Anda di halaman 1dari 10

PENCEMARAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK

Kapal Tanker Showa Maru pada tahun 1975 di Selat Malaka dan
Sumur Minyak Montara 21 Agustus 2009
MARPOL ANNEX I

A. Pendahuluan
Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan
sedunia untuk memberikan perhatian lebih besar kepada lingkungan hidup,
mengingat kenyataan bahwa lingkungan hidup telah menjadi masalah yang perlu
ditanggulangi bersama demi kelangsungan hidup di dunia ini.
Salah satu bagian dari lingkungan hidup tersebut adalah laut. Laut
memiliki peran besar dalam penyediaan sumber daya alam yang tidak terbatas
bagi manusia. Pengelolaan sumber daya di laut memberikan manfaat yang besar
bagi manusia. Namun dalam pengelolaan lingkungan laut tersebut, tentunya
memiliki dampak terhadap lingkungan laut itu sendiri.
Memberikan perhatian dalam perlindungan dan pelestarian wilayah
lingkungan laut adalah salah satu cara untuk tetap mempertahankan dan
melestarikan sumber daya tersebut. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu alat
yang dapat mengontrol pihak yang melakukan pengelolaan lingkungan laut.
Antara lain adalah dengan diadakannya suatu perangkat hukum yang isinya
mengatur dan membantu dalam pelestarian lingkungan laut tersebut. Pencemaran
adalah salah satu masalah terbesar dalam pelestarian lingkungan laut. Pencemaran
lingkungan laut semakin banyak mendapat perhatian dari mata dunia
internasional. Hal tersebut disebabkan oleh karena sekarang ini dampak yang
diakibatkan oleh aktifitas suatu negara dalam melakukan pengelolaan laut mulai
mengganggu ketersediaan sumber daya alam tersebut baik bagi negara pantai itu
sendiri maupun bagi negara-negara lain dalam hal ini adalah negara tetangga yang
bersinggungan garis pantainya.
Awalnya pencemaran yang sedikit mungkin tidak akan terlalu menjadi
masalah bagi negara pantai maupun negara lain, hal ini dikarenakan laut masih
memiliki kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri, dengan tetap
mempertahankan fungsi dari laut itu sendiri. Dewasa ini seiring dengan
meningkatnya teknologi membuat pemakaian laut semakin tinggi dan berakibat
masuknya zat-zat baru ke dalam laut, ditambah zat-zat yang sebelumnya telah ada
mengakibatkan penumpukan yang membuat laut menjadi kotor dan berkurang
kualitasnya sehingga berpengaruh kepada daya guna serta fungsi dari laut itu
sendiri.

Sumber daya alam harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut, kondisi yang menghubungkan bagi hakikat
laut, juga sistem pengelolaan dalam mengupayakan sumber daya alam yang ada.
Tumbuhnya kesadaran yang diciptakan mengordinasikan laut ataupun dalam
memenuhi kebutuhan dari laut, merupakan langkah untuk mewujudkan
pelestarian lingkungan laut, sekalian sumber yang terkandung dalam laut tidak
terbatas. Cara mengupayakan laut misalnya penangkapan ikan, jenis ikan yang
berlebihan dengan menggunakan pukat harimau sangatlah berbahaya dan dapat
menimbulkan kepunahan itu tidak dapat dirasakan dalam jangka waktu yang
pendek.

B. Pembahasan

Pencemaran lingkungan laut sangat mendapat perhatian dunia dewasa ini,


apakah itu secara Nasional, Regional maupun Internasional disebabkan
karenadampak yang ditimbulkannya terhadap kelestarian lingkungan dan manfaat
darisumber daya alam yang ada di laut menjadi terganggu baik untuk
kepentingannasional negara pantai maupun bagi umat manusia keseluruhannya.
Peningkatan pemanfaatan laut untuk kehidupan suatu bangsa berdasarkan
fungsi-fungsinya dapat berpengaruh langsung bagi lingkungan laut beserta biotabiota yang ada didalamnya. Awalnya pemanfaatan laut tidak merupakan masalah
bagi kehidupanmanusia. Hal ini dikarenakan laut masih mampu membersihkan
dirinya sendiritanpa mengubah serta mempengaruhi sifat dan fungsi laut
sebagaimana semula. Akhir-akhir ini dikarenakan tingkat pemakaian laut yang
semakin tinggi membawa masuknya zat-zat baru kedalam laut ditambah lagi zatzat yang telahada menyebabkan laut tidak mampu lagi membersihkan dirinya
sehingga laut menjadi kotor, yang ada kalanya sampai pada tingkat perobahan
pada fungsi laut.
Saat itu laut akan menjadi sumber masalah yang mengancam kehidupan
manusia, sehingga timbul masalah baru bagi kehidupan manusia yaitu
pencemaran laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas
manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah
pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang
berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua
negara pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut.
Lingkungan laut selain merupakan sumber kekayaan alam, juga merupakan
sarana penghubung, media rekreasi dan lain sebagainya, karena itu sangat penting
untuk melindungi lingkungan laut, misalnya perlindungan terhadap lingkungan
laut dari pencemaran yang bersumber dari kapal, hal ini dilakukan agar
pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dapat dinikmati secara berkelanjutan.
Berdasarkan Peraturan MARPOL 73/78 tentang Pencemaran Laut
ditimbulkan dari kecelakaan kecelakaan kapal tangki minyak ( tankers ).
Walupun hal ini mungkin memberikan prosentasi kontribusi secara komparatif
yang kecil dari total minyak yang masuk ke laut dalam satu tahun, konsekuensi

dari suatu kecelakaan dapat mendatangkan melapetaka pada daerah terdekat,


khususnya jika kapal yang terlibat adalah salah satu yang berukuran besar dan
kecelakaan terjadi di dekat pantai; contohnya: kecelakaan kecelakaan kapal
tangki minyak ( tangkers ) seperti Torrey Conyon (1967), Amoco Cadiz
(1978) dan Exxon Valdez (1989).
Secara umum, masalah perlindungan lingkungan laut juga diatur
dalamDeklarasi Stockholm 1972 dalam asas nomor 7 disebutkan bahwa setiap
negara berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan guna mencegah
pencemaran laut yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia,
sumber kekayaan hayati laut terhadap penggunaan lingkungan laut. Perhatian
bangsa-bangsa terhadap tindakan eksplorasi dan ekploitasi dasar laut untuk
menemukan dan mengambil minyak bumi diawali saat tindakan pemerintah
Amerika Serikat yang mengeluarkan Proklamasi Truman tahun 1948 tentang
Continental Self. Tindakan ini bertujuan mencadangkan kekayaan alam pada dasar
laut dan tanah dibawahnya yang berbatasan dengan pantai Amerika Serikat untuk
kepentingan rakyat dan bangsa Amerika Serikat, terutama kekayaan mineral
khususnya minyak bumi. Tindakan ini didasarkan atas pendapat ahli-ahli geologi
minyak bumi yang menyatakan bahwa bagian-bagian tertentu dari dataran
kontinen diluar batas 3 mill mengandung endapan-endapan minyak bumi yang
sangat berharga. Tindakan itu memungkinkan untuk mengeksploitasi secara
teratur suatu daerah dibawah permukaan laut (sub marine area) yang luasnya
750.000 mill persegi yang ditutup oleh air yang dalamnya tidak lebih dari 100
fathom (200 mill).
Peningkatan yang telah dicapai manusia dalam mengeksploitasi minyak
bumi di dasar laut tidak lepas dari suatu resiko. Resiko penggunaan teknologi
pengeboran minyal lepas pantai dan penggunaan kapal-kapal tanker pengangkat
minyak menyebabkan pencemaran laut yang tentunya akan menurunkan kualitas
dan kuantitas sumber daya alam hayati dan nabati yang menjadi objek untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kasus pencemaran lingkungan laut baru mendapat perhatian yang serius
dari Negara Indonesia adalah sejak terjadinya kecelakaan Kapal Tanker Showa
Maru pada tahun 1975 di Selat Malaka, yang menyebabkan kerusakan lingkungan

laut Indonesia yang sangat parah sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat
besar yang harus di derita oleh lingkungan laut Indonesia.
Dalam kasus ini, Indonesia tidak bisa menuntut ganti rugi kepada pemilik
kapal, dikarenakan waktu itu negara kita belum ada undang-undang yang
mengatur tentang pencemaran lingkungan.Perlindungan terhadap lingkungan laut,
selain upaya yang dilakukan secara nasional, juga diperlukan kerjasama regional
maupun global, baik secara teknis langsung dalam menangani kasus pencemaran
lingkungan laut, maupun dalam menangani kasus pencemaran lingkungan laut,
maupun dalam merumuskan ketentuan-ketentuan internasional, guna melindungi
lingkungan laut.
Sekitar dua tahun yang lalu, masalah pencemaran laut akibat tumpahan
minyak kembali terulang dalam perairan wilayah Indonesia. Tepatnya pada
tanggal 21 Agustus 2009 sumur minyak Montara yang bersumber dari Ladang
Montara (The Montara Well Head Platform) di Blok West Atlas Laut
Timorperairan Australia bocor dan menumpahkan minyak jenis light crude oil.
Tumpahan minyak tersebut meluas hingga perairan Celah Timor (Timor Gap)
yang merupakan perairan perbatasan antara Indonesia, Australia dan Timor Leste.
Luas efek cemaran tumpahan minyak dari sumur yang terletak di Blok Atlas
BaratLaut Timor tersebut sekitar 75% masuk wilayah perairan Indonesia.
Pencemaran ini menjadi masalah yang penting bagi Bangsa
Indonesia,karena telah mencemari Lingkungan Laut Indonesia yang memasuki
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Landasan filosofis berdasarkan pasal 192
United Nations Convention on the Law of The Sea (UNCLOS), dinyatakan bahwa
setiap Negara harus menjaga lingkungan laut, yang berarti bahwa dalam pasal ini
memberikan penekanan bahwa ekosistem laut merupakan bagian yang wajib
dijaga dan dilestarikan oleh setiap negara.
Tumpahan minyak yang berasal dari ladang minyak montara, di Laut Timor
di lepas pantai utara Western Australia, disebabkan oleh suatu ledakan pada
tanggal 21 Agustus 2009. Akibatnya terjadi kebocoran sekitar 400 barrels minyak
mentah setiap harinya sampai akhirnya berhasil ditutup 74 hari kemudian.
Perkiraan tentang luasnya wilayah yang tertutup lapisan minyak berkisar antara
6,000 km menurut Australian Maritime Safety Authority (AMSA), 28,000 km

berdasarkan pencitraan satelit, sampai 90,000 km menurut World Wildlife Fund


(WWF). Sejumlah besar lapisan minyak tersebut memasuki perairan yang berada
dibawah yurisdiksi Indonesia, dan diperkirakan mengakibatkan kerugian pada
mata pencaharian dari sedikitnya 18,000 nelayan, dan yang masih memerlukan
estimasi kerugian terhadap lingkungan laut itu sendiri.
Pemerintah Indonesia mengancam akan melaporkan perusahaan asal
Australia, Montara, akibat meledaknya sumur minyak tersebut ke forum
internasional jika solusi belum juga tercapai. Ini merupakan suatu tindakan
tegasdari Indonesia dalam menghadapi Pencemaran Lingkungan yang terjadi
dalam yurisdiksi wilayah Indonesia. Pengaturan mengenai perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup di laut Indonesia terdapat pada UU No. 23/1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 5/1983 Tentang Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE), UU No. 9/1985 Tentang Perikanan, UU No.5/1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, UU No. 6/1996 Tentang
Perairan Indonesia, serta UU No.21/1992 Tentang Pelayaran. Yang semua ini telah
diratifikasi Indonesia. Mengenai tanggung jawab dan ganti rugi pencemaran
lingkungan laut belumsecara khusus diatur dalam UU tersebut.
Secara garis besar, bentuk kerugian akibat kebocoran sumur minyak
Montara dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu kerugian dari segi ekonomi
dan kerugian dari segi lingkungan. Kerugian ekonomi dapat diidentifikasikan dari
sisi hasil panen rumput laut kering petani setempat. Menurut data yang ada,
sebelum terjadi pencemaran, petani rumput laut di Rote Ndao dapat memproduksi
7334 ton rumput luat kering per tahun. Pada tahun 2009, atau setelah pencemaran
terjadi, produksi turun hingga 1512 ton. Bahkan, hingga Juni 2010, produksi
rumput laut kering di Rote baru mencapai 341,4 ton.
Kerugian dari aspek lingkungan dapat diidentifikasi dari kerusakan
ekosistem laut tercemar. Tumpahan minyak ladang Montara telah mengakibatkan
rusaknya wilayah budidaya rumput laut, terumbu karang, serta kawasan vegetasi
magrove. Lebih mengkhawatirkan terkait dengan rilisan data dari Kementerian
Perikanan dan Kelautan, bahwa terdapat kandungan zat PHA yang mencemari laut
Timor. PHA adalah zat yg menyebabkan kanker dan jumlahnya sudah di atas
ambang batas.

Intinya bahwa tumpahan minyak dari blok Montara yang masuk ke wilayah
perairan Indonesia di lautan NTT telah mengakibatkan kerugian ekonomi dan
sosial bagi kurang lebih 17.000 warga NTT dan juga kerusakan lingkungan yang
berdampak tahunan. Bencana ini merugikan ribuan nelayan dan pembudidaya
rumput laut di NTT, menurunkan fungsi kelautan, mematikan biota laut, dan
menurunkan keanekaragaman hayati, serta berpotensi menimbulkan dampak
turunan berupa pengangguran dan menambah angka kemiskinan.
Menyikapi permasalahan dampak pencemaran laut akibat kebocoran kilang
minyak perusahaan Australia di Celah Timor, Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur menyatakan pandangannya sebagai
berikut:
a.

Apabila pemerintah Indonesia terus mendiamkan masalah ini maka


akan menjadi sebuah bom waktu yang pada saatnya bisa saja
menimbulkan masalah di kawasan segitiga Indonesia, Timor Leste dan

b.

Australia,
Konflik internal antara masyarakat Timor Barat di NTT dengan
Timor Leste bisa saja terjadi setiap saat yang dipicu oleh adanya rasa
ketidakadilan terhadap pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam, berupa
minyak dan Gas Bumi di Laut Timor, yaitu meskipun Timor Barat
merupakan salah satu stakeholder di Laut Timor namun tidak pernah

c.

mendapatkan hasil dari kekayaan alam yang ada


Kepentingan universal Celah Timor adalah isu pelestarian dan
kerusakan lingkungan yang akan berdampak langsung terhadap
ekosistem dan kehidupan berbagai makhluk hidup dan biota laut

d.

lainnya yang harus mendapatkan perlindungan dan


Bahwa dampak pencemaran laut akibat kebocoran kilang minyak
perusahaan Australia di Celah Timor harus dipandang sebagai
permasalahan pelanggaran Hak Asasi Manusia bagi masyarakat di

Pulau Timor, Rote, Alor dan Sabu.


Pernyataan bentuk tanggung jawab pemerintah Indonesia dalam hal ini
Kementerian Perhubungan akan mengajukan klaim ganti rugi kepada perusahaan
asal Australia, Montara. Disampaikan oleh Menteri Perhubungan Freddy Numberi
bahwa Pemerintah Indonesia mengajukan klaim ganti rugi sebesar Rp 23 triliun

kepada perusahaan asal Australia, Montara, akibat meledaknya sumur minyak di


Celah Timor sejak 21 Agustus 2009 lalu. Perundingan mengenai ganti rugi
tersebut akan digelar di Australia 16 Desember mendatang.
Pihak masyarakat Kupang, NTT setempat juga ikut mengambil bagian untuk
menuntut ganti kerugian terhadap perusahaan minyak Australia ini. Sebuah LSM
yang bernama Yayasan Peduli Timor Barat di bawah pimpinan Ferdi Tanoni turut
mengirimkan surat pengaduan kepada pemerintah Australia melalui sebuah komisi
yang khusus menangani meledaknya sumur minyak yang bernama Komisi
Penyelidik Montara. Menurut Tanoni, dalam laporan Komisi Penyelidik Montara
setebal 389 halaman tersebut seluruh isinya hanya menyebutkan tentang dampak
dari tumpahan minyak Montara di perairan Australia, dan memberi sanksi berat
kepada PTTEP Australia atas kecerobohannya dalam mengeksploitasi ladang
Montara. Dan ironisnya, hanya satu alinea saja yang menyinggung tentang adanya
kemungkinan tumpahan minyak tersebut merembes ke perairan Indonesia. Isi
laporan tersebut juga dinyatakan bahwa Pemerintah negara bagian Australia Utara
juga diminta pertanggung jawabannya sebagai pihak pemberi izin kepada operator
ladang minyak Montara, PTTEP Australia karena lalai dalam melakukan
pengawasannya.
Masalah pencemaran minyak di Laut Timor adalah murni menyangkut nasib
para nelayan dan petani rumput laut yang ada di Nusa Tenggara Timut. Secara
khusus pengaturan mengenai penerapan ganti rugi atas pencemaran lingkungan
laut sangat perlu ditangani segera, guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan mengingat banyaknya kecelakaan dan kandasnya kapal berakibat
tumpahnya minyak ke laut agar lebih dipahami.
Lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati oleh makhluk hidup
bersama dengan benda tak hidup lainnya. Kehidupan yang ditandai dengan
interaksi atau hubungan timbal balik,yang teratur antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang disebut hubungan ekosistem. Indonesia sebagai Negara
kepulauan yang memiliki laut teritorial yang diukur dari pulau-pulau terluar dan
memiliki kedaulatan penuh atas pulau-pulau terluar tersebut. Kedaulatan suatu
Negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan dalam hal

suatu Negara Kepulauan, perairan kepulauannya, meliputi pula suatu jalur laut
yang berbatasan dengannya dinamakan laut territorial. Luas wilayah laut
Indonesia dapat dirinci menjadi 0,3 juta km laut territorial, 2,8 juta km perairan
nusantara dan 2,7 km Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya
lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat
racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sangat banyak. Lingkungan
memang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi limbah yang dibuang
kedalamnya, namun kemampuaan tersebut pastilah sangat terbatas, apabila jumlah
dan kualitas limbah yang dibuang kedalam lingkungan tersebut telah melampaui
batas kemampuannya untuk mengabsorbsi maka dikatakanlah lingkungan itu
tercemar. Merupakan suatu kenyataan bahwasetiap bagian lingkungan hidup
sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan.

C. Kesimpulan
Dampak pencemaran di laut akibat tumpahan minyak yang bersifat lintas
batas negara dapat bahwa tumpahan minyak di laut dapat menimbulkan polusi
dengan bahaya yang beragam. Dan jenis polutan dari minyak bumi itu bisa
bersumber dari fraksi ringan, fraksi berat dan logam berat. Dan ini semua
memberi ancaman bagi ekosistem kelautan, misalnya terganggunya kehidupan
fitoplankton, terumbu karang, mangrove, rumput laut dan padang lamun,
kehidupan ikan dan spawning ground. Bagi masyarakat, lanjut Rompas,
dampaknya berupa pendapatan nelayan menurun, kehilangan pekerjaan, gangguan
kesehatan, estetika perairan rusak, dan ekonomi keluarga terganggu.

Anda mungkin juga menyukai