pada kultur in vitro dengan tidak adanya penambahan zat pengatur tumbuh. Beberapa strain A. tumefaciens
menyebabkan sel transforman membentuk pucuk abnormal yang pada umumnya infertil.
Karakteristik lain adalah, biasanya ditentukan oleh gen-gen tunggal yang dominan mengkode
resistensi tertentu pada bahan selektif. Gen-gen ini tidak rusak pada proses regenerasi tanaman, oleh karena
itu dapat digunakan untuk seleksi transforman. Gen-gen penanda seleksi yang sama juga dapat digunakan
untuk identifikasi sel transforman pada metode transfer gen secara langsung (Webb dan Morris, 1992).
Beberapa faktor mempengaruhi kemampuan atau efektifitas bahan kimia yang digunakan untuk
seleksi. Bahan-bahan penyeleksi tersebut bersifat toksik untuk sel tanaman. Jadi toksin yang paling efektif
adalah toksin yang menghambat pertumbuhan atau membunuh sel-sel non-transforman secara perlahanlahan. Tekanan seleksi akan optimal apabila menggunakan konsentrasi toksin yang paling rendah yang
mampu membunuh jaringan untransforman (Webb dan Morris, 1992).
Pemilihan toksin sebagai bahan penyeleksi harus berhati-hati supaya dapat membatasi jumlah sel
non-transforman yang hidup. Gen-gen yang resisten terhadap berbagai senyawa toksik, seperti methotrexate,
antibiotik, dan herbisida telah disisipkan pada promoter yang sesuai dan digunakan untuk menyeleksi dan
mengidentifikasi sel-sel transforman. Antibiotik kanamisin, G418 dan higromisin adalah antibiotik yang saat ini
secara luas digunakan sebagai bahan penyeleksi. Ketiganya adalah antibiotika aminoglikan yang
mempengaruhi aktivitas translasi sel. Gen nptII diisolasi dari transposon Tn5-coli K12. Enzim yang dihasilkan
akan menonaktifkan antibiotik pada dikotil termasuk tembakau, kentang, dan tomat (An et al., 1986), kacangkacangan (White dan Greenwood, 1987) dan kacang kapri (Pounti-Kaerlas et al, 1989) serta tanaman berkayu
seperti Pseudostuga menziesii (Ellis et al., 1989).
Gen hpt (hygromycin phosphotransferase) dikembangkan untuk resistensi terhadap antibiotika
higromisin. Gen ini diisolasi dari E. coli dan telah berhasil digunakan dalam strawberi (Nehra et al., 1990) dan
padi (Dekeyser et al., 1989; Shimamoto et al., 1987). Selain itu variasi tingkat resistensi terhadap higromisin
telah ditemukan pada spesies yang tergolong Gramineae yang lain (Hauptmann et al., 1988).
TEKNIK TRANSFORMASI GEN DENGAN PERANTARA Agrobacterium sp.
Teknik transformasi gen ke dalam tanaman didasari oleh penemuan bakteri tanah Agrobacterium
tumefaciens yang merupakan fitopatogen tanah yang menyebabkan penyakit crown gall di dalam jaringan luka
pada berbagai macam tanaman dikotil dan mempunyai kemampuan untuk memindahkan DNA ke dalam sel
tanaman (Gelvin, 1993; Old dan Primrose, 1989; Rossi et al., 1998, Heldt, 1999). Strain onkogenik A.
tumefaciens mengandung plasmid single copy yang berukuran besar (150-250 kb) yang disebut Plasmid Ti
(tumour inducing)(Gambar 1). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA (transfer) dipindahkan ke
dalam sel tanaman yang terluka dan disisipkan ke dalam genom tanaman. Walaupun gen-gen T-DNA berasal
dari bakteri, tetapi mampu diekspresikan pada sel tanaman. Ekspresi gen-gen tersebut adalah sintesis
fitohormon (auksin dan sitokinin) dan sintesis opin. Akibatnya jaringan yang terinfeksi akan mengalami
proliferasi sel yang tidak terkendali dan menghasilkan jaringan tumor. Pada biakan jaringan, pertumbuhan
tumor ini dapat tumbuh terus walaupun dalam media tidak ditambahkan auksin dan sitokinin, yang biasanya
kedua senyawa ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan tumbuhan secara in vitro (Day dan Lichtenstein,
1992; White, 1993; Heldt, 1999).
T-DNA
Sitokinin
Auksin
Opin
batas
batas
kiri
kanan
Plasmid Ti
katabolisme opin
gen-gen vir
awal replikasi
ori
Agrobacterium
att
DNA kromosom
chvA
chvB
opin
hidrolase
daerah virulensi
vir A B G C D E
LB
pTi
occ
RB
opin
T-DNA
permease
VirD2
VirG
VirE2
VirA
Pori/pilus VirB
Fenol
saluran VirE
Gula
Keasaman
Kompleks T-DNA
NPC
Sintesis
Importin
Inti sel
fitohormon
sintesis
opin
T-DNA
Sel Tanaman
Gambar 2. Mekanisme transformasi T-DNA dari plasmid Ti ke dalam genom inti sel tanaman
dengan perantara Agrobacterium. LB : left border, RB: right border, NPC : nuclear
pore complex. Keterangan ada dalam teks. (Ziemienowicz, 2001)
Proses pemindahan T-DNA dikode oleh operon virB yang terdiri dari 11 gen (Christie, 1997). Masingmasing gen, kecuali virB1, berperan pada proses terbentuknya tumor (Berger dan Christie, 1994). Protein VirB
menunjukkan aktivitas ATPase dan diduga digunakan sebagai sumber energi untuk melepaskan subunit
protein lain untuk keperluan transpor T-DNA. Saat ini, telah diketahui bahwa protein VirB dapat membentuk pili
yang menyerupai pili konjugatif (Fullner et al., 1996) dan VirB2 menjadi subunit mayor dari pili-pili tersebut.
Jembatan berupa pili yang dibentuk oleh VirB memungkinkan kompleks T-DNA-VirD2 dipindahkan ke dalam
sitoplasma sel tanaman. Di dalam sitoplasma sel tanaman kompleks T-DNA-VirD2 dibungkus oleh protein
VirE2 yang berperan melindungi T-DNA dari degradasi yang disebabkan oleh enzim-enzim nuklease tanaman
(Rossi et al., 1996).
Kompleks T-DNA-VirD2 dan protein VirE yang telah berada di dalam sitoplasma sel tanaman
kemudian masuk ke dalam inti sel tanaman. Masuknya kompleks T-DNA ke dalam inti sel tanaman dengan
perantaraan protein-protein yang berasal dari Agrobacterium yaitu VirD2 dan VirE2. Pada sel-sel eukariotik
transpor aktif protein dan kompleks nukleoprotein membutuhkan sinyal spesifik yaitu NLS (nuclear localization
signal) yang dikenali oleh faktor yang terdapat dalam sitosol inti sel yang disebut importin. VirD2 dan VirE2
mengandung NLS yang berfungsi memasukkan protein ke dalam inti sel tanaman dan senyawa importin telah
berhasil diidentifikasi oleh Ballas dan Citovsky (1997).
Di dalam inti sel tanaman T-DNA diintegrasikan ke dalam genom tanaman dengan cara illegitimate
recombination, suatu mekanisme bergabungnya dua molekul DNA yang tidak mempunyai homologi secara
luas. Pada organisme tingkat tinggi seperti tanaman, illegitimate recombination adalah mekanisme yang
dominan terjadi pada integrasi DNA (Paszkowski et al., 1988; Offringa et al., 1990) dan telah dijelaskan
empat belas tahun yang lalu (Gheysen et al., 1991; Matsumoto et al., 1990; Mayerhofer et al., 1991), tetapi
faktor-faktor yang terlibat dalam proses tersebut masih sedikit yang diketahui.
T-DNA yang terintegrasi ke dalam genom inti sel tanaman mempunyai sifat seperti gen sel eukariotik
dan diwariskan sesuai hukum Mendel. T-DNA yang terintegrasi direplikasikan oleh sel tanaman seperti DNA
milik tanaman itu sendiri dan karena juga mengandung promotor, maka juga akan ditranskripsi (Heldt, 1999).
TANAMAN PANGAN PRODUK BIOTEKNOLOGI
Teknik pemuliaan tanaman secara tradisional melalui pengaturan penyerbukan tanaman memiliki
beberapa keterbatasan. Pertama, kawin silang hanya terjadi pada spesies yang sama atau sejenis. Hal ini
membatasi sumber-sumber genetika yang dapat digunakan oleh para pemulia dalam mengembangkan sifatsifat tanaman yang diinginkan. Kedua, jika dua tanaman disilangkan, masing-masing mempunyai 100.000 gen,
semua gen dari kedua tanaman tersebut bersilangan secara acak. Hal ini menimbulkan masalah karena
turunan tanaman mungkin menunjukkan sifat-sifat yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari induknya,
sehingga pemulia harus menghabiskan waktu bertahun-tahun menyilang kembali tanaman turunan tersebut
dengan tanaman induk, terus menerus, perlahan-lahan membuang puluhan ribu gen yang tidak diinginkan.
Pemuliaan tanaman secara tradisional memerlukan waktu yang lama, kadang-kadang selama 10 sampai 12
tahun.
Bioteknologi tanaman merupakan perluasan dari pemuliaan tanaman secara tradisional dengan satu
perbedaan penting. Daripada menyilangkan ratusan ribu gen untuk memperbaiki tanaman, pemulia modern
dapat menggunakan bioteknologi untuk memilih sifat bawaan spesifik dari satu tanaman, mikroba atau hewan
dan memindahkannya ke dalam kode genetik tanaman lain. Hal ini mungkin dilakukan karena adanya
kesamaan semua makhluk hidup pada tingkat DNA. Aplikasi bioteknologi tanaman yang telah disetujui untuk
pangan merupakan tanaman yang direkayasa untuk memiliki sifat seperti:
1. Ketahanan terhadap hama dan penyakit
Perakitan tanaman transgenik tahan hama merupakan merupakan salah satu bidang yang mendapat
perhatian besar dalam perbaikan tanaman. Perakitan tanaman tahan hama umumnya mempergunakan gen
dari Bacillus thuringiensis (Bt). Pada tahun 1995, tanaman transgenik pertama mulai tersedia bagi petani di
Amerika Serikat, yaitu jagung hibrida yang mengandung gen cry IA(b), Maximixer, yang dibuat oleh Novartis,
tanaman kapas yang mengandung gen cry IA(c), Bollgard, sawi (Barfield & Pua, 1991) dan kentang yang
mengandung gen cry 3A, Newleaf, yang dibuat oleh Monsanto. Sampai tahun 1998, lebih dari 10 jenis
tanaman telah berhasil ditransformasi untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama. Tanaman tersebut
meliputi tembakau, tomat, kentang, kapas, padi, jagung, whitespruce, kacang hijau, stroberi dan kanola
(Schuler et al. 1998).
Perakitan tanaman transgenik tahan penyakit umumnya mempergunakan gen -1,3-endoglukanase
atau kitinase. Yoshikawa et al., 1993 menggunakan gen -1,3-endoglukanase dari tanaman kedelai untuk
7
mengatasi serangan jamur. Penggunaan gen tersebut didasarkan pada kemampuan gen -1,3-endoglukanase
menghasilkan enzim -1,3-endoglukanase yang berfungsi mengkatalisis proses hidrolisis -1,3-glukan yang
merupakan komponen utama dinding sel sebagian besar jamur. Hidrolisis tersebut menghasilkan elisitor
berupa karbohidrat yang selanjutnya menginduksi terbentuknya fitoaleksin anti jamur. Perakitan tanaman
tahan penyakit menggunakan gen -1,3-endoglukanase telah berhasil dilakukan pada tanaman buah kiwi
(Nakamura et al., 1999), terong (Ito et al., 1995) dan kubis (Manuhara et al., 2003).
2. Ketahanan terhadap herbisida
Gulma bersaing dengan tanaman dalam mendapatkan air, zat hara, sinar matahari dan ruangan.
Gulma tersebut juga merupakan tempat bagi serangga dan hama penyakit, mengurangi kualitas tanaman dan
menyisakan benih gulma pada tanaman yang dipanen. Para petani mengendalikan gulma dengan membajak
atau mengolah tanah, menggunakan herbisida atau kombinasi keduanya. Kegiatan olah tanah membuat
permukaan tanah mudah terkena erosi akibat angin atau air. Melalui perakitan tanaman tahan herbisida
tertentu, petani dapat menggunakan herbisida secara bijaksana untuk mengontrol gulma tanpa merusak
tanaman. Hal ini merupakan hasil peningkatan penggunaan herbisida yang ramah lingkungan dan mengurangi
pengolahan tanah.
Beberapa perakitan tanaman transgenik tahan herbisida ditujukan untuk mengurangi pemakaian
herbisida glyfosate, asulam (methyl (4-aminobenzenesulphonyl)-carbamate), atrazine (2-chloro-4-(ethylamine)6-(isopropylamino)-s-triazine), sulphonyl urea dan chlorsulphuron (Mullineaux, 1992). Beberapa tanaman
transgenik tahan herbisida
yang telah ditanam secara luas antara lain kanola, jagung, kapas, kedelai
dan tomat.
Meskipun terdapat kontroversi tentang tanaman transgenik, area tanaman transgenik secara global
terus meningkat, seperti ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini. Pada tahun 2000, area tanaman transgenik
mencapai 8,30 juta hektar (James 1998; 2000). Tanaman transgenik tidak hanya ditanam di negara-negara
maju, namun juga di beberapa negara berkembang seperti Argentina, Cina, Meksiko dan Indonesia. Di
Indonesia, pada tahun 2000 telah dicoba menanam kapas transgenik Bollgard di Sulawesi Selatan seluas
5.000 ha. Menurut Makkarasang (2001), keuntungan yang diperoleh petani kapas tersebut mencapai Rp. 3-4
juta/ha/musim tanam.
Tabel 2. Luas pertanaman tanaman transgenik berdasarkan karakter yang diintroduksi, 1997-2000
Karakter
Toleran herbisida
Tahan hama
Tahan hama dan herbisida
Sumber: James (1998; 2000)
1997
6,90
4,00
< 0,10
2000
32,70
8,30
3,20
digunakan memiliki kegunaan klinik dan veteriner yang sangat terbatas. Meskipun demikian untuk menjawab
kekhawatiran masyarakat, para peneliti telah disarankan untuk tidak menggunakan gen ketahanan terhadap
antibiotik dalam merekayasa genetik tanaman. Marka pengganti yang strategis sedang diuji dan
dikembangkan.
KESIMPULAN
Di negara maju telah terbukti bahwa penggunaan tanaman produk bioteknologi memberikan
keuntungan yang nyata. Tanaman generasi pertama tersebut telah membuktikan kemampuannya dalam
meningkatkan hasil, mengurangi biaya budidaya, meningkatkan keuntungan serta membantu melindungi
lingkungan. Saat ini penelitian dipusatkan pada generasi kedua tanaman produk bioteknologi yang
mengutamakan peningkatan kandungan nutrisi dan atau sifat lain untuk mendukung standar industri. Varietas
ini harus terbukti bermanfaat bagi berjuta-juta rakyat di negara yang mengalami malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
An, G., Ebert, P.R., Mitra, A., Ha, S.B. (1988) Binary vector, In: Gelvin, S.B., Schilperoort, R.A. Plant Molecular
Biology Manual. Kluwer Academic Pub. London.
Ashby, A.M., Watson, M.D. and Shaw, C.H. (1987) A Ti plasmid determined function is responsible for
chemotaxis of Agrobacterium tumefaciens toward the plant wound product acetosyringone. F E M S
Microbiol. Lett. 41: 189-192.
Ballas, N. and Citovsky, V. (1997) Nuclear localization signal binding protein from Arabidopsis mediates
nuclear import of Agrobacterium VirD2 protein. Proc.Natl. Acad. Sci. U.S.A. 94, 10723-10728.
Barfield, D.G. and Pua, E.C. (1991) Gene transfer in plant of Brassica juncea using
Agrobacterium
tumefaciens-mediated transformation. Plant Cell Rep. 10:217-223.
Berger, B.R. and Christie, P.J. (1994) Genetic complementation analysis of the Agrobacterium tumefaciens
virB operon: VirB2 through VirB11 are essential virulence protein. J. Bacteriol. 176: 3646-3660.
Christie, P.J. (1997) Agrobacterium tumefaciens T-complex transport apparatus: A paradigm for a new family of
multifunctional transporters in eubacteria. J. Bacteriol. 179: 3085-3094.
Day, A.G. and Lichtenstein, P.C. (1992) Plant genetic transformation, In: Fowler, M.W., Warren, G.S., MooYoung, M. (ed). Plant Biotechnology. Pergamon Press. New York.
Dekeyser, R., Claes, B., Marichal, M., van Montagu, M. and Caplan, A. (1989) Evaluation of selectable markers
for rice transformation. Plant Physiol. 90:217-223.
Douglas, C.J., Halperin, W., Gordon, M. and Nester, E.W. (1986) Specific attachment of Agrobacterium
tumefaciens to bamboo cell in suspension cultures. J. Bacteriol. 161: 764-766.
Dylan, T., Ielpi, L., Stanfield, S., Kashyap, L., Douglas, C., Yanofsky, M., Nester, E., Helsinki, D.R. and Ditta, G.
(1986) Rhizobium meliloti genes required for nodule development are related to chromosomal virulence
gene in Agrobacterium tumefaciens. Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 83:4403-4407.
Ellis, D., Roberts, D., Sutton, B., Lazaroff, W., Webb, D. and Flinn, B.(1989) Transformation of white spruce
and other conifer species by Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Rep. 8:16-20.
Filichkin, S.A. and Gelvin, S.B. (1993) Formation a putative relaxation intermediate during T-DNA processing
directed by the Agrobacterium tumefaciens VirD1, VirD2 endonuclease. Mol. Microbiol. 8: 915-926.
Fullner, K.J., Lara, C.J. and Nester, E.W. (1996) Pilus assembly by Agrobacterium T-DNA transfer genes.
Science 273: 1107-1109.
Gelvin, S.B. (1993) Molecular genetics of T-DNA transfer from Agrobacterium to Plants, In: Kung, S. and Wu,
R. (ed). Transgenis Plants Vol.1. Pergamon Press, Inc. New York
George, E.F. and Sherrington, P.D. (1984) Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Limited. England.
Gheysen, G., Villarroel, R. and Van Montagu, M. (1991) Illegitimate recombination in plants: A model for T-DNA
integration. Genes & Dev. 5: 287-297.
Hauptmann, R.M., Vasil, V., Ozias-Akins, P., Tabeizadeh, Z., Rogers, S.G., Fraley, R.T., Horsch, R.B. and
Vasil, I.K. (1988) Evaluation of selectable markers for obtaining stable transformant in Gramineae. Plant
Physiol. 86:602-606.
Heldt, H.W. (1999) Plant Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press Inc. New York.
Hernalsteens, J.P., van Vliet, F., De Beuckeleer, M., Depicker, A., Engler, G., Lemmers, M., Holsters, M., Van
Montagu, M. and Schell, J. (1980) The Agrobacterium tumefaciens Ti plasmid as a host vector system
for introducing foreign DNA in plant cell. Nature 287:654-656.
Ito, S., Fukunishi, T., Inaba, K., Masumura, T., Tanaka, T., Takeuchi, Y. and Yoshikawa, M. (1995) Disease
resistance of transgenic eggplant with soybean -1,3-endoglucanase. Breed Sci. 45 (Suppl.2): 106.
James, C. (1998) Global review of commercialized transgenic crops: 1998. ISSAAA Briefs No. 8, 1998. Ithaca,
New York, 43 pp.
James, C. (1998) Global review of commercialized transgenic crops: 1998. ISSAAA Briefs No. 21, 2000.
Ithaca, New York, 15 pp.
Lal, R. and Lal, S. (1990) Crop Improvement Utilizing Biotechnology. CRC Press, Boca Raton. Florida.
Makkarasang (2001) Potensi kapas Bt (Bollgard) alam perekonomian Sulawesi Selatan. Askah disampaikan
dalam seinar Kophalindo dan Yayasan Asa Nusantara.
Manuhara, Y.S.W., Sumardi, I., Sujadi, S., Taryono (2003) Agrobacterium-medated transformation of cabbage
(Brassica oleracea cv. Capitata L.) with soybean -1,3-endoglucanase cDNA. I J Biotech., June (2003)
597-605.
Marton, L., Wullems, G.J., Molendijk, L. and Scilperoort, R.A. (1979) Agroinfection of wheat: a comparison of
Agrobacterium strains. Plant Science 63:247-256.
Matsumoto, S., Ito, Y., Hosoi, T., Takahashi, Y. and Machida, Y. (1990) Integration of Agrobacterium T-DNA
into tobacco chromosome: Possible involvement of DNA homology between T-DNA and plant DNA. Mol.
Gen. Genet. 224: 309-316.
Mayerhofer, R., Koncz-Kalman, Z., Nawrath, C., Bakkeren., G., Crameri, A., Angelis, K., Redei, G.P., Schell, J.,
Hohn, B. and Koncz, C. (1991) T-DNA integration: A mode of illegitimate recombination in plants. EMBO
J. 10: 697-704.
Nakamura, Y., Sawada, S., Kobayashi, S., Nakajima, I., Yoshikawa M. (1999) Expression of soybean -1,3endoglucanase cDNA and effect on disease tolerance in kiwifruit plants. Plant Cell Rep. 18:527-532.
Nehra, N.S., Chibbar, R.N., Kartha, K.K., Datla, R.S.S., Crosby W.L., Stushnoff, C. (1990) Genetic
transformation of strawberry by Agrobacterium tumefaciens using leaf disc regeneration system. Plant
Cell Rep.9:293-298.
Old, R.W. and Primrose, S.B. (1989) Principle of Gene Manipulation. An Introduction to Genetic Engineering.
Blackwell Scientific Publications. Oxford.
Offringa, R., de Groot, M.J., Haagsman, H.J., Does, M.P., van den Elzen, P.J and Hooykaas, P.J. (1990)
Extrachromosomal homologous recombination and gene targeting in plant cells after Agrobacterium
mediated transformation. EMBO J. 9: 3077-3084.
Paszkowski, J., Baur, M., Bogucki, A. and Potrykus, L. (1988) Gene targeting in plants. EMBO J. 7: 4021-4026.
Pounti-Kaerlas, J., Satbel, P. and Eriksson, T. (1989) Transformation of pea (Pisum sativum L.) by
Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Rep. 8:33-38.
Rossi, L., Hohn, B. and Tinland, B. (1996) Integration of complete T-DNA units is dependent on the activity of
VirE protein of Agrobacterium tumefaciens. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 93: 126-130.
Schuller, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry and I. Denholm (1998) Insect resistant transgenic plants. TibTech.
16:168-175.
Shaw, C.H., Ashby, A.M., Brown, A., Royal, C., Loake, G.J. and Shaw, C. (1988) virA and virG are Ti-plasmid
function required for chemotaxis of Agrobacterium tumefaciens towards acetosyringone. Mol. Microbiol.
2: 413-417.
Shimamoto, K., Terada, R., Izawa, T. and Fujimoto, H. (1987) Fertile transgenic rice plants regenerated from
transformed protoplasts. Nature 338:274-276.
Stachel, S.E., Messens, E., Van Montagu, M. and Zambryski, P. (1985) Identification of signal molecules
produced by wounded plant cells that active T-DNA transfer in Agrobacterium tumefaciens. Nature 318:
624-629.
Tempe, J. and Casse-Delbart, F. (1989) Plant gene vectors and genetic transformation: Agrobacterium Ri
plasmid. In Cell Culture and Somatic Cell Genetic of Plants Vol. 6. Academic Press. London.
Webb, K.J. and Morris, P. (1992) Methodologies of Plant Transformation, In: Gatehouse, A.M.R., Hilder, V.A.
and Boulter, D. (ed). Plant Genetic Manipulation for Crop Protection. C A B International. United
Kingdom.
10
Yanofsky, M.F., Porter, S.G., Young, C., Albright, L.M., Gordon, M.P. and Nester, E.W. (1986) The virD operon
from Agrobacterium tumefaciens encodes a site-specific endonuclease. Cell 7:471-477.
Yoshikawa, M., Keen, N.T. and Wang, M.C. (1983) A receptor on soybean membranes for a fungal elicitor of
phitoalexin accumulation. Plant Physiol. 73:49-52.
Yoshikawa, M., Tsuda, M. and Takeuchi, Y. (1993) Resistance to fungal disease in transgenic tobacco plants
expressing the phytoalexin elicitor-releasing factor, -1,3-endoglucanase, from soybean.
Naturwissenschaften 80: 417-420.
Ziemienowicz, A., Tinland, B., Bryant, J., Gloecker, V. and Hohn, B. (2000) Plant enzymes but not
Agrobacterium VirD2 mediate T-DNA ligation in vitro. Mol. Cell. Biol. 20: 6317-6322.
11