Anda di halaman 1dari 31

PERCOBAAN VIII

Judul

: Reaksi Reaksi Aldehid Dan Keton

Tujuan

: Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus paham mengenai:


1.

Azas - azas reaksi dari senyawa karbonil

2.

Perbedaan antara reaksi aldehid dan keton.

3.

Jenis-jenis

pengujian

kimia

sederhana

yang

dapat

membedakan aldehid dan keton.


Hari/Tanggal : Rabu/ 18 November 2014
Tempat

: Laboraturium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Salah satu gugus fungsi yang kita ketahui yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu
senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau
dua buah atom hidrogen. Nama IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana
dengan mengganti akhiran ana dengan al. Nama umumnya didasarkan nama
asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C
sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik
(Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol
primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi

aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti


piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer
menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus
sebuah alkil. Keton juga dapat
O alkil, dua gugus alkil, atau O
dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua
||
||
karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen y ang terikat pada gugus
karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na 2Cr2O7) dan
kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).

O
O
O
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
|| oksidasi untuk membedakan
||
||
reduksi. Reaksi
aldehida dan keton.
Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi
R C CH R`
R C OH +
HO C R`
menjadi tiga bagian2 yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon
dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif
dari yang lain (Fessenden, 1997).
Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom
hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi sedangkan

keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton
terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).
Pereaksi Tollens, yaitu larutan ion perak beramonia, direduksi oleh aldehid
menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang
bersangkutan. Keton tidak dioksidasi oleh pereaksi ini.
O

||

||

R C H + 2 Ag(NH3)2+ -OH

R C O- +NH4 + 2 Ag + 3 NH3 + H2O


cermin perak

Bila pengujian dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang encer, dan


di dalam tabung reaksi yang besih, perak akan mengendap berupa cermin pada
dinding tabung.
Oksidasi bisa juga dilakukan dengan ion Cu (II) di dalam larutan alkali.
Agar supaya tembaga tidak mengendap sebagai hidroksid, ia ubah menjadi ion
kompleks dengan tartarat (pereaksi Fehling) atau dengan sitrat (pereaksi
Benedict). Aldehid akan mereduksi tembaga, biasanya larutan yang berwarna biru
akan berubah menjadi hijau dan lambat laun terjadi endapan Cu(II) oksida, Cu 2O,
yang berwarna merah bata. Keton yang sederhana tidak akan terjadi reaksi ini
walaupun beberapa hidroksi keton dan karbohidrat akan bereaksi.
O

||

||

R C H + 2 Cu2+ + 5 OH-

R C O` + Cu 2O +

(Syahmani, 2014)
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
1. Rak tabung reaksi

8 buah

2. Tabung reaksi

22 buah

3. Erlenmeyer 100 mL

2 buah

4. Gelas ukur 10 mL

6 buah

5. Pipet tetes

9 buah

6. Gelas kimia berbagai ukuran

1 buah

7. Batang pengaduk
8. Penangas air
9. Hot plate
Bahan yang digunakan :
1. Iodium Iodida
2. AgNO3 5%
3. Fehling A dan B
4. NH3
5. Formalin
6. Formaldehid

8 buah
2 buah
1 buah

7. Sikloheksanon
8. Benzaldehid
9. Aseton
10. NaOH 5%
11. Benedict

III.

PROSEDUR KERJA
1. Uji cermin perak, Tollens
a. Menyiapkan empat tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens (cara
membuat: menyiapkan satu tabung reaksi yang bersih sekali, ke dalam
2 mL larutan perak nitrat 5% menambahkan 2 tetes larutan NaOH 5%,
lalu menambahkan 3 tetes sambil diaduk larutan amonia pekat agar
larut pengujian akan gagal kalau terlalu banyak amonia
ditambahkan)
b. Menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin, dengan
jalan menambahkan masing-masing dua tetes bahan tersebut ke dalam
tabung uji.
c. Mengaduk campuran, dan mendiamkan selama 10 menit.
d. Bila reaksi tidak terjadi, memanaskan tabung dalam pemanas air
selama 5 menit.
e. Mengamati apa yang terjadi.
2. Uji fehling dan benedict
a. Ke dalam masing-masing dari empat tabung reaksi menambahkan 5
mL pereaksi benedict (cara membuat: melarutkan 173 gram natrium
sitrat dan 100 gram natrium karbonat dalam 750 aquades, mengaduk,
menyaring, lalu ke dalam filtrat menambahkan perlahan larutan 17,3
gram CuSO4.5H2O dalam 100 mL air, mengencerkan hingga volume
total 1 liter) atau;
b. 5 mL pereaksi fehling yang masih fresh (cara membuat: larutan A=69
gram CuSO4.5H2O dalam 1 liter air suling. Larutan B=346 gram

natrium kalium tartarat atau garam Rochelle di dalam larutan NaOH


10%) artinya pereaksi fehling A dan B sama banyak baru dicampur.
c. Ke dalam masing-masing tabung menambahkan 5 tetes bahan yang
akan diuji. Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama
10-15 menit.
d. Menguji formaldehid, aseton, dan sikloheksanon.
3. Reaksi Haloform
Kepada 5 tetes aseton dalam 3 mL larutan NaOH 5%, menambahkan
sekitar 10 mL larutan iodium iodida (cara membuat: melarutkan 25 gram
iodium di dalam larutan 50 gram kalium iodida dalam 200 mL air) sambil
menggoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi.
Iodoform yang berwarna kuning akan mengendap dan baunya yang khas.
IV.

HASIL PENGAMATAN
No

Perlakuan
.
1. Uji cermin perak, Tollens

Hasil Pengamatan

1.

2 mL AgNO3 + 2 tetes NaOH 5%

- Terbentuk endapan coklat

2.

Menambahkan NH3 3 tetes

- Terbentuk warna coklat dan


masih terdapat endapan

3.

Memasukkan 0,5 mL pereaksi


Tollens ke dalam tabung reaksi,
kemudian memasukkan 2 tetes:
a. Sikloheksanon

- Tidak terbentuk cermin perak

b. Formalin

- Terbentuk cermin tanpa

c. Benzaldehid

dipanaskan
- Terbentuk endapan kuning, tidak

d. Aseton

terbentuk cermin
- Tidak terbentuk cermin, terdapat

4.

Memanaskan campuran yang


tidak terbentuk cermin setelah
didiamkan 10 menit;

endapan hitam seperti pasir

a. Benzaldehid
b. Aseton

- Tidak terbentuk cermin

c. Sikloheksanon

- Tidak terbentuk cermin


- Tidak terbentuk cermin dan ada
bau khas amonia

2. uji fehling dan benedict


(Benedict)
1.
Memasukkan 5 mL reagen

- larutan berwarna biru muda

benedict ke dalam masing-masing


2.

tabung reaksi.
Menambahkan 5 tetes sampel
a. Formaldehid
b. Aseton
c. Sikloheksanon

3.

- Warnanya berubah menjadi hijau


- Tidak terjadi perubahan apa-apa
- Terdapat lapisan pada bagian atas,
warna larutan tidak berubah

Memanaskan campuran benedict


dengan sampel:
a. Aseton
b. Sikloheksanon
c. Formaldehid
1.
2.

- Dalam waktu 10 menit 49 detik


tetap tidak ada reaksi
- Dalam waktu 15 menit tetap tidak
ada perubahan
-Dalam waktu 15 menit, terbentuk
endapan merah bata pada bagian
bawah

(Fehling)
Memasukkan 4 mL larutan

-Larutan biru

fehling ke dalam 3 tabung reaksi


Menambahkan 5 tetes sampel ke
-Larutan biru tua keruh
-Larutan biru tua
a. Tabung 1 + 5 tetes formaldehid -Larutan biru tua dan terdapat dua
b. Tabung 2 + 5 tetes aseton
lapisan
c. Tabung 3 + 5 tetes
dalam 3 tabung reaksi

3.

sikloheksanon
- Larutan bening dan terdapat
Memanaskan tabung reaksi yang

endapan merah bata di dasar

tidak terjadi reaksi (tidak

tabung
- Larutan tetap berwarna biru tua
- Larutan tetap berwarna biru tua

bereaksi)

a. Tabung 1 + 5 tetes formaldehid dan tetap terdapat dua lapisan


b. Tabung 2 + 5 tetes aseton
c. Tabung 3 + 5 tetes
sikloheksanon
3. Reaksi haloform
Memasukkan 5 tetes aseton ke
1.

-Larutan bening

dalam labu erlenmeyer 100 mL


Menambahkan 3 mL larutan

-Larutan bening

NaOH 5% ke dalam erlenmeyer


Menambahkan sekitar 10 mL
2.

3.

-Larutan coklat

larutan iodium iodida ke dalam


erlenmeyer

-Larutan coklat terdapat endapan

Menggoncang-goncangkan

berwarna kuning. Baunya seperti

erlenmeyer sampai warna coklat

bau betadine

tidak hilang lagi

4.

V. ANALISIS DATA
1. Uji cermin perak, Tollens
Formalin
Pada pengujian formalin (formaldehid ditambah air) dengan reagen tollens
terbentuk cermin perak. Reagen ini akan mengoksidasi aldehid menjadi
garam asam karboksilat, dan ion perak akan direduksi menjadi logam perak.
Oksidasi ini terjadi dikarenakan adanya atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil dan dapat dilepas dengan mudah pada proses oksidasi.
Banyaknya jumlah endapan pada didinding tabung dikarenakan gugus
karbonil pada formalin lebih kurrang terlindung daripada gugus karbonil pada
benzaldehid. Jadi akan lebih mudah memutus ikatan H pada formaldehid.
Persamaan reaksinya

Benzaldehid
Pada pengujian benzaldehid dengan reagen tollens tidak terbentuk cermin
perak melainkan hanya endapan kuning bahkan setelah dilakukan pemanasan
tetap tidak terbentuk cermin perak. Reagen ini seharusnya mengoksidasi
aldehid menjadi garam asam karboksilat, dan ion perak akan direduksi
menjadi logam perak. Oksidasi ini seharusnya terjadi dikarenakan adanya
atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil dan dapat dilepas dengan
mudah pada proses oksidasi. Reagen Tollens mampu mengubah ikatan C-H
pada aldehid menjadi ikatan C-O. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding tabung reaksi.
Persamaan reaksinya :

Aseton dan Sikloheksanon


Pada pengujian aseton dan sikloheksanon dengan reagen tollens tidak
+
2Ag(NHHal
+ 2Ag
+ 2NH
3)2OH
3
terbentuk cermin+ perak.
ini dikarenakan oleh
aseton
memiliki
gugus
keton, dimana reagen Tollens merupakan oksidator lemah. Sedangkan keton
dapat bereaksi dengan oksidator kuat yang akan menghasilkan dua asam
karboksilat yang masing-masing mengandung atom karbon yang jumlanya
lebih sedikit daripada keton semula. Hasil dari pengujian Tollens adalah, jika
yang diuji merupakan senyawa keton, maka tidak ada perubahan pada larutan
tersebut tetap tidak berwarna.
Persamaan reaksinya :
Persamaan reaksinya :
CH3COCH3(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq)
2. Uji pereaksi Fehling
Reagen Fehling
+ Ag(NH3)2OH
Reagen fehling terdiri atas
fehling A yang terdiri dari CuSO 4 dalam air,
H2SO4 dan fehling B yang terdiri dari Kalium Natrium tartarat, KOH dalam
air, berupa larutan yang berwarna biru tua. Reagen Fehling merupakan

kompleks ion Cu2+ tartrat dalam larutan asam. Ion Cu2+ bersifat oksidator
lemah, sehingga ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak
dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen tollens. Selain itu
aldehid dapat mereduksi fehling, sedangkan keton tidak dapat mereduksi
fehling. Ion Cu2+ direduksi menjadi Cu2O (endapan merah bata).
Persamaan reaksinya adalah:
Formaldehid
RCOH
+ 2Cu2+ +pertama,
5OH- pengujian
RCOH- +ragen
Cu2Ofehling
+ 3H2Oterhadap formaldehid
Pada
percobaan
larutan berwarna biru tua keruh dan setelah dilakukan pemanasan terbentuk
endapan berwarna merah bata. Ini berarti formaldehid dapat bereaksi dengan
pereaksi fehling. Hal ini dikarenakan formaldehid memiliki gugus aldehid.
Dimana formaldehid dapat dioksidasi oleh ion Cu2+ dalam pereaksi fehling,
karena formaldehid mempunyai atom hidrogen yang terikat langsung pada
karbon karbonilnya. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi
Cu2+, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata.
Persamaan reaksinya adalah:
O
H

H + 2Cu + 5OH
2+

C
O- + Cu2O + 3H2O

Endapan Merah bata


Aseton
Pada percobaan kedua, pengujian reagen fehling terhadap aseton tidak
terbentuk endapan, larutan yang dihasilkan berwarna biru tua. Hal ini karena
aseton memiliki gugus keton (tidak mempunyai atom H yang terikat langsung
pada atom C karbonilnya) sehingga tidak mengalami oksidasi. Aseton dalam
reagen fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk
endapan.
Persamaan reaksi :

CH3COCH3 +2Cu2+ + 5OH-

Sikloheksanon
Pada pengujian reagen fehling terhadap sikloheksanon tidak terbentuk
endapan melaikan seperti ada lapisan, larutan yang dihasilkan berwarna biru
tua. Hal ini karena siklheksanon memiliki gugus keton (tidak mempunyai
atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya) sehingga tidak
mengalami oksidasi. Sikloheksanon dalam pereaksi fehling tidak dapat
mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan.
Persamaan Reaksi:

O + 2Cu2+ + 5OH3.Uji Benedict


Benedict merupakan oksidasi kuat yang dapat membentuk Cu2+
yang kemudian tereduksi menjadi ion Cu+. Pada reaksi ini gugus
karbonil bebas di dalam reagent aldehid berubah menjadi etanol.
Pereaksi benedict-nya bersifat nukleofil yang dapat mengubah ikatan

O
C

menjadi

O-

yang

ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Keton yang


sederhana tidak akan terjadi reaksi ini.
Pada penambahan formaldehid ke dalam 5 mL pereaksi benedict
maka terbentuk dua lapisan. Hal ini menunjukkan bahwa formaldehid
dapat bereaksi membentuk Cu2O pada lapisan bawah. Namun, larutan
yang terbentuk tetap berwarna biru dan endapan merah bata tidak

terbentuk. Hal ini dikarenakan partikel Cu2O yang terbentuk belum


banyak, sehingga tidak mampu menghasilkan endapan pada dasar
tabung. Kemudian memanaskan selama 15 menit dan terbentuk endapan
merah bata pada bagian bawah. Hal ini dikarenakan partikel Cu 2O yang
terbentuk lebih banyak dari sebelumnya, sehingga menghasilkan
endapan merah bata pada bagian bawah.Reaksi yang terjadi.
O

H C H + 2Cu2+ + 5OH- H C O- + Cu2O + 3H2O

Sedangkan untuk aseton dan sikloheksanon, larutan yang didapat


tetap berwarna biru dan tidak terbentuk lapisan pada saat pencampuran
maupun setelah dilakukan pemanasan selama 15 menit. Tidak adanya
lapisan ini menunjukkan bahwa tidak adanya Cu2O yang terbentuk,
berarti aseton dan sikloheksanon tidak bereaksi.

CH3 C CH3 + 2Cu2+ + 5OH-

O + 2Cu2+ + 2OH-

4. Reaksi Haloform
Uji reaksi haloform menggunakan iodin, sehingga dapat disebut dengan uji
iodoform. Uji iodoform ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
aldehid dan keton untuk diionisasi. Syarat suatu senyawa untuk diionisasi
atau menunjukkan uji positif terhadap uji iodoform adalah ditandai dengan
terbentuknya endapan kuning.
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon untuk aldehid dan keton
dapat diganti oleh unsur halogen dalam larutan basa. reaksi ini dapat berjalan
dengan cepat karena adanya pengaruh tarikan elektron pada unsur halogen,
sehingga atom hidrogen pada atom karbon menjadi lebih bersifat asam yang
menyebabkan atom hidrogen mudah diganti oleh unsur lain, seperti iod.
Umumnya reaksi yang berjalan digunakan untuk menunjukkan adanya
metil keton (R-CO-CH2). Senyawa tersebut bila direaksikan dengan iodium
dan basa akan membentuk hablur dari iodiumnya yang berwarna kuning.
Karena reagen dalam reagen dalam reaksi ini dapat merupakan oksidator,
maka alkohol yang mengandung gugus CH(OH)-CH 2 akan mudah
teroksidasi menjadi metil keton (-CO-CH 3) yang berarti alkohol itu
mengandung gugus metil, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

O
H3C

H3C

CH3 + I2 + 3NaOH

C
I

+ 3H2O

+ 3NaI
VI.

KESIMPULAN
1. Untuk membedakan aldehid dan keton dapat dilakukan dengan cara
diantaranya uji tollens, uji benedict, uji fehling dan reaksi haloform.

2. Pada uji tollens (uji cermin perak) menghasilkan bahwa pada sampel
formalin (+) menjadi cermin perak dan benzaldehid, aseton dan
sikloheksanon (-). Pada benzaldehid seharusnya (+) akan tetapi mungkin
dikarenakan kurang bersihnya tabung reaksi maka hasilnya (-).
3. Pada uji fehling formaldehid menghasilkan reaksi (+) dan pada sampel
aseton dan sikloheksanon menghasilkan reaksi (-).
4. Pada uji iodoform aseton membentuk endapan iodoform berwarna kuning
dan bau khas seperti betadine.
5. Aldehid memiliki bau yang merangsang sedangkan keton memiliki bau
yang harum.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik.


Bina Aksara, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 1 Edisi
Keempat. Erlangga, Jakarta.
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru, Jakarta
Syahmani, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik. FKIP UNLAM,
Banjarmasin.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Bandung, ITB.

LAMPIRAN
Pertanyaan Prapraktek:
1. Tuliskan struktur umum aldehid dan keton, serta tunjukkan gugus fungsinya.
2. Jelaskan reaksi oksidasi pada aldehid dan keton.
3. Jelaskan prinsip dasar dari reaksi kondensasi aldol dari molekul aldehid atau
keton.
Pertanyaan Pascapraktek:
1. Tulis persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi berikut:
a. Reaksi Tollens dengan formaldehid
b. Reaksi Fehling dengan heptaldehid
c. Sintesis senyawa adisi aseton-bisulfit
d. Sintesis benzaldehid fenilhidrazon
e. Sintesis sikloheksanol-oksim
f. Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon
2. Tulis mekanisme reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehid yang
dikatalisa dengan basa!
3. Dapatkah pengujian iodoform membedakan: metanol dari etanol dan
isopropanol dari n-butanol? Jelaskan!
4. Apakah peranan dari natrium asetat di dalam sintesis oksim?

Jawaban Pertanyaan Prapraktek


1. Struktur umum aldehid dan keton adalah :
a)

Aldehida

O
||

b)

Keton

O
||

2. Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang


mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya sedangkan keton
tidak menjalankan reaksi yang serupa karena dalam oksidasi terjadi pemutusan
ikatan karbon karbon menghasilkan 2 asam karboksilat dengan jumlah
karbon yang masing masing sedikit dari keton semula ( keton siklik akan
menghasilkan suatu asam bikarboksilat ). Aldehid dapat dioksidasi oleh zat
pengoksida yang sangat lembut seperti Ag+ dalam pereaksi Tollens dan Cu2+
dalam pereaksi Benedict dan Fehling. Uji positif pereaksi Tollens ditandai
oleh terbentuknya cermin perak sedangkan uji positif pereaksi Benedict dan
Fehling ditandai oleh terbentuknya endapan merah bata dari Cu2O.

3. Suatu reaksi kondensasi adalah reaksi dimana 2 molekul atau lebih bergabung
menjadi 1 molekul yang lebih besar dengan atau tanpa adanya hilang suatu
molekul kecil. Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskan suatu molekul kecil dan dapat terjadi dengan syarat kedua molekul
yang bergabung harus sama-sama memiliki Hidrogen alfa. Proses pertama dari
reaksi ini adalah pembentukkan ion enolat dalam konsentrasi rendah. Ion
enolat akan bereaksi dengan suatu molekul aldehid yang lain dengan cara

mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida yang
kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol itu
sendiri.

Jawaban Pertanyaan Pascapraktek


1. Persamaan Reaksi
a) Reaksi Tollens dengan Formaldehid adalah :

||

||

H C H + 2 Ag(NH3)2+ -OH

H C O +NH4 + 2 Ag +

b) Reaksi fehling dengan heptaldehida

||

||

CH3(CH2)5 C H + 2 Cu2+ + 5 OH-

c) Pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit

CH3(CH2)5 C O-

OH

||

CH3 C CH3 + HSO3Na

CH3 C SO3Na+

d) Pembuatan benzaldehida fenilhidrazon

||

||

CH + H3N NHC6H5

C H3N

e) Pembuatan sikloheksanol-oksim

f) Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon

||

||

CH3(CH2)2 C CH3 + 3 I2

CH3(CH2)2 C O- +

2. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dari aseton dengan benzaldehida

||

||

||

C6H5 C H + CH3 C CH3

C6H5 CH=CH C CH3 + H2O

3. Pengujian Iodoform dapat dilakukan untuk membedakan methanol dari etanol.


Hal itu dikarenakan iod merupakan zat pengoksidasi lembut sehingga senyawa
apa saja yang dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga akan
menunjukkan uji positif. Reaksi uji Iodoform pada etanol akan menunjukkan
uji positif karena adanya gugus metil keton yang dapat diodinasi sampai
terbentuk Iodoform padat berwarna kuning. Sedangkan uji pada methanol
akan uji negatif karena tidak adanya gugus metil yang dapat diiodinasi.
Reaksinya adalah:

O
||

CH3OH

HCH

(uji

||

||

CHIodoform
CH3 untuk
CH
H C O - +dai n3CH2OH juga dapat digunakan
Uji
membedakan isopropanol
butanol dimana uji positif akan ditunjukkan pada pengujian isopropanol dan
uji negatif pada n-butanol. Reaksinya adalah :

CH3

||

||

CH3 CH OH

CH3 C CH3
O

CH3 C

||

CH3(CH2)2CH2 OH

CH3(CH2)2 C H

(uji negatif)

4. Peranan natrium dari pembuatan oksim adalah sebagai katalis agar terjadi
pengendapan.

FOTO-FOTO

Cermin perak, Tollens

Uji Fehling

Reaksi Holoform

Uji Benedict

FLOWCHART

1. Uji Cermin Perak


a)

Membuat pereaksi Tollens

2 m L AgNO3 5% + 2 tetes NaOH 5% + NH3 pekat tiga tetes


Memasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih sekali
mengaduk

Larutan pereaksi Tollens (keruh)

NB: Pengujian akan gagal kalau terlalu banyak menambahkan NH3

b)

Pengujian

2 tetes benzaldehid + larutan pereaksi Tollens


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Mengaduk campuran
Mendiamkan
Campuran
Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit
Mengamati yang terjadi

Tidak terbentuk cermin

2 tetes aseton + larutan pereaksi Tollens


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Mengaduk campuran
Mendiamkan
Campuran
Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit
Mengamati yang terjadi

Tidak terbentuk cermin

2 tetes sikloheksanon + larutan pereaksi Tollens


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Mengaduk campuran
Mendiamkan selama 10 menit

Larutan keruh
Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit
Mengamati yang terjadi
Tidak terbentuk Cermin

2 tetes formalin + larutan pereaksi Tollens


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Mengaduk campuran
Terbentuk cermin

2. Uji Fehling
a)

Membuat pereaksi fehling


1,739 gram CuSO4 + 25 mL air suling + H2SO4
Memasukkan ke dalam Erlenmeyer
Melarutkan
Larutan pereaksi fehling A

3,85 gram KOH + 8,75 gram K-Na Tartarat + 25 mL air suling


Memasukkan ke dalam Erlenmeyer
Melarutkan
Larutan pereaksi fehling B

NB: Mencampurkan fehling A dan fehling B dengan volume yang sama


banyak.

b)

Pengujian

4 mL pereaksi Fehling + 5 tetes formaldehid


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit

Larutan bening + endapan merah bata

4 mL pereaksi Fehling + 5 tetes aseton


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit

Larutan biru tua

4 mL pereaksi Fehling + 5 tetes sikloheksanon


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit

Campuran biru tua

3. Reaksi Haloform

5 tetes aseton + 3 mL NaOH 5% + 10 mL larutan iodium iodida


Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Menggoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi

Larutan coklat + endapan kuning

Anda mungkin juga menyukai