PENDAHULUAN
Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Kebanyakan orang tua dan
ilmuan berpikir bahwa perkembangan bahasa baru dimulai pada usia 12 dan 18
bulan, yakni ketika balita mulai mengucapkan kata-kata pertama. Namun hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses berbahasa sudah dimulai sejak
pendengaran janin terbentuk sempurna pada tri semester terakhir kehamilan dan
sudah banyak mendengar suara-suara dari dalam rahim. Setelah dilahirkan , anak
akan menghabiskan waktu untuk mendengarkan suara ibu atau orang-orang
sekitar secara cermat, merekam segala macam informasi tentang bahasa,
sekalipun otak bayi belum sepenuhnya mengerti atau mengontrol organ tubuh
yang berfungsi untuk bersuara. Dengan kata lain, bayi memang belum dapat
berbicara, namun memiliki banyak cara untuk berkomunikasi atau berbicara
dengan orang disekitar sebelum mengucapkan kata-kata.
Seiring dengan perkembangan usia, bayi akan tumbuh menjadi seorang
batita dan balita yang perlahan dapat berceloteh, mengucapkan kata-kata pertama
secara jelas, dan kemudian mulai mampu berbicara. Bicara adalah bahasa lisan
yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan dalam
perkembangan berbicara anak usia dini, tentu melewati proses yang tidak mudah
dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga agar masa-masa tersebut
dapat dilewati dengan baik dan mudah, orang tua diharapkan berperan aktif dalam
mendukung dan menstimulus kemampuan sang anak.
Begitu misterius dan menakjubkan perkembangan bahasa dan
perkembangan berbicara yang dialami seorang anak, dan dalam proses tersebut,
orang tua tentu tidak ingin melewatkan satupun bagian penting akan sejarah hidup
sang anak. Lalu bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mulai
bermunculan dalam benak orang tua, seperti (1) bagaimana perkembangan bahasa
anak untuk berkomunikasi sebelum mampu berbicara? (2) bagaimana
perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak serta peran orang tua
didalamnya? Sehingga disusunlah artikel ini untuk membantu para pembaca
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
BAHASAN
Perkembangan bahasa anak untuk berkomunikasi sebelum mampu
berbicara
Sebelum dilahirkan, seorang calon anak atau biasa disebut janin,
memperhatikan suara sang ibu serta pola intonasi dari bahasa yang digunakan
sehari-hari, melalui air ketuban di dalam kandungan, dan hal tersebut merupakan
fase awal pengenalan anak akan bahasa ibu. Setelah dilahirkan, seorang anak yang
masih disebut bayi, tentu belum memiliki kemampuan untuk berbicara, sehingga
untuk mengkomunikasikan keadaan yag sedang dirasakan, bayi memiliki
beberapa cara yang dapat dilakukannya secara bertahap.
Pertama, menangis adalah suara pertama yang dapat dihasilkan oleh bayi.
Hal tersebut menunjukkan suatu reaksi dari apa yang dirasakan oleh bayi, yakni
reflek paru-paru yang sudah terisi oksigen untuk pertama kali dan rasa dingin
yang menyergap tubuh bayi setelah keluar dari kandungan ibu.
Ketika enam bulan awal kehidupan bayi, menangis menjadi suara yang
paling umum dan paling sering dilakukan, sebab menangis merupakan satusatunya kemampuan bayi yang paling efektif untuk berkomunikasi. Dalam masamasa tersebut, tangisan merupakan suatu reaksi terhadap keadaan fisisologis
terhadap tubuh bayi, seperti rasa tidak nyaman, bosan, kesakitan, kesepian, lapar
hingga rasa tidak nyaman dari popok yang belum diganti. Seiring dengan
berjalannya waktu, orang tua akan mampu mengenali kekhasan dari tangisan sang
bayi diantara tangisan-tangisan bayi lain, bahkan melalui tangisan sang anak juga,
orang tua dapat merasakan kesedihan, frustasi, kegelisahan dan amarah sedang
dialami.
Orang yang tidak memiliki anak sering merasa heran, bagaimna orang tua
dapat mengerti bahwa bayinya perlu disusui dan bukan diganti popoknya, atau
mungkin ingin digendong hanya dengan mendengarkan suara tangisan saja.
Karena setiap bayi seperti memiliki sebuah daftar tentang maksud dari tangisan
yang berbeda-beda, hal tersebut memberikan petunjuk mengenai kebutuhan
tertentu yang diinginkan, sehingga rahasianya terletak pada kekhasan dari suara
tangisan yang dihasilkan oleh si bayi itu sendiri.
Penelitian memperlihatkan bahwa suara tangisan yang artinya lapar, sifatnya sering
sangat berirama, mirip seperti keledai yang meringik, dan umumnya diikuti dengan
gerakan berirama pula, seperti menendang. Di pihk lain, tangisan tangisan yang
artinya bosan iramanya kurang teratur dan terkoordinasi, dan mungkin mempunyai
waktu perhentian yang lebih panjang, karena si bayi berhenti dan meungggu unutk
mendapatkan respon yang diinginkan. Tangisan yang artinya kesakitan jauh lebih
kuat daripada jenis suara tangisan lainnya dan menunjukkan kepada pendengarnya
tentang adanya suatu keadaan yang mendesak. (Karmiloff,2003:81)
http//antoniusw27.blogspot.com201107memahami-penyebab-bayi-menangis.html
Diakses pada 24/12/2012
Perasaan negatif bayi telah timbul pada usia dua dan tiga minggu dan hal
tersebut bukan merupakan hasil dari didikan orang tua yang salah terhadap si bayi,
melainkan alat untuk mengendalikan lingkungan sosial dan fisik di sekitar. Ketika
bayi dihadapkan pada pemahaman yang berada di luar batas kemampuannya, bayi
menjadi frustasi karena apa yang diharapkan tidak terjadi, kemungkinan besar
bayi akan menunjukkan perasaan negatif dengan menarik diri, kemudian menjadi
bingung dan menolak respon tersebut. Menangis menjadi ungkapan yang paling
jelas dan umum bagi bayi menunjukkan perasaan negatif yang dirasakan, namun
juga ada beberapa bahasa tubuh bayi kurang mencolok yang tetap dilakukan
sebagai petunjuk perasaan negatif yang telah dirasakan.
Bentuk respon lain yang terus berkembang pada bayi adalah perasaan
positif. Perasaan positif akan sesuatu hal yang dirasa nyaman dan menyenangkan
oleh bayi biasanya ditunjukkan dengan tersenyum bahkan tertawa. Perkembangan
senyum atau bentuk mulut yang sedang tersenyum, sebenarnya mulai terjadi di
dalam kandungan, yaitu ketika terjadi perubahan saraf pusat janin, yang
menyebabkan sudut mulutnya sedikit terangkat. Hal tersebut juga terjadi saat bayi
masih berusia satu hingga dua minggu sebagai gerakan refleks terhadap bunyi
atau suara yang keras.
Saat bayi berusia lima atau enam minggu, senyum akan mulai berkembang
menjadi suatu respon terhadap sesuatu, seperti mainan, bunyi atau aksi yang
dilakukan orang tua terhadap si bayi. Diwaktu yang sama, bayi mulai belajar
mengendalikan komunikasi dengan mempengaruhi orang lain melalui senyumansenyuman yang dilakukan.
Segera, si kecil akan belajar untuk menggunakan berbagai senyumandengan bibir
tertutup, gigi yang terlihat, ataupun mulut yang terbukadan secara hati-hati
mengamati respons yang diberikan orang-orang terhdap bermacam-macam jenis
senyuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa akan memberikan
respons terhadap berbagai jenis senyuman si kecil. Ketika si kecil tersenyum dengan
memperlihatkan giginya, orang dewasa terdorong bukan hanya unutk membalas
senyuman itu, tetapi juga memberikan respons dengan bersuara dan juga
mengangguk. (Karmiloff,2003:88)
Senyum bersifat sosial yang sesungguhnya, muncul pada bayi usia empat
bulan, yakni ketika bayi mulai menemukan arti dari suatu senyuman di dunia
orang dewasa, dan berperan aktif untuk membalas senyuman.Bunyi seperti
tertawa mulai muncul beberapa minggu setelah tersenyum, namun saat itu bayi
mungkin tidak akan tertawa lagi akan sesuatu hal yang sama, sebab tertawa belum
menjadi suatu respon selektif akan sesuatu. Berbeda ketika bayi berusia lima
bulan rangsangan terhadap sistem pendengaran dan perabaan mulai semakin kuat,
sehingga dengan dikelitik, melihat hal yang menggelikan, dan bermain cilukba
menjadi cara terbaik untuk membuat bayi tertawa.
Tahap ketiga dan terakhir dalam perkembangan bahasa anak sebelum
dapat berbicara adalah menunjuk suatu objek. Ketika usia bayi beranjak enam
bulan, tidak sebatas menangis, tersenyum ataupun tertawa yang dapat dilakukan
oleh bayi, kini gerakan-gerakan naluriah seperti menunjukkan jari mulai muncul
dalam upaya membagi pengalaman dan berkomunikasi dengan orang lain.
Menunjuk pada anjing yang sedang lewat, mungkin artinya, Lihat anjing itu,
bukankah menarik? Hal ini berbeda dengan menunjuk yang berfungsi sebagai alat
penolong, yang mungkin berarti, Saya menginginkan bola itu, tolong berikan
kepada saya. Menunjuk sebagai alat untuk memperlihatkan sesuatu juga dapat
mempunyai arti yang lain. Fungsi menunjuk seperti ini dapat dipakai untuk
mengekspresikan suatu ajakan, Mari kita melakukannya bersama-sama, atau
mengungkapkan perasaan, Aku menyukai itu! (Karmiloff,2003:90)
65424_balita_belajar_menunjuk_663_382
Diakses pada 24/12/2012
Pada usia 15-18 bulan, balita Anda mampu menggunakan kira-kira enam atau tujuh
kata berbeda yang dapat dikanali dan menggunkannya secara konsisten. Dia
mampu mendengarkan perintah,
mengartikannya scara tepat, kemudian
melaksanakan perintah tersebut, asalkan perintah hanya berisi satu satu potong
informasi didalamnya. Dia secara efektif menggabungkan komunikasi verbal dan
tanpa kata-kata unutk mewujudkan kebutuhan dasar dan keinginannya kepada
Anda; dia akan tetap berbicara sampai anada menunjukkan bahwa Anda
memahami.
Dalam masa tersebut, akan semakin baik jika orang tua dapat mengenalkan si
balita dengan berbagai macam suara, bunyi, seperti misalnya suara mobil, motor,
kucing, anjing, dan benda-benda yang sudah dikenal balita. Kemudian
mengenalkan pula suara-suara yang sering didengar sehari-hari, seperti pintu
terbuka-tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas dirobek,
sampai benda jatuh. Sering-sering membacakan buku-buku yang sangat sederhana
namun sarat dengan cerita yang menarik untuk anak dan gambar serta warna yang
"eye catching". Menunjukkan obyek-obyek yang terlihat di buku, menyebutkan
namanya, menjelaskan apa yang sedang dilakukannya, dan bagaimana jalan
ceritanya. Kemudian meminta si balita untuk mengulang nama yang telah
disebutkan, dan tidak lupa, memberi pujian jika si balita berhasil mengingat dan
mengulang nama yang telah sebutkan. (5) usia 19-21 bulan. Perkembangan bahasa
balita yang semakin berkembang, ditunjukkan dengan keberanian unutk mulai
menggabungkan beberapa suku kata.
Pada usia 19-21 bulan, dia masih menggunakan kata tunggal tetapi sekarang katakata itu sering disatukan untuk membentuk frasa pendek yang terdiri dari dua buah
kata. Setiap frasa memiliki arti tersendiri, dan digunakan secara tepat olehnya. Dia
tidak lagi mengatakan apa yang dipikirkannya saat itu masuk kedalam kepalanya,
tetapi sebaliknya siapmendengarkan dan menunggu beberapa saat sebelum berbicara.
Perlu diingat bagi orang tua untuk tidak menyetarakan perkembangan yang
dialami dengan anak-anak lainnya, karena setiap anak mempunyai dan mengalami
hambatan yang berbeda-beda dalam perkembangan bahasa dan kemampuan
berbicara. Jadi, jika si balita kurang lancar dan fasih berbicara, tidak perlu
kemudian menekan untuk lekas-lekas mengoptimalkan kemampuan. Keadaan ini
hanya akan membuat si balita menjadi stress. (7) usia 25-36 bulan. Pada usia ini,
balita akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak-anak sebaya dari pada
dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika balita banyak dikenalkan
dengan anak-anak seusia dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa
memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasi si balita sendiri. Salah satu
tujuan para orang tua memasukkan anak dalam nursery school adalah agar si anak
bisa mengembangkan kemampuan komunikasi sekaligus sosialisasi. Meskipun
demikian, bahasa dan kata-kata yang diucapkan masih bersifat egosentris, namun
lama kelamaan akan lebih bersifat sosial seiring dengan perkembangan usia dan
keluasan jaringan sosial.
Pada usia 25-30 bulan, dia senang Anda membacakan cerita kepadanya menjelang
tidur. Dia mampu memberikan pertanyaan, mendengarkan dengan penuh perhatian
unutk menjawab dan kemudian merasakan mengenai apa yang dikatakan kepadanya.
Memorinya bertamnah baik sampai dia dapat mengingat sedikit informasi pribadi
dan dapat dianadalkan menyampaikannya kepada adanak atau orang dewasa yang
sudah dikenal. Pada usia 31-36 Bulan, kata ganti saya dan kita mulai muncul
lebih sering dalam pembicaraannya. Dia tidak selalu menggunakannya dengan tepat,
siring terbalik.Sekarang kosa katanya sudah bertambah sam[ai paling sedikit seribu
kata yang dapt digunakannya secara percayaa diri dan tepat. Dia mulai memahami
tata bahasa dasara dari bahasa dan abhwa ada aturan yang harus diikuti.
(Woolfson,2001:88)
Orang tua perlu sering-sering menceritakan cerita menarik pada balita, karena
sebenarnya cerita juga merupakan media atau sarana untuk mengekspresikan
emosi, menamakan emosi yang disimpan dalam hati, dan belajar berempati. Dari
kegiatan ini pula, balita tidak hanya belajar berani mengekspresikan diri secara
verbal tetapi juga belajar berperilaku sosial. Kegiatan seperti menceritakan pada
balita cerita yang lebih kompleks dan mengenalkan beberapa kata-kata baru
sambil menerangkan artinya dapat dilakukan terus menerus agar anak dapat
mengingatnya dan mengenalinya dengan mudah ketika orang tua mengulang
cerita itu kembali di lain waktu. (8) usia tiga hingga empat tahun, balita mulai
mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah, hal ini juga menunjukkan
adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai
keadaan. Anak-anak senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih
untuk menguasainya. Anak-anak juga mulai mengenali konsep-konsep tentang
kemungkinan, kesempatan, dengan "andaikan", "mungkin", "misalnya", "kalau".
Beranjak pada masa bayi, seorang balita mulai belajar untuk berbicara
dengan kemampuan bahasa yang semakin berkembang. Diawali dengan meraban
(babling), celoteh yang kurang terdifinisi, kemudian mengucapakan huruf
konsonan dan vokal secara bergantian, hingga mengucapkan kata-kata pertamanya
dan mulai menggabungkan beberapa kata yang merajuk pada makna yang lebih
luas. Tahapan demi tahapan perkembangan bahasa dan berbicara pada anak, tentu
tidak memakan proses yang singkat dan mudah, oleh karena itu peran orang tua
yang aktif dan setia untuk membimbing sangat diperlukan dan diharapkan.
Sehingga semakin meningkat dan lancarlah perkembangan bahasa dan
kemampuan berbicara pada anak.
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada orang tua sebagai pelindung dan
pembimbing anak adalah memiliki kesabaran dan ketulusan dari orang tua, hal
tersebut dikarenakan kemampuan bayi yang masih sangat terbatas, untuk
mengutarakan keadaan yang dirasakan. Bahasa tubuh yang ditunjukkan, seperti
menangis tekadang mungkin membuat frustasi orang tua, sehingga orang tua perlu
tetap membimbing dengan kasih sayang.
Mengingat begitu pentingnya perkembangan bahasa dan kemampuan
berbicara anak sedari dini, maka dukungan dari orang tua begitu berpengaruh, dan
cara yang dapat dilakukan adalah dengan sabar dan kasih membimbing anak
dalam berkomunikasi secara intensif, kontak mata, bercerita, berdialog, bekerja
sama dengan anak, meski anak belum bisa merespon secara kompleks. Emosi
yang di transfer sudah menjadi bahasa tersendiri yang ditangkap oleh otak anak
sehingga anak mengerti apa yang dikehendaki orang tua. Menggunakan media
bervariasi untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara anak, sesuai
dengan karakter anak. Dengan cara demikian dihrapkan perkembangan berbahasa
dan berbicara anak dapat berjalan lancar
DAFTAR RUJUKAN
Karmiloff, Kyra.2003.Segala Hal Yang Akan Ditanyakan Oleh Bayi
Anda.Jakarta:Erlangga.
Woolfson, Richard.2001.Balita yang cerdas.Batam:Karisma Publishing Group.
http://buburdelima.com/2012/pengertian-bahasa-menurut-paraahli.html
http://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalahperkembangan-bahasa-berbicara-pada-anak-usia-dini/
http://www.balita-anda.com/psikologi/789-tahap-perkembangankemampuan-bicara-dan-berbahasa.html