Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI DAN PERMASLAHAN OUTSOURCING DI

INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Opersional II

Novin Alviansyah
201210160311109

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI MANAJEMEN

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan prinsip ekonomi, setiap individu menginginkan pengeluaran yang
minimal untuk pendapatan yang maksimal, brgitupun dengan perusahaan.
Melalui outsourcing, perusahaan mengharapkan laba yang maksimal dengan
pembayaran faktor produksi berupa SDM yang minimal minimal.
Dengan kata lain, prinsip perusahaan yang berlandaskan atas prinsip ekonomi
ialah mendapatkan high quality production dengan low price production.
Kebijakan outsourcing menjadi salah satu solusi tepat bagi perusahaan untuk
mencapai hal tersebut. .Outsourcing , belakangan menjadi sebuah topik berita yang
marak terdengar dan menjadi penyebab unjuk rasa oleh berbagai satuan buruh
yang menentangnya. Outsourcing bagi mereka merupakan suatu yang
menguntungkan bagi perusahaan namun mengakibatkan ketidaksejahteraan
nasib mereka. Masalah ini kian menjadi rumit saat pemerintah yang seharusnya
bertindak sebagai pembela nasib mereka, justru membuat peraturan baru yang
mencerminkan dukungan terhadap tindakan outsorching, yakni penerapan
sistem ANS.
II.LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai outsorchingsert dampak
penerapan sisitem outsourcing tersebut,mari kita memahami sejenak terlebih
dahulu makna outsourcing yang sebenarnya. Dalam bahasa Indonesia,
outsouring dikenal dengan istilah alih daya. Secara umum, outsourcing
merupakan kebijakan sebuah perusahaan dalam menyerahkan sebagaian
pekerjaan kepada pihak lain dengan kesepakatan tertentu. Sebuah perusahaan
yang mengguanakan sistem alih daya biasanya menyerahkan pekerjaan yang
bersifat ringan dan tidak memerlukan keahlian khusus dalam melakukannya.

2.2 Jenis jenis Outsourcing


Outsourcing terdiri atas dua jenis, yaitu :
1. Outsoucing Pemborongan pekerjaan
Outsourcing pemborongan pekerjaan adalah tindakan perusahaan
menyerahkan suatu jenis pekerjaan pada pihak lain yang bertanggung
jawab penuh atas pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan yang diserahkan
biasanya pekerjaan yang kualitas dan kuantitasnya mudah diukur.
Mislanya perusahaan minyak goreng terkenal yang menyerahkan proses
pengilangan minyaknya pada perusahaan lain sehingga mereka hanya
menerima minyak mentah yang siap diolah menjadi minyak siap
dimasak.
2. Outsorcing Penyedia Jasa Pekerja
Pada jenis ini , perusahaan akan berkerja samas pdengan vendor yang
menyediakan pekerja siap pakai. Mereka akan melakukan pekerjaan
pekrjaan yang sifatnya sebagai pekerjaan pendukung dan tidak
memerlukan keahlian khusus dalam mengerjakannya. Contoh dari
outsourcing jenis ini ialah sebuah mall yang bekerja sama dengan sebuah
perusahaan penyedia tenaga keamanan.Tenaga keamanan tersebut telah di
latih dandididik sebelumnya oleh vendor tersebut sehingga siap bekerja
bila diperlukan.
Jenis outsorcing yang banyak dikeluhkan dan menjadi penyebab unjuk rasa selama ini
ialah outsorcing jenis kedua, yakni outsorcing penyediaan jasa pekerja. Sistem
tersebut dianggap menguntungkan perusahaan namun merugikan buruh.

2.3 Sejarah Outsourcing


Outsourcing sudah dimulai sejak masa Yunani dan Romawi. Pada saat itu,
prajuri tasing disewa untuk mengatasi kurangnya jumlah dan kemampuan
pasukan untuk berperangdan membangun kota dan istana disana. Berbagai
negara kemudian mengikuti langkahtersebut untuk mengatasi kekurangan
personil perang pada saat Perang Dunia Ke-2selain dalam urusan perang,
penerapan sistem outsourcing juga kian digemari kalamasa revolusi industri.
Bagaimanapun, setiap perusahaan pada masa itu tidak hanya bersaing dalam
menghasilkan produk yang berkualitas, akan tetapi juga menemukan carayang
efektif dalam mengeluarkan biaya yang rendah.
Penerapan sistem penyewaan tenaga kerja kian populer dan menjadi suatu
faktor produksi yang dianggap variabel, yakni penggunaannya tergantung yang t
ergantung padakuantitas produksi. Mereka akan bekerja jika kuantitas produksi
yang diharapkan menuntutmereka untuk bekerja, dan akan berhenti bekerja jika
kuantitas tersebut telah tercukupi
Indonesia sendiri, sistem outsourcing telah dikenal sejak zaman sebelum
kemerdekaan. Pada masa masa awal kedudukan Belanda di Indonesia, banyak
tenaga kerja yang bekerja dalm sektor perkebunan yang onvestor besarna adlah
Belanda. Mereka didatangkan dari berbagai tempat lain di Indonesia dan
dipekerjakan di perkebunan yang adadi Deli Serdang. Dalam bekerja, mereka
akan dikendalikan oleh seorang petugas Belanda yang disebut mandor. Upah
untuk mandor tersebut pun didapat dari 7.5% upah keseluruhan kuli. Semakin
lama, nasib para kuli tersebut kian buruk karena upah yang diharapkan
setelah bertahun tahun bekerja ternyata dihitung lunas dalam pembayaran
hutang atas biaya pemberangkatan serta akomodasi mereka selama perjalanan
dan bekerja disana. Masa masa tersebutlah yang menjadi masa masa tersulit
bagi rakyat selam mas keduukan Belanda di Indonesia.

Pasca kemerdekaan, sistem outsorcing diatur dalam KUH Perdata Pasal


1601 yangmengatur tentang pemborongan suatu pekerjaan merupakan
kesepakatan dua pihak yangsaling mengikatkan diri. Salah satu pihak akan
membayar pihak lain yang telah setujumelakukan pekerjaan yang diserahkan
oleh pihak pertama tersebut. Peraturan tersebut dinilai belum lengkap karena
belum adanya aturan tentang jenis pekerjaan yang dapat di outsourcingkan,
tanggung jawab perusahaan pengguna dan penyedia jasa tenaga kerja
outsourcing dan jenis perusahaan yang dapat menyediakan tenaga kerja
outsourcing.
Sebagai revisi, pemerintah mengeluarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. UU tersebut menyatakan bahwa kebutuhan perusahaan untuk
menjalankan produksi dapat menggunakan suplai tenaga
kerja oleh perusahaan penyalur tenaga kerja(outsorcing). Dalam kesepakatan
bersama, tenaga kerja harus tunduk pada perusahaan penyalur dan perusahaan
tempatnya bekerja. Upah dapat diterima jika tenaga kerja tersebut telah
melakukan pekerjaan yang diberikan, dan patuh pada semua ketentuan
perusahaantempatnya bekerja. Kesepakatan tentang upah ditentukan oleh
perusahaan penyalur dan perusahaan tidak bisa menuntut pada perusahaan
tempatnya bekerja.
Pada cara yang lain, tenaga kerja dapat memperoleh upah langsung dari
perusahaantempatnya bekerja setelah perusahaan tersebut membayarkan
management fee pada perusahaan penyalur sebagai majikannya yang kedua.UU
tersebut juga mengatur tentang pembentukan perusahaan penyalur tenaga
kerjaoursourcing yang berlandaskan hukum dan bertanggungjawab atas hak-hak
para tenagakerja. Selain itu, diatur juga bahwa jenis pekerjaan yang dapat
outsourcing kan hanya berupa pekerjaan penunjang saja.

Menuai kontra atas tindakan penyimpangan yang dilakukan beberapa


pengusahaan karena kandungan UU tersebut yang multitafsir, beberapa
kalangan buruh outsourcing pun melakukan unjuk rasa. Mereka menyuarakan
penghapusan sistem outsourcing di Indonesia. Sebagai jawabannya, Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan Permenakertrans Nomor 19
Tahun 2012 tentang pemborongan pekerjan dan penyediaan jasa pekerja
(outsourcing) untuk memprjelas peraturan pada UU sebelumnya, termasuk juga
menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang dapat dilimpahkan pada tenaga kerja
outsourcing adalah pekerjaan yang sifatnya sebagai pekerjaan pendukung yaitu
jasakebersihan, keamanan, transportasi,catering serta pekerjaan penunjang
penambangan dan perminyakan.

III.PEMBAHASAN
Dalam era globalisasi yang menuntut setiap pengusaha berkompetisi secara
proaktif dancerdas,outsourcing merupakan salah satu langkah bagi perusahaan
dalam menghasilkan produkdalam kualitas dan kuantitas yang diinginkan
dengan cara yang efektif dan efisien
Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
penduduk yang sangat besar. Keadaan supply yang lebih besar dari pada demand
pada faktor produksi berupa SDM, memungkinkan berbagai perusahaan mendapatkan
SDM yang besar dalam jumlah yang tidak besar. SDM tersebut biasanya dipekerjakan
untuk beberapa jenis pekerjaan yang sifatnya pendukung dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dalam mengerjakannya, misalnyaoperator perakit
onderdil di produsen kendaraan bermotor, penyedia katering di
sebuah perusahaan besar, pengolah tanaman sawit untuk perusahaan produsen
minyak goreng, dsb.

Dalam prakteknya, sistem outsourcing merupakan suatu hal yang


sebenarnya tidak bisadihindari dalam kehidupan ekonomi modern. Sebuah
perusahaan yang besar bahkan tidak akan bisa menangani semua pekerjaan
sampai pekerjaan yang paling ringan seperti layanan kebersihan.Pemerintah
Indonesiapun telah melegalkan praktek outsourcing dengan ketentuanketentuanyang dimaksudkan untuk memberikan kebaikan baik pada pihak
buruh, perusahaan penyalur, juga pengusaha pengguna buruh itu sendiri.
Maslah timbul saat pihak pengusaha melakukan peanggaran atas
multitafsir dalam UU tersebut. salah satu contoh penyimpangan terjadi di pintu
jalan tol LingkarLuar Jakarta. Dimana sebagian besar petugas tiket di pintu tol
berstatus sebagai pegawai outsourcing. Dikatakan menyimpang karena pada
dasarnya pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan inti dari bisnis perusahaan
penyelenggara jalan tol. Status tenaga outsourcing yangdiberikan untuk petugas
tersebut memungkinkan pengusaha memberikan upah yang lebih kecildari pada
gaji yang sebenarnya jika pegawai tersebut berstatus sebagai pegawai tetap.
Selain penyimpangan dalam kaitannya dengan jenis pekerjaan yang
diberikan untuk buruh outsourcing beberapa pengusaha juga melakukan
pelanggaran pada urusan administratif.Berdasarkan peraturan pada perundangundangan terkait, pengusaha yang menggunakan jasa buruh outsourcing juga
wajib melaporkan kesepakatannya dengan perusahaan penyalur atau buruh itu
sendiri kepada Dinas Tenaga Kerja. Namun, seperti yang ditemui pada salah
satu kasus pelanggaran peraturan outsourcing di Rumah Sakit Pusat Pertamina
yang tidak dapatmenyerahkan bukti berupa perjanjian tertulis antara pihak
rumah sakit sebagai pengguna tenaga outsourcing dengan koperasi pegawai
RSPP selaku agen. Tindakan tersebut dapat berdampakterhadap tidak adanya
jaminan terhadap perlindungan kerja serta pemenuhan hak-hak buruh itusendiri.
Selain kemungkinan tindakan penyimpangan oleh perusahaan pengguna, buruh
outsourcing juga dihadapkan pada kemungkinan akan rendahnya nominal upah yang

mereka terima karena posisi mereka yang hanya dapat menerima kebijakan perusahaan
penyalur. Seperti yang dilansir dalam informasi oleh sekartrisakti.wordpress.com,
sejumlah petugas kebersihanyang berstatus sebagai buruh outsourcing
hanya menerima upah antara Rp. 460.000,-s.d Rp. 700.000,- perbulan yang
lebih rendah dari UMR saat itu yang mencapai Rp. 819.000,-.Berbagai contoh
tersebut mencerminkan belum berjalannya sistem outsourcing yang baik seperti
yang dimaksud pemerintah. Dampaknya, pekerja tidak dapat bekerja dengan tenang.
Wewenang perusahaan untuk merekrut dan memberhentikan buruh secara sepihak menjadi
suatu dilema yang membuat buruh tersebut bernasib tidak pasti.
Dalam bekerjapun, mereka tidak dapat hak dan kesempatan yang sama dengan
pekerjatetap pada umumnya, terutama dalam hal standar gaji, kenaikan gaji,
renumerasi, jaminan ssial,cuti, fasilitas kerja, pelatihan dan jenjang karier.
Selain upah yang diberikan masih dibawahstandar minimum, mereka juga diberatkan
atas potongan yang ditetapkan oleh perusahaan penyalur.Tidak ada hal berarti yang
dapat dilakukan oleh para buruh outsourcing, karena pada dasarnya mereka tidak
memiliki pilihan. Keadaan lapangan pekerjaan yang sempit dan tingkat pengangguran
yang tinggi memaksa para buruh outsourcing bekerja dengan ketetapan yang
telahditetapkan walaupun tidak dapat memenuhi kebutuhan. Satu cara yang
dapat dilakukan para buruh outsourcing ialah bersama sama menyuarakan
penghapusan sistem outsourcing pada pemerintah.
Seperti yang dikabarkan beberapa media cetak dan elektronik bulan Agustus
tahun 2013,massa buruh menuntut pemerintah menaikkan UMR sampai Rp. 3,7
juta perbulan. Nilai yang mereka nilai sebagai jumlah yang cukup memenuhi
kebutuhan hidup era ini.Sebagai perlawanan, pihak pemerintah memiliki alasan
bahwa nilai tersebut tidak sebanding dengan produktivitas yang mereka
hasilkan. Begitupun pihak pengusaha yang menyatakan bahwa sistem
outsourcing merupakan hal yang realistis dan tidak buruk selama kebijakannya
dijalankan dengan tepat berdasarkan perundang-undangan dan nilai-nilai

kemanusiaan yang baik. Perusahaan juga mengatakan bahwa sistem outsourcing


merupakansalah satu cara yang efektif dalam menyediakan lapangan kerja yang
besar di Indonesia.
Permintaan berupa penghapusan outsourcing hanya akan berdampak
pada bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia. Pihak perusahaan
pengguna jasa outsourcing juga menentang keputusan pemerintah yang hanya
mengizinkan lima jenis pekerjaan untuk buruh outsourcing. Mereka
berpandangan bahwa hal tersebut akan berakibat terhadap menyempitnya
peluang kerjadi Indonesia.Mengenai kebijakan upah yang tidak memuaskan
buruh, beberapa perusahaan pengguna jasa buruh outsourcing justru telah
menerapkan sistem perlindungan dan pemenuhan hak seperti jaminan sosial
tenaga kerja (jamsostek). Baik tidaknya sistem outsourcing bagi buruh kini
tinggal menjadi urusan pemerintah dan pihak pengusaha. Sistem outsourcing
bukan merupakan tindakan buruk selama diawasi dengan ketat oleh pemerintah
dan kesadaran pengusaha pengguna untuk menerapkan sistem perlakuan buruh
outsourcing.
Negara maju seperti Amerika bahkan telah menerapkan outsourcing secara besarbesarandan dapat diterima dengan baik karena pemerintah setempat yang melakukan
kontrol serius agar sistem outsourcing tidak merugikan pihak buruh maupun
pengusaha itu sendiri

IV.KESIMPULAN
Outsourcing merupakan suatu tindakan perusahaan dalam menyerahkan
sebagian pekerjaannya pada perusahaan lain. Tindakan outsourcing terbagi atas
dua golongan, yakni outsourcing pemborong pekerjaan dan outsourcing penyediaan
jasa tenaga kerja. Yang belakangan ini marak menjadi tuntutan kaum buruh
ialah outsourcing golongan penyediaan jasa tenaga kerja.Menanggapi tuntutan
kaum buruh terhadap sistem outsourcing yang dianggap merugikan mereka,
pemerintah akhirnya memperjelas peraturan mengenai sistemoutsourcing yang
sebelumnya diatur dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dengan mengeluarkan
Permenkertrans No. 19 Tahun 2012. UU tersebut tidak serta merta diterima
pihak buruh maupun pengusaha karena dinilai memiliki kekurangan dalam
rincian pembatasan jenis pekerjaan yang diizinkan.
Terlepas dari pro dan kontra outsourcing di mata pengusaha dan kaum buruh,
secara realita kegiatan outsourcing tidak bisa dihapuskan dalam perekonomian modern.
Yang diperlukan saat ini ialah kesadaran dari semua pihak dalam menjalankan perannya
sesuai dengan perundang undangan dan asas kemanusiaan Bangsa
Indonesia. Perusahaan pengguna jasa outsourcing dituntut untuk menerapkan sistem
ini secara benar tanpa melakukan penyimpangan, seperti yang didapati pada beberapa
kasus penyimpangan perusahaan atas pekerja outsourcing diIndonesia.Pemerintah
juga perlu berperan aktif dalam menciptakan kondisi sistem outsourcing yang
baik di Indonesia. Selai membuat kebijakan yang pro buruh dan berkeadilan bagi
semua pihak, mereka juga harus menjalankan pengawasan secara
lebih ketat agar peraturan yang telahdibuat dapat dipatuhi dan dijalankan
sebagaimana mestinya.
Apabila semua pihak menjalankan perannya berdasarkan peraturan
dengan baik, maka sistem outsourcing sesungguhnya bisa menjadi salah satu
cara yang efektif dalam

meningkatkan perekonomian di Indonesia karena sifatnya yang mempermudah s


etiap orang mendapatkan pekerjaan.

SUMBER INFORMASI
Keseluruhan informasi diakses pada tanggal 6 April 2015, terdiri atas:
http://hukum.kompasiana.com/2012/04/29/meluruskan-praktik-outsourcing 459198.htmlhttp://www.tribunnews.com/nasional/2013/04/15/permenakertransnomor-19-tahun-2012-lindungi-hak-pekerja
http://www.investor.co.id/opini/dilema-outsourcing -di-indonesia/83519
http://breath4justice.wordpress.com/2012/01/09/sejarah-outsourcing /
http://www.stieww.ac.id/?p=726
http://kumpulan-rtikel2.blogspot.com/2012/11/pengertian-outsourcing -artipenjelasan.html,

Anda mungkin juga menyukai