Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit
oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia
dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan
penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh
darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya
menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di
Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang
berjudul A strange form of endarteritis and endophlebitis with
gangrene of the feet. Kurang lebih sekitar seperempat abad
kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan
penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih
memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans
sebagai presenile spontaneous gangrene.
Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut
Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger
menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak
terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia
Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun
selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan
menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria
diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini
di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi
manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan
mencapai 12,6 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang,

Kelompok 2

Page 1

tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari
penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7
tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004
yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian
dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian,
bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of
Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9
kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih
dan hitam adalah 8:1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum : Mampu menerapkan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Buerger Disease.
2. Tujuan Khusus :
Untuk memahami teoritis dari Buerger Disease
(Definisi,Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis)
Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk

penderita Buerger Disease


Untuk memahami tugas yang di berikan Dosen Pengampu

C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu menggunakan study
pustaka yang diambil dari beberapa sumber
D. Sistematika Penulisan
1. Daftar Isi
2. Kata Pengantar
3. BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang masalah,
B. Tujuan penulisan ( tujuan umum dan tujuan khusus),
C. Metode penulisan,
D. Sistematika penulisan
4.
A.
B.
C.
D.
E.
F.

BAB II : Tinjauan Teoritis


Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis

5. BAB III : Asuhan keperawatan

Kelompok 2

Page 2

A.
B.
C.
D.
E.

Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi

6. BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Kelompok 2

Page 3

A. Definisi
Penyakit Buerger adalah suatu keadaan dimana arteri serta vena
ukuran sedang dan kecil mengalami inflamasi berulang (rekuren),
terutama pada bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang), yang
juga mengakibatkan pembentukan trombus serta penyumbatan
pembuluh darah. Penyakit ini berbeda dengan penyakit pembuluh
darah lainnya dari segi gambaran mikroskopisnya. Berlawanan
dengan arterosklerosis, penyakit buerger dipercaya merupakan
penyakit

autoinmun

yang

mengakibatkan

penyumbatan

pada

pembuluh darah distal. Meskipun kondisi ini berbeda dengan


arterosklerosis, namun pada klien manula dengan penyakit buerger,
arterosklerosis dapat menyerang pembuluh darah kecil.
B. Etiologi
Penyebab penyakit buerger tidak diketahui, namun dipercaya
merupakan suatu vaskulitis autoimun. Kebnyakan terjadi pada pria
usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua ras diseluruh
wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok dapat merupakan
faktor penyebab atau faktor yang memperberat.
C. Patofisiologi
Peradangan arteri perifer akan menyebabkan suatu oklusi arteri.
Respons peradangan hampir sama seperti peradangan di tempat
lain dengan manifestasi akhir adalah terjadi penyembuhan dengan
disertai lesi trombosis yang menyebabkan obstruksi vaskular.
Fenomena oklusi arteri ini sesuai dengan daerah dimana arteri ini
mengalami

penyumbatan.

Umumnya

yang

terken

adalah

ekstremitas bawah, namun arteri pada ekstremitas atas dan visera


dapat juga terlibat. Mungkin terdapat tromboflebitis superficial
sebagai manifestasi pembentukan trombus kecil yang menyerang
arteri kecil.
Apabila penyakit berlanjut, akan terjadi kemerahan atau sianosis
bila ekstremitas dalam posisi tergantung perbuhan warna kadang
hanya mengenai satu ekstremitas atau hanya beberapa jari. Respon
oklusi pada arteri ini dilanjutkan dengan terhentinya aliran darah
Kelompok 2

Page 4

secara lokal dan terjadi iskemia jaringan lokal sesuai distribusi aliran
darah yang mengalami penyumbatan yang lama kelamaan dapat
berkembang menjadi ulkus. Apabila manisfestasi ini tidak segara
dilakukan intervensi, maka akhrinya terjadilh ulkus dan gangren.
Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat
menimbulkan peningkatan asam pada penyakit buerger. Sehingga
Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang
menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan
serum anti endotenial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti
endotenial menyebabkan vaskuler melemah sehingga terjadilah
peningkatan

HLA-A9,

HLA-A54,

dan

HLA-B5,

dan

akan

mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan


pada arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya
akan di amputasi.
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri pada anggota tubuh (tangan dan atau kaki)
2. Pelebaran pembuluh darah balik (Vena) serta berwarna agak kemerahan
3. Berkurangnya suplai darah arteri
4. Kekakuan pada anggota badan
5. Rasa kesemutan dan panas pada tangan/ kaki
6. Ada luka pada jari-jari , terutama ibu jari
7. Perubahan warna pada tangan dan kaki yang terkena
8. Denyut nadi dirasakan melemah pada tangan/ kaki yang terkena
9. Ujung tangan berubah warnanya apabila terkena dingin, mula-mula pucat agak
kebiruan dan lama kelamaan menjadi kemerahan disertai rasa nyeri.
10. Mengenai dua atau lebih anggota tubuh.
Gejala-gejala tersebut akan lebih terasa pada temperature dingin (lingkungan yang
dingin) dan meningkat bila terjadi stress atau peningkatan secara emosional dan
proses yang sudah lanjut gejala dapat berupa luka berbentuk ulkus (cekungan pada
kulit) atau gangren (luka membusuk) pada anggota tubuh yang terkena penyakit ini
E. Pemeriksaan Diagnostik
Arteriografi dapat menegakkan diagnosis penyakit arteri oklusif.
Pada arteriografi, kateter radiopak dimasukkan ke arteri besar

Kelompok 2

Page 5

kemudian di dorong ke tempat yang akan di tuju dengan bantuan


fluoroskopi.
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan medis dan
bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk
menghentikan kebiasaan merokok dan perawatan kaki jika dengan/atau tanpa ulkus
iskemik. Penghentian kebiasaan merokok secara mutlak merupakan tatalaksana satusatunya yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas buergers disease.
Mengurangi jumlah rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan
permen tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif.
Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita
harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan.

BAB III

Kelompok 2

Page 6

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada area yang mendapat suplai
darah dari pembuluh darah yang mengalami penyumbatan. Pada
pengkajian keperawatan didapat adanya keluhan kram pada kaki
(terutama di telapak) atau tungkai sehabis latihan (klaudikasi
intermiten) yang dapat dihilangkan dengan istirahat terkadang rasa
nyeri semakin parah akibat gangguan emosi, merokok atau
kedinginan.
Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri
pada istirahat, perasaan terbakar, atau sensitif terhadap dingin
mungkin merupakan gejala awal.
Nyeri istirahat terjadi terus menerus. Sifat nyeri berubah meskipun
pada

saat

parestesia

istirahat

yang

dilanjutkan

dan perubahan pada

dengan

berbagai

jenis

denyut nadi melemah atau

menghilang. Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase


kronis sering di dapatkan adanya kerusakan integritas kulit seperti
ulkus dan luka gangren dan bersifat lokal.
B. Diagnosa
1. Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke
jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.
2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya
ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran
darah ke ekstremitas.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram
pada kaki.
4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
ancaman, atau perubahan kesehatan.
C. Intervensi

Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan


sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer.
Tujuan
: dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari
ekstremitas.
Kriteria Hasil : secara subjektif klient mengatakan penurunan
Kelompok 2

Page 7

rasa nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal


dan wajah rileks.
INTERVENSI
Cacat karakteristik,
intensitas,
penyebarannya.
Lakukan

RASIONAL
lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien

lama

dan karena nyeri terjadi sebagai temuan

pengkajian.
manajemen Posisi fisiologis akan meningkatkan

keperawatan.
1. Atur posisi fisiologis
2. Istirahatkan klien

asupan oksigen ke jaringan yang


mengalami iskemia.
Istirahat
akan

menurunkan

kebutuhan oksigen jaringan perifer


sehingga

akan

kebutuhan

menurunkan

jaringan

membutuhkan

yang

oksigen

untuk

menurunkan iskemia.
3. Manajemen lingkungan : Lingkungan
tenang

akan

lingkungan tenang dan menurunkan stimulus nyeri eksternal


batasi pengunjung.

dan pembatasan pengunjung akan


membantu
oksigen

meningkatan
ruangan

berkurang

yang

akan
banyak

pengunjung yang berada di ruangan.


tekhnik Meningkatkan
asupan
oksigen

4. Ajarkan
relaksasi

apabila

kondisi

pernafasan sehingga

akan

menurunkan

nyeri

dalam
sekunder dan dari iskemia jaringan.
5. Ajarkan tekhnik distraksi Distraksi ( pengalihan perhatian )
apada saat nyeri

dapat menurunkan stimulus internal


dengan

mekanisme

peningkatan

produksi endorfin dan enkefalin yang


dapat memblok reseftor nyeri untuk
tidak di kirimkan ke korteks serebri
6. Lakukan
sentuhan

sehingga menurunkan persepsi nyeri.


manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa
psikologis

Kelompok 2

Page 8

sentuhan
dapat

dukungan
membantu

menurunkan nyeri. Masase ringan


dapat

meningkatkan

aliran

darah

serta dengan otomatis membantu


suplai darah dan oksigen ke area
nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
pemberian Analgetik akan menurunkan sensasi

Kolaborasi
analgetik

nyeri dengan menghambat stimulus


nyeri agar jangan sampai di kirimkan
ke korteks serebri.

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan


adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari
terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
Tujuan
: 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara
optimal.
Kriteria Hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka
membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka
menutup.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kerusakan jaringan Menjadi data dasar untuk memberikan
lunak

yang

terjadi

pada informasi intervensi perawatan luka, alat

klien.

apa yang digunakan dan jenis larutan

Lakukan perawatan luka :

apa yang akan digunakan


Perawatan luka dengan teknik steril

1. Lakukan

dengan dapat mengurangi kontaminasi kuman

tekhnik steril
2. Kaji
keadaan
dengan

langsung ke area luka.


luka Manajemen membuka

luka

dengan

teknik menguyur larutan NaCl ke kasa dapat

membuka

balutan mengurangi

stimulus

nyeri

dan

mengurangi stimulus menghindari terjadinya perdarahan pada


nyeri,

bila

melekat luka

ulkus

akibat

kasa

yang

kering

kuat perban diguyur karena ikut mengering bersama

pus

dengan NaCl
yang diserap kasa juga ikut mengering.
3. Lakukan pembilasan Teknik membuang jaringan dan kuman
luka dari arah dalam diarea luka diharapkan keluar dari area
Kelompok 2

Page 9

ke luar dengan cairan luka


NaCl
4. Tutup

luka

kasa

dengan NaCl merupakan larutan fisiologis yang

steril

atau lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan di

dikompres

dengan bandingkan dengan larutan antiseptik

NaCl dan antibiotik

serta dengan dicampur dengan antibiotik


dapat mempercepat penyembuhan luka

akibat infeksi dari osteomelitis


nekrotomi Jaringan nekrotik dapat menghambat

5. Lakukan
pada

jaringan

sudah mati
6. Rawat
luka

yang proses penyembuhan luka


setiap Memberikan rasa nyaman pada klien dan

hari atau setiap kali dapat

membantu

meningkatkan

pemblut basah atau pertumbuhan jaringan luka


kotor
7. Evaluasi

pembebat Pemasangan perban elastis yang terlalu

terhadap

resolusi kuat dapat menyebabkan edema pada

edema

daerah distal dan juga menambah rasa


nyeri pada klien.

Evaluasi kerusakan,
perkembangan,

dan melakukan

pertumbuhan
Lakukan

tidak

jaringan. osteomielitis
perubahan keberhasilan

intervensi
waktu

Adanya waktu selama 7x24 jam dalam

bila

yang
ada

yang optimal

menjadi
dan

luka

klien

tolak

ukur

intervensi

yang

di

setelah berikan. Apabila masih belum mencapai

ditetapkan kriteria evaluasi, maka sebaiknya perlu

perkembangan dikaji

pertumbuhan

perawatan

ulang

jaringan menghambat

faktor-faktor

apa

pertumbuhan

yang
luka

jaringan.

Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram


pada kaki
Tujuan

Kelompok 2

: Aktivitas klien mengalami peningkatan

Page 10

Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami


peningkatan. Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk
memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien jangkau. TTV dalam
batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
INTERVENSI
RASIONAL
Catat
frekuensi
dan
irama Respons klien terhadap aktivitas
jantung,
tekanan

serta
darah

perubahan dapat
selama

sesudah aktivitas.
Tingkatkan
istirahat,

mengindikasikan

respons

dan nyeri yang parah


batasi Menurunkan

kerja

kebutuhan

aktivitas, dan berikan aktivitas oksigen jaringan


senggang yang tidak berat.
Jelaskan
pola
peningkatan Aktivitas yang maju memberikan
bertahap dari tingak aktivitas, kontrol

jantung,

meningkatkan

contoh : bangun dari kursi bila regangan, dan mencegah aktivitas


tak ada nyeri, ambulasi, dan berlebih
istirahat selama 1jam setelah
makan.

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan


kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
Tujuan
: Kecemasan klien berkurang
Kriteria

Hasil

Dalam

waktu

1x24

jam

kecemasan

klien

berkurang, klien menyatakan kemcemasan berkurang, mengenal


perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah
rileks.
Bantu

INTERVENSI
RASIONAL
klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan

perasaan

marah,

kehilangan dampak

serangan

jantung

dan takut.
selanjutnya
Kaji tanda verbal dan nonvebal Reaksi verbal atau nonverbal dapat
kecemasan, dampingi klien dan menunjukan
lakukan

tindakan

bila

klien dan gelisah

menunjukan perilaku merusak

Kelompok 2

Page 11

rasa

agitasi,

marah

Mulai

melakukan

tindakan Mengurangi rangsangan eksternal

untuk mengurangi kecemasan. yang tidak perlu


Beri

lingkungan

yang

tenang

dan suasana penuh istirahat


Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan
untuk

mengugkapkan terhadap kekhawatiran yang tidak

ansietasnya
Kolaborasi dokter

diekspresikam
berikan Meningkatkan

anticemas sesuai indikasi

relaksasi

dan

menurunkan kecemasan

D. Impementasi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai
darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh
darah perifer
1. Mencacat

karakteristik,

lokasi,

intensitas,

lama

dan

penyebarannya.
2. Melakukan manajemen keperawatan luka
3. Mengistirahatkan klien
4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam
6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan


dengan

adanya

ulkus

dan

gangren

pada

ekstermitas

sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.


1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
2. Melakukan perawatan luka :
Melakukan dengan tekhnik steril
Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka
balutan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat
perban diguyur dengan NaCl

Kelompok 2

Page 12

Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar

dengan cairan NaCl


Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres

dengan NaCl dan antibiotik


Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati
Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut

basah atau kotor


3. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema
4. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan
jaringan. Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu
yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan
jaringan yang optimal

Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri


dan kram pada kaki.
1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan
tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas,
contoh : bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1jam setelah makan.
Dx 4 : : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan
dan takut.
2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien
dan lakukan tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan
ansietasnya
5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi

Kelompok 2

Page 13

E. Evaluasi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai
darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh
darah perifer
S = Pasien merasa nyerinya sudah sedikit berkurang
O = Wajah klien tampak lebih tenang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1,2,3
Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan
dengan

adanya

ulkus

dan

gangren

pada

ekstermitas

sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas


S=O = Integritas jaringan kulit masih sama
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Dx 3 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri


dan kram pada kaki.
S= Pasien mengatakan mulai bisa beraktivitas sedikit demi sedikit
O= Pasien mampu makan sendiri
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3

Dx 4 :

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan

kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan


S= Pasien mengatakan rasa cemas berkurang
O= Pasien tampak lebih tenang
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5

Kelompok 2

Page 14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Buerger di percaya sebagai penyakit autoinmun yang
mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah distal.
Penyakit Buerger adalah suatu keadaan dimana arteri serta vena
ukuran sedang dan kecil mengalami inflamasi berulang (rekuren),
terutama pada bagian ekstremitas bawah dan atas (jarang), yang
juga mengakibatkan pembentukan trombus serta penyumbatan
pembuluh darah dan jka tidak segera diobati akan menjadi ulkus
atau luka gangren pada ekstremitas yang tekena penyakit ini.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang munsul pada penyakit
Kelompok 2

Page 15

ini dan kita sebagai tenaga keperawatan di haruskan mampu


untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat
agar klien dengan kasus ini cepat pulih kembali.
B. Kritik dan Saran
Di harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dalam penulisan
makalah ini masih banyak jauh dari sempurna. Untuk itu kami sebagai tim
penyusun berharap pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya yang
membangun, agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa jadi lebih baik.
Terima kasih

Kelompok 2

Page 16

Anda mungkin juga menyukai