Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Ketua
: Wahyu Hidayat
(Nim:131610101002)
Scriber Papan
: Karina Saraswati I
(Nim:131610101006)
Scriber Meja
: Achmad Hendrawan S
(Nim:131610101001)
Anggota
(NIM 131610101005)
(NIM 131610101007)
(NIM 131610101008)
Yasa Nuuruha
(NIM 131610101009)
(NIM 131610101010)
Tita Sistyaningrum
(NIM 131610101011)
Dewi Muflikhah
(NIM 131610101012)
Meirisa Yunastia
(NIM 131610101089)
Akhmad Yusuf S.
(NIM 131610101092)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya
sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial oral
diagnosis periodonsia. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu
sarana untuk lebih mendalami materi tentang diagnosa pada bidang periodonsia.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg.Peni Pujiastuti, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk
lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial IV yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami
juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk
pendalaman pada blok oral diagnosa ini.
PenulisDAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
I.2. Skenario
I.3. Permasalahan
I.4. Mapping Permasalahan
I.5. Learning Objective
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Syarat,sifat, dan komposisi resin akrilik
II.2. Jenis-jenis resin akrilik
II.3. Manipulasi resin akrilik
II.4. Polimerasi resin akrilik
II.5. Reparasi resin akrilik
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
perawatan
kami
juga
menetapkan
prognosis.
dan
dan
menjelaskan
menjelaskan
periodontal
BAB II
penentuan
prognosis
rencana
perawatan
TINJAUAN PUSTAKA
Resin adalah campuran asam-asam karboksilat, minyak essensial, dan
terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau tanaman
semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin merupakan benda padat amorf
atau semi padat yang sangat mudah terbakar dan larut dalam air, sedangkan
beberapa jenis larut dalam etanol dan yang lainnya larut dalam karbon
tetraklorida, eter, dan minyak yang mudah menguap. Sebagian besar lunak dan
lengket, tetapi mengeras jika terpajan pada suhu dingin. (Dorland : 2002)
II.1. Syarat, sifat dan komposisi resin akrilik
A. Syarat
Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum dapat
digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut adalah
syarat-syarat standar dental material:
1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak
mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan
lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit
atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat
terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya
dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi
dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga
cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat
diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan
setelah pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik
selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk,
dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja,
resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses
tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)
B. Sifat
1.
Pengerutan polimerisasi
Kepadatan massa bahan akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3 ketika
monomer
metilmetakrilat
terpolimerisasi
untuk
membentuk
Perubahan Dimensi
Proses akrilik yang baik akan menghasilkan stabilitas dimensi yang baik.
Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik
dibandingkan dengan teknik compression moulding. Garfunkel dan
Anderson
dkk
(1988)
menyatakan
bahwa
dari
hasil
penelitian
terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan
dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya
mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah
berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi
pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan
rantai polimer. Umumnya, basis gigi tiruan memerlukan periode 17 hari
untuk menjadi jenuh dengan air.
6. Porositas
Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigi tiruan.
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal.
Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan
berat molekul primer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau
melebihi
titik
didih
bahan
tersebut. Timbulnya
porositas
dapat
Polimer
Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,
ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured
terdapat aktivator berupa camphoroquinone.
Monomer
Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1%
metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi
selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan
silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Crosslink agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang
memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut
(Chanaka, 2010)
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam
waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
5. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan
resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan
pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga
mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada
tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould
adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang
diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian
sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini
biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini
harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi
mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya
curing.
6. Curring.
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap
jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu
ruang karena adanya aktivator amin tersier.
II.4. Polimerisasi resin akrilik
Induksi
Pada proses in harus ada radikal bebas. Radikal bebas harus dihasilkan
Penyebaran
Reaksi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua
Pengakhiran
Reaksi rantai dapat diakhiri baik dengan penggabungan langsung atau
pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang tumbuh ke yang lain.
Pemindahan rantai
Keadaan aktif diubah dari suatu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak
aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya . Jadi, dihasilkan
suatu nukleus baru untuk pertumbuhan
BAB III
PEMBAHASAN
Komposisi
Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk
polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa
bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan
modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya
ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan
dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di
antara
125C
dan
200C.
Sekitar
suhu
450C,
90%
polimer
telah
b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang
reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah
berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan
ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada selfcured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan
menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan
mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki
bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang
menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah
sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit,
cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin
akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik
terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah
zinc atau titanium oxide.
f. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat
kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan
untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan
menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.
2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada
suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:
jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik
resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai
plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya
menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat
monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur
tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).
c. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena
adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekulmolekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,
stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing
(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik
adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin
akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan
hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin
akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin
akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.
Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.
h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam
atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan
retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat
mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang
mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan
protesa.
Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,
juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heatcured, self-cured, dan light-cured.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya
panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang
karena adanya aktivator amin tersier.
masing-masing.
Jenis Resin
Heat Curing
Aktivator
Energi termal yang
Kelebihan
Warna stabil dan
Kekurangan
Terdapat pengerutan
acrylic resin
murah
volume akhir,
pembuatannya tidak
Self Curing
Dimethyl
Pengerutan volume
praktis
Terdapat sisa-sisa
acrylic resin
paratoluidine atau
monomer, kestabilan
amin tersier
murah
monomer lebih
banyak, porositas
Light Curing
Waktu polimerisasi
lebih tinggi.
Bila menggunakan
acylic resin
sinar UV
dapat diatur
sinar UV dapat
Waktu lebih
merusak jaringan.
Membutuhkan
singkat,
polimerisasi lebih
sempurna, proses
menyerap air.
Microwave
Curing acrylic
Gelombang mikro
pembuatannya lebih
bersih, sisa
monomer lebih
sedikit.
Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk
digunakan.
II.3. Manipulasi resin akrilik
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap
sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian,
apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik
ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada
kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan
pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.
Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer
dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses
curring.
1. Perbandingan monomer dan polimer
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua
bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak
terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa
PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan
keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,
semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara
keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan
pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:
a. Konsentrasi Bubuk > Cairan
3. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap
pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi
keadaan:
a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada
pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi
protesa di dalamnya.
b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi
rongga mould akan mampu menimbullkan porus.
Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan
pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah
dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada
kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit
kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing.
4. Curring
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi
komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi menjadi 4:
a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas.
Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya
curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan
menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan
terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan
suhu mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.
b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang
digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada
klasifikasi
c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak
dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan kemampuan menembus
ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan radiasi selama 10-25 menit.
BAB IV
KESIMPULAN
Resin akrilik merupakan campuran asam-asam karboksilat, minyak
essensial, dan terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau
tanaman semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin diklasifikasikan
menjadi resin alami dan sintetis (resin akrilik) berdasarkan asal. Ada tiga jenis
resin akrilik berdasarkan polimerisasinya: heat cured, self cured, dan light cured.
Komposisi resin yaitu bubuk polimer poli metil metakrilat dan cairan monomer
metil metakrilat. Resin akrilik harus memenuhi syarat biologis, fisis, estetis,
ekonomis, dan mekanis untuk dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi. Aplikasi
umum resin akrilik dalam kedokteran gigi adalah basis protesa, restorasi, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC
Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah
Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu
Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Riadiantoro, Affian. 2011. Jurnal : Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dengan
Menggunakan Resin Visible Light Cure