Presentasi Sosialisasi Aec 2014 Universitas (New)
Presentasi Sosialisasi Aec 2014 Universitas (New)
OUTLINE
I. Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)
a. Latar Belakang
b. 4 Pillar MEA
II. Arus Bebas Perdagangan
Barang, Jasa dan Investasi ASEAN
III. Integrasi ASEAN dengan
Ekonomi Global
IV. Manfaat, Peluang dan
Tantangan MEA
2
BRUNEI
DARUSSALAM
CAMBODIA
INDONESIA
LAO PDR
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPINNES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
3
A. LATAR BELAKANG
Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast
PENDALAMAN
PERLUASAN
1967: INA, MAL
PHI, SIN, THA
1984: BRU
1977:
PTA
1992: CEPT AFTA
1995: VN
2004: ASN-China
2006: ASN-KOR
2008: ASN-JAP
EAFTA Study
CEPEA Study
2009: ASN-ANZ;
ASN-India;
1995: AFAS
ASN-China
Investment;
1997: ASEAN Vision
ASN Korea
2020
1998: AIA
Investment
2010: ASEAN Plus
Working Groups on
2003: 3 Pillars of ASEAN
ROO, Tariff
Community 2020;
Nomenclature,
11 Priority Integration Sectors (PIS)
Customs, Ec
2005: Logistics
2011: ASEAN
Cooperation
as PIS
Framework for
2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC
Regional
Blueprint
Comprehensive
2008: first year of AEC Blueprint;
2012: Launching
of
Economic
Partnership
ASEAN Charter entered into force
Regional
2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard
Comprehensive
Economic Partnership
2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
2010: Connectivity Master Plan
2011: ASEAN Framework for Equitable
Economic Development
ASEAN Economic
Community 2015
5
b. 4 Pillar MEA
Dasar Pembentukan:
Framework Agreement on Enhancing ASEAN
Economic Cooperation
KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene, 2004
Blue Print:
ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur, 2006
KTT ke-12 ASEAN - Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015
6
KTT ASEAN Ke-13 - Blueprint for the ASEAN Economic Community
Malaysia, Singapura, Thailand) hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%. Untuk
Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0% pada tahun 2015;
Alternative ROO: menerapkan beberapa pilihan ROO untuk mempermudah pelaku
bisnis;
Self Certification: Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self
Certification Pilot Project (SCPP) I Implementasi 1 November 2010. Indonesia, Laos,
Filipina bergabung pada SCPP II (implementasi 1 Januari 2014). Tujuan: Menyederhanakan
prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan Mempercepat
prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice declaration perusahan;
Pembentukan ASEAN Single Window (ASW). INA merupakan anggota yang paling
siap dalam pengembangan ASW (operasional thn 2015) dengan telah beroperasinya NSWIndonesia (INSW);
ASEAN Trade Repository (ATR). Demi kepastian usaha dan disiplin kebijakan, ASEAN
akan mengoperasikan ATR thn 2015 didukung oleh pembentukan National Trade
Repository di setiap anggota. Indonesia telah membuat website Indonesia Trade
Repository yang terintegrasi dengan website Indonesia National Single Window (INSW);
Penyederhanaan SKA Form-D. Mulai 1 Januari 2014, eksportir tidak perlu menulis FoB
pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional Value
Content (RVC) 40%.
Dalam US$
Juta
1.
2.
3.
Karet: Singapura
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Filipina.
2. Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina.
3. Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam,
dan Thailand.
4. Makanan olahan: Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja,
Thailand, Myanmar dan Vietnam (ekspor makanan olahan
masih minim, bahkan di Myanmar masih susah ditemui
produk makanan olahan Indonesia).
5. Essential oil: Singapura.
6. Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan
Malaysia.
7. Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia.
8. Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia.
9. Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan
Thailand.
10. Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina,
dan Singapura.
12
15
Tujuan:
menciptakan
prosedur
dan
mekanisme akreditasi untuk mencapai
kesamaan/kesetaraan
serta
mengakui
perbedaan antar negara dalam hal
pendidikan dan latihan, pengalaman, serta
persyaratan lisensi untuk praktek profesi.
Secara umum ada 5 komponen dasar yang
tertuang dalam MRA yaitu:
1) Definisi dijelaskan pengertian
mengenai praktisi profesional pada
suatu sub-sektor jasa tertentu.
2) Ketentuan Pengakuan: terdapat 6
kriteria yang disediakan dalam
kerangka MRA yaitu pendidikan,
ujian, registrasi dan pemberian
lisensi, pengalaman pendidikan
profesional lanjutan dan kode etik
(professional conduct).
3) Mekanisme Pengakuan: otoritas
regulator profesional, sebagai
mekanisme pengakuan mengacu pada
badan yang diberikan wewenang.
4) Ketentuan penyelesaian sengketa.
5) Capacity building.
N
o
MRA
Tempat dan
Penandatanganan
MRA on
Engineering
Services
Kuala Lumpur, 9
Desember 2005
MRA on Nursing
Services
Cebu, Filipina, 8
Desember 2006
MRA on
Architectural
Services
Singapura, 19 November
2007
Framework
Arrangement
for Mutual
Recognition on
Surveying
Qualification
Hanoi, Vietnam, 9
Januari 2009
MRA on Tourism
Professional
Hanoi, Vietnam, 9
Januari 2009
MRA on
Accountancy
Services
Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009
MRA on Medical
Practitioners
Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009
MRA on Dental
Practitioners
Cha-am, Thailand, 26
Februari 2009
19
INVESTASI ASEAN
Integrasi Investasi mencakup 4 pilar: liberalisasi,
20
III
21
CHINA
FTA ke-1
Resmi menjadi Mitra
Dialog pada 1996
Negosiasi dilakukan
bertahap
berdasarkan
penandatanganan
Persetujuan
Kerangka Kerja oleh
Kepala Negara tahun
2002
ACFTA
menggunakan EHP,
diimplementasikan
pada tahun 2004
TIG ditandatangani
2004
dan
diimplementasikan
2005;
TIS ditandatangani
2007;
TII
ditandatangani
2009
Implementasi penuh
ACFTA
pada
1
Januari 2010
Terbentuknya pasar
dengan
jumlah
penduduk
1.91
miliar
dan
GDP
gabungan
sebesar
US$
7.6
triliun
KOREA
FTA ke-2
Penandatanganan
Persetujuan Kerangka
Kerja
oleh
Kepala
Negara pada tahun
2004
Diperkenalkannya
konsep
Product
Specific Rules dalam
ROO ASEAN
TIG
diimplementasikan
pada 2007, kecuali
Thailand
TIS
ditandatangani
2007, juga kecuali
Thailand
Thailand
masuk
sebagai Pihak dalam
TIG dan TIS pada
2009
TII
ditandatangani
pada 2009; negosiasi
komitmen
spesifik
menjadi bagian dari
work program
Implementasi penuh
AKFTA pada 1 Januari
2010
Terbentuknya
pasar
dengan 632.1 juta
penduduk dan GDP
JAPAN
FTA ke-3
Ditandatangani
secara
adreferendum MaretApril 2008 (Single
Undertaking),
dan
mulai
berlaku
Desember 2008
FTA pertama yang
memiliki
bagian
kerjasama fasilitasi
perdagangan, SPS,
STRACAP
dan
kerjasama ekonomi
diantara
FTAs
lainnya.
Terbentuknya pasar
dengan
jumlah
711.2
juta
penduduk, dengan
jumlah
GDP
gabungan
sebesar
US$
7.8
trilliun
(2011)
FTA
akan
terimplementasi
penuh setelah 10
tahun sejak entry
into force
Indonesia
satusatunya pihak yang
belum
dapat
ANZ
FTA ke-4
single undertaking
Persetujuan
Pembentukan AANZFTA
ditandatangani
pada
Februari
2009
dan
mulai berlaku pada 1
Januari 2010
FTA
yang
sangat
komprehensif
dan
liberal
Mencakup
bab
(chapter) yang tidak
terdapat dalam ASEAN
FTAs:
HAKI,
MNP,
perdagangan
elektronik, persaingan
usaha
Kerjasama
ekonomi
merupakan
inti
Persetujuan
Terbentuknya
pasar
dengan jumlah 609.4
juta penduduk dengan
GDP gabungan sebesar
US$ 3.3 trilliun (2011)
FTA
akan
terimplementasi penuh
pada awal 2015
INA EIF TIG 10 JAN 2012
INDIA
FTA ke-5
Negosiasi
dilakukan
bertahap
berdasarkan
penandatanganan
Persetujuan Kerangka Kerja
2003 oleh Kepala Negara
Persetujuan Perdagangan
Barang
ditandatangani
pada Agustus 2009 dan
mulai berlaku 1 Januari
2010
General Rule ROO berbeda
dengan FTAs lain: 35% +
CTSH,
PSR
(Product
Specific
Rules)
masih
dalam negosiasi
FTA pertama yang memiliki
Kategori Produk Spesial
(CPO/RPO, lada, teh)
Terbentuknya
pasar
dengan jumlah 1.77 miliar
penduduk dengan GDP
Gabungan US$ 2.8 trilliun
(2011)
FTA akan terimplementasi
penuh 2016
INA EIF TIG 1 OKT 2010
22
Sumber:
Trademap
Ekspor
2008
2009
2010
2011
2012
AFTA
Total 27,1M
Skim 9,4M
(35%)
Total 24,6M
Skim 6,4M
(26%)
Total 33,3M
Skim 9,5M
(29%)
Total 42M
Skim 11,4M
(27%)
Total 41,8M
Skim 16,2M
(39%)
ACFTA
Total 11,6M
Skim 1,8M
(15%)
Total 11,5M
Skim 2,6M
(22%)
Total 15,7M
Skim 5,7M
(37%)
Total 23M
Skim 9,9M
(43%)
Total 21,6M
Skim 15,5M
(72%)
AKFTA
Total 9,1M
Skim 2,9M
(32%)
Total 8,1M
Skim 1,6M
(19%)
Total 12,5M
Skim 2,9M
(23%)
Total 14M
Skim 4,4M
(31%)
Total 15M
Skim 9,7%M
(65%)
Total 9,9M
Skim 0,4M
(4,6%)
Total 13,3M
Skim 6,5M
(48%)
Total 12,5M
Skim 8,6M
(69%)
AIFTA
AANZFTA
Total 5,3M
Skim 1,3M
(25%)
24
Sumber:
P = Jumlah Proyek
BKPM
I = Nilai Investasi dalam US$
Jutaan
Jumlah proyek dan nilai investasi dari Negara ASEAN+1 FTAs ke Indonesia secara
Peningkatan jumlah proyek tertinggi berasal dari Jepang yaitu sejumlah 646 proyek
dan nilai investasi mencapai US$ 3.637 juta pada tahun 2013, diikuti oleh Korea,
25
RTA
Pangsa
Pasar
(milyar)
GDP
Nominal
(trilyun
US$)
GDP PPP
(trilyun
USD)
Total
Perdagan
gan
(trilyun
USD)
ASEAN
0.6 (8.7%)
2.1 (3.1%)
3.4 (4.2%)
2.4 (6.5%)
RCEP
3.2 (45.4%)
20.5 (28.6%)
26.7 (32.1)
10.1 (27.9%)
TPP 12
0.79 (11,2%)
28.1 (39.2%)
26.9 (32.4%)
9.5 (26,3%)
NAFTA
0.46 (6.6%)
17.9 (26%)
18.1 (23%)
5.4 (15%)
EU
0.5 (7.2%)
17.6 (25%)
15.8 (20%)
12.3 (33%)
CJK
1.5 (22 %)
14.3 (20%)
17.3 (22%)
6.4 (17%)
27
Ruang Lingkup
Persetujuan RCEP
Akses Pasar yg
Perdagangan Barang
Perdagangan jasa
Komprehensif
Perdagangan dan
Fasilitasi Bisnis
Pengamanan
Perdagangan
Kerjasama Ekonomi
Perlakuan Khusus dan
Berbeda
Tinjauan secara
Periodik
Aksesi
Investasi
Kerjasama Ekonomi
dan Teknis
Hak Kekayaan
Intelektual
Persaingan Usaha
Mekanisme
Penyelesaian Sengketa
Isu-isu Lainnya
28
dunia;
Integrasi Ekonomi ASEAN meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN pada umumnya dan
Indonesia pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak bergabung dengan ASEAN telah
meningkat dari 1,1% menjadi 6,2% di tahun 2012. Setelah penerapan AFTA (2003), rata-rata share
ekspor Indonesia ke Negara Anggota ASEAN (AMS) lainnya meningkat terutama ke Malaysia,
Thailand, Filipina dan Vietnam. Share impor Indonesia setelah AFTA mengalami penurunan khususnya
dari Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar;
Integrasi ASEAN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruh Negara Aggota ASEAN.
Pendapatan per Kapita Indonesia sebelum tergabung dengan ASEAN sebesar US$ 57 dan meningkat
sebanyak 63 kali pada tahun 2012 sebesar US$ 3,557;
MEA akan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja terampil Indonesia.
Penyerapan tenaga kerja baru di Indonesia meningkat menjadi 5.409 pada rentang waktu 2004-2012
(setelah implementasi AFTA) dari 1.347 di rentang waktu 2001-2003 (sebelum implementasi AFTA);
Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia meningkat
dari Rp 160.201 milyar di tahun 2001-2003 menjadi Rp 575.415 milyar tahun 2004-2012;
Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP
Indonesia tahun 2012. Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan
peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar 15%
(2012). Total ekspor jasa ASEAN sebesar US$ 319,7 Milyar dan total impor jasa ASEAN sebesar US$
306,5 Milyar tahun 2012; Total investasi Jasa ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012);
Aliran investasi intra ASEAN mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8
milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia.
29
Peluang:
Sektor Barang
Pasar
Tantangan:
Rendahnya
pemahaman
para
pemangku
kepentingan
(Pemerintah Pusat dan Daerah, Pelaku Usaha, Akademisi,
Tenaga Profesional, Pekerja dan Masyarakat Umum) Indonesia
terhadap MEA;
Belum harmonisnya kebijakan antar Pemerintah di tingkat Pusat
maupun antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Rendahnya penggunaan SKA Form-D;
Mindset masyarakat Indonesia secara umum melihat MEA
sebagai ancaman bukan peluang;
Rendahnya daya saing produk Indonesia yang disebabkan oleh
(permasalahan infrastruktur, logistik, akses finansial dan
energi);
Jaringan bisnis Indonesia yang masih lemah;
Kompetensi SDM yang belum maksimal ;
Tingkat persaingan semakin ketat;
Tuntutan investor asing dan domestik makin tinggi; dan
Konsumen semakin kritis dan memiliki preferensi
31
V. Kesiapan
Indonesia
Menghadapi MEA
32
Langkah Pemerintah
Menyambut MEA 2015
Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program
Ekonomi
Inpres No. 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
Keppres No. 23 Thn 2012 tentang Susunan
Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN
Program pembangunan seperti MP3EI
Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing
Policy Paper mengnai kesiapan Indonesia
menghadapi AEC
Pembentukan Komite Nasional AEC 2015
UKP4 Monitoring Langkah Pemerintah
33
Lanjut..
Pengembangan sektor energi yang akan mendukung produksi
nasional;
Penciptaan national social safety net melalui kerangka kebijakan
pengamanan;
Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI 6 (enam)
koridor keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri
dan jasa, pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi
nasional, proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan,
minyak, gas dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan,
energi dan tambang nasional.
Peningkatan awareness dan readyness pemangku kepentingan
nasional termasuk masyarakat;
Sosialisasi MEA melalui berbagai media secara comprehensif dan
masif
Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas Negeri (inisiatif
pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri)
35
Pemerintah Daerah
Memanfaatkan
otonomi
untuk
mengembangkan
kebijakan yang inovatif, kreatif, dan harmonisasi aturan
hukum yang membuka ruang bagi tumbuhnya
perekonomian daerah
Memberdayakan daerahnya sesuai potensi yang
dimilikinyadan fokus pada core business. Misal Maluku
pada perikanan, NTT pada peternakan sapi, Sumbar pada
pariwisata, Sumsel pada energi, dll
Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Daerah
Berinovasi dalam mengembangkan program yang
implementatif dalam mendukung investasi.
Membudayakan cinta produk dalam negeri
Memperkuat produk lokal melalui inovasi dan konsistensi
kualitas produk
36
G
I
B
k
in hink
h
T
T
N
A
E
AS
Dunia Usaha:
Proaktif tingkatkan efisiensi usaha, inovasi, dan kualitas produk
Mengembangkan network di kawasan
Meningkatkan promosi produk di kawasan
Proaktif membangun komunikasi dengan lembaga informasi
Beradaptasi dengan perkembangan dan trend bisnis di kawasan
Tenaga Kerja:
Menguasai bahasa asing baik bahasa inggris maupun bahasa asing lainnya
Meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan dan sertifikasi bertaraf ASEAN
dan internasional
Memperluas networking, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di ASEAN
Memahami MRA dan ASEAN MNP Agreement beserta komitmennya dari
seluruh AMS
Publik:
Proaktif meningkatkan pemahaman akan AEC agar dapat mengidentifikasi
peluang yang dapat diambil;
Proaktif meningkatkan potensi SDM
Menggunakan produk-produk asli Indonesia
38
www.kemendag.go.id
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/websi
te_kpi/
39