Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan dari sebuah bangsa tidak bisa terlepas dari


perkembangan

pada

masyarakatnya

sendiri.

Permkembangan

masyarakat

sangatlah dinamis. Perkembangan yang dinamis itu harus mampu diikuti oleh
perkembangan dalam dunia pendidikannya. Pendidikan akan selalu berkembang
mengikuti perkembangan masyarakat yang merupakan konsumen dari pendidikan
itu sendiri. Untuk bisa tetap mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, pendidikan juga harus bisa untuk dikembangkan. Satu hal dalam
pendidikan yang harus selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
adalah kurikulum.
Kurikulum memiliki fungsi yang vital dalam pendidikan sebab berkaitan
dengan arah, isi dan proses sebuah pendidikan. Pendidikan yang dikelola dengan
baik pasti juga melakukan pengelolaan kurikulum yang baik pula. Salah satu
bentuk pengelolaan kurikulum adalah dengan melakukan pengembangan,
perubahan dan perbaikan terhadap kurikulum. Dengan kurikulum yang baik maka
pada akhirnya akan menentukan bentuk dan kualitas sebuah pendidikan bagi
sebuah bangsa.
Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Guru
mengemban tugas sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Sisdiknas
tahun

2003,

pengembangan,

bertugas

untk

melaksanakan

administrasi,

pengelolaan,

pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan. Oleh sebab itu guru haruslah memahami seluk beluk kurikulum agar
bisa melakukan pengembangan terhadap kurikulum.
Masih banyak guru yang belum memahami betul mengenai kurikulum
yang ada dan dilaksanakan dalam dunia pendidikan. Bahkan masih banyak juga
1

kita temukan fakta di lapangan bahwa guru tidak memiliki peran apa-apa dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu maka dalam artikel ini bertujuan untuk
menjawab tentang bagaimana sebenarnya peran guru dalam pengembangan
kurikulum itu sendiri dan bagaimana upaya pembinaan kurikulum bagi guru.

PEMBAHASAN
Definisi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen pasal 1).
Berangkat dari definisi di atas, maka guru merupakan sebuah profesi.
Profesi merupakan sesuatu

pekerjaan

yang membutuhkan

pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, keahlian, dan keteladanan untuk menciptakan anak


memiliki perilaku sesuia dengan yang diharapkan, (Yamin, 2007:3). Dengan
demikian, guru profesional adalah guru yang selalu mengembangkan dirinya
terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional
juga rajin membaca literatur-literatur dengan tidak merasa rugi membeli bukubuku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musalla, di rumah

dan sebagainya. Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat


karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragukan figur seorang guru.
Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak meraka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia. Karen akepercayaan yang diberikan
masyarakat, maka guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat sebaba
tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di sekolah, tapi juga di luar sekolah
yaitu membina yang diberikan tidak hanya berkelompok tetapi juga secara
individual seperti memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak
didiknya di sekolah dan di luar sekolah. Menurut amatembun dalam Saipul Bahri
(1997:32) bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal di
sekolah maupun di luar sekolah.
Guru Profesional Dan Kurikulum
Seorang guru profesional tidaklah cukup dengan hanya mengetahuai
bagaiamana mendidik saja, atau hanya dengan memiliki ilmu yang tinggi dalam
bidang yang yang akan diajarkannya. Tugas guru jauh lebih kompleks dari itu.
Guru harus mampu mengajar anak didiknya dengan menguasai materi yang
pelajaran, memiliki wawasan kependidikan, memiliki pengalaman mengajar dan
lain-lain (Yamin 2007:48). Artinya seorang guru dituntut untuk tidak hanya
memiliki pengetahuan akademis akan tetapi juga ketrampilan (Skill).
Kurikulum mengandung muatan akdemis yang dalam penerapannya
membutuhkan teknik dan pengalaman. Kurikulum peka terhadap perubahanperubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dan perkembangan

teknologi. Oleh karena itu bukanlah hal yang tabu terdapat perbaikan dan
perubahan-perubahan dalam kurikulum.
Guru sebagai oknum yang menerapkan kurikulum dalam pelaksanaan
pendidikan yang telah dirancang oleh pemerintah haruslah mampu untuk
menyampaikan kurikulum dan perubahannya kepada peserta didik dan juga
dituntut untuk mampu ikut serta dalam perubahan kurikulum tersebut.
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum memiliki sifat yang dinamis yang senantiasa dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang mendasarinya. Sesuai dengan
sifatnya tersebut, maka kurikulum itu dapat dikembangkan, diperbaiki atau
dirubah sesuai dengan tuntutannya. Sebuah kurikulum dikembangkan atas dasar
kebutuhan yang berkembang di masyarakat pada sebuah negara. Tujuan
pendidikan pada sebuah negara dapat mengalami perubahan secara fundamental
bila terjadi perubahan situasi pada negara tersebut. Dengan terjadi perubahan
tujuan pendidikan, secara otomatis kurikulum juga harus mengalami perubahan
secara menyeluruh juga. Menurut Nasution (2014:251) ada dua hal yang bisa
membuat sebuah kurikulum mengalami perubahan, yaitu:
1) Bila tekanan dalam tujuan pendidikan mengalami pergeseran
2) Bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar mengajar
Dalam pengembangan kurikulum kita mengenal beberapa istilah lainnya,
yaitu: perbaikan kurikulum dan perubahan kurikulum. Perbaikan kurikulum
biasanya hanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum itu, sedangkan
perubahan kurikulum biasanya mengenai perubahan dasar-dasarnya baik
mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut
(Nasution, 2014:252).

Definisi Pengembangan Kurikulum


Menurut Wiji Hidayati (2013:6), pengembangan kurikulum (curriculum
development) pada dasarnya merupakan proses yang dimulai dari kegiatan
menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi dan memperbaiki
sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal. Dari definisi
tersebut dapat kita lihat bahwa dalam pengembangan sebuah kurikulum ada
tahapan mulai dari menyusunan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan
memperbaiki. Pengembangan kurikulum tidak sama dengan perbaikan kurikulum.
Pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia diatur dalam Undangundang nomor 20 tahun 2003 pasal 36:
Ayat 1: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
Ayat 2: Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
sesuai dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan pada empat tingkatan, yaitu:
a)
b)
c)
d)

Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional


Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga/institusi
Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran

Asas-Asas Pengembangan Kurikulum


Menurut Nana Syaodih (dalam Wiji Hidayati 2012), asas/landasan
dalam pengembangan kurikulum, adalah bidang-bidang yang dapat dijadikan
dasar poko keputusan tentang kurikulum. Asa-asas tersebut dapat digunakan untuk

menjawap

pertanyaan-pertanyaan

mendasar

atas

sebuah

pengembangan

kurikulum.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang asas/landasan pengembangan
kurikulum. Menurut James A. Beane, ada tiga landasan pengembangan
kurikulum, yaitu: 1) Landasan filsafat, sosiologi, psikologi. Sedangkan Nana
Syaodih menyebutkan ada empat landasan pengembangan kurikulum: Landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, dan perkembangan ilmu
dan teknologi. S Nasution melihat empat asas kurikulum, yaitu: asas filosofis,
psikologis, sosiologis dan organisatoris.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
yang menjadi asas pengembangan kurikulum adalah: landasan agama, filosofis,
psikologis, sosial budaya, perkembangan ilmu teknologi dan organisatoris.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip merupakan sebuah kaidah kebenaran yang dapat dipercaya
pada suatu masa tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman berpikir atau
melakukan kegiatan. Prinsip juga bisa diibaratkan sebagai rambu-rambu atau
pedoman dalam melaksanakan sesuatu. Jadi prinsip pengembangan kurikulum
merupakan pedoman yang benar dan dapat dipercaya dalam pengembangan
kurikulum.
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany ( dalam Wiji
Hidayati 2012), ada tujuh prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a) Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran-ajaran
dan nilai-nilainya
b) Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungankandungan kurikulum

c) Prinsip berkaitan denga bakat, minat kemampuan dan kebutuhan peserta


didik
d) Prinsip perkembangan dan perubahan
e) Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas yang
terkandung dalam kurikulum
f) Prinsip menyeluruh (universal)
g) Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan
kurikulum
Pendekatan dalam Pengembangan kurikulum
Setidaknya ada empat pendekatan yang dikemukakan para ahli dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
a) Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini didasarkan pada sistematis displin ilmu masing-masing.
Pendekatan ini berpijak pada teori pendidikan klasik yang berasumsi
bahwa semua ilmu pengetahuan, ide-ide dan nilai-nilai telah ditemukan
oleh para ahli terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi untuk memelihara
dan meneruskannya.
b) Pendekatan Humanistis
Pendekatan ini bertolak dari ide memanusiakan manusia. Pendekatan ini
berpijak pada teori pendidikan pribadi (personalized education) yang
berasumsi bahwa anak atau peserta didik adalah yang utama dalam
pendidikan
c) Pendekatan rekonstruksi
Pendekatan ini bertolak dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam masyarakat. Yang menjadi asumsi pendekatan ini adalah bahwa
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi
dan kerjasama.
d) Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas tertentu. Prinsip efesiensi

dan efektifitas dalam

pemilihan dan pelaksanaan program menjadi dasar bagi pendekatan ini.


Kurikulum dalampendekatan ini dikembangkan melalui kegiatan uji coba
dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai.
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum merupakan teori-teori atau langkahlangkah dalam pengembangan kurikulum. Ada beberap ahli yang telah
mengembangkan model-model dalam pengembangan kurikulum. Modelmodel tersebut adalah:
1) Model Tyler
2) Model Hilda Taba
3) Model Harold B. Alberty
4) Model David Marwick
5) Model Beauchamp
6) Model berdasarkan Kompetensi
7) Model Administratif (the Administrative Model)
8) Model Akar Rumput (Grass Roots Model)
Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan
antara sifat yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral.
Pembagian kategori ini tentu saja- akan memberikan pengaruh signifikan
terhadap pengembangan kurikulum.
Tujuan utama pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta memberikan standar penguasaan yang sama
bagi seluruh wilayah.
Latar belakang pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Syaodih yaitu
pertama, karena wilayah Indonesia yang sangat luas yang terbentuk atas pulaupulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap daerah
berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada yang sangat

terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada
yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga
berbeda-beda yaitu ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan
melakukan pengembangan sendiri karena memiiki personalia, fasilitas yang
memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah yang lain kondisinya sangat
memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat darurat. Keempat,
adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih
mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan
tersebut.
1.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi


Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun

dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode
dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun program dan alat evaluasi
yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah
tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas untuk
mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas,
kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih
dan menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu
memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan
siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan siswa, guru hendaknya mampu
memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi

perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi pelaksanaannya itu
sendiri.
2.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat


desentralisasi
Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah

tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kuriklum ini diperuntukkan bagi
suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum
semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah
serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kelebihannya adalah:
a) Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
setempat.
b) Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik
kemampuan profesioanal, finansial maupun manajerial.
c) Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan
dalam pelaksanaannya.
d) Ada motivasi kepada kepada sekolah untuk mengembangkan diri, mencari
dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baikny, dengan demikian akan
terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Adapun beberapa kelemahannya adalah.
a) Tidak

adanya

keseragaman,

untuk

situasi

yang

membutuhkan

kesesragaman demi persatuan dan kesatuan nasional


b) Tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukarn untuk
diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan
sekolah/wilayah lainnya
c) Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain
d) Sukar untuk mengadakan pengeloaan dan penilaian secara nasional.

10

e) Belum semua sekolah atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun


dan mengembangkan kurikulum sendiri.
Guru Dan Upaya Pembinaan Kurikulum
Upaya

pembinaan

kurikulum

yang

dilakukan

guru

bertujuan

meningkatkaan kualitas proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup proses belajar mengajar termasuk
penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan, administrasi guru, dan
pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar mengajar
adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) bidang studi tertentu. Upaya yang bisa dilakukan agar
pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam
GBPP adalah sbb :
1.

Menelaah GBPP

Dalam GBPP dikemukakan tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok


bahasan/sub pokok bahasan, bahan pengajaran dan penyebaran pokok bahasan
berdasarkan kelas/caturwulan/semester.
Telaah guru terhadap GBPP terutama untuk menetapkan :
a) Berapa banyak pokok bahasan dalam satu caturwulan/semester sesuai
dengan tujuan instruksionalnya. Hal ini penting untuk membaginya ke
dalam jumlah pertemuan mengajar tatap muka, sehingga memudahkan
dalam menyusun satuan pelajaran.
b) Materi apa yang harus dikuasai dan disiapkan guru, sesuai dengan bahan
isi bahan atau/pokok bahasanyang ada dalam GBPP, melalui telaahan ini
guru dapat mencari dan menentukan buku sumbar yang paling sesuai
dengan isi npokok bahasan.

11

c) Jenis alat peraga dan sarana belajar yang di perlukan guna mengajarkan
pokok bahasan tersebut.
d) Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat evaluasi materi/bahan pengajaran
berdasarkan pokok bahasan tertentu. Guru dapat mengumpulkan atau
menyusun pertanyaan, dari berbagai sumber yang ada.
2.

Menyusun satuan pelajaran


Berdasarkan telaahan GBPP setiap guru sebaiknya menyusun satu satuan

pelajaran untuk satu caturwulan/ semester. Penyusunan satuan pelajaran secara


menyeluruh untuk satu caturwulan/semester akan dapat menjamin kesinambungan
tujuan, bahan kegiatan belajar, dan

penilaiaan. Manfaat lain, guru tidak

direpotkan membuat satuan pelajaran setiap kali akan mengajar.

Satuan pelajaran yang di susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan
disempurnakan pada tahun berikutnya, berdasarkan pengalaman mengajar yang di
tempuh guru dengan menggunakan satuan pelajaran yang telah disusun tersebut.
3.

Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar


Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk siswa, seperti alat

peraga, buku sumber, alat praktikum, bahan diskusi (topik-topik diskusi),


keperluan permanen, alat untuk kunjungan ke luar kelas, dan lain-lain.Upaya
pengelolaan sumber belajar dilakukan dan direncanakan sedini mungkin, sehingga
pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar, sumber belajar dapat

di

usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri, menugaskan siswa,


membeli, atau bekerja sama dengan orang lain/ pihak lain (meminjam, dll).
4.

Penilaian hasil belajar

12

Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu
ukuran dari keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam
hal perubahan intelektual terutama mengenai pemahaman konsep, prinsip, hukum,
teori yang ada dalam bidang studi yang dipelajarinya, kemampuan memecahkan
masalah

berdasarkan

prinsip-prinsip

pengetahuan

ilmiah,

kemampuan

menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang dihadapinya dan


kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah, objek,
dan lain-lain atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu.
Aktivitas Guru Dalam Merencanakan Kurikulum
Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi menentukan tujuan
pengajaran, penentuan bahan pelajaran, alat dan metode pengajaran, serta
perencanaan penilaian pembelajaran. Dengan demikian kegiatan merencanakan
merupakan upaya sistematis dalam mencapai suatu tujuan selain itu untuk
mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif. Sebagai contoh,
keberhasilan dalam implementasi kurikulum dapat dipengaruhi oleh perencanaan
pembelajaran pembelajaran yang disusun guru. Oleh sebab itu, kepiawaian guru
dalam menyusun rencana pembelajaran (instruction design) dapat menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi. Empat kegiatan yang bisa dilakukan guru
dalam menyusun rencana pembelajaran (instruction design):
1) Menentukan Tujuan yang Hendak Dicapai.
Berangkat dari tujuan yang kongkrit inilah, hal ini akan menjadi
patokan dalam melakukan dan melaksanakan langkah yang harus ditempuh
termasuk cara bagaimana melaksanakannya. Tujuan yang dimaksud adalah
tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil proses belajar
mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang menjadi bahan

13

pelajaran. Tujuan-tujuan tang telah ditentukan tersebut kemudian di bagi


menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Adapun beberapa petunjuk untuk melakukan atau menentukan
tujuan pembelajaran.
a) Tujuan hendaknya mengandung unsur proses dan produk.
b) Tujuan bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata.
c) Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang dimaksud.
d) Pencapaian tujuan kadang waktu membutuhkan waktu yang relatif lama.
e) Harus komprehensif, yang artinya mencakup segala tujuan yang ingin di
tempuh oleh suatu sekolah tertentu.
2) Menetapkan bahan ajar atau bahan pelajaran.
Bahan pelajaran mencakup tiga komponen antara lain ilmu
pengetahuan, proses, dan nilai-nilai. Dalam hal ini ketiga komponen
tersebut dapat dirincikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
sekolah tertentu.
3) Menentukan metode pengajaran
Penentuan metode erat kaitannya dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang paling efektif dan efesien dalam melakukan proses
belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan metode mengajar yaitu:
Tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
Bahan ajar yang akan diajarkan.
Jenis kegiatan belajar anak didik yang diinginkan.
4) Merencanakan penilaian hasil belajar.
Penilaian pada dasarnya penilaian adalah suatu proses penentuan
nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu.
Sedangkan pendapat lain menjelaskan bahwa penilaian berbeda dengan
tes dan pengukuran. Tes

merupakan bagian integral dari pengukuran,

sedangkan pengukuran pengukuran merupakan bagian yang mungkin


dilakukan dalam suatu penelitian.
14

HASIL DAN KESIMPULAN


Kesimpulan
Guru adalah sosok yang melaksanakan pendidikan dalam tempat tempat
(lembaga pendidikan) tertentu sebagai pengajar yang mendidik peserta didik.
Guru memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses pengembangan
masyarakat. Guru yang profesional harus mampu menyampaikan kurikulum dan
perubahannya kepada peserta didik dan juga harus mampu melakukan
pengembangan terhadap kurikulum.
Pengembangan kurikulum bukanlah suatu hal yang tabu akan tetapi
merupakan sebuah kebutuhan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan
masyarakat
Dalam melakukan pengembangan kurikulum harus tetap berpedoman pada
asas-asas yang tepat dan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang
sesuai pula.
Peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun
bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap perkembangan
anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun
program dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Guru
juga memiliki peran ikut berpartisipasi dengan mengeluarkan ide-de dan
pemikiran yang sebaik-baiknya dalam rangka pengembangan kurikulum secara
desentralisasi.

15

Menelaah GBPP, Menyusun satuan pelajaran, Penyediaan sumber (alat)


fasilitas belajar, dan Penilaian hasil belajar merupakan upaya yang dapat
dilakukan guru dalam pembinaan kurikulum. Selain itu, guru juga dapat
melakukan kegiatan-kegiatan dalam perannya mengembangkan kurikulum, yaitu:
a) menetukan tujuan yang hendak dicapai, b) menetapkan bahan ajar atau
pelajaran, c) menetukan metode pengajaran, d) merencanakan penilaian hasil
belajar
Kesimpulan
Guru dalam tugasnya sebagai ujung tombak pendidikan harus menguasai dan
mampu untuk menyampaikan kurikulum yang di dalamnya terdapat tujuan
pendidikan kepada peserta didiknya. Untuk itu guru harus ikut mengambil peran
dalam pengembangan kurikulum baik di tingkat pembelajaran, matapelajaran,
institusi maupun secara nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Rosada
Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayati Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yokyakarta: Pedagogia (PT.
Pustaka Insan Madani)
Nasution S. 2014. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
16

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana
Saodih Sukmadinata Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.
Bandung: Rosdakarya.
Sudjana Nana. 2002. Pengembangan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.
Bandung: Algesindo.
Sulistyowati Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.
Yokyakarta: PT. Cipta Aji Parama
Yamin Martinis. 2007. Profesioanlisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:
Gaung Persada Press

17

Anda mungkin juga menyukai