Pertumbuhan (%)
2010
7,270
2011
7,804
7.34
2012
8,317
6.58
2013
8,739
5.06
environment. Adapun strategi pencapaiannya dilakukan melalui: (1) penguatan sinergi huluhilir, (2) pengembangan kawasan, serta (3) pemberdayaan masyarakat.
Ketahanan Pangan
Lahirnya Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan memberikan arah baru
sekaligus perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pangan nasional. Hal ini antara lain
dapat dilihat dari amanat UU tersebut yang menyatakan secara tegas bahwa Penyelenggaraan
Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat
secara adil, merata dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan sumber pangan, kemandirian
pangan dan ketahanan pangan.
Selain itu, berdasarkan definisi pangan yang secara eksplisit memasukkan komoditas
perikanan sebagai sumber pangan telah memberi ruang yang luas bagi sektor kelautan dan
perikanan untuk meningkatkan perannya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. UU
tersebut sangat akomodatif dan memberi kesempatan komoditas perikanan yang merupakan
sumber protein hewani utama masyarakat Indonesia menjadi salah satu bagian pangan pokok
nasional.
Merujuk pada Undang-undang pangan tersebut, ikan dapat memenuhi kriteria sebagai bahan
kebutuhan pokok. Sumbangan protein ikan mencapai lebih dari 57,2% dari total konsumsi
protein hewani masyarakat, sehingga ikan sangat dibutuhkan untuk pemenuhan gizi
masyarakat terutama kebutuhan protein.
Ikan juga bersifat universal, dapat diterima semua agama dan semua golongan (tidak
memerlukan ritual khusus terkait penyembelihan) serta dapat dikonsumsi oleh semua
kelompok umur.Keragamanan yang sangat tinggi pada ikan baik dari segi jenis, bentuk,
warna, rasa dan ukuran juga menyebabkan ikan dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai
macam produk olahan. Hal lainnya, ikan juga mempunyai keragaman dan kisaran harga yang
sangat bervariasi sehingga dapat memenuhi semua segmen kelas ekonomi. Sehingga dengan
biaya terbataspun, kebutuhan protein dapat lebih tercukupi.
Dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya, ikan mempunyai banyak keunggulan.
Namun demikian, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang banyaknya
keunggulan yang terdapat pada ikan khususnya masyarakat yang lokasinya jauh dari wilayah
pantai atau sumber ikan. Bahkan, masih banyak orang yang menganggap ikan menyebabkan
kolesterol, cacingan dan lainnya. Padahal, penelitian-penelitian terbaru telah membantah
mitos negatif ikan yang berkembang di masyarakat.
Belum dijadikannya ikan sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam pola konsumsi
masyarakat Indonesia, dapat menyebabkan ketidakseimbangan konsumsi antara sumber
protein dan sumber gizi lainnya. Kedepan sangat diperlukan upaya yang sungguh sungguh
untuk mengeliminir ketidak seimbangan pangan tersebut. Kasus gizi buruk yang masih
terjadi hingga kini tidak terlepas dari minimnya konsumsi protein hewani yang pada
gilirannya akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia.
Tahun 2013 tercatat tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar 35,21 kg per kapita dan pada
tahun 2014 ditargetkan meningkat menjadi 38 kg per kapita. Namun demikian, capaian
konsumsi ikan di masing-masing wilayah belum merata.
Ketidakseimbangan konsumsi masyarakat dan ketidakmerataan tingkat konsumsi ikan antar
wilayah berkorelasi dengan permasalahan gizi masyarakat Indonesia saat ini. Beberapa
permasalahan gizi masyarakat Indonesia diantaranya adalah : Meningkatnya bayi lahir
pendek (stunting) 2) meningkatnya obesitas 3) prevalensi bayi lahir dengan berat badan
rendah 4) meningkatnya kematian ibu melahirkan.
Karenanya di dalam upaya mensukseskan program ketahanan pangan nasional, sektor
Kelautan dan Perikanan memegang peranan penting antara lain karena ikan dapat memenuhi
kriteria ketahanan pangan dan gizi, kedaulatan dan kemandirian sesuai amanat UndangUndang Pangan. Tidak hanya sebagai sumber protein, sebagai bahan pangan, ikan juga
sumber lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif.
Kebijakan
Dalam rangka mendukung arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu
pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat, kebijakan pengembangan pemasaran dalam negeri hasil perikanan
diarahkan untuk mewujudkan produk perikanan prima yang berdaya saing.
Adapun langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam kebijakan pengembangan
pemasaran dalam negeri mencakup :
a. Penguatan Sinergi Hulu-Hilir. Ini diperlukan dalam rangka mewujudkan sistem
produksi dan distribusi yang dapat menjamin ketersediaan pasokan untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi masyarakat secara merata dan terjangkau serta memenuhi
kebutuhan permintaan industri secara berkelanjutan sehingga dapat memberikan nilai
tambah dan daya saing.
Upaya penguatan sinergi hulu hilir antara lain dilakukan melalui :
penguatan supply. Aspek-aspek penguatan supply tidak hanya tergantung dari jenis
produk dan komoditas yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, tetapi juga
harus memperhatikan mutu dan jaminan keamanan hasil perikanan yang akan
dipasarkan.