksi enzim enzim yang disekresikan ke media biakan dan
beberapa enzim ini mempunyai arti diagnostik yang berguna untuk identifikasi bakteri
tertentu.
Ada beberapa tes untuk enzim enzim spesifik :

1. TES KATALASE

Stafilococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang menghasilkan tes katalase
positif. Katalase merupakan enzim yang dihasilkan oleh beberapa kuman aerob dan
fakultatif yang dapat merubah hydrogen peroxide menjadi air dan oksigen.
2 H2O2 2 H2O + O2
Katalase dites dengan menggunakan hydrogen peroxide pada koloni bakteri. Tes
katalase dikatakan positif bila terdapat gelembung udara (gas). Tes katalase ini sangat
penting untuk membedakan genus Staphylococcus dengan Streptococcus.
BAHAN DAN ALAT :
Objek glas
Media kuman Gram positif
Reagen H2O2 3%
Ose
Lampu spritus
CARA KERJA :
1. Ambil objek glas yang bersih dan kering.
2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz steril.
3. Tambahkan 1 tetes regen H2O2 pada suspensi kuman tersebut dan dilihat adanya
gelembung udara.
HASIL PENGAMATAN :

32

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

2. TES KOAGULASE
Koagulase merupakan enzim termostabil yang ditemukan pada kuman Staphylococcus
aureus dan dipergunakan untuk membedakan kuman Staphylococcus aureus dengan
kuman Staphylococcus lainnya.
Koagulase ini terdapat disekeliling membran sel bakteri dan ada yang dilepas dari sel
membentuk koagulase bebas. Tes ini sangat penting karena dapat dikerjakan dengan
cepat untuk identifikasi. Koagulase dites dengan penambahan plasma pada koloni
kuman dan dikatakan positif bila terjadi aglutinasi (gumpalan) karena terjadi perubahan
fibrinogen pada plasma menjadi fibrin.
BAHAN DAN ALAT :
Objek glas
Media kuman Gram positif
Plasma citrat 3.8%
Ose
Lampu spritus
CARA KERJA :
1. Ambil objek glas yang bersih dan kering.
2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz
steril.
3. Tambahkan 1 tetes plasma citrat pada suspensi kuman tersebut dan dilihat
adanya gumpalan.
HASIL PENGAMATAN :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

33

Blok Pertahanan Tubuh

UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA


Penyakit infeksi bakterial dapat diobati dengan antibiotika yang bersifat bakterisidal atau
bakteriostatik. Untuk mengobati penderita dengan tepat dan adekuat diperlukan data
pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai antibiotika yang
tersedia.
Laboratorium mikrobiologi dapat melakukan isolasi dan identifikasi kuman penyebab
infeksi beserta pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dan dapat pula
melakukan pemeriksaaan rutin untuk memantau pola kepekaan kuman terhadap antibiotika
dari masa ke masa untuk dijadikan pegangan bagi para dokter dalam melakukan terapi
antibiotika guan menanggulangi penyakit infeksi bakterial
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain :

1. CARA CAKRAM (DISC METHOD)

Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotika dengan kadar tertentu
dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona
hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitifitas kuman tersebut
terhadap antibiotika yang bersangkutan. Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan
dengan membandingkan besarnya zona hambatan dengan tabel. Hasil pengamatan
berupa sensitif, resisten , dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis
antibiotika akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai
yang tertera pada tabel. Kuman resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan
pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari
jangkauan nilai yang tertera pada tabel. Diameter zona hambatan kuman yang besarnya
terletak diantaranya bersifat intermediate.
BAHAN :
Swab kapas steril
Kaldu BHI dalam tabung 2 ml
Biakan kuman Gram positif dan Gram negatif
Lempeng agar media Muller Hinton
Cakram antibitika
Standar Mac Farlan 0,5
Pinset steril
CARA KERJA :
1. Buat suspensi kuman dalam kaldu BHI. Suspensi disesuaikan kekeruhannya
dengan standar kekeruhan Mac Farlan 0,5.
2. Pada lempeng agar MH usapkan suspensi kuman tadi dengan swab kapas steril
secara merata.
3. Dengan pinset yang telah disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotika yang
tersedia dan letakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman.
4. Inkubasi lempeng agar tersebut dalam inkubator suhu 350 C selama 16 18 jam.

34

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

2. CARA TABUNG (TUBE DILUTION METHODE)

Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotika dalam tabung tabung reaksi dan dicari
konsentrasi antibiotika terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan kuman.
Ini disebut konsentrasi hambatan minimal (KHM) suatu antibiotika. KHM lazim disebut
dengan MIC (Minimal Inhibitory Concentration).
Tabel kriteria zone hambatan obat
NO NAMA OBAT
1.
Ciproploxacin
2.
Ampicillin
3.
Penicillin
4.
Tetracyclin
5.
Mecillinam
6.
Bactrim
7.
Negram
8.
Gentamycin
9.
Amoxil
10. Augmentin
`

Potensi Disc
10 mcg
10 iu
30 mcg
25 ug
25 mcg
30 mcg
10 mcg
25 mcg
20/10 mc

R
15
13
13
14
8
10
13
12
18
19
13

I
16 - 20
14 -16
14 -16
15 -18
8 -15
11-15
14 -18
13 -14
14 -17

S
21
17
17
19
16
16
19
15
18
20
18

HASIL PENGAMATAN

PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

35

Blok Pertahanan Tubuh

36

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK

HAPUSAN DARAH TEPI


EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI
HITUNG JENIS LEUKOSIT
HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Patologi Klinik


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

37

Blok Pertahanan Tubuh

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

HEMATOLOGI II

HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)


PRINSIP
Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas obyek (object glass), kemudian dilakukan
pewarnaan, dan selanjutnya dievaluasi.
ALAT DAN REAGEN
Gelas obyek
Gelas obyek harus bersih, kering, dan bebas lemak. Permukaan harus rata dan
licin. Bila kotor harus dicuci dahulu dengan sabun atau alkohol, lalu dikeringkan
dengan kain atau kapas yang kering dan bersih.
Gelas penghapus
Dapat dibuat dari gelas obyek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya
harus rata dan bersih.
PROSEDUR KERJA
1) Teteskan 1 tetes sampel darah pada salah satu ujung gelas obyek.
2) Dengan tangan kanan letakkan gelas penghapus disebelah kiri dari tetesan darah
sehingga menyentuh tetesan darah tersebut, dan tetes darah akan menyebar pada
sisi gelas penghapus tersebut.
3) Segeralah geser gelas penghapus ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut
antara 30 45 0, dengan demikian tetesan darah tadi akan merata diatas gelas
obyek.

Gambar 1 Prosedur Pembuatan Hapusan Darah Tepi

4) Keringkan sediaan dengan menggerak-gerakkannya di udara, jangan ditiup dengan


hembusan nafas.
5) Tebal tipisnya hapusan tergantung dari : besarnya tetesan darah, kecepatan
menggerakkan gelas penghapus dan sudut antara gelas penghapus dengan gelas
obyek. Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 300 akan menghasilkan
lapisan darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang cepat atau sudut yang lebih
besar akan menghasilkan lapisan darah yang tebal.
6) Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol di bagian akhir dari hapusan. Bila ini
terjadi maka distribusi dari macam-macam leukosit tidak representatif. Gerakan yang
terlalu pelan atau gelas penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan ini.
7) Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali, sebab bila tidak maka eritrosit
akan mengalami kerusakan dan memudahkan terjadinya terbentuknya rouleaux.

38

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI


Pewarnaan yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai salah satu pewarnaan
Romanovsky (Giemsa, Wright). Adapun prosedur pewarnaan adalah :
1) Letakkan sediaan yang akan dicat pada bak pengecatan.
2) Teteskan methanol pada sediaan sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh
permukaan sediaan. Biarkan selama 5 menit.
3) Tuang kelebihan methanol dari gelas obyek.
4) Teteskan sediaan dengan larutan giemsa yang telah diencerkan dengan larutan
penyangga (buffer) (1 tetes giemsa pokok untuk setiap 1 ml larutan penyangga) dan
biarkan selama 20 menit.
5) Bilas sedian dengan air secara perlahan.
6) Keringkan sediaan lalu periksa dengan mikroskop.
PENILAIAN KUALITAS HAPUSAN DARAH TEPI
Penilaian kualitas hapusan darah tepi (HDT) dilakukan dengan memakai perbesaran kecil
(objektif 10x), meliputi :
Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu sama
lainya.
Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.
Eritrosit dan leukosit harus terwarnai dengan baik.
Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.
Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas,sebaiknya dibuat HDT yang baru,
sehingga tidak menyulitkan waktu dievaluasi.
PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI
Pemeriksaaan HDT terdiri dari :
1) Pemeriksaan dengan perbesaran kecil (objektif 10x)
Penilaian kualitas HDT
Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit.
Penafsiran hitung jenis leukosit.
Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal.
2) Pemeriksaan dengan kuat (objektif 100x + oil emersi)
Eritrosit : apakan ada kelainan atau variasi morfologik.
Leukosit : untuk hitung jenis leukosit dan mencari kelainan morfologik
Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologinya
Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologi

EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI


PRINSIP
Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah harus diketahui
dahulu dengan baik.
PROSEDUR KERJA
HDT yang telah memenuhi syarat mula-mula diperiksa dengan :
1) Perbesaran objektif 10x
Penentuan kesan jumlah leukosit
Lakukan hal ini didaerah perhitungan (counting area), bila didapatkan :
20 30 leukosit /Lp = 5000 leukosit/cmm
40-50 leukosit /Lp = 10.000 leukosit/cmm

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

39

Blok Pertahanan Tubuh

Bila kita jumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunglah beberapa sel
muda berinti setiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat koreksi
terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan pemeriksaan dengan memakai
kamar hitung.
Cara koreksi :
Jumlah leukosit yang benar = 100/(100+N) x L
N= jumlah normoblast
L= jumlah leukosit yang dihitung dengan kamar hitung.
2) Perbesaran objektif 100x + oil emersi
Eritrosit
Besarnya (Cyter)
Warnanya (Chromasi)
Sel-sel muda dan sel abnormal
Leukosit
Kesan jumlah leukosit
Hitung jenis leukosit
Sel-sel muda dan abnormal
Trombosit
Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT.
Jumlah normal pada tiap lapangan pandang ada beberapa trombosit : 2-4/lp
Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap lapangan pandang jumlahnya
banyak (> 15 /lp) atau dalam bentuk menggerombol-gerombol.
Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit per
lapangan pandang.
Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai trombosit yang besarbesar yang disebut giant trombosit.

HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFERENTIAL COUNT)

PRINSIP
Hitung jenis adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang kurangnya 100 sel
dan dinyatakan dalam %.
ALAT DAN REAGENSIA
Hapusan darah tepi
Mikroskop
Oil emersi
PROSEDUR KERJA
1) Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan (counting area).
2) Identifikasi sel dimulai dari satu sisi, bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi
semula dengan arah zig-zag berjarak 3 lapangan pandang.
3) Untuk memudahkan perhitungan, maka buatlah kotak-kotak seperti gambar dibawah.
4) Jumlah leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom 1, apabila jumlah sel
sudah 10 pindah ke kolom ke 2, dan seterusnya.
5) Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10 kolom sudah
terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.

40

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

NILAI RUJUKAN
Basofil
: 0 1%
Eosinofil : 1 4%
Stab
: 2 5%
Segmen : 36 66%
Limfosit
: 22 40%
Monosit
: 4 8%
Jenis
leukosit
Bas
Eos
Stab
Seg
Limfo
Mono
Jml
total

Tabel Hitung Jenis Leukosit


KOLOM
4
5
6
7
8

10

10

10

10

10

10

10

10

10

Jml
total

10

10

100

PENGHITUNGAN JUMLAH LEUKOSIT


PRINSIP
Darah diencerkan serta diwarna dengan larutan Turk, lalu sel-sel darah dihitung dalam kamar
hitung di bawah mikroskop.
ALAT DAN BAHAN
o Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan
o Pipet pengencer Thoma (Pipet Leukosit memiliki skala 0,5 11)
o Mikroskop (Digunakan Objektif 10 x untuk mengamati leukosit)
o Gelas penutup (Cover glass)
o Reagen: larutan Turk
o Kamar penghitung Improved Neubauer

Gambar 2 Kamar Penghitung Improved Neubauer


Kamar penghitung Improved Neubauer memiliki 2 tempat yang dinamakan ruang
penghitung (counting chamber). Pada tiap ruang penghitung terdapat 1 bujur sangkar
dengan panjang sisi 3 mm dan luas 9 mm. Bujur sangkar ini dibagi menjadi 9 bujur
sangkar kecil yang sama ukurannya, masing-masing sisinya 1 mm dan luasnya 1 mm
(Gambar 2 dan 3).

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

41

Blok Pertahanan Tubuh

Bujur sangkar yang terletak di tengah dibagi menjadi 25 bujur sangkar kecil yang
sama sisinya, yaitu 1/5 mm serta luasnya 1/25 mm. Garis batasnya terdiri dari 3 garis
yang sejajar tetapi batas yang dipakai adalah garis yang ditengah. Tiap bujur sangkar
kecil tersebut (luas 1/25 mm) dibagi lagi menjadi 16 bujur sangkar dengan sisi 1/20 mm
dan luas 1/400 mm. Jarak antara permukaan daerah penghitung dan permukaan bawah
cover glass adalah 1/10 mm (Gambar 3).

Gambar 3 Ruang Penghitung (Counting Chamber)

PROSEDUR KERJA
1) Kamar hitung disiapkan dan ditutup dengan cover glass.
2) Hisaplah darah dengan pipet pengencer Thoma sampai tanda 0,5 kemudian disusul
dengan larutan Turk dihisap sampai tanda 11. Jadi pengencerannya 20x.
3) Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah, kemudian pipet dikocok
dengan gerakan tegak lurus pada sumbu panjangnya selama 3 menit terus menerus.
Jagalah jangan sampai ada cairan yang terbuang dari dalam pipet diwaktu mengocok.
4) Tiga tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan berikutnya
dengan menyinggung pinggir cover glass. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahanlahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
5) Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.
6) Lakukan perhitungan sel dalam kamar hitung. Mulailah menghitung sel dari sudut kiri
atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri. Lalu turun lagi
turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan.
7) Penghitungan leukosit dilakukan pada 4 bujur sangkar (luas 1 mm), yaitu daerah 1, 2, 3
dan 4 (Gambar 4).

42

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

Gambar 4 Daerah Penghitungan Leukosit

8) Cara menghitung jumlah leukosit sebagai berikut :


Misalnya jumlah leukosit yang terdapat pada keempat bujur sangkar adalah N. Volume
keempat bujur sangkar itu adalah 4 x 0,1 = 0,4 cmm. Pengenceran darah 20 x. Jadi
jumlah leukosir per cmm adalah 1/0,4 x 20 x N = 50N.
Atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah leukosit = 50 N/cmm
NILAI RUJUKAN
Laki-laki: 4.700-10.300/cmm
Perempuan: 4.30011.300/cmm

REFERENSI
Baron. 2000. Kapita Selekta Patologi Klinik. EGC, Jakarta
Petit, H. 2000. Kapita Selekta Hematologi Edisi Keempat. EGC, Jakarta
Widmann FK. 1998. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta
Sacher AR. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

43

Blok Pertahanan Tubuh

44

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

SUPLEMEN BLOK IV
PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI

RETIKULOENDOTELIAL SYSTEM

Nama Mahasiswa
No. Induk Mahasiswa
Kelompok Praktikum

:
:
:

Laboratorium Patologi Anatomi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

45

Blok Pertahanan Tubuh

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

SISTEM RETIKULOENDOTHELIAL
LIMFADENITIS KRONIS NON SPESIFIK

Suatu proses keradangan menahun jaringan limfoid yang ditimbulkan oleh penyebaran
infeksi dari tempat lain, misalnya rongga mulut, lengan atau tungkai.
Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, tampak tanda-tanda peradangan
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre
melebar dan aktif, proliferasi sel-sel radang mononuklear, di sinusoid : dilatasi sinusoid,
terdapat jaringan ikat dan fibrosis.

LIMFADENITIS TBC

Suatu proses peradangan menahun yang membentuk granuloma (jaringan granulasi


yang khas untuk penyakit atau agen tersebut). Bentukan granuloma pada TBC disebut
tuberkel.
Tuberkel lunak : mengalami nekrosis dibagian tengahnya
Tuberkel keras : tanpa nekrosis

LIMFOMA MALIGNA NON HODGKIN

46

Neoplasma ganas primer jaringan limfoid, terdiri atas sel-sel limfoid kecil atau besar
Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, berbenjol-benjol, warna abu-abu
kekuningan, konsistensi pada kenyal.
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre tidak
tampak lagi, tampak 1 atau 2 jenis sel limfoid, sel monoton, tampak proliferasi sel-sel
radang mononuclear di sinusoid, kadang terdapat jaringan ikat dan fibrosis. Ciri khas :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

sel-sel padat monoton, ukuran ada yang kecil, inti hiperkromasi, pleomorfik, beberapa
ada anak inti, serta terdapat jaringan ikat retikuler yang mengelilingi setiap sel dan
berwarna merah.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

47

Blok Pertahanan Tubuh

HODGKIN DESEASE

48

Keluhan ini dihubungkan dengan peradangan (virus) yang bersifat neoplastik


Tata nama dan penggolongan menurut tipe :

Lymphocyte predominance

Lymphocyte depletion

Mixed cellularity

Nodular sclerosis
Patokan : jumlah limfosit, sclerosis dan campuran masing-masing sel. Disamping itu
masih ada sel-sel datia Reed Stemberg yang dapat dianggap patognomonik
Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening hilang, terdapat proliferasi polimorfik sel
sel limforetikuler, sel-sel limfosit, sel plasma histiosit, neutrofil dan eosinofil, sel red
stemberg dengan inti lebih dari 1 dan mirror image, proliferasi jaringan ikat fibrosis,
nekrosis, dan perdarahan.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN


Petunjuk:
Amati preparat dengan seksama sesuai dengan panduan di atas untuk menemukan ciri
khas dari masing-masing kelainan, kemudian gambarlah dan beri keterangan.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

49

Blok Pertahanan Tubuh

50

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Blok Pertahanan Tubuh

REFERENSI
Robbins, Kumar, Cotran. 2002. Buku Ajar Patologi Edisi Ketujuh. EGC Jakarta
Aleqsander, M. 2006. Atlas Patologi Anatomi, UMM press Malang
Underwood, JCE. 2002. Patologi Umum dan Sistematika. EGC, Jakarta
PENGESAHAN PRAKTIKUM
Mataram, .........................
Pembimbing Praktikum

(.................................)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

51

Anda mungkin juga menyukai