Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Pola Tidur yang Sering Terjadi Pada Lansia

I Gusti Ayu Made Puspita Sari, 1206254385


Kebutuhan istirahat dan tidur bagi setiap usia menjadi hal utama dalam meningkatkan
kesehatan fisik dan emosional. Frekuensi tidur pada setiap fase kehidupan berbeda-beda yang
disesuaikan dengan jenis aktivitas dan usia, bertambahnya usia, waktu tidur pun semakin
memendek yaitu 4-6 jam. Pada fase tidur, lansia sering mengalami gangguan pada fase REM
karena sering terjaga. Gangguan tidur pada lansia dimaksudkan pada ketidakmampuan tidur
pada saat seseorang seharusnya tidur, baik dalam hal lama maupun dalamnya tidur. Gangguan
tidur pada lansia menyebabkan penurunan memori, konsentrasi terganggu dan kinerja
fungsional terganggu sehingga dapat berisiko pada kecelakaan jatuh.
I. Jenis Gangguan Tidur Pada Lansia
Gangguan tidur yang berat pada usia lanjut dibagi menjadi (Prayitno, 2002):
1. Gangguan memulai dan mempertahankan tidur (disorders of initiating and maintaining
sleep = DIMS).
2. Gangguan mengantuk berlebihan (disorders of excessive somnolence = DOES).
3. Gangguan siklus tidur-jaga (disorders of the sleep-wake cycle).
4. Perilaku tidur abnormal (abnormal sleep behavior, parasomnias).
Menurut Nurmiati Amir (2007), Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RSCM, berdasarkan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain, gangguan tidur akibat
kondisi medik umum dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat.
A. Gangguan Tidur Primer
Terdiri dari disomnia dan parasomnia.
- Disomnia: gangguan pada jumlah, kualitas dan waktu tidur. Terdiri dari insomnia,
hipersomnia, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan, gangguan
-

ritmik sirkadian tidur, dan disomnia.


Parasomnia: dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan
dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur-bangun. Terdiri dari gangguan
mimpi buruk, dan berjalan saat tidur.

B. Gangguan Tidur Akibat Gangguan Mental Lain


1. Gangguan Cemas dan Depresi: pada depresi terjadiny gangguan pada setiap stadium
siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur gelombang pendek menurun, latensi REM
juga turun, serta peningkatan aktivitas REM.
2. Demensia dan Delirium

C. Gangguan Tidur Akibat Kondisi Medik Umum


1. Penyakit Kardiovaskuler
Beberapa jenis penyakit kardio yang menimbulkan gangguan tidur, antara lain:
Pasien angina dapat menderita insomnia akibat serangan angina di malam hari.
Pasien gagal jantung kronik dapat pula mengalami apnea pernapasan yang sangat

berat saat berbaring.


Pasien stroke sering terbangun di malam hari akibat nyeri kepala, biasanya tidur

REM.
2. Penyakit Paru
Penyakit asma dan hipoventilasi dapat menyebabkan sindrom apnea tidur obstruktif.
3. Gangguan Neurodegeneratif
Sekitar 30% pasien Alzheimer mengalami gangguan tidur seperti kurang tidur,

sering terbangun, bingung atau berjalan saat tidur, dan mengantuk di siang hari.
Penyakit agitasi nocturnal juga bisa menyebabkan insomnia.
Gangguan tidur pada pasien Parkinson yaitu nokturia, nyeri, kekakuan, sulit

membalikkan tubuh di tempat tidur, dsb.


4. Penyakit Endokrin
Hipertiroidisme sering menimbulkan insomnia.
Hipoglikemia nocturnal dan nokturia atau

penurunan

glukosa

dapat

meningkatkaan rasa kantuk.


D. Gangguan Tidur yang Diinduksi Oleh Zat
Adalah keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau menghentikan
penggunaan zat (termasuk medikasi).

(Miller, 2012)

Berdasarkan sumber lain, jenis gangguan tidur pada lansia, meliputi:


1. Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur berulang, baik kesulitan untuk memulai tidur atau
mempertahankan tidur sehingga menimbulkan gangguan fungsi pada siang hari. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya syaraf otak pada lansia yang aktivitasnya terbatas. Orangorang yang telah mencapai usia lebih dari 65 tahun memiliki kebiasaan bangun sebanyak
25 kali dalam semalam dan frekuensinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya
usia (Roizen, 2009). Penyebab insomnia pada lansia, yaitu (Maryam, 2008):
Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat
sepanjang malam.
Tidur sebentar-sebentar sepanjang hari.
Gangguan cemas dan depresi.
Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman.
Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari.
Infeksi saluran kemih.
2. Hipersomnia
Kondisi dimana individu merasa kantuk di siang hari dan ingin tidur walaupun jam tidur
sudah cukup.
3. Apnea Tidur (Henti napas tidur)
Apnea tidur sering dihubungkan dengan mendengkur. Keadaan ini terjadi ketika individu
tidak bernapas hingga 10 detik pada saat-saat tertentu dalam tidur sehingga menyebabkan
untuk terbangun. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan ventilasi ketika tidur
(hipoventilasi alveolar sentral). Selain itu, hal ini disebabkan oleh penumpukan lemak

yang dapat menghambat aliran udara dan menghentikan udara yang menuju paru-paru
(Roizen, 2009).
4. Sindrom Tungkai Gelisah (Restless Legs Syndrome) atau Sindrom Ekbom
Lansia dapat mengalami disfungsi neuromuscular yang berkaitan dengan tidur. Sindrom
ini ditandai dengan adanya dorongan yang kuat untuk memindah-mindahkan kaki dengan
cepat ketika mau jatuh tidur.
5. Gangguan Gerak Ektremitas Periodik atau Ritmik
6. Masalah Kesehatan Jiwa
Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia yaitu kecemasan (ansietas),
depresi, paranoid dan demensia.
7. Gejala nokturia, inkontinensia, sesak napas, nyeri perut, efek obat, perubahan hormonal
selama menopause, dan perubahan cuaca ligkungan.
II.

Penanganan Terhadap Gangguan Tidur yang Dialami Pada Lansia


Farmakologi
1. Obat Hipnotik Sedatif
Non-farmakologi
1. Terapi Musik
Terapi ini merupakan salah satu teknik mengalihkan perhatian (distraksi) bagi
penderita gangguan tidur dengan metode relaksasi.
2. Hygiene tidur
Memberikan lingkungan yang kondusif untuk tidur, memperhatikan jadwal tidurbangun dan latihan fisik sehari-hari.
3. Terapi perilaku atau Sleep Restriction Therapy (Terapi Pembatasan Tidur)
Terapi ini bertujuan untuk mengubah kebiasaan tidur maladaptive lansia.
Membatasi waktu di tempat tidur dapat membantu mengkonsolidasikan tidur.
Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di tempat tidur tanpa bisa
tertidur. Dilakukan dengan melakukan pembatasan tidur (ketika waktu yang
berlebihan dihabiskan di tempat tidur), kendali rangsangan (membatasi
penggunaan kamar tidur untuk tidur dan aktivitas seksual) dan terapi kognitif.
4. Terapi Apnea Tidur Obstruktif
Cara untuk melakukan terpai ini yaitu dengan menghindari tidur telentang,
menggunakan perangkat gigi, menurunkan BB, dan menghindari obat-obat yang
menekan jalan napas.

Referensi
Amir, Nurmiati. (2007). Gangguan Tidur pada Lanjut Usia: Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Cermin Dunia Kedokteran No. 157.
Maryam, R. Siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Miller, C.A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice, 6th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur Pada

Kelompok

Usia

Lanjut

dan

Penatalaksanaannya Vol.21 No.1.


Roizen, Michael F., & Mehmet. (2009). Staying Young: Jurus Menyiasati Kerja Gen Agar
Muda Sepanjang Hidup. Bandung: Qanita.

Anda mungkin juga menyukai