TINJAUAN PUSTAKA
a.
Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1)
Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan
yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang,
apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare
dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b.
Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c.
Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30
hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat
menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
2.1.3. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a.
Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a)
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus
(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b.
Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c.
d.
e.
Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok
ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh si anak.
f.
Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
g.
h.
Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
i.
Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen
utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang
sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu
baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
j.
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
k.
l.
2.1.4. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a.
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi
usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara
osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan
hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang
diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari
cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
b.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Akibat
rangsangan
mediator
abnormal
misalnya
enterotoksin,
c.
2.1.5. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia,
Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada selsel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan
gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. (Mansjoer, 2009)
Table 2.1
Penentuan Derajat Dehidrasi WHO
No
Tanda
dan
Gejala
Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Keadaan
Umum
Sadar,
gelisah, haus
Gelisah,
mengantuk
Denyut
nadi
Normal
kurang dari
120/menit
Cepat dan
lemah 120140/menit
Dalam,
mungkin cepat
3
4
Pernafasan Normal
UbunNormal
ubun besar
Dehidrasi Berat
Mengantuk, lemas,
anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.
Cepat, haus, kadangkadang tak teraba,
kurang dari 140/menit
Dalam dan cepat
Sangat cekung
Cekung
Tanda
dan
Gejala
Kelopak
mata
No
5
6
7
Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang
Dehidrasi Berat
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Sangat kering
Selaput
lendir
Lembab
Kering
Sangat kering
Elastisitas
kulit
Pada
pencubitan
kulit secara
elastis
kembali
secara normal
Lambat
Air seni
warnanya
tua
Normal
Berkurang
Tidak kencing
2.1.7. Epidemiologi
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan
sebagai berikut:
a.
Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi
pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system
pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan
makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah
tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk
menginfeksi saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul
berbagai macam penyakit termasuk diare.
b.
Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang
disebabkan oleh faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan
faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu
infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera) dan serangan
bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan
kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).
c.
Environment
Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi
antara penjamu (host) dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi
menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna
disekitar manusia) yang bersifat biotik: mikroorganisme penyebab
penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan), vector
pembawa penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan
makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat
abiotic: yaitu udara, keadaan tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan
lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh sanitasi lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku
Hidup Bersih
keadaan social ekonomi, keadaan social budaya, serta faktor lainnya. Untuk
terjadinya diare sangat dipengaruhi oleh kerentanan tubuh, pemaparan terhadap
air yang tercemar, system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri. Kerentanan
tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan
kemiskinan.
2.1.9. Pencegahan Diare
Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral, angka kesakitan bayi dan
anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun. Menurut Suharti
(2007), bahwa kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000
kelahiran hidup. Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan
angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Untuk
dapat membuat vaksin secara baik, efisien, dan efektif diperlukan pengetahuan
mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama kekebalan
saluran pencernaan makanan.
1.
Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini. Menurut Supariasa dkk (2002), bahwa ASI
adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu
buah-buahan
dan
sayuran
berwarna
hijau
kedalam
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
masing-masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi. Makanan harus diteruskan
bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi.
Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya,
serta memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan
persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral
setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein,
makanan tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang
mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, (c)
Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,
obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein,
opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk
prometazin dan kloropomazin.
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan sebagai
berikut:
a.
Rencana pengobatan A
Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa
dehidrasi, meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila
anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2
kebutuhan Oralit Per Kelompok Umur
Umur
(Tahun)
<1
1-5
>5
b.
Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur
<1 Tahun
Jumlah oralit
300
1 5 Tahun
600
>5 tahun
1200
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan
derajat berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam.
Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
Pemeriksaan tinja
b.
c.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
Renjatan hipovolemik
c.
d.
Hipoglikemia.
e.
f.
g.
Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita
dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia
prasekolah (Wikipedia, 2009). sebagai berikut:
a.
Perkembangan fisik
Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan
bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua
hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode usia
prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat
(Choirunisa, 2009 : 10). Pada periode ini, balita memiliki ciri khas
perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.
b.
Perkembangan Psikologi
Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakannya
(lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,
menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan
tubuh dan mempertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita
kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti meronce,
menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang
benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti
memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan
menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu. Dari sisi
Faktor lingkungan
Sejak pertengahan abad ke-15 para ahli kedokteran telah menyebutkan
bahwa tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat
beroperasinya faktor agen, host dan lingkungan. Menurut model roda
timbulnya penyakit sangat tergantung dari lingkungan (Mukono, 1995).
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat penting terhadap
timbulnya berbagai penyakit tertentu, sehingga untuk memberantas
penyakit menular diperlukan upaya perbaikan lingkungan (Trisnanta,
1995). Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya
tahannya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit
(Slamet, 1994). Penyakit-penyakit tersebut seperti diare, kholera, campak,
demam berdarah dengue, difteri, pertusis, malaria, influenza, hepatitis,
tifus dan lain-lain
determinan-determinan
diperoleh dari perusahaan air minum negara maupun air bersih karena
diawasi terus menerus. Tetapi jika sumber air milik kita sendiri misalnya
sumur dilingkungan rumah atau aliran air yang lewat didekat rumah
biasanya mudah tercemar. Penyebab melalui air atau makanan dari orang
keorang atau kontak langsung dari tinja dapat menyebabkan timbulnya
diare selain faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi penularan
diantaranya air bersih, fasilitas sanitasi dan kebiasaan yang tidak sehat.
Pada faktor lingkungan ini meliputi:
a. Sumber air
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan
hampir 70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk
keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang
lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan
per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari peranan air
sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam
penularan beberapa penyakit menular termasuk diare.
Sumber air yang digunakan masyarakat adalah air permukaaan
yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung
kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam.
Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan
bakteriologis. Syarat fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara
biak,
kakus
harus
terlindung
atau
tertutup,
media
atau
tempat
baik
untuk
hidup
dan
tidak mengkontaminasi
tidak
diare
tidak
mendukung
praktik
ibu
dalam
penatalaksanaan diare.
Pada faktor Pengetahuan ibu ini meliputi:
a. Umur
Semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula
kedewasaan tehnisnya, demikian pula psikologis serta menunjukan
kematangan jiwa. Usia yang semakin meningkat akan meningkat
pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil
keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi
terhadap pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan motivasinya.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam
masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Ihsan, 1997). Tingginya angka
tidak langsung
c.
c. Malabsorbsi
Kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak,
maupun protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorbsi,
maupun alergi sehingga terjadi diare pada balita maupun pada anak.
d. Mekanik
Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara
mekanik dapat merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.
(Notoatmodjo, 2003)
Infeksi enteral
(bakteri, virus,
parasite).
-
Infeksi parenteral
Malabsorbsi
(karbohidrat,
Faktor makanan :
-
Makanan
basi.
makanan.
protein).
Alergi
terhadap
lemak, dan
Makanan
beracun.
Faktor lingkungan :
Sumber air.
Tempat
pembuangan
tinja.
Pembuangan
sampah.
Lingkungan
perumahan.
Air limbah.
Diare balita
Faktor
pengetahuan ibu :
-
Umur
Pendidikan
Kebiasaan
ibu
mencuci
tangan
Faktor social
ekonomi
masyarakat :
-
Pekerjaan
Antigen
Osmolaritas
Malabsorbsi
Mekanik
VARIABEL DEPENDEN
LINGKUNGAN
PENGETAHUAN IBU
SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT
MAKANAN DAN
MINUMAN YANG
DIKONSUMSI
KEJADIAN
DIARE
UMUR BALITA
STATUZ GIZI
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Yang diteliti
= Tidak diteliti
b.
c.
d.