Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI


ANALISIS GRANULOMETRI

Di susun oleh :
FAISAL SANGAJI
131.10.1101

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan

perlindungannya

penyusun

dapat

menyelesaikan

laporan

praktikum

sedimentologi ini dengan baik. Penyusun pun tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada para staf asisten soft rock dan teman-teman yang telah membantu penyusun
selama menyusun laporan ini. Laporan sedimentologi ini di buat sebagai pelengkap
tugas praktikum yang telah di laksanakan di Laboratorium Sedimentologi maupun di
luar Laboratorium Sedimentologi Jurusan Teknik Geologi Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
Namun penyusun menyadari bahwa tentunya masih terdapat beberapa
kekuangan dalam penyusunan laporan ini, baik dalam secara penyajian maupun yang
lainnya yang kurang memuaskan bagi para pembaca.
Akhirnya penyusun berharap semoga laporan praktikum sedimentologi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama para pembaca.

Yogyakarta, 9 April 2015

Penyusun

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sortasi Butiran Batuan sedimen ..................................................

Gambar 2. Skema spliting pasir......................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Kategori Sortasi (Trask) .................................................................

Tabel 2. Nilai Kepencengan (Friedman dan Samders, 1978)........

Tabel 3. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Top..... 11


Tabel 4. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Middle.... 12
Tabel 5. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Bottom.... 13

BAB I
ANALISIS GRANULOMETRI
I.I Pendahuluan
I.1. 1 Latar belakang
Sedimentologi adalah cabang ilmu geologi yang khusus mempelajari batuan
sedimen secara menyeluruh, mulaidari cara terbentuknya sampai lingkungan
pengendapannya. Di dalam ilmu sedimentologi terdapat beberapa cabang metode
analisianya salah satunya adalah granulometri.
Granulometri adalah metode analisis batuan sedimen menggunakan analisis
pada ukuran butir batuan sedimen tersebut, umumnya digunakan untuk batuan
sedimen klastik.
I.1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum sedimentologi adalah agar dapat menyelesaikan
kurikulum disemester IV ini di Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi
Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Tujuan dari praktikum sedimentologi, khususnya dalam hal ini adalah
analisis granulometri adalah agar mahasiswa dapat memahami seperti apa
melakukan analisis batuan sedimen dengan ukuran butirnya.
I.1.3 Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi untuk praktikum lapangan bertempat di daerah Babarsari tepatnya di
aliran Kali Tambakbayan, praktikum lapangan dilakukan pada hari Minggu, 16
Maret 2015. Berangkat dari Laboratorium Geologi IST AKPRIND Yogyakarta
pada puku 07.15 WIB menuju lokasi yang bertempat di Babarsari dan sampai di
lokasi pada pukul 08.15 WIB dengan cuaca cerah berawan. Morfologi tubuh
sungai, vegetasi sedang terdiri pohon albasia, waru dengan litologi endapan aluvial

berupa material rombakan endapan sungai dari arah hulu oleh proses transportasi
dan batuan yang ada di sekitar sungai sudah mengalami pelapukan kuat.

I.2 Landasan Teori


I.2.1 Dasar Teori
Sedimentologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang khusus
membahas tentang batuan sedimen, strukturnya, teksturnya dan segala aspek yang
mempengaruhi dan akibat dati proses pembentukan batuan sedimen tersebut.
Untuk dapat mengetahui tentang genesa batuan sedimen perlu dilakukannya
beberapa analisis, salah satunya adalah analisis granulometri. Granulometri adalah
sebuah metode analisis batuan sedimen menggunakan ukuran butir. Pembahasan
tentang tekstur sedimen, distribusi analisa ukuran butir yang biasanya disebut
analisa granulometri penting di lakukan guna mendapatkan fraksi butir sedimen.
Dalam analisa sedimen kering di ayak dengan saringan mempunyai ukuran lubang
dari yang besar hingga yang halus. Berat sedimen yang tidak lolos setiap saringan
merupakan berat sedimen yang lebih besar dari ukuran lubang saring yang di
maksud.
Pada metode anilisis granulometri, biasanya di gunakan empat parameter
statistik yaitu rata-rata (Quartil), pemilihan (sortasi), kepencengan (skewness), dan
kurtosis. Sortasi adalah tingkat keseragaman suatu butir. Sedangkan kepencengan
adalah suatu nilai statistic yang memperlihatkan kisaran penyebaran butiran dari
nilai rata-rata nya. Menurut Folk (1962), jika kepencengan memiliki nilai negatif
atau nol maka batuan sediment itu terendapkan di daerah pantai, namun apabila
kepencengan bernilai positif maka batuan sedimen tersebut merupakan endapan di
daerah sungai Ukuran butir rata-rata mencerminkan secara umum seberapa besar
butiran dimaksud dan berkaitan erat dengan dinamika transportasi dan deposisi,
terutama terkait dengan energi dari media pembawa butiran yang bersangkutan.

Gambar 1. Sortasi Butiran Batuan Sedimen (Sumber: www.scribd.com)

Distribusi normal adalah ukuran butir pada bagian tengah sampel


mempunyai jumlah butir terbanyak, dan ukuran butir yang lebih kasar serta lebih
halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Kepencengan
bernilai positif bila dalam distribusi butir berlebihan partikel halus dan bernilai
negatif jika berlebihan butiran kasar. Kurtosis adalah perbandingan antara
pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi dari suatu kurva. Kurva
yang runcing disebut sebagai lepticutic menunjukkan dominasi ukuran butir ratarata besar, dan kurva yang tumpul disebut platycurtic menunjukkan kurang
dominannya ukuran butir rata-rata (Folk, dan Richard,1992).
Penentuan dapat dilakukan dengan cara grafis ataupun dengan perhitungan.
Namun yang digunakan di dalam praktikum kali ini hanyalah penghitungan secara
grafis. Cara perhitungan matematis akan memberikan gambaran yang lebih baik
dibandingkan cara grafis karena di dalam cara perhitungan matematis semua
ukuran butir dalam kelas interval diikut sertakan dalam perhitungan secara
matematis. Kelemahannya dalah kadand perhitungan begitu rumit dalam

penggolongan data. Dalam metode perhitungan matematis akan menggunakan


rumus statistic moment yang dipakai untuk mengolah hasil analisis besar butir.
Penentuan harga kuartil sortasi, skewness, dan kurtosis menggunakan metode
grafis adalah sebagai berikut:
1. Harga kuartil 1, 2, 3, dapat ditentukan dari grafik kumulatif dimana Q1 yaitu
harga 25% dari harga kumulatif, demikiaan juga dengan Q2dan Q3, yaitu 50%
dan 75%.
2. Nilai dari sortasi dapat di tentukan menggunakan rumus:
SO=

Q1
Q3

Setelah diketahui hasil dari perhitungan nilai sortasinya maka dapat


diketahui derajat sortasinya dengan melihat tabel penentuan nilai sortasi untuk
kemudian dapat diketahui seberapa baik atau buruknya sortasi dari sempel yang
sedang dianalisis. Dari data tersebut nantinya dapat di ketahui media transportasi
yang berpengaruh disaat proses sedimentasi sedang berlangsung.
Tabel 1. Nilai Kategori Sortasi (Trask)

Nilai Sortasi

Kategori

0,0 1,0

Sangat baik

1,0 2,5

Baik

2,5 3,0

Normal

> 4,5

Buruk

3. Nilai dari kepencengan atau skewness sebuah kurva dapat ditentukan dengan
rumus:
Q 1 xQ 2
SK =
( Q 2 )2

Tabel 2. Nilai Kepencengan (Friedman dan Samders 1978)

Nilai Skewness

Kategori

(-1,0) (-0,3)

Kepencengan sangat negatif

(-0,3) (-0,1)

Kepencengan negatif

-0,1 0,1

Kepencengan simtris

0,1 0,3

Kepencengan positif

0,3 1

Kepencengan sangat positif

4. Nilai dari kurtosis dapat diketahui dengan rumus:


Q 3Q 1
K=
2 ( P 90P 10 )
Perlu untuk diketahui bahwasanya P90 adalah harga untuk persentase 90%
dan P10 adalah harga untuk persentase 10%.
Setelah semua data-data tersebut didapat maka dapat dibuat suatu diagram
histogram. Bila dalam diagram histogram tersebut terdapat satu puncak disebut
unimodal dan bila terdapat dua puncak disebut bimodal. Pada daerah endapan
pantai, endapan sungai yang halus, serta endapan gurun, pada umunya mempunya
grafik histogram yang unimodal. Selain itu kita pun harus membuat kurva
kumulatif yang merupakan hubungan antara %kumulatif dengan diameter(mm).
Secara garis besar mekanisme dalam melakukan granulometri atau analisa
ukuran butir yaitu dengan melakukan pelepasan komponen pasir dari semennya,
setelah itu dilakukan splitting. Splitting yaitu melakukan pengambilan sample
yang representatif, sehingga dapat mewakili seluruh butir yang akan dianalisa.
Selanjutnya dilakukan tahap pengayakan. pengayakan menggunakan alat pengayak
yang terdiri dari pan yang berukuran diameter bermacam-macam. Setiap hasil
ayakan kemudian ditimbang, dari yang berukuran kasar, hingga bottompan.

Dalam hal ini, kehilangan berat conto tidak boleh lebih dari 0,25% dari berat
mula-mula.

I.2.2 Alat Dan Bahan


1.
2.
3.
4.
5.

Sample splitter
Mesin Pengayak
Plastik sempel
Timbangan
Spitter

6. Kertas Semilog
7. Corong
8. Kertas millimeter blok
9. Kalkulator
10. Alat Tulis

I.2.3 Langkah Kerja


Adapun cara kerja dari analisis Granulometri adalah sebagai berikut:
1. Mechanical disaggregation
Batupasir yan telah diambil dari lapangan memiliki bermacam-macam sifat
bahan

penyemennya.

Mechanical

disaggregation

dimaksudkan

untuk

melepaskan komponen pasir dari bahan penyemennya.


a. Pasir lepas, cukup dipisahkan dengan tangan.
b. Batupasir kurang kompak dengan penyemen silika.
Komponen-komponen pasir dilepaskan dari bahan penyemennya dengan
memotong-motong batupasir itu terlebih dahulu sampai menjadi potonganpotongan kecil dan kemudian ditumbuk secara perlahan-lahan dengan penumbuk
karet. Periksalah apakah komponen pasir tersebut telah bebas dari bahan
penyemennya dengan menggunakan mikroskop binokuler. Bila cara pelepasan

komponen pasir ini tidak berjalan sempurna,maka contoh pasir ini direndam
dalam larutan alkali pekat dan dipanaskan.
2. Sample Splitting
Sampel splitting dimaksudkan untuk mendapatkan contoh pasir yang
representatif dengan mewakili seluruh fraksi butir untuk dianalisis. Cara
melaksanakan splitting yang kami gunakan yaitu dengan quarting, dengan
menggunakan karton yang disilangkan saling tegak lurus dan corong. Contoh pasir
dan kwadran yang berlawanan dicampur dan akan didapatkan, 2 bagian. Jadi
kwadran I dicampur dengan kwadran III, II dengan IV. Salah satu percampuran ini
digunakan untuk analisis. Hasil dari splitting ini kemudian ditimbang sesuai
dengan berat yang diinginkan untuk analisis, kurang lebih 100 gram dengan
neraca.

Gambar 2. Skema spliting pasir

3. Pengayakan
Sebelum pengayakan dilakukn, semua saringan yang akan dipakai harus
dibersihkn terlebih dahulu dari kotoran atau butir-butir yang menempel dalam
kawat saringan. Cara membersihkannya ialah dengan menyikat memakai kuas atau
menelungkupkan saringan tersebut kemudian mengetukkan berkali kali secara
merata. Pilihlah saringan mulai dari mesh skala yang terkecil sampai mesh skala
lebih besar. Tumpukkan secara berurut saringan-saringan itu mulai dari bawah
yang terkecil skala meshnya dengan bottompan sebagai alasnya, kemudian ayakan
yang telah disusun tersebut dipasang pada mesin pengayak, dan contoh pasir
dituangkan pada ayakan yang teratas lalu ditutup. Kemudian mesin pengayak
dijalankan.

4. Penyusunan fraksi dan penimbangan


Pengambilan fraksi butir dilakukan mulai dari saringan terkasar sampai yang
tertampung pada bottom pan. Pengambilan fraksi dilakukan dengan menuangkan
butir-butir yang tertampung di saringan dengan cara menelungkupkan saringan itu
diatas lembaran kertas putih, kemudian mengetukkannya secara uniform dan
menyikat kawat saringan dengan kuas. Diusahakan. agar tidak ada butir-butir yang
tertinggal pada kawat saringan. Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,5 %.
Selanjutnya fraksi butir yang diperoleh ditimbang dan disimpan dalam tabung
gelas/kantong plastik yang diberii nomer contoh dan tanda ukuran butir fraksinya.

10

5. Pencatatan dan pembuatan grafik


Hasil dan penimbangan fraksi butir dicatat pada catatan dengan kolom-kolom
yang berisi :
a. Nomer urut
b. Nomer mesh ayakan
c. Diameter ayakan
d. Ukuran butir yang tertampung
e. Berat masing-masing fraksi
f. Persentase berat
g. Frekuensi kumulatif
6. Perhitungan nilai Sortasi, Kepencengan dan Kurtosis.
I.3. Hasil Analisis
I.3.1. Hasil Analisis Sampel Bagian Atas (Top)
a. Diagram Hasil Analisis Sampel Bagian Top
Tabel 3. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Top
M
e
s
h
1
0
1
6
3
0
4

Dia
met

Ukuran

er
(m

Butir
(mm)

Berat
Tertam

pung
(gr)

Ber

Komula

at

tif

7,3

7,39

9
3,9

11,34

5
5,3

16,71

7
4,6

21,37

m)
2

7,36

1,18

1,18 2

3,94

0,6

0,6 - 1,18

5,35

0,42

0,423

4,64

11

0
6

3
0,25

0,6
0,250

0
1

0,423

0,15

0,150

0,250

0,10

0,106

0,150

0,07

0,075

0,106

0
0
1
4
0
2
0
0
>
2
0
0

10,16

18,82

31,57

20
18,

50,48

91
17,

17,75

13,60

17,90

81,97

66
17,

< 0.075

68,31

83
13,

<
0.07

6
10,

99,95

98

5
99,52

b. Perhitungan nilai kuartil , sortasi, kepencengan dan kurtosis


1. Nilai kuartil
Nilai Q1 = 0,35
Nilai Q2 = 0,15
Nilai Q3 = 0,092
2. Nilai sortasi
Q1
0,35
SO=
=
=1,95

(pemilahan baik)
Q3
0,092

3. Nilai kepencengan
Q 1 x Q 2 0,35 x 0,1 5
SK =
=
=2 , 33

(Kepencengan
( Q 2 )2
( 0, 15 )2

sangat

positif)
4. Nilai kurtosis

Diketahui bahwasanya nilai P 10 adalah 1,50 dan P 90 adalah


0,052

12

K=

Q 3Q 1
0,0920,350 0,258
=
=
=0, 089
2 ( P 90P 10 ) 2 ( 0,0521,50 ) 2,896

I.3.2. Hasil Analisis Sampel Bagian Tengah (Middle)


a. Diagram Hasil Analisis Sampel Bagian Middle

Tabel 4. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Middle

M
e
s
h

Di
ame
ter
(
mm

Berat

Ukura

Tertam

n Butir
(mm)

pung
(gr)

1,

1,18

18

0,

0,6

1,18

0,

0,423 -

423

0,6

0,

0,250 -

250

0,423

0,

0,150 -

150

0,250

0,

0,106 -

106

0,150

1
6

3
0

4
0

6
0

Be
rat

%
Komula
tif

2,22

3,57

6,97

11,35

2,
23
3,
57
7,
02
11
,44

2,23

5,82

12,84

24,28

3
34,10

4,3

58,66

8
3
30,07

0,3

88,97

1
7,40

7,
46

96,43

13

4
0

0,

0,075 -

075

0,106

2,55

2,
57

99,0

>

<

0.07

< 0.075

0,95

99,18

0,
95

99,95

b. Perhitungan nilai kuartil , sortasi, kepencengan dan kurtosis


1. Nilai kuartil
Nilai Q1 = 0,426
Nilai Q2 = 0,275
Nilai Q3 = 0,195
2. Nilai sortasi
Q1
0,42
SO=
=
=1, 46 (pemilahan baik)

Q3
0,195

3. Nilai kepencengan
Q 1 x Q 2 0,42 x 0,275
SK =
=
=1,527

(Kepencengan
( Q 2 )2
( 0,275 )2

sangat

positif)
4. Nilai kurtosis

Diketahui bahwasanya nilai P 10 adalah 0,7 dan P 90 adalah


0,45

K=

Q 3Q 1
0,950,420 0,225
=
=
=0,22
2 ( P 90P 10 ) 2 ( 0,450,7 ) 1,01

I.3.3. Hasil Analisis Sampel Bagian Bawah (Bottom)


a. Diagram Hasil Analisis Sampel Bagian Bottom

14

Tabel 5. Hasil Penimbangan, Perhitungan % Berat dan % Kumulatif Middle Bottom

M
e
s
h

1
0

1
6

3
0

4
0

6
0

1
0
0

1
4
0

2
0
0

>
2
0
0

Di
ame
ter
(
mm
)
2

Berat
Tertam
pung
(gr)

Ukura
n Butir
(mm)

%
Be
rat

%
Komula
tif
0,45

0,45

0,
45

1,05

0,60

0,
60

1,75

0,70

0,
70
1,
10

2,85

1
4,7
7
3
8,3
1

17,62

2
0,0
6

75,99

1
3,5
8

89,57

1
0,3
1

99,88

1,
18

1,18 - 2

0,
6

0,6
1,18

0,
423

0,423 0,6

1,10

0,
250

0,250 0,423

14,65

0,
150

0,150 0,250

0,
106

0,
075

<
0.07
5

0,106 0,150

0,075 0,106

< 0.075

38,07

19,90

13,47

10,23

55,93

15

99,17

b. Perhitungan nilai kuartil, sortasi, kepencengan dan kurtosis


1. Nilai kuartil
Nilai Q1 = 0,235
Nilai Q2 = 0,154
Nilai Q3 = 0,108
2. Nilai sortasi
Q1
0,235
SO=
=
=1,47 (pemilahan baik)

Q3
0,108

3. Nilai kepencengan
Q 1 x Q 2 0,235 x 0,154
SK =
=
=1,526

( Q 2 )2
( 0,154 )2

(Kepencengan

sangat positif)
4. Nilai kurtosis

Diketahui bahwasanya nilai P 10 adalah 0,315 dan P 90 adalah


0,074

K=

Q 3Q 1
0,1082,555
=
=0, 263
2 ( P 90P 10 ) 2 ( 0,0740,315 )

16

Anda mungkin juga menyukai