P.T. X
BERKEDUDUKAN DI JAKARTA
MAKALAH
Untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan
mata kuliah Perjanjian Kerja
1.
2.
3.
4.
Dibuat Oleh:
IMAN FIRMANSYAH
03/167418/HK/16317
BUDI WIBOWO HALIM 07/252561/HK/17596
M. IQBAL HASBI ASIDIQ 07/252485/HK/17579
MUDZAKIR
08/273528/EHK/00540
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian
DI JAKARTA
11
IV. KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
PERATURAN PERUSAHAAN
P.T. X
BERKEDUDUKAN DI JAKARTA
I. PENDAHULUAN
HukumPerburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak
yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja padaorang lain dengan
menerima upah.
Peristiwa perburuhan
merupakan suatu peristiwa hukum karena menimbulkan hak dan kewajiban bagi
buruh maupun majikan. Menurut Prof. Iswandari, hak merupakan setiap
kepentingan (belang) yang dilindungi hukum. Kepentingan sendiri merupakan
tuntutan perorangan atau kelompok yang diharaopkan akan dipenuhi. Sedangkan
kewajiban merupakan beban yang timbul dari suatu perikatan, baik perikatan
menurut undang-undang maupun perikatan berdasarkan perjanjian. Dalam hal ini,
hak dan kewajiban buruh dan majikan timbul dari hubungan perburuhan yang
berdasarkan perjanjian, berupa perjanjian kerja.
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pemberi
kerja/pengusaha/majikan yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
para pihak (Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan). Syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban mana diatur lebih spesifik dalam Peraturan Perusahaan dan
Perjanjian Kerja Bersama. Perjanjian Kerja sendiri tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama, dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 15 ayat 2 UU Ketenagakerjaan).
Peraturan Perusahaan dibuat oleh perusahaan yang memperkerjakan
minimal sepuluh (10) orang. Peraturan Perusahaan memuat syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban buruh dan pengusaha secara lebih rinci serta tata tertib
perusahaan, yang dibuat oleh pemberi kerja/pengusaha, dapat disusun dengan
1
2.
3.
4.
masa berlakunya peraturan perusahaan telah berakhir maka wajib dibuat peraturan
perusahaan yang baru atau dibuat perjanjian perburuhan. Kemudian Peraturan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi Nomor: PER02/MEN/1976 tentang Peraturan
Perusahaan dicabut oleh Peraturan menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi Nomor: PER-02/MEN/1978 tentang Peraturan Perusahaan dan
Perundingan Pembuatan Perjanjian Perburuhan.
Menurut Peraturan menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
Nomor: PER-02/MEN/1978 tentang Peraturan Perusahaan dan Perundingan
Pembuatan Perjanjian Perburuhan, peraturan perusahaan ialah peraturan yang
dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat
kerja serta tata tertib perusahaan. Setiap perusahaan yang mempekerjakan 25 (dua
puluh lima) orang buruh atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan.
Peraturan perusahaan harus disahkan oleh:
Memberitahukan isi peraturan perusahaan yang telah disahkan kepada buruhburuhnya di hadapan pegawai Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Perawatan Tenaga Kerja.
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Nomor:
KEP-
b.
b.
c.
syarat kerja;
d.
e.
karena
perumusannya
diserahkan
pada
pemerintah.Sehingga,materi/substansi
akan
para
pihak
lebih
tanpa
mendekati
Pengusaha
harus
menyampaikan
naskah
rencana
Peraturan
2.
3.
wakil
pekerja/buruh
yang
tidak
menjadi
anggota
serikat
pekerja/serikat buruh.
Adapun saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh terhadap naskah rancangan Peraturan Penisahaan hams
sudah diterima pengusaha dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal
diterimanya naskah rancangan Peraturan Perusahaan oleh wakil pekerja/buruh.
Dalam hal wakil pekerja/buruh telah menyampaikan saran dan
pertimbangan maka pengusaha memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
pekerja/buruh.
Apahila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari, wakil pekerja/ buruh
tidak memberikan saran dan pertimbangan, pengusaha dapat meminta pengesahan
Peraturan Perusahaan dengan melampirkan bukti bahwa telah minta saran dan
pertimbangan kepada wakil pekerja/buruh.
Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa wakil pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dapat tidak memberikan saran dan pertimbangan terhadap
Peraturan Perusahaan yang disampaikan oleh pengusaha.
3. Jumlah Peraturan Perusahaan
Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) Peraturan Perusahaan
yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal perusahaan memiliki cabang maka peraturan perusahaan induk
berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat Peraturan Perusahaan
turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan. Peraturan Perusahaan
induk memuat ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di seluruh cabang
perusahaan, sedangkan Peraturan Perusahaan turunan memuat pelaksanaan
Peraturan Perusahaan induk yang disesuaikan dengan kondisi cabang perusahaan
masing-masing. Dalam hal Peraturan Perusahaan induk telah berlaku di
dari
Kepala
Instansi
yang
bertanggung
jawab
di
bidang
masa
berlakunya
peraturan
perusahaan,
apabila
serikat
b.
wajib
mengajukan
pengesahan
pembaruan
Peraturan
Perusahaan.
6. Pengesahan Peraturan Perusahaan
Agar dapat berlaku di perusahaan, Peraturan Perusahaan harus disahkan.
Mengenai prosedur pengesahan Peraturan Perusahaan sebagai berikut:
1.
Pengusaha
harus
mengajukan
permohonan
pengesahan
Peraturan
Pemsahaan kepada:
a. Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan
Kepala
instansi
yang
bertanggung
jawab
di
bidang
tidak
mengajukan
permohonan
pengesahan
peraturan
YURIDIS ATAS
PERATURAN
PERUSAHAAN
PT.
X,
BERKEDUDUKAN DI JAKARTA
Peraturan Perusahaan yang akan dibahas Penulis adalah Peraturan
Perusahaan PT. X, berkedudukan di Jakarta, yakni perusahaan berbentuk badan
hukum Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta nomor 95, tanggal 25
Juli 1996, atas anggaran dasar tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia seperti ternyata dari Surat
Keputusan nomor C2-7956.HT.01.01.TH.97 tanggal 14 Agustus 1997 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor 9 tanggal 29 Januari
1998, Tambahan nomor 649 (selanjutnya disebut perusahaan). Pada saat peraturan
perusahaan ini dibuat yakni tanggal 03 Januari 2006, belum berlaku UndangUndang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sehingga Perusahaan ini
tunduk pada Undang-Undang nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(selanjutnya disebut UUPT lama). Peraturan Perusahaan ini dibuat oleh Direksi
yang telah diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengurus perseroan
(Pasal 1 ayat 4 UUPT lama), dalam hal ini diwakili oleh Presiden Direktur, sesuai
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
Nomor:
KEP-
Penerimaan
Karyawan;
Proses
Seleksi;
Pengangkatan
UU Ketenagakerjaan
Tanggapan
3.
UU Ketenagakerjaan
Tanggapan
Hubungan
kerja
antara
Karyawan dan perusahaan
terjadi
sejak
ditandatanganinya perjanjian
kerja oleh kedua belah pihak
dan akan berakhir pada saat
pemutusan hubungan kerja
oleh para pihak.
perselisihan
hubungan
industrial yang telah
mempunyai
kekuatan
hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau
kejadian tertentu yang
dicantumkan
dalam
perjanjian kerja, peraturan
perusahaan,
atau
perjanjian kerja bersama
yang dapat menyebabkan
berakhirnya
hubungan
kerja.
4.
mengatur
bahwa
ketentuan PP mengenai
PHK mengacu pada UU
Ketenagakerjaan,
sehingga tetap berlaku 4
keadaan
berakhirnya
perjanjian
kerja
di
samping.
5.
6.
UU Ketenagakerjaan
Pasal 25
Hari kerja
Tanggapan
Pekerja/buruh
yang
mangkir selama 5 (lima)
hari kerja atau lebih
berturut-turut
tanpa
7.
8.
Pemotongan
Upah;
dan
Pengganti
Upah
jika
Tetap
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
IV. KESIMPULAN
Peraturan Perusahaan ini sebagian besar sudah mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tidak hanya UU Ketenagakerjaan, namun
Undang-Undang dan peraturan/keputusan menteri terkait, dan telah memuat (1)
hak dan kewajiban pengusaha; (2) hak dan kewajiban pekerja/buruh; (3) syarat
kerja; (4) tata tertib perusahaan; dan (5) jangka waktu berlakunya peraturan
perusahaan sesuai dengan Pasal 111 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Perusahaan ini juga sudah mengatur
secara lebih spesifik apa yang telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan, namun
sebagian yang lain tidak diatur secara spesifik melainkan hanya ditulis mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana menunjuk
pengaturan pada peraturan perundang-undangan sehingga belum penuh dalam
memenuhi persyaratan peraturan perusahaan yakni sebagaimana tersebut dalam
pasal 2 ayat (3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP48/MEN/IV/2004 tanggal 8 April 2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama jo. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
PER-08/MEN/III/2006 tanggal 29 Maret 2006 tentang Perubahan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP-48/MEN/IV/2004 tanggal 8
April 2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, yang berbunyi :
Dalam hal peraturan perusahaan akan mengatur kembali materi dari peraturan
perundangan maka ketentuan dalam peraturan perusahaan tersebut harus lebih
baik dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Tata tertib dan displin perusahaan pun telah dijelaskan secara rinci yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Literatur
Prof.Iman Soepomo,S.H., 1999. Cet.12. Pengantar Hukum Perburuhan.
Djambatan. Jakarta.
Dr.Agusmidah,S.H.,M.Hum, 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Penerbit
Ghalia Indonesia. Bogor.
Djumialdji,S.H. 2006. Perjanjian Kerja. Sinar Grafika. Jakarta.
Darwan Prinst,S.H., 1994. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan
Bagi Perkerja Untuk Mempertahankan Hak-Haknya). P.t.citra adityabakti.
Bandung.
2. Peraturan Perundang-undangan
-
Keputusan
Menteri Tenaga
Kerja
dan Transmigrasi
Nomor:
KEP-
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
nomor
Keputusan
Menteri Tenaga
Kerja
dan Transmigrasi
Nomor:
KEP-
Peraturan menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor: PER02/MEN/1978 tentang Peraturan Perusahaan dan Perundingan Pembuatan
Perjanjian Perburuhan;
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 2093 tahun 2005 tentang
Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2006 di Provinsi DKI
Jakarta.