Definisi Pertanian
Definisi Pertanian
Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan
makanan atau tanaman perdagangan. Alasan petani untuk menanam bahan
makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga
petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas
iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman
tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya.
Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah,
mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi yang terkandung di dalamnya
cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau
kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras.
Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya
sepanjang musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang
diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan
dengan menerapkan teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan,
dan pergiliran tanaman (AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto, 1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu
tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan
oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau
manajer yang digaji. Sedangkan usaha tani adalah himpunan dari sumbersumber alam yang terdapat tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah
dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat berupa usaha
bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman
pangan adalah jaringan irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada
suatu wilayah antara lain adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran
tinggi dengan suhu yang sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau
basah. Bentuk umum sistem usaha tani di Indonesia dapat dibedakan (Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman
utama, diselingi palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan
berbagai jenis tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayursayuran dan beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.Usaha tani
perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan
industri sebagai komoditas yang diusahakan
Definisi Pembangunan Pertanian
Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi
pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi
pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan
masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Dr. Soekartawi,
1994;1).
Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting terlebih dari peranan sektor
pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan,
penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Dalam pertanian
tanaman pangan di Indonesia terdapat urutan komoditas menurut
kepentingannya (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990;8). Tanaman padi adalah tanaman utama. Meskipun secara
ekonomis tanaman padi bukan yang paling menguntungkan, kebanyakan
petani mengutamakan padi dalam usaha taninya.
Syarat-syarat dalam Pembangunan Pertanian
A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di
banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak
dan syarat-syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang tidak boleh tidak harus
ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat
tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat
berjalan terus tetapi sifatnya statis.
Syarat-syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T
Mosher, 1965;77) adalah :
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu.
Untuk lebih jelasnya, syarat-syarat mutlak yang diperlukan dalam
pembangunan pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
tersedia di atau dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup
banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan
menggunakannya dalam usaha taninya.
Perangsang Produksi bagi Pertanian
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani
untuk menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras
minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian
yang intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petanipetani teladan dan lain-lain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di
desa, baik mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai
keterampilan-keterampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan
iklim yang menggiatkan usaha pembangunan.
Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas
harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan
rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti
dalam usaha untuk meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk
menaikkan produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher,
1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh
petani untuk keluarganya.
Unsur Perangkutan
Dalam pembangunan pertanian terdapat unsur perangkutan. Tanpa
perangkutan yang efisien dan murah maka pembangunan pertanian tidak
dapat diadakan secara efektif. Pentingnya perangkutan adalah bahwa
produksi pertanian harus tersebar meluas, sehingga diperlukan jaringan
perangkutan yang menyebar luas, untuk membawa sarana dan alat produksi
ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke pasaran konsumen baik
di kota besar dan/atau kota kecil.
Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi
petani, harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya
angkut ke usaha taninya. Uang yang diterimanya dari penjualan hasil
pertanian adalah harga di pasar pusat dikurangi dengan biaya angkut hasil
pertanian tersebut dari usaha tani ke pasar. Jika biaya angkut terlalu tinggi,
maka pupuk akan menjadi terlalu mahal bagi petani dan uang yang
diterimanya dari penjualan hasil pertanian tersebut akan menjadi terlalu
sedikit. Sebaliknya, jika biaya angkut rendah, maka uang yang diterima oleh
petani akan menjadi tinggi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya perangkutan (A.T.
Mosher, 1965;138) antara lain :
a) Sifat barang yang harus diangkut, berapa berat atau besarnya barang itu
b) Jarak pengangkutan barang-barang itu
c) Banyaknya barang yang diangkut
d) Jenis alat perangkutan
Berbagai sarana perangkutan dan jarak jauh bersama-sama harus
membentuk sistem perangkuan yang merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Tidak hanya jalan raya yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah,
saluran air, jalan raya, sungai dan jalan kereta api semuanya ikut
memperlancar perangkutan. Beberapa diantaranya dapat dibuat dan
dipelihara oleh usaha setempat, termasuk pemerintah setempat. Beberapa
lagi perlu dibangun dan dipelihara oleh pemerintah propinsi dan pusat.
Kesemuanya harus dihubungkan dan diintegrasikan satu dengan yang
lainnya, sehingga hasil pertanian dapat diangkut dengan lancar dari usaha
tani ke pasar-pasar pusat. Demikian pula sarana dan alat produksi serta
berbagai jasa tidak hanya perlu sampai ke kota kecil dan desa, melainkan
juga sampai ke usaha tani itu sendiri.
Di samping syarat-syarat mutlak di atas, terdapat lima syarat lagi yang
adanya tidak mutlak tetapi kalau ada benar-benar akan memperlancar
pembangunan pertanian. Yang termasuk dalam syarat-syarat pelancar (A.T
Mosher, 1965;149) adalah :
1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit produksi
3. Kegiatan gotong-royong petani
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanianPerencanaan Nasional
pembangunan pertanian
Pertumbuhan Wilayah
Dalam sejarah perkembangan disiplin pengembangan wilayah terlihat bahwa
pada awalnya pengembangan wilayah lebih ditekankan pada alasan fisikalamiah daertimbangan-pertimbangan lingkungan. Tetapi pada
perkembangan selanjutnya pengembangan wilayah lebih diwarnai oleh
alasan-alasan sosial-ekonomi (Nurjaman, 1979 :15). Hal ini terutama
disebabkan oleh pengaruh pembagian negara dalam negara belum
kegiatan ekspor, yang berupa produksi barang dan jasa yang dijual ke luar
wilayah. Pentingnya teori ini terletak pada kenyataan bahwa ia memberikan
kerangka teoritik bagi banyak studi multiplier regional empiris. Asumsinya
adalah bahwa ekspor adalah satu-satunya unsur otonom dalam pengeluaran,
pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor jika hasrat merginal untuk
membelanjakan secara lokal lebih kecil daripada satunya (Harry Richardson,
1991). North dalam teori Export Base-nya menyebutkan bahwa masuknya
pertambahan penduduk dan modal yang sangat besar dalam suatu wilayah
dapat memberikan sumbangan besar dalam pengembangan wilayah.
Teori Resource Base yang dikemukakan oleh Perloff dan Wingo merupakan
pendalaman dari teori Export Base, berpendapat bahwa investasi dan
perkembangan sektor ekspor di suatu wilayah memegang peranan penting
dalam pembangunan ekonomi karena selain menghasilkan pendapatan juga
menciptakan efek penggandaan pada keseluruhan perekonomian di wilayah
tersebut. Teori Perloff dang Wingo ini menekankan analisis dalam dua aspek
pokok, yaitu :
a. Pentingnya peranan kekayaan alam suatu wilayah pada berbagai tingkat
pembangunan ekonomi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya multiplier effect dari sektor
ekspor terhadap keseluruhan perekonomian wilayah.
Teori pertumbuhan wilayah dari Perroux (Jhingan, 1990) menyatakan bahwa
tidak dapat disangkal lagi pertumbuhan ekonomi terjadi tidak disemua
tempat secara merata pada waktu yang bersamaan. Teori tersebut yang
melatar belakangi Hirschman untuk mengemukakan teori pertumbuhan tidak
berimbang dan mekanisme penjalaran pertumbuhan dari suatu wilayah ke
wilayah lain. Dalam konsep tentang penjalaran pertumbuhan, Hirschman
membagi dua wilayah yaitu wilayah utara sebagai wilayah berkembang
sedangkan wilayah selatan sebagai wilayah terbelakang. Pertumbuhan
ekonomi di utara memberikan pengaruh pada selatan. Pengaruh yang
menguntungkan disebut efek penetasan (trickling down effect) yang berarti
kemajuan sektor unggulan terhadap sektor yang tidak diunggulkan sehingga
kedua-duanya maju, sedangkan pengaruh yang tidak menguntungkan disebut
efek pengutuban atau polarization effect yaitu pengambilan produk-produk
unggulan dari sektor yang tidak diunggulkan sehingga hanya sektor
unggulan yang maju sedangkan sektor yang tidak diunggulkan dirugikan
(Hirschman, dalam Freidman dan Alonso, 1967).
Dalam upaya pengembangan wilayah di negara-negara berkembang ternyata
proses penjalaran tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan cenderung
lambat. Contohnya perkembangan ekonomi perdesaan di Kabupaten
Karawang berlangsung lebih lambat dari pada wilayah yang menjadi basis
industri. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya jenis industri yang tidak
saling substitusi atau tidak menggunakan bahan baku lokal sendiri sebagai
inputnya, sehingga wilayah-wilayah industri kurang dapat memberikan
pengaruh dalam pengembangan ekonomi wilayah terbelakang (Saeful,
1997).
Agribisnis dan Agroindustri
Peran Agribisnis menurut Dr. Soekartowi (1994;63) adalah :
1. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
2. Mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
3. Mampu meningkatkan ekspor.
4. Mampu meningkatkan tumbuhnya industri yang lain.
5. Mampu meningkatkan nilai tambah.
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Dr. Soekartawi,
1991;2).
1. Aspek Produksi
Rendahnya produktivitas tanaman pangan per ha ini disebabkan karena
sulitnya petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi yang
terbatas ini sebagian besar disebabkan karena lemahnya permodalan dan
terbatasnya keterampilan berusahatani. Beberapa kebijaksanaan yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan produktivitas antara lain adalah :
a. Meningkatkan penyuluhan pertanian dalam upaya mengaktifkan sapta
usaha tani.
b. Meningkatkan koordinasi antar-Dinas yang terkait dalam kegiatan
penyuluhan pertanian.
c. Meningkatkan pelaksanaan pencetakan sawah baru untuk menunjang
pengembangan daerah yang terisolir.
2. Aspek Pengolahan Hasil
Petani umumnya memproses sendiri hasil pertanian dan sebagian lagi dijual
di sekitar tempat tinggalnya. Lambannya pengembangan industri pengolahan
ini akan terus berlangsung bila tidak diikuti dengan upaya-upaya untuk
memperluas pasar.
3. Aspek Pemasaran
Mekanisme pasar yang belum sempurna cenderung petani menerima harga
yang ditetapkan oleh pihak lain dengan harga yang relatif rendah. Sehingga
diperlukan suatu lembaga yang membantu petani memasarkan hasil
pertaniannya pada tingkat harga yang memadai, misalnya KUD. Lemahnya
1. Tanah Pertanian
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah tanah. Tanah
sebagai modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam
pemanfaatannya dengan melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar
yang ada dengan kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini
dikarenakan lahan merupakan salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya
proses produksi di bidang pertanian.
Definisi tanah yang sederhana yaitu sebagai suatu benda tempat tumbuhnya
tanaman. Sedangkan pengertian tanah yang lebih luas adalah suatu benda
alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahanbahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik sebagai
hasil pelapukan tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat
gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah
dan lamanya waktu pembentukan (Dr. Ir. E. Saifuddin Sarief, 1985; 6-7).
Tanah adalah alat atau faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai
produk pertanian. Peranan tanah sebagai alat produksi pertanian adalah
sebagai berikut :
1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
2. Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah tenaga kerja
manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja manusia (Fadholi Hernanto,
1989;64). Tenaga kerja manusia tediri tenaga kerja pria, wanita dan anakanak. Tenaga kerja hewan digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan.
Sedangkan tenaga kerja mekanik digunakan untuk pengolahan tanah,
pemupukan, pengobatan, penanaman serta panen. Tenaga kerja mekanik
bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga kerja manusia atau tenaga kerja
ternak. Banyak dari penduduk Indonesia merupakan tenaga kerja pada sektor
pertanian. Oleh karena itu petani sebagai sumber daya manusia, memegang
peranan inti di dalam pembangunan pertanian. Peranan petani adalah
memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasilnya yang
bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan metode baru yang diperlukan
agar usaha taninya lebih produktif (A.T. Mosher, 1968;34).
Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani
sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak
petani. Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan
tenaga kerja yang produktif bagi usaha tani. Tenaga kerja yang berasal dari
keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian
secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Memang usaha tani
dapat membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahap penggarapan
tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung.
Sedangkan tenaga kerja usaha tani di luar keluarganya diperoleh dengan cara
(Fadholi Hernanto, 1989;65) sebagai berikut :
1. Upahan
Cara ini bervariasi setiap tempatnya, upah umumnya tidak rasional hal ini
disebabkan daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama
untuk setiap tenaga kerja. Upah pria berbeda dengan wanita maupun anakanak. Begitu juga berbeda upah untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk tenaga
ternak dan operatornya berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan.
Untuk upah tenaga mekanik hampi sama dengan tenaga ternak. Pembayaran
upah tersebut dapat harian atau mingguan sesuai dengan hasil kerjanya
bahkan borongan.
2. Sambatan
Sistem tolong-menolong antar petani tanpa dasar pertimbangan ekonomi.
3. Ansun tenaga kerja
Peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja pada anggota
lain.
Petani sebagai petani pemilik, petani penggarap dan petani buruh. Pada
umumnya petani pemilik sebagai majikan yang tanahnya digarap oleh orang
lain (petai penggarap), sehingga ia berperan sebagai pengelola dalam usaha
taninya. Sedangkan petani buruh mempunyai keterampilan bercocok tanam
sebagai juru tani adalah keterampilan tangan, otot dan mata. Salah satu
faktor yang menjadi lingkaran setan adalah faktor kemiskinan. Dari data
yang dikumpulkan jelas bahwa mereka yang mempunyai pendidikan rendah
adalah golongan buruh tani yang tidak bertanah. Demikian pula daerah yang
tingkat kemiskinannya tinggi, maka tingkat pendidikan masyarakat daerah
itu sangat rendah.
Dalam hubungan kerja antara majikan atau penggarap dengan buruh,
ditentukan sistem upah yang akan dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja
per hari kerja, satuan kegiatan, upah per hari kerja dan upah per satuan
kegiatan. Kesepakatan bersama antara majikan dan buruh tani cukup
dilakukan secara lisan saja.
Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa-desa penelitian di
Jawa dan Sulawesi Selatan ada dua macam upah, yaitu upah borongan dan
upah harian. Pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja.
Sedangkan pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh tani
bekerja. Tingkat upah di pedesaan diduga dipengaruhi oleh kebutuhan dasar
minimum (subsistence needs) atau oleh mekanisme pasar tenaga kerja
(Squire,1981).
Di negara-negara yang sudah maju, kemajuan pertanian diukur dengan
tingginya produktivitas tenaga kerja dan semua usaha diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas itu. Sedangkan di Indonesia, prinsip yang
demikian tidak selalu cocok dengan keperluan. Kalau di negara-negara maju
tersebut faktor tenaga kerja sangat terbatas, di Indonesia banyak penduduk
sebagai tenaga kerja pada sektor pertanian. Dalam mengatasi terbatasnya
tenaga kerja, di negara-negara maju ditemukan mesin-mesin penghemat
tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas pertanian pada umumnya. Intensitas penyerapan tenaga kerja
berhubungan positif dengan produktivitas tanah pertanian. Di samping itu,
untuk periode satu tahun penyerapan tenaga kerja pertanian dipengaruhi oleh
pola dan intensitas tanam.
Masalah ketenagakerjaan pedesaan di Indonesia sering menemui kesulitan
karena kerumitannya. Pekerja di pedesaan pada umumnya melakukan jenis
pekerjaan lebih dari satu sehingga tidak dapat dipisahkan secara tegas.
Sebagai contoh, seorang yang bekerja sebagai petani juga bekerja sebagai
tukang, kuli dan pedagang. Sering sekali dua pekerjaan dikerjakan pada saat
yang hampir bersamaan, misalnya pedagang barang kebutuhan sehari-hari,
sambil menunggu pembeli mereka melakukan pekerjaan menjahit atau
pekerjaan lainnya.
Sebagai langkah pertama dalam menelusuri keterlibatan seseorang dalam
suatu pekerjaan, secara bertahap dibuat pembedaan antara sektor pertanian,
sektor non pertanian, dan campuran antara sektor pertanian dan non
pertanian. Dengan melihat proporsi tersebut dicoba untuk melihat besarnya
keterlibatan tenaga kerja pada masing-masing sektor.
4. Modal
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam
pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama
dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan
barang-barang baru, yaitu produksi pertanian. Pada usaha tani yang
dimaksud dengan modal (Fadholi Hernanto, 1989;80) adalah :
a. Tanah
b. Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik, dll)
c. Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang, dll)
Pengaruh harga hasil usaha tani dan harga input terhadap kuatnya daya
dorong petani untuk menaikkan produksi (A.T Mosher, 1965;131-132) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Petani hanya akan menaikkan komoditi tertentu yang akan dijualnya,
apabila harga komoditi itu cukup menarik baginya.
2. Petani akan memberikan respons terhadap perubahan harga relatif dari
tanaman-tanaman yang sedang diusahakan dengan jalan menaikkan produksi
tanaman yang harganya di pasar lebih tinggi, kecuali hal tersebut akan
membahayakan persediaan makanan keluarganya sendiri.
3. Petani akan memberikan respons terhadap kenaikan harga hasil tanaman
tertentu dengan menggunakan teknologi yang lebih maju untuk menaikkan
produksi tanaman tersebut, jika (1) barang-barang input yang disediakan
tersedia secara lokal, (2) mengetahui bagaimana menggunakan input secara
selektif, (3) jika harga input tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan harga
yang diharapkan dari hasilnya.
4. Meningkatkan efisiensi tata niaga untuk menurunkan biaya berbagai mata
rantai tataniaga seperti pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasilhasil usata tani, dapat menaikkan harga setempat yang sampai ke tangan
petani atau menurunkan harga bagi konsumen terakhir atau kedua-duanya.
Distribusi pendapatan petani adalah biaya hidup petani yang diperoleh dari
berbagai sumber (Fadholi Hernanto, 1989;222) antara lain :
1. Dari sumber usaha tani itu sendiri.
2. Dari sumber usaha tani lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga
kerja pada usaha tani lain.
3. Pendapatan dari luar usaha tani dimana alokasinya digunakan untuk :
Kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usaha taninya.
Kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi dan pajak-pajak.
Pemeliharaan investasi.
Investasi dan tabungan.
Menurut Mosher yang menjadi tujuan utama dalam pembangunan perdesaan
bukanlah pertumbuhan pertanian, tetapi peningkatan kualitas hidup para
petani, yang sebagian bergantung kepada pendapatan keluarga dan sebagian
lagi tergantung pada hal-hal lain. Selanjutnya Friedman mengemukakan
bahwa maksud pembangunan desa adalah:
Mengusahakan kemungkinan bertahan hidupnya secara ekonomi dan politik
suatu masyarakat desa berdasarkan prinsip berdikari.
Mengingkatkan kesempatan kerja yang produktif dalam bidang ekstraktif
Konsep ini merupakan satu cara yang sangat efisien untuk menimbulkan
perkembangan, karena berbagai keuntungan aglomerasi yang
ditimbulkannya.
Pemusatan investasi pada titik-titik pertumbuhan tertentu adalah lebih murah
daripada pemberian bantuan besar-besaran kepada wilayah yang luas.
Spread effect yang ditimbulkan oleh pusat-pusat pertumbuhan akan
membantu persoalan-persoalan yang dialami oleh daerah-daerah yang belum
berkembang.
4. Dalam lingkup perdesaan pengertian Pusat Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai suatu kawasan atau desa-desa didalam suatu wilayah
(kecamatan) yang mempunyai peranan sebagai Pusat
5. Pertumbuhan (fungsi sentral) bagi desa-desa di sekitarnya, baik yang
terletak di dalam satu kecamatan maupun wilayah kecamatan lain yang
merupakan satu kesatuan wilayah pengembangan kawasan, serta peranannya
dalam hal pemerintahan, pembangunan, pendidikan dan lain-lain.
Lembaga sosial ekonomi secara umum diartikan sebagai pola-pola
perikelakuan yang diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas sosial dan hasilhasilnya (Gillin and Gillin dalam Soekanto, 1990). Wujud dari suatu
lembaga sosial adalah berupa norma dan wadah atau assosiasi yang
berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi.
Dalam hubungan dengan model pembangunan pedesaan, Samonte (dalam
Ndraha, 1987) berpendapat bahwa basis strategi pembangunan pedesaan
adalah peningkatan kapasitas dan komitmen masyarakat untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Keadaan tersebut menghendaki perlunya pemetaan sebaran desa-desa di
kawasan pedesaan menurut unit-unit komunitas sosial ekonomi yang terikat
dalam satu culture area, sehingga suatu komunitas sosial ekonomi
merupakan :
Sejumlah desa yang tergolong maju.
Secara umum penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian.
Terdapat dalam wilayah budaya dan wilayah geografis yang sama.
Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap petani semakin lama
semakin tergantung kepada sumber-sumber dari luar lingkungannya.Syaratsyarat pokok pembanguan usaha tani yaitu:
1. Pasaran hasil usaha tani
Pasaran hasil usaha pertanian yang dimaksudkan disini baik pasaran dalam
negeri (domestic) maupun pasar luar negeri (ekspor).produk-produk
pertanian yang dipasarkan tersebut bisa dalam bentuk mentah, olahan,
maupun sebagai bahan baku industry.
Pada dasarnya, tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil-hasil
buminya kepasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri karena pasar
tersebut umumnya terlalu jauh baginya.
Oleh karena itu suatu system tata niaga hasil-hasil pertanian yang baik dan
efisien sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan pasaran hasil
pertanian. Fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh system tataniaga hasilhasil pertanian adalah sebagai berikut:
1. Pengangkutan (transportation) hingga pasar-pasar dikota besar dan
pasar ekspor.
2. Penyimpangan (storage) untuk melindungi hasil-hasil pertanian secara
baik dan aman, serta menghindari kerusakan dan kebusukan.
3. Pengolahan (processing) pengolahan lebih lanjut dari hasil pertanian
mentah (segar) menjadi produk-produk olahan.
4. Pembiayaan (financing) mencakup penciptaan nilai tambah hasil-hasil
pertanian untuk mendapatkan pangsa pasar dan harga lebih baik.
5. Pengelolaan(management of market) mencakup pengaturan
pengiriman barang (produk-produk pertanian baik mentah maupun
olahan) keberbagai tempat pada waktu yang tepat seperti yang di
inginkan konsumen.
2. Teknologi yang senantiasa berubah
Meningkatnya produksi pertanian akibat pemakaian teknik-teknik didalam
usaha tani.teknologi didalam usahatani berarti bagaimana cara melakukan
pekerjaan usaha tani untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi atau yang
lebih baiuk dan mendapatkan cara yang lebih efisien.
Demikian pula, sumber-sumber teknologi baru bagi para petani tertentu
bukanlah baru dalam arti sebenarnya karena di suatu daerah tertentu,
mungkin, teknologi tersebut umum dikalangan petaninya, akan tetapi pada
daerah yang lain masih dalam tahap pengenalan. Demikian pula, bisa jadi,
teknologi tersebut hanya merupakan modifikasi dari yang telah ada.
tanaman yang harganya lebih tinggi, terkecuali apabila hal itu akan
membahayakan persediaan makanan bagi keluarganya.
3. Petani akan memberikan respon terhadap kenaikan harga hasil
tanaman tertentu dengan menggunakan teknologi yang lebih maju
untuk menaikkan produksi tanaman tersebut.
4. Meningkatkan efisiensi tata niaga untuk menurunkan biaya berbagai
mata rantai tata niaga seperti pengumpulan,pengangkutan dan
pengolahan hasil-hasil usahatani serta dapat menaikkan harga
setempat yang sampai ketangan petani atau menurunkan harga bagi
konsumen terakhir atau kedua-duanya (Mosher,1984).
5. Pengangkutan atau transportasi
Syarat pokok yang kelima bagi pembangunan usahatani adalah pengankutan/
transportasi.tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat
pokok lainnya tidak dapat diadakan secara efektif.pentingnya pengangkutan
merupakan kelanjutan dari apa yang telah dibahas sebelumnya, bahwa
produksi pertanian harus tersebar luas.demikian pula dengan letak usaha
taninya juga harus tersebar.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan jaringan pengangkut yang
menyebar luas untuk membawa sarana dan alat produksi ketiap usahatani
dan membawa hasil usahatani kekonsumen di kota besar dan kecil,atau
sampai kepasar ekspor.Selanjutnya, agar menjadi perangsang yang menarik
bagi petani, pengangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Demikian
pula, untuk lebih memperlancar operasi pengangkutan, keberadaan
pembuatan jalan-jalan local oleh petani di lingkungan usahataninya
sangatlah penting.