Pendahuluan
Pemanasan global (global warming)
merupakan sebuah fenomena yang telah terjadi
sejak beberapa dasawarsa terakhir akibat dari apa
yang dinamakan efek gas-gas rumah kaca (glass
house effects) yang dihasilkan melalui kegiatan
pembangunan
ekonomi
khususnya
sektor
industrialisasi dan transportasi. Emisi gas-gas
rumah kaca yang sebagian besar terdiri dari emisi
gas CO2 ternyata telah menimbulkan kerusakan
pada lapisan ozon (the ozone layer), padahal
lapisan ini berfungsi untuk melindungi permukaan
bumi dari bahaya sinar ultraviolet yang
membahayakan kesehatan.. Akumulasi zat-zat
pencemar yang melebihi ambang batas seakan-akan
membuat penduduk bumi berada dalam rumah kaca
karena bumi relatif tidak mampu menetralisir emisi
gas-gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini hanya
dapat bergerak naik turun dalam ruang atmosfer
yang menyebabkan suhu permukaan bumi
mengalami peningkatan cukup signifikan bagi
menanggulangi
dampak
Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di
atas, maka dapat ditarik beberapa butir kesimpulan
sebagai berikut :
1) Adanya keterkaitan erat antara emisi gas-gas
rumah kaca, pemanasan global, perubahan iklim,
naiknya suhu permukaan air laut, mencairnya
gunung-gunung es di kawasan Arctic dan Antartika,
bakal hilang atau tenggelamnya puluhan ribu
pulau-pulau dari peta bumi, termasuk di dalamnya
pulau-pulau terluar Indonesia yang selama ini
dijadikan sebagai titik pangkal bagi penetapan garis
pangkal lurus kepulauan. Tenggelamnya pulaupulau terluar akibat pemanasan global akan
menyebabkan bergesernya garis-garis pangkal lurus
kepulauan, menggoyahkan berbagai perjanjian
bilateral mengenai garis batas maritim, bahkan
eksistensi RI sebagai negara kepulauan bakal
terancam.
2) The Copenhagen Accord 2009 bukan merupakan
perjanjian internasional yang bersifat mengikat
sebab kesepakatan tersebut hanya berisi ajakan atau
himbauan pada negara-negara, terutama negaranegara industri untuk mendaftarkan
secara
sukarela target pengurangan emisi gas-gas rumah
kaca guna menanggulangi dampak pemanasan
global dan segala implikasinya. Demikian pula
negara- negara berkembang dihimbau untuk
Daftar Pustaka
Clive R. Symmons, The Maritime Zones of
Islands in International Law, Martinus Nijhoff
Publishers, The Hague/Boston/London, 1979.Godefridus Josephus Henricus Van Hoof,
Rethinking the Sources of International Law,
GJH, Usseistein, Netherlands, 1983.Hasjim Djalal, Politik Luar Negeri Indonesia
dalam Dasawarsa 1990, Centre for Strategic and
International Studies, Jakarta, 1997.Kerangka Kebijakan Pengembangan Pola Ilmiah
Pokok
Universitas
Hasanuddin,
Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, 1999.Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang
Hukum Laut, Departemen Luar Negeri, Direktorat
Perjanjian Internasional.Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun
1996 mengenai Wilayah Perairan Indonesia.Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2002 mengenai
Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Pangkal
Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.Harian Kompas, 2008, 2009, 2010.-