Follow Up
Follow Up
STUDI KASUS
2.1. Identitas Pasien
Tanggal kunjungan
: 18 Maret 2015
: 000385xx
Nama Pasien
Umur
: 12 tahun
Alamat
Status
: BPJS
Pekerjaan
: Pelajar
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Nadi
Nafas
Suhu
Berat badan
Mulut
Thorax
Abdomen
: Sedang
: Compos mentis
: 100x/menit
: 20x/menit
: 37,5o C
: 25 Kg
: Lidah kotor (+)
: Cor S1-S2 reguler (normal), bisisng paru (-)
: NTE (nyeri tekan epigastrum) (-), BU (+) N
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 18 maret 2015
Widal test
Salmonella Typhii H
: (+) 1/320
Salmonella Para Typhii AH, BH, CH : (+) 1/80
Salmonella Typhii O
: (+) 1/320
Salmonella Para Typhii AO, BO, CO : (+) 1/160
Data Penunjang
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Hasil Laboratorium
8000/L
4,05 x 106/L
11,7 g/dL
33,3 %
82,2 fL
28,9 pg
35,1 g/dL
306.000/L
Nilai Normal
4.800-10.800/L
4,7-6,1 x 106/L
13-16 g/dL
42-52 %
82-92 fL
27-31 pg
32-36 g/dL
200.000-400.000
IVFD RL 16 gtt/i
Paracetamol 3x250 mg Kp
Cefixime 2x125 mg
Antasida syr 3x1 C
Nama obat
RL 16 gtt/i
18/3
19/3
20/3
21/3
22/3
18
23/3
24/3
25/3
Off
26/3
18
8 12
8 12
8 12
gtt/i
8 12
4x375mg Kp
Cefixime 2x125 18
18 22
8 18
18 22
8 18
18 22
8 18
18 22
8 18
8 18
8 18
8 18
mg
Antacid
8 12
8 12
Ganti
8 12
8 12
8 12
8 12
8 12
18
18
Paracetamol
18
3x1 C
Domperidon
3x5
habis
18
18
tablet 18
18
8 12 8 12 8 12 8 12
mg
Kapsul (ambroksol
18
12
18
18
18
8 12 8 12 8 12 8 12 8 12 8 12 8 12
12.5 mg + CTM 2
18
18
18
18
18
18
18
mg) 3x1
BAB III
FOLLOW UP
3.1. Follow Up
1. 18 Maret 2015 (hari pertama)
Pasien masuk IGD dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, sakit kepala (+), mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (-), BAB (+),
BAK (+).
Diagnosa
IVFD RL 16 gtt/i
Paracetamol 3x250 mg Kp
Cefixime 2x125 mg
Antasida syr 3x1 C
b.
c.
IVFD RL 16 gtt/i
Cefixime 2x125 mg
Antasida tablet 3x tablet
Kapsul ambroksol 12,5 mg + CTM 2 mg 3x1
Hasil laboratorium jam 08.17 :
Trombosit
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
: 27.000/L
: 13.900/L
: 13,6 g/dL
: 38,9%
b. Sore
S : Demam (-), badan bintik-bintik merah.
O : Patekie (+)
A : Masalah belum teratasi.
P : Transfusi trombosit 5 kantong, terapi dilanjutkan.
Hasil laboratorium jam 14:12 :
Trombosit
: 36.000/L
Leukosit
: 14.600/L
Hemoglobin
: 13,3 g/dL
Hematokrit
: 37,9%
c. Malam
S : Demam (-), badan bintik-bintik merah.
O : Patekie (+)
A : Masalah belum teratasi.
P : Terapi dilanjutkan.
Hasil laboratorium jam 22:26:
Trombosit
Leukosit
RBC
Hemoglobin
Hematokrit
: 48.000/L
: 16.670/L
: 4,06 x 106 /L
: 11,6 g/dL
: 32,3 %
Trombosit
Leukosit
RBC
Hemoglobin
Hematokrit
: 63.000/L
: 20.980/L
: 3,99 x 106 /L
: 11,4 g/dL
: 31,9 %
: 80.000/L
: 18.500/L
: 4,10 x 106 /L
: 12 g/dL
: 33,6 %
Trombosit
Leukosit
RBC
Hemoglobin
Hematokrit
: 156.000/L
: 11.280/L
: 3,91 x 106 /L
: 11,6 g/dL
: 32,7 %
Cefixime 2x125 mg
Kapsul ambroksol 12,5 mg + CTM 2 mg 3x1
BAB IV
DISKUSI
Pasien Aq, umur 11 tahun masuk ke Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
pada tanggal 18 Maret 2015. Pasien masuk ruangan anak jam 18.00 WIB melalui IGD,
dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, sakit
kepala (+), mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (-), BAB (+), BAK (+). Pasien ini
didiagnosa demam thypoid, gastritis , obs DBD derajat II. Pada pemeriksaan lidah
pasien, ditemukan bahwa lidah pasien berwarna putih, hal ini menguatkan diagnosa
bahwa pasien menderita tifoid, karena ciri khas dari demam tifoid adalah lidah
10
berwarna putih yang disebabkan oleh bakteri salmonella tersebut. Hasil tes
laboratorium menunjukkan tes widalnya S. typhii H, O (+ 1/320), trombosit
306.000/L dan leukosit 8000/L.
Tujuan dari penanganan demam tifoid disini adalah mencegah, membunuh,
menghambat
perkembangan
bakteri
salmonella
thypii,
serta
diharapkannya
kesembuhan dari pasien ini.Pada saat masuk IGD pasien mendapatkan terapi cairan
elektrolit IVFD RL 16 tts/menit untuk memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit
dan memperbaiki kondisi umum pasien.
Menurut Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (IDAI 2008), drug of choice
untuk demam tifoid adalah kloramfenikol 50-100 mg/kg BB/hari. Namun pada pasien
ini, terapi yang diberikan adalah antibiotik cefixime 2x125 mg. Cefixime merupakan
antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga oral, mempunyai aktifitas antimikroba
terhadap kuman gram positif maupun negatif termasuk Enterobacteriacea. Pada
pemberian secara oral, hampir 50% segera mencapai konsentrasi bakterisidal dan
menembus jaringan dengan baik. Cefixime mempunyai efikasi dan toleransi yang baik
untuk pengobatan demam tifoid anak
mg/Kg BB/hari
(4)
(2)
untuk mengatasi mual dan muntahnya. Terapi yang diberikan adalah domperidon
3x5mg. Dari perhitungan dosis yang ditelah dilakukan, dosis yang diterima sudah
tepat dan masuk dalam range dosis terapi yaitu 3 x 5 mg/hari. Pada hari keenam
perawatan, pasien sudah tidak merasa mual dan muntah lagi sehingga domperidon
dihentikan. Selain itu pasien juga mendapatkan terapi Antasida syr 3 x 1 sendok
makan sejak masuk rumah sakit sampai hari perawatan ke-tiga (18-20 maret) untuk
11
mencegah peningkatan asam lambung dan mengurangi efek mual. Dan pada hari
perawatan ke-empat (tanggal 21 maret), antasid syr diganti dengan sedaian tablet
dengan dosis 3 x tablet sampai hari perawatan ke-sembilan (26 maret).
Untuk penanganan demamnya, pasien diberikan paracetamol 3x250 mg bila
panas saja. Namun pada pukul 19.30 suhu badan naik menjadi 40,5C, sehingga dosis
parecetamol ditingkatkan menjadi 4x375 mg. Untuk pasien ini dengan berat badan 25
kg, penggunaan paracetamol sudah tepat karena dosis paracetamol untuk anak adalah
10-15 mg /Kg BB/kali (2). Pada hari keenam perawatan, paracetamol dihentikan karena
pasien sudah tidak demam. Untuk mengobati batuk, pasien diberi kapsul ambroksol
12,5 mg dan CTM 2 mg 3 kali sehari. Ambroksol bekerja sebagai mukolitik yaitu
mengencerkan dahak, sedangkan CTM bekerja dengan mengentalkan dahak. Sehingga
terdapat DRP dari kombinasi obat ini.
Pada hari keenam perawatan, trombosit pasien turun menjadi 27.000/L
disertai dengan demam, dan adanya bintik merah pada badan pasien. Dari pemeriksaan
tersebut pasien didiagnosa DBD. Tujuan dari penanganan DBD derajat II adalah
mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
pendarahan. Menurut Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (IDAI, 2008), pasien DBD
derajad II tanpa peningkatan hematokrid, jika pasien masih bisa minum, cukup diberi
minum sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sensok makan tiap 5 menit. Dan untuk pasien
yang tidak bisa minum dan muntah terus menerus serta trombosit turun, maka diberi
infuse RL 6-7 mL/Kg BB/jam.
Pada kasus ini, pasien masih bisa minum tapi diberi infus RL 18 tetes/menit
dan dosis infus seharusnya yang diberikan adalah 30,5 tetes/menit. Hal ini karena
sulitnya mengontrol dan memastikan bahwa pasien meminum air putih sesuai yang
dianjurkan dan tetesan infus yang kurang dapat dipenuhi dengan minum air putih
karena pasien masih bisa minum. Pada pasien DBD, Infus RL diberikan untuk
menjaga agar volume cairan di dalam pembuluh darah tetap terjaga dengan baik agar
terhindar dari hipovolemia yang dapat menyebabkan syok.
12
Setelah didiagnosa DBD II, dilakukan uji darah lengkap setiap 6 jam dan
pemberian transfusi trombosit sebanyak 5 kantong. Transfusi trombosit diberikan jika
terjadi perdarahan spontan dan masif (banyak). Di singapura indikasi untuk transfusi
trombosit adalah jika trombositnya < 10.000/L pada pasien yang stabil, < 20.000/L
dengan perdarahan minor dan 50.000/L dengan perdarahan yang signifikan. Indikasi
pasti dan pada situasi apa transfusi trombosit ini diberikan masih bervariasi. Belum
ada panduan yang jelas tentang transfusi trombosit. Keputusan pemberian transfusi
trombosit selama ini masih tergantung dari pengalaman para klinis dan ketersediaan
komponen trombosit. Banyak dokter memberikan tansfusi demi menghindari
kepanikan, bukan berdasarkan standar pelayanan medis (5) .
Pada hari kedelapan perawatan, infus dilepas pada pagi hari. Jika hasil
laboratorium menunjukkan nilai trombosit >100.000/L, maka infus tidak perlu
dipasang lagi. Tapi jika hasil laboratorium menunjukkan nilai trombosit <100.000/L,
maka infus dipasang lagi. Berdasarkan hasil tes laboratorium terhadap darah lengkap
didapat nilai trombosit pasien 110.000/L, sehingga infus tidak perlu dipasang lagi
dan terapi transfusi trombosit berhasil karena nilai trombosit pasien naik.
Pada hari kesembilan perawatan, keadaan pasien membaik, demam (-), nilai
trombosit 156.000/L, sehingga pasien diperbolehkan pulang. Obat-obatan yang di
bawa pasien untuk pulang yaitu Cefixime 2x125 mg dan Kapsul ambroksol 12,5 mg +
CTM 2 mg 3x1. Pada saat pasien pulang pasien diberikan konseling tentang
penggunaan obat yang di bawa pulang. Untuk penggunaan antibiotik cefixime harus
diminum sampai habis walaupun keadaan pasien sudah membaik, karena untuk
mencegah terjadinya resistensi pada pasien. Sedangkan untuk kapsul ambroksol +
CTM 2, dimimum apabila pasien masih batuk saja.
13
BAB V
EDUKASI PASIEN
Pada keluarga pasien perlu diberikan informasi terkait kelangsungan terapi
obat :
1. Makan dan minum yang tidak terkontaminasi
2. Menjaga Hegiene terutama menyangkut kebersihan tangan dan lingkungan
3. Perbanyak konsumsi air putih, hindari makanan yang asam atau pedas yang dapat
memperburk keadaan penyakit.
4. Pengobatan antibiotik cefixime harus tuntas sesuai terapi agar tidak menimbulkan
resistensi antibiotik.
5. Jika terjadi demam tinggi dan tidak turun selama 3 hari sebaiknya langsung control
ke dokter
6. Pasien disarankan untuk istirahat yang banyak.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. H, Antonius, dkk, 2009, PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER
ANAK INDONESIA, Jakarta: IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2. S, Sumarno, dkk, 2008, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi II, Jakarta:
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
3. Fahmi, M, 2006, Perbandingan Efektivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih
( Piper betle) dalam menghambat Pertumbuhan Larva Aedes aegupti, Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
4. Rezeki, S,dkk, 2001, Pengobatan Cefixime pada Demam Tifoid Anak, Bandung:
Fakultas Kedokteran Padjajaran
5. Wibowo, K, dkk, 2011, Pengaruh Transfusi Trombosit Terhadap Terjadinya
Perdarahan Masif Pada Demam Berdarah Dengue, Yogyakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM.
15
1. PARASETAMOL
Indikasi
: Analgetik, Antipiretik.
Kontra indikasi
Mekanisme Kerja
Efek Samping
Interaksi
Farmakologi
16
aktifitas
sebagi
antiinflamasi
(antiradang)
dan
tidak
sebagai
antireumatik.
Parasetamol
merupakan
2. CEFIXIME
Indikasi
Kontra Indikasi
17
Efek Samping
Dosis
Farmakologi
spektrum
antibakteri
menyerupai
spektrum
acinetobakter
dan
fragllis.
Cefiksim
Farmakodinamik
3. DOMPERIDON
18
Indikasi
Efek Samping
Peningkatan
prolaktin
serum
sehingga
menyebabkan
Kontra Indikasi
Interaksi
Domperidon
mengurangi
efek
hipoprolaktenimia
dari
analgetik
opioid
secara
bersamaan
dapat
Farmakokinetika
19
Domperidon
memperlama
kontraksi
antro-duodenal,
esophagus
bagian
bawah.
Donperidon
tidak
Dosis
Farmakokinetika
20
Efek Samping
Kontra Indikasi
Interaksi Obat
:Pemberian
bersamaan
dengan
antibiotik
paru.
5. ANTASIDA
Indikasi
Dosis
Kontra Indikasi
Efek Samping
21
Farmakokinetika
Farmakodinamika
Farmakologi
6. CTM
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
Dosis
Farmakokinetika
: Diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi hanya 2545% untuk tablet konvensional atau 35-60% untuk larutan dari
dosis tunggal yang mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat
tidak berubah. Konsentrasi plasma puncak umumnya terjadi
dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian tablet oral konvensional
atau larutan oral. Efek antihistamin dapat bertahan selama 24
jam. Ikatan protein plasma sekitar 69-72 %. Dieksresikan
melalui urin
Farmakodinamik
JENIS
ANALISA MASALAH
Check list
22
1.
PERMASALAHAN
Terapi obat yang Terdapat terapi tanpa indikasi
medis
tidak diperlukan
Pasien mendapatkan terapi
tambahan yang tidak
diperlukan
Pasien masih memungkinkan
menjalani terapi non
farmakologi
Terdapat duplikasi terapi
Pasien mendapat penanganan
terhadap efek samping yg
seharusnya dapat dicegah
Komentar/ Rekomendasi
2.
Kesalahan obat
3.
Ada permasalahan
23
Komentar/ Rekomendasi
Menurut buku ajar infeksi dan peiatri tropis (IDAI 2008), kebutuhan cairan
untuk BB >18 kg, jumlah cairan yang dibutuhkan yaitu 88 ml/kgBB/hari. Sehingga
dosis infus yang seharusnya diberikan yaitu 30,5 tetes/menit. Namun pada pasien ini
hanya mendapatkan 18 tetes/menit
4.
Komentar/ Rekomendasi
5.
Ketidaksesuaian
kepatuhan pasien
24
6.
Pasien
25