Anda di halaman 1dari 39

MENJADI PEMENANG PADA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN


(MEA) TAHUN 2015
Direktorat Jenderal Kerja Sama
Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan

OUTLINE
I. Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)
a. Latar Belakang
b. 4 Pillar MEA
II. Arus Bebas Perdagangan
Barang, Jasa dan Investasi ASEAN
III. Integrasi ASEAN dengan
Ekonomi Global
IV. Manfaat, Peluang dan
Tantangan MEA
2

BRUNEI
DARUSSALAM
CAMBODIA
INDONESIA
LAO PDR
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPINNES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
3

A. LATAR BELAKANG
Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast

Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok,


Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura
dan Thailand (ASEAN Founding Fathers)
Pada KTT ASEAN ke-9 tahun 2003, ASEAN menyepakati BALI
CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN
Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan.
Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan
ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada
proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA). Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat
implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015;
Untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang
memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap
Negara Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun
2015.
4

PENDALAMAN

PERLUASAN
1967: INA, MAL
PHI, SIN, THA

1984: BRU

1977:
PTA
1992: CEPT AFTA

1995: VN

2004: ASN-China

1997: LAO, MYM


1999:
CAM

2006: ASN-KOR
2008: ASN-JAP

EAFTA Study
CEPEA Study

2009: ASN-ANZ;
ASN-India;
1995: AFAS
ASN-China
Investment;
1997: ASEAN Vision
ASN Korea
2020
1998: AIA
Investment
2010: ASEAN Plus
Working Groups on
2003: 3 Pillars of ASEAN
ROO, Tariff
Community 2020;
Nomenclature,
11 Priority Integration Sectors (PIS)
Customs, Ec
2005: Logistics
2011: ASEAN
Cooperation
as PIS
Framework for
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC
Regional
Blueprint
Comprehensive
2008: first year of AEC Blueprint;
2012: Launching
of
Economic
Partnership
ASEAN Charter entered into force
Regional
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
Comprehensive
Economic Partnership
2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Equitable
Economic Development

ASEAN Economic
Community 2015
5

b. 4 Pillar MEA

Dasar Pembentukan:
Framework Agreement on Enhancing ASEAN
Economic Cooperation
KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene, 2004

Blue Print:
ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur, 2006
KTT ke-12 ASEAN - Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015
6
KTT ASEAN Ke-13 - Blueprint for the ASEAN Economic Community

Cetak Biru MEA 2015

Pencapaian MEA 2015 melalui rencana aksi yang tertuang


dalam 4 pilar MEA:
1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional: arus barang,
jasa,
dan investasi yg bebas, tenaga kerja yang lbh bebas, arus modal
yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta
pengembangan sektor food-agriculture-forestry;
2. Kawasan Berdaya-saing Tinggi: kebijakan persaingan,
perlindungan konsumen, HKI, pembangunan infrastruktur,
kerjasama energi, perpajakan, e-Commerce;
3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata:
pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (CLMV);
4. Integrasi dengan Perekonomian Dunia: pendekatan koheren
terhadap hubungan ekonomi eksternal, partisipasi yang semakin
meningkat dalam jaringan suplai global.
Implementasi di tingkat ASEAN maupun tingkat nasional sejak 2008
dan dimonitor AEC Scorecard.

Diatur dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA);


Penghapusan Tarif: Sejak 1 Januari 2010, Untuk ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Filipina,

Malaysia, Singapura, Thailand) hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%. Untuk
Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0% pada tahun 2015;
Alternative ROO: menerapkan beberapa pilihan ROO untuk mempermudah pelaku
bisnis;
Self Certification: Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self
Certification Pilot Project (SCPP) I Implementasi 1 November 2010. Indonesia, Laos,
Filipina bergabung pada SCPP II (implementasi 1 Januari 2014). Tujuan: Menyederhanakan
prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan Mempercepat
prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice declaration perusahan;
Pembentukan ASEAN Single Window (ASW). INA merupakan anggota yang paling
siap dalam pengembangan ASW (operasional thn 2015) dengan telah beroperasinya NSWIndonesia (INSW);
ASEAN Trade Repository (ATR). Demi kepastian usaha dan disiplin kebijakan, ASEAN
akan mengoperasikan ATR thn 2015 didukung oleh pembentukan National Trade
Repository di setiap anggota. Indonesia telah membuat website Indonesia Trade
Repository yang terintegrasi dengan website Indonesia National Single Window (INSW);
Penyederhanaan SKA Form-D. Mulai 1 Januari 2014, eksportir tidak perlu menulis FoB
pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional Value
Content (RVC) 40%.

Nilai perdagangan Indonesia


dan ASEAN

Dalam US$
Juta

Sumber: kemendag, diolah


oleh DKA
10

1.

Tekstil dan produk tekstil: Malaysia, Thailand, dan


Vietnam

2.

Elektronik: Singapura, Malaysia, Thailand, dan


Vietnam.

3.

Karet: Singapura

4.

Produk hutan: Malaysia, Vietnam, Singapura,


Thailand.

5.

Alas kaki: Singapura

6.

Otomotif: Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura,


dan Myanmar

7.

Udang: Vietnam, Singapura, dan Malaysia

8.

Coklat: Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand

9.

Kopi: Malaysia dan Singapura


11

1. Kulit dan produk kulit: Vietnam, Malaysia, Thailand, dan

Filipina.
2. Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina.
3. Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam,
dan Thailand.
4. Makanan olahan: Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja,
Thailand, Myanmar dan Vietnam (ekspor makanan olahan
masih minim, bahkan di Myanmar masih susah ditemui
produk makanan olahan Indonesia).
5. Essential oil: Singapura.
6. Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan
Malaysia.
7. Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia.
8. Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia.
9. Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan
Thailand.
10. Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina,
dan Singapura.
12

Moda Sektor Jasa : (i) Cross Border Supply, (ii)


Cunsumption Abroad, (iii) Commercial Presence, dan (iv)
Presence of Natural Persons.
12
Sektor-sektor Jasa: (i) Business Services, (ii)
Communication Services, (iii) Construction and Related
Engineering Services, (iv) Distribution Services, (v)
Educational Services, (vi) Enviromental Services, (vii)
Financial Services, (viii) Health Related and Social Services,
(ix) Tourism and Travel Related Services, (x) Recreational,
Cultural and Sporting Services, (xii) Transport Services, dan
(xii) Other Services not Included Elsewhere.
Perundingan-perundingan sektor Jasa: (i) ASEAN Framework
Agreement on Services (AFAS), (ii) ASEAN Agreement on
Movement of Natural Persons (ASEAN MNP), (iii) Mutual
Recognition Arrangement (MRA), dan (iv) ASEAN Trade in
Services Agreement
13

Ditandatangani oleh negara negara ASEAN pada 15


Desember 1995 di Bangkok, Thailand.
AFAS bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan
pada perdagangan jasa diantara negara-negara ASEAN
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kompetisi
penyedia jasa di ASEAN.
Integrasi jasa dirundingkan melalui putaran negosiasi di
bawah Coordinating Committee on Services (CCS)
Liberalisasi Jasa dilakukan melalui Paket Paket
Komitmen. Negara anggota ASEAN telah melakukan
negosiasi dan telah menghasilkan 8 paket komitmen dari
10 paket komitmen yang dijadwalkan akan rampung pada
tahun 2015.
Pada tahun 2015, sebanyak 128 subsektor jasa
(ditambah subsektor keuangan dan non bank serta jasa
angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan
ASEAN (Foreign Equity Participation/FEP) maksimum
70%, serta tidak adanya hambatan untuk cross border
supply dan consumption abroad.
14

Perkembangan Jasa & Komponenn


Hampir semua komponen jasa mencatat defisit kecuali jasa perjalanan (travel),
jasa komunikasi dan jasa pemerintah. Jasa konstruksi pada tahun 2011(Juta
mulai
USD)
menunjukkan surplus.

Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter


Bank Indonesia

15

Jadwal integrasi sektor jasa ASEAN:


Tahun

2010 : 4 sektor jasa prioritas (air transport, e-ASEAN,


healthcare & tourism): Mode 3, Foreign Equity Participation
(FEP) 70%. Target integrasi jasa sebanyak 80 subsektor.
Tahun
2013 :
Sektor logistik (Jasa pergudangan,
pengepakan, kargo, jasa pengiriman barang); Mode 3, FEP
70%. Target Jasa sebanyak 104 subsektor
Tahun 2015 : Semua sektor: Mode 3, FEP 70%, none untuk
Mode 1 & 2. Target integrasi jasa sebanyak 128 subsektor.
ATISA/ASEAN Trade in Services Agreement sebagai
penyempurnaan AFAS ditargetkan ditandatangani Agustus
2015.
16

Instruksi untuk melakukan review AFAS (ATISA) yang merupakan

perluasan perjanjian perdagangan jasa di ASEAN diberikan pada saat


Pertemuan AEM ke-43 bulan Agustus 2011.
Tujuannya adalah: 1) Memperkuat hubungan ekonomi dan
menyediakan kesempatan yang lebih luas; 2) Meningkatkan
perdagangan dan investasi, serta menciptakan pasar dan skala
ekonomi yang lebih luas; 3) Menghapus hambatan-hambatan dalam
perdagangan jasa dan menciptakan iklim yang kondusif 4)
Membangun kerangka kerjasama untuk memperkuat hubungan
ekonomi lebih lanjut diantara negara-negara anggota.
Draft text ATISA telah disusun Indonesia dengan merujuk pada AFAS,
ASEAN+1, dan perjanjian perdagangan internasional lainnya di bidang
jasa baik regional maupun bilateral.
Perundingan
ATISA dimulai November 2013, dan rencana
ditandatangani bulan Agustus 2015.
Perundingan ATISA melibatkan delegasi Working Group yang
membahas Sektor Jasa Perhubungan Udara dan Keuangan yaitu: Air
Transport Services Negotiation (ATSN), dan Working Committee on
ASEAN Financial Services Liberalisation (WCFSL).

Ditandatangani bulan November 2012 di Kamboja;


Tujuan: memfasilitasi pertukaran tenaga kerja yang terkait
kegiatan perdagangan dan investasi di antara anggota;
Batasan: (i) Negara Anggota ASEAN tetap memiliki otoritas untuk
menerapkan
peraturan
nasional
masing-masing
dalam
melaksanakan implementasi perjanjian, (ii) Pelaksanaan komitmen
liberalisasi diatur dalam Schedule of Commitment (SoC) masingmasing negara, (iii) Implementasi hanya berlaku untuk sektor-sektor
pekerjaan yang dikomitmenkan ke dalam SoC, (iv) Perpindahan
tenaga kerja terampil sesuai dengan kategori natural persons yang
sudah diatur, hanya dapat dilakukan melalui kontrak kerja sama
antar badan hukum (juridical persons) di ASEAN atau melalui
investasi badan hukum satu negara ASEAN di negara ASEAN
lainnya.
Kategori MNP yang Dikomitmenkan: (i) Business Visitors, (ii)
Contractual Services Supplier (CSS); dan (iii) Intra Cooperate
Transferees (ICT) untuk Director, Manajer dan Specialist
Pada tingkat ASEAN, Indonesia mengkomitmenkan beberapa jenis
tenaga kerja, dan dibatasi secara cross sectoral sesuai UU No. 13
18
dan juga peraturan imigrasi, kecuali untuk sektor-sektor yang

Tujuan:

menciptakan
prosedur
dan
mekanisme akreditasi untuk mencapai
kesamaan/kesetaraan
serta
mengakui
perbedaan antar negara dalam hal
pendidikan dan latihan, pengalaman, serta
persyaratan lisensi untuk praktek profesi.
Secara umum ada 5 komponen dasar yang
tertuang dalam MRA yaitu:
1) Definisi dijelaskan pengertian
mengenai praktisi profesional pada
suatu sub-sektor jasa tertentu.
2) Ketentuan Pengakuan: terdapat 6
kriteria yang disediakan dalam
kerangka MRA yaitu pendidikan,
ujian, registrasi dan pemberian
lisensi, pengalaman pendidikan
profesional lanjutan dan kode etik
(professional conduct).
3) Mekanisme Pengakuan: otoritas
regulator profesional, sebagai
mekanisme pengakuan mengacu pada
badan yang diberikan wewenang.
4) Ketentuan penyelesaian sengketa.
5) Capacity building.

N
o

MRA

Tempat dan
Penandatanganan

MRA on
Engineering
Services

Kuala Lumpur, 9
Desember 2005

MRA on Nursing
Services

Cebu, Filipina, 8
Desember 2006

MRA on
Architectural
Services

Singapura, 19 November
2007

Framework
Arrangement
for Mutual
Recognition on
Surveying
Qualification

Hanoi, Vietnam, 9
Januari 2009

MRA on Tourism
Professional

Hanoi, Vietnam, 9
Januari 2009

MRA on
Accountancy
Services

Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009

MRA on Medical
Practitioners

Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009

MRA on Dental
Practitioners

Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009
19

INVESTASI ASEAN
Integrasi Investasi mencakup 4 pilar: liberalisasi,

fasilitasi, proteksi dan promosi


Integrasi investasi yang diatur dalam ACIA meliputi
sektor manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa yang
terkait dengan kelima sektor tersebut.
Pada tahun 2015, hanya sektor2 sensitif yang
terdapat dalam Reservation List (R/L) yang tetap
dikecualikan dari komitmen integrasi. Referensi
utama penyusunan R/L Indonesia adalah Daftar
Negatif Investasi (DNI).

20

III
21

KESEPAKATAN KERJA SAMA


ASEAN+1 FTAs

CHINA

FTA ke-1
Resmi menjadi Mitra
Dialog pada 1996
Negosiasi dilakukan
bertahap
berdasarkan
penandatanganan
Persetujuan
Kerangka Kerja oleh
Kepala Negara tahun
2002
ACFTA
menggunakan EHP,
diimplementasikan
pada tahun 2004
TIG ditandatangani
2004
dan
diimplementasikan
2005;
TIS ditandatangani
2007;
TII
ditandatangani
2009
Implementasi penuh
ACFTA
pada
1
Januari 2010
Terbentuknya pasar
dengan
jumlah
penduduk
1.91
miliar
dan
GDP
gabungan
sebesar
US$
7.6
triliun

KOREA

FTA ke-2
Penandatanganan
Persetujuan Kerangka
Kerja
oleh
Kepala
Negara pada tahun
2004
Diperkenalkannya
konsep
Product
Specific Rules dalam
ROO ASEAN
TIG
diimplementasikan
pada 2007, kecuali
Thailand
TIS
ditandatangani
2007, juga kecuali
Thailand
Thailand
masuk
sebagai Pihak dalam
TIG dan TIS pada
2009
TII
ditandatangani
pada 2009; negosiasi
komitmen
spesifik
menjadi bagian dari
work program
Implementasi penuh
AKFTA pada 1 Januari
2010
Terbentuknya
pasar
dengan 632.1 juta
penduduk dan GDP

JAPAN

FTA ke-3
Ditandatangani
secara
adreferendum MaretApril 2008 (Single
Undertaking),
dan
mulai
berlaku
Desember 2008
FTA pertama yang
memiliki
bagian
kerjasama fasilitasi
perdagangan, SPS,
STRACAP
dan
kerjasama ekonomi
diantara
FTAs
lainnya.
Terbentuknya pasar
dengan
jumlah
711.2
juta
penduduk, dengan
jumlah
GDP
gabungan
sebesar
US$
7.8
trilliun
(2011)
FTA
akan
terimplementasi
penuh setelah 10
tahun sejak entry
into force
Indonesia
satusatunya pihak yang
belum
dapat

ANZ

FTA ke-4
single undertaking
Persetujuan
Pembentukan AANZFTA
ditandatangani
pada
Februari
2009
dan
mulai berlaku pada 1
Januari 2010
FTA
yang
sangat
komprehensif
dan
liberal
Mencakup
bab
(chapter) yang tidak
terdapat dalam ASEAN
FTAs:
HAKI,
MNP,
perdagangan
elektronik, persaingan
usaha
Kerjasama
ekonomi
merupakan
inti
Persetujuan
Terbentuknya
pasar
dengan jumlah 609.4
juta penduduk dengan
GDP gabungan sebesar
US$ 3.3 trilliun (2011)
FTA
akan
terimplementasi penuh
pada awal 2015
INA EIF TIG 10 JAN 2012

INDIA

FTA ke-5
Negosiasi
dilakukan
bertahap
berdasarkan
penandatanganan
Persetujuan Kerangka Kerja
2003 oleh Kepala Negara
Persetujuan Perdagangan
Barang
ditandatangani
pada Agustus 2009 dan
mulai berlaku 1 Januari
2010
General Rule ROO berbeda
dengan FTAs lain: 35% +
CTSH,
PSR
(Product
Specific
Rules)
masih
dalam negosiasi
FTA pertama yang memiliki
Kategori Produk Spesial
(CPO/RPO, lada, teh)
Terbentuknya
pasar
dengan jumlah 1.77 miliar
penduduk dengan GDP
Gabungan US$ 2.8 trilliun
(2011)
FTA akan terimplementasi
penuh 2016
INA EIF TIG 1 OKT 2010

22

Share Ekspor Indonesia ke Negara


ASEAN+1 FTAs

Sumber:
Trademap

Kontribusi ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN+1


(termasuk Jepang) pada tahun 2012 adalah: Jepang (36%), China
(36%), Korea (18%), India (15%), Australia (6%), dan New
23
Zealand (1%).

Ekspor

2008

2009

2010

2011

2012

AFTA

Total 27,1M
Skim 9,4M
(35%)

Total 24,6M
Skim 6,4M
(26%)

Total 33,3M
Skim 9,5M
(29%)

Total 42M
Skim 11,4M
(27%)

Total 41,8M
Skim 16,2M
(39%)

ACFTA

Total 11,6M
Skim 1,8M
(15%)

Total 11,5M
Skim 2,6M
(22%)

Total 15,7M
Skim 5,7M
(37%)

Total 23M
Skim 9,9M
(43%)

Total 21,6M
Skim 15,5M
(72%)

AKFTA

Total 9,1M
Skim 2,9M
(32%)

Total 8,1M
Skim 1,6M
(19%)

Total 12,5M
Skim 2,9M
(23%)

Total 14M
Skim 4,4M
(31%)

Total 15M
Skim 9,7%M
(65%)

Total 9,9M
Skim 0,4M
(4,6%)

Total 13,3M
Skim 6,5M
(48%)

Total 12,5M
Skim 8,6M
(69%)

AIFTA

AANZFTA

Total 5,3M
Skim 1,3M
(25%)
24

Sumber:
P = Jumlah Proyek
BKPM
I = Nilai Investasi dalam US$
Jutaan
Jumlah proyek dan nilai investasi dari Negara ASEAN+1 FTAs ke Indonesia secara

umum mengalami peningkatan yang signifikan pasca implementasi (kecuali New


Zealand).

Peningkatan jumlah proyek tertinggi berasal dari Jepang yaitu sejumlah 646 proyek
dan nilai investasi mencapai US$ 3.637 juta pada tahun 2013, diikuti oleh Korea,
25

Negosiasi Regional Comprehensif


Economic Partnership (RCEP)

Upaya meningkatkan perekonomian kawasan melalui


Global/Regional
Supply
Chain
(jaringan
suplai
global/regional);

Sikap ASEAN (Sentralitas ASEAN) merespon:

Dinamika kawasan (FTAAP, TPP, CJK FTA dll) dan

Usulan Negara Mitra untuk membangun kawasan


integrasi yang lebih luas: East Asia (ASEAN+3) FTA
(oleh China) & Closer Economic Partnership in East Asia
(ASEAN+6) FTA (oleh Jepang);

Pemanfaatan ASEAN+1FTAs yang belum optimal; dan


Penyederhanaan spaghetti-bowl Effect.
26

RTA

Pangsa
Pasar
(milyar)

GDP
Nominal
(trilyun
US$)

GDP PPP
(trilyun
USD)

Total
Perdagan
gan
(trilyun
USD)

ASEAN

0.6 (8.7%)

2.1 (3.1%)

3.4 (4.2%)

2.4 (6.5%)

RCEP

3.2 (45.4%)

20.5 (28.6%)

26.7 (32.1)

10.1 (27.9%)

TPP 12

0.79 (11,2%)

28.1 (39.2%)

26.9 (32.4%)

9.5 (26,3%)

NAFTA

0.46 (6.6%)

17.9 (26%)

18.1 (23%)

5.4 (15%)

EU

0.5 (7.2%)

17.6 (25%)

15.8 (20%)

12.3 (33%)

CJK

1.5 (22 %)

14.3 (20%)

17.3 (22%)

6.4 (17%)

Note: angka pada () menunjukan persentase total dunia


Sumber : World Economic Outlook, IMF, October 2012 database; WTO

27

Fitur Kunci RCEP

Ruang Lingkup
Persetujuan RCEP

Akses Pasar yg

Perdagangan Barang
Perdagangan jasa

Komprehensif
Perdagangan dan
Fasilitasi Bisnis
Pengamanan
Perdagangan
Kerjasama Ekonomi
Perlakuan Khusus dan
Berbeda
Tinjauan secara
Periodik
Aksesi

Investasi
Kerjasama Ekonomi

dan Teknis
Hak Kekayaan
Intelektual
Persaingan Usaha
Mekanisme
Penyelesaian Sengketa
Isu-isu Lainnya
28

IV. Manfaat, Peluang, dan


Tantangan MEA
Manfaat
Terintegrasikannya ekonomi ASEAN akan memperkuat posisi ASEAN dalam percaturan ekonomi

dunia;
Integrasi Ekonomi ASEAN meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN pada umumnya dan
Indonesia pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak bergabung dengan ASEAN telah
meningkat dari 1,1% menjadi 6,2% di tahun 2012. Setelah penerapan AFTA (2003), rata-rata share
ekspor Indonesia ke Negara Anggota ASEAN (AMS) lainnya meningkat terutama ke Malaysia,
Thailand, Filipina dan Vietnam. Share impor Indonesia setelah AFTA mengalami penurunan khususnya
dari Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar;
Integrasi ASEAN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruh Negara Aggota ASEAN.
Pendapatan per Kapita Indonesia sebelum tergabung dengan ASEAN sebesar US$ 57 dan meningkat
sebanyak 63 kali pada tahun 2012 sebesar US$ 3,557;
MEA akan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja terampil Indonesia.
Penyerapan tenaga kerja baru di Indonesia meningkat menjadi 5.409 pada rentang waktu 2004-2012
(setelah implementasi AFTA) dari 1.347 di rentang waktu 2001-2003 (sebelum implementasi AFTA);
Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia meningkat
dari Rp 160.201 milyar di tahun 2001-2003 menjadi Rp 575.415 milyar tahun 2004-2012;
Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP
Indonesia tahun 2012. Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan
peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar 15%
(2012). Total ekspor jasa ASEAN sebesar US$ 319,7 Milyar dan total impor jasa ASEAN sebesar US$
306,5 Milyar tahun 2012; Total investasi Jasa ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012);
Aliran investasi intra ASEAN mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8
milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia.

29

Peluang:
Sektor Barang
Pasar

ASEAN mewakili + 25% pasar ekspor Indonesia; tetap menjadi pasar


potensial seiring berkembangnya populasi ASEAN khususnya kelas menengah;
Secara rata-rata ASEAN-5 (Brunei D, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand), sebanyak 99,1% tarif bea masuknya sudah 0%. Hal ini merupakan
peluang bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar sebesar lebih dari 200
juta jiwa;
Lebih dari 99% tarif bea masuk CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar dan
Vietnam) akan menjadi 0% di tahun 2015. Hal ini membuka peluang produk
Indonesia di pasar seluas lebih dari 180 juta jiwa;
Disederhanakannya SKA Form D memberikan peluang eksportir Indonesia
untuk meningkatkan ekspor ke ASEAN;
Sektor Jasa
Tenaga kerja terampil Indonesia (dokter, akuntan, perawat, praktisi pariwisata,
dokter gigi, teknisi dan arsitek) akan memiliki kesempatan untuk bekerja di
perusahaan-perusahaan bertaraf internasional yang ada di seluruh AMS.
Sektor-sektor jasa potensial Indonesia seperti Jasa Konstruksi, Jasa Kesehatan,
Komunikasi dan Pariwisata (jasa perjalanan/travel) dapat meluaskan usahanya
ke seluruh AMS
Investasi
Rezim investasi yang lebih terbuka menjadikan ASEAN tempat yang lebih
menarik bagi aliran modal asing.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dan stabil serta
didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
melimpah menjadikan Indonesia sebagai daya tarik tersendiri bagi
Investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
30

Tantangan:
Rendahnya

pemahaman
para
pemangku
kepentingan
(Pemerintah Pusat dan Daerah, Pelaku Usaha, Akademisi,
Tenaga Profesional, Pekerja dan Masyarakat Umum) Indonesia
terhadap MEA;
Belum harmonisnya kebijakan antar Pemerintah di tingkat Pusat
maupun antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Rendahnya penggunaan SKA Form-D;
Mindset masyarakat Indonesia secara umum melihat MEA
sebagai ancaman bukan peluang;
Rendahnya daya saing produk Indonesia yang disebabkan oleh
(permasalahan infrastruktur, logistik, akses finansial dan
energi);
Jaringan bisnis Indonesia yang masih lemah;
Kompetensi SDM yang belum maksimal ;
Tingkat persaingan semakin ketat;
Tuntutan investor asing dan domestik makin tinggi; dan
Konsumen semakin kritis dan memiliki preferensi
31

V. Kesiapan
Indonesia
Menghadapi MEA
32

Langkah Pemerintah
Menyambut MEA 2015
Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program

Ekonomi
Inpres No. 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
Keppres No. 23 Thn 2012 tentang Susunan
Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengnai kesiapan Indonesia
menghadapi AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015
UKP4 Monitoring Langkah Pemerintah

33

Upaya lain yang telah


dilakukan Pemerintah untuk
Perbaikan infrastruktur fisik: transportasi, telekomunikasi,
menghadapi
AEC
jalan tol, pelabuhan, revitalisasi dan restrukturisasi industri,
dan lain-lain.
Peningkatan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi
ekonomi biaya tinggi vide reformasi bidang perpajakan,
kepabeanan, dan birokrasi;
Reformasi kebijakan: penyesuaian, persiapan dan
perbaikan regulasi ;
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di birokrasi,
dunia usaha ataupun professional vide sistem pendidikan
nasional
Pengembangan industri prioritas yang berdampak luas
dan komoditi unggulan;
Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan
34

Lanjut..
Pengembangan sektor energi yang akan mendukung produksi

nasional;
Penciptaan national social safety net melalui kerangka kebijakan
pengamanan;
Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI 6 (enam)
koridor keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri
dan jasa, pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi
nasional, proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan,
minyak, gas dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan,
energi dan tambang nasional.
Peningkatan awareness dan readyness pemangku kepentingan
nasional termasuk masyarakat;
Sosialisasi MEA melalui berbagai media secara comprehensif dan
masif
Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas Negeri (inisiatif
pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri)

35

Pemerintah Daerah
Memanfaatkan
otonomi
untuk
mengembangkan
kebijakan yang inovatif, kreatif, dan harmonisasi aturan
hukum yang membuka ruang bagi tumbuhnya
perekonomian daerah
Memberdayakan daerahnya sesuai potensi yang
dimilikinyadan fokus pada core business. Misal Maluku
pada perikanan, NTT pada peternakan sapi, Sumbar pada
pariwisata, Sumsel pada energi, dll
Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Daerah
Berinovasi dalam mengembangkan program yang
implementatif dalam mendukung investasi.
Membudayakan cinta produk dalam negeri
Memperkuat produk lokal melalui inovasi dan konsistensi
kualitas produk
36

G
I
B
k
in hink
h
T
T
N
A
E
AS

Akademisi & ThinkTanks


Proaktif dalam meningkatkan
pemahaman akan AEC;
Proaktif dalam membangun
opini publik yang berimbang,
cerdas;
Proaktif dalam meningkatkan
kontribusi positif terhadap
upaya memajukan
kepentingan nasional
37
Indonesia menghadapi AEC

Dunia Usaha:
Proaktif tingkatkan efisiensi usaha, inovasi, dan kualitas produk
Mengembangkan network di kawasan
Meningkatkan promosi produk di kawasan
Proaktif membangun komunikasi dengan lembaga informasi
Beradaptasi dengan perkembangan dan trend bisnis di kawasan

Tenaga Kerja:
Menguasai bahasa asing baik bahasa inggris maupun bahasa asing lainnya
Meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan dan sertifikasi bertaraf ASEAN
dan internasional
Memperluas networking, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di ASEAN
Memahami MRA dan ASEAN MNP Agreement beserta komitmennya dari
seluruh AMS
Publik:
Proaktif meningkatkan pemahaman akan AEC agar dapat mengidentifikasi
peluang yang dapat diambil;
Proaktif meningkatkan potensi SDM
Menggunakan produk-produk asli Indonesia
38

www.kemendag.go.id
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/websi
te_kpi/

39

Anda mungkin juga menyukai