BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang berhubungan
dengan sifat makroskopis dan sifat kimia yang berhubungan dengan jenis partikel
materi. Perubahan materi dideskripsikan menjadi perubahan fisika dan perubahan
kimia yang fenomenanya bisa diamati, tetapi apa yang terjadi di tingkat partikel
materi merupakan kajian sub-mikroskopis. Pembahasan energi yang menyertai
perubahan materi mencakup jenis dan jumlah energi, serta perubahan energi dari
bentuk satu ke bentuk yang lain. (Depdiknas, 2006).
Aspek kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dibuat fakta
kongkritnya (makroskopis), dan sebagian aspek yang lain tidak kasat mata
(invisible), artinya tidak bisa dibuat fakta kongkritnya (sub-mikroskopis). Namun
demikian, aspek kimia yang tidak kasat mata masih bersifat kasat logika,
artinya kebenarannya bisa dibuktikan dengan menggunakan logika matematika
atau kajian teoritik (Depdiknas, 2006). Atas dasar itu, pembelajaran konsepkonsep kimia memiliki ciri-ciri khusus, terutama menekankan keterkaitan aspek
makroskopis, sub-mikroskopis dan simbolis (Chittleborough, 2004).
Makroskopis
(cirinya dapat dilihat, dicium, didengar atau dirasakan)
Simbolis
Sub-mikroskopis
(representasi menggunakan
berbagai macam bentuk)
10
Nyata
Level
Makroskopis
Representasi
Level
Sub-mikroskopis
Level
Simbolis
10
Beberapa kajian
11
11
12
alat untuk mengajarkan dan sebagai alat untuk belajar. Dalam tinjauan proses
belajar mengajar, Chittleborough (2004) membedakan model dibedakan
menjadi 4 (empat) tipe diantaranya:
a) Model mental (Mental Model) adalah ide, pengalaman, gambaran, model
dan sumber-sumber lain yang ada dalam pikiran.
b) Model yang diekspresikan (Expressed Model) adalah penjelasan dari
sebuah objek, ide, atau kejadian yang ada di dalam pikiran kedalam
bentuk-bentuk ekspresi. Contoh bentuk ekspresi tersebut bisa berupa
penjelasan verbal, gambar, grafik, essay singkat, dan lain-lain.
c) Model konsensus (ConsensusModel) adalah model yang diajukan oleh
para ilmuan dan sudah disepakati oleh kelompok ilmuan tersebut.
d) Model pengajaran (Teaching Model)adalah penjelasan mengenai konsepkonsep yang ada di dalam konsensus model yang di ajarkan guru kepada
siswa.
Keempat model tersebut digambar dalam sebuah diagram yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.3.
Model
Pengajaran
Siswa belajar
Model Mental
Model
Konsesnsus
dan memahami
12
Model
Ekspresi
13
Model Visual
Model Verbal
Model Simbol
Representasi
Internal
Model Konkrit
Model Isyarat
2. Model Mental
Pada awalnya model mental merupakan aktvitas pikiran sebagai
konstruksi internal model skala kecil dari dunia nyata (Craiks dalam Park,
2006). Namun seiring perkembangannya, model mental telah dipelajari
dan diimplementasan dalam berbagai bidang dan salah satunya adalah
pembelajaran sains. Chittleborough (2002) mendeskripsikan model mental
merupakan sebuah ide, pengalaman, gambaran, model dan sumber-sumber
lain yang ada dalam pikiran siswa dan siswa telah mengalami sebelumnya.
Dalam proses pembelajaran ilmu kimia, model mental siswa merupakan
13
14
oleh
menggunakan
seseorang
model
selama
untuk
kognitifnya
memberi
alasan,
bekerja.
Siswa
menggambarkan,
2.
14
15
3.
Model mental adalah buatan artinya model mental bersifat dinamis dan
berkelanjutan bisa dimodifikasi bila ada suatu informasi baru yang
dimasukan kedalam model mental lama.
4.
untuk memahami kimia secara lengkap siswa harus bisa mengaitkan ketiga
level representasi. Dengan model mental yang sudah terbentuk secara terpisah
mengenai representasi makroskopis, sub-mikroskopis, dan simbolis, siswa
diharapkan dapat menggunakan model mental untuk mengaitkan ketiga level
representasi tersebut untuk memahami konsep kimia secara utuh (Devetak
dalam Jansoon, 2009). Hubungan antara model mental dengan representasi
kimia diperlihatkan dalam Gambar 2.5.
Level
Makroskopis
Metode Visualisasi
Realita
Level
Sub-Mikroskopis
Representasi dari
realita
Level
Simbolis
Gambar 2.5 Keterkaitan tiga level representasi dengan model mental (Jansoon, 2009)
15
16
Model
mental
individu
biasanya
diungkap
dengan
cara
16
17
(sumber : wikipedia)
Gambar 2.6 Representasi Makroskopis Garam
Garam merupakan zat yang tersusun dari anion yang berasal dari
asam dan kation yang berasal dari basa. Kation dan anion tersebut saling
berikatan dengan ikatan ionik sehingga ikatan yang terjadi sangat kuat.
Kation dan anion yang ada di dalam suatu garam tersusun secara rapi dan
teratur. Model sub-mikroskopis garam padat ditunjukan oleh Gambar 2.7.
Pada gambar tersebut terlihat susunan kation dan anion garam yang
tersusun secara rapi dan selang seling. Lingkaran kecil menunjukkan
kation garam dan lingkaran besar menunjukkan anion garam. Penulisan
senyawa garam biasanya diwakili dengan rumus senyawanya, contohnya
garam NaCl, garam NH4Cl, garam CH3COONa, dan garam (NH4)2CO3.
(sumber : chem-is-try)
Gambar 2.7 Model Sub-mikroskopis Garam
17
18
Berdasarkan
asam
dan
basa
pembentuknya,
garam
dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
Contoh : NaCl dan KCl
b) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah
Contoh : NH4Cl, (NH4)2SO4
c) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat
Contoh : CH3COONa, Na2CO3
d) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
Contoh : CH3COONH4, (NH4)2CO3, (NH4)2SO3
2. Sifat-sifat garam
Sifat garam yang dijelaskan pada konsep ini adalah sifat garam
ketika berada di dalam pelarut air dengan fokus tinjauannya adalah pH
larutan garam. Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai sifat
larutan garam dari keempat kelompok garam yang telah dipaparkan.
Namun, sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai konsep
pelarut air.
Pelarut Air
Secara kasat mata air murni merupakan suatu zat yang berwujud
cair pada suhu kamar dan merupakan larutan yang tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau. Bila ditinjau dari tingkat keasaman, air murni
bersifat netral yaitu berada pada rentang 6,3-8,3 skala pH. Sifat air yang
netral tersebut dapat dibuktikan dengan cara mengujinya dengan kertas
lakmus. Hasilnya air murni tidak mengubah warna kedua kertas lakmus
18
19
(a)
Gambar 2.8
(b)
Representasi Makroskopis Air (a) Fisik Air Murni
(b) Hasil Uji Lakmus terhadap Air Murni
(sumber: wikipedia)
19
20
H2O (model
OH- (model
), dan
air
= OH-
= ion H+
= H2O
basa
asam
basa
20
21
21
22
22
23
23
24
dalam larutan. Oleh karena itu, larutan garam yang di dalamnya terlarut
garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa.
garam
CH3COONH4
bersifat
netral
karena
24
25
konsentrasi ion OH- dan ion H3O+. Sementara pada larutan garam
(NH4)2CO3 bersifat basa karena setelah penambahan garam (NH4)2CO3
terjadi peningkatan konsentrasi ion OH-. Dan larutan garam
(NH4)2C2O4 bersifat asam karena penambahan garam (NH4)2C2O4
kedalam pelarut air menyebabkan peningkatan konsentrasi ion H3O+.
Karena kedua pembentuk garam berasal dari asam lemah dan basa
lemah sifat larutan garam dapat ditentukan oleh tetapan asam (Ka) atau
tetapan basa (Kb). Jika Ka > Kb, larutan garam bersifat asam, bila Ka =
Kb, larutan garam bersifat netral, dan bila Ka < Kb, larutan garam
bersifat basa. Arti tetapan asam dan basa disini adalah jika tetapan
asam semakin besar maka sifat asam atau basa semakin kuat yang
berarti pula asam konjugasi atau basa konjugasinya semakin lemah dan
begitu juga sebaliknya bila harga tetapan semakin kecil maka sifat
asam atau basa semakin lemah dan asam konjugasi atau basa konjugasi
semakin kuat
Dari data harga Ka dan Kb asam basa pembentuk garam sifat
larutan garam yang di dalamnya terlarut garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah dituliskan dengan persemaan reaksi seperti
berikut ini:
CH3COO- (aq) + NH4+(aq)
CH3COONH4 (aq)
[H+] = [OH-]
2 NH4+ (aq) + C2O42- (aq)
(NH4)2C2O4 (aq)
25
26
(NH4)2CO3 (aq)
(a)
(b)
Gambar 2.8
(c)
3. Pengertian Hidrolisis
Pada umumnya reaksi kimia diperlakukan di dalam medium air. Air
merupakan pelarut
berlangsungnya reaksi. Dalam larutan asam dan basa kita mengenal adanya
spesi ion H3O+ atau H+ dan OH- yang diperoleh dari senyawa asam dan
26
27
senyawa basa yang sering disebut proses ionisasi. Sementara bila reaksi ionion dengan molekul air menghasilkan ion H+ dan atau OH- disebut dengan
hidrolisis.
Hidrolisis bila dikaji dari asal katanya yaitu Hydro yang berarti air dan
Lysis berarti pemecahan. Maka pengertian hidrolisis adalah proses pemecahan
air oleh asam konjugasi kuat atau basa konjugasi kuat menghasilkan ion H3O+
dan atau OH-.
Analisis proses hidrolisis di dalam larutan garam
a) Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat (contoh garam : NaCl)
Proses terjadinya reaksi hidrolisis secara makroskopis ditunjukkan
dengan berubahnya pH larutan yang dibuktikan dengan uji lakmus.
Namun, proses terjadinya hidrolisis tidak bisa dijelaskan dari aspek
makrokopis saja karena larutan yang mengalami hidrolisis garam juga ada
yang tidak mengubah pH larutan yaitu garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah yang mempunyai harga Ka dan Kb sama.
Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar 2.10, larutan garam
dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
mengubah warna kertas lakmus. Hal tersebut bisa dikatakan di dalam
larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat tidak terjadi reaksi hidrolisis.
Penjelasan selanjutnya mengenai proses hidrolisis garam dalam
larutan garam yang di dalamnya terlarut garam yang berasal dari asam
27
28
kuat dan basa kuat dapat dijelaskan secara lengkap yaitu pada aspek submikroskopis. Natrium klorida (NaCl) sebagai contoh garam yang terbentuk
dari asam kuat dan basa kuat bila dilarutkan dalam air akan terionisasi
menjadi kation Na+ dan anion Cl-. Baik ion Na+ maupun Cl- berasal dari
elektrolit kuat, selain itu kedua ion tersebut merupakan basa konjugasi dan
asam konjugasi sangat lemah sehingga anion yang berasal dari asam kuat
tidak memiliki afinitas terhadap ion H3O+ dari molekul air dan kation dari
basa kuat juga tidak memiliki afinitas terhadap ion OH-. Dengan demikian
di dalam larutan NaCl tidak terjadi reaksi hidrolisis. Karena reaksi
hidrolisis tidak berlangsung jadi pH larutan garam ini tetap karena tidak
ada peningkatan konsentrasi H3O+ dan konsentrasi OH- dalam larutan.
Kation dan anion yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
bereaksi dengan air karena kekuatan asam dari kation sebagai asam
konjugasi sangat lemah bila dibandingkan dengan kekutan asam dari air
dan kekuatan basa dari anion sebagai basa konjugasi tersebut sangat lemah
dibandingkan dengan kekuatan asam dari air. Meskipun kation dan anion
tidak bereaksi dengan air, namun kedua spesi tersebut masih berinteraksi
dan interaksi yang terjadi adalah hidrasi. Proses hidrasi adalah
dikelilinginya kation oleh ujung parsial negatif air dan dikelilinginya anion
oleh ujung parsial positif dari air (Keenan, 1989). Model sub-mikroskopis
larutan garam NaCl ditunjukkan oleh Gambar 2.14. Didlam model tersebut
digambarkan spesi yang ada di dalam larutan garam NaCl dan proses
hidrasi.
28
29
H2O
b) Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam kuat dan
basa lemah (contoh garam : NH4Cl)
Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam
kuat dan basa lemah dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi
merah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11. Perubahan warna
kertas lakmus menunjukkan larutan garam ini mengalami kenaikan pH.
Dengan kata lain di dalam larutan garam dengan zat terlarut garam yang
berasal dari asam kuat dan basa lemah terjadi reaksi hidrolisis.
Menurut teori Bronsted-Lowry reaksi hidrolisis merupakan reaksi
asam-basa. Spesi yang bersifat asam dalam reaksi adalah spesi yang
mampu mendonorkan proton (H+) dan spesi yang bersifat basa dalam
reaksi adalah spesi yang menerima proton (H+). Reaksi hidrolisis dalam
larutan garam akan terjadi bila spesi kation (asam konjugasi) mempunyai
29
30
kekuatan asam yang lebih kuat daripada air dan atau spesi anion (basa
konjugasi) mempunyai kekuatan basa yang lebih kuat dibandingkan
dengan air.
Didalam larutan garam NH4Cl spesi yang ada sebelum reaksi
hidrolisis adalah H2O, ion NH4+, ion Cl-, ion H+ (dari air) dan ion OH(dari air). Ion NH4+ merupakan asam konjugasi kuat yang berasal dari basa
lemah NH3, sehingga bereaksi dengan air. Pada reaksi tersebut ion NH4+
bertindak sebagai asam (spesi yang mendonorkan H+) dan dan air
bertindak sebagai basa (spesi yang menerima H+). Sementara ion Clmerupakan basa konjugasi lemah sehingga tidak mengalami reaksi dengan
air namun hanya terjadi proses hidrasi saja. Jadi, di dalam larutan NH4Cl
terjadi hidrolisis sebagian (parsial), yaitu hidrolisis oleh kation NH4+. Dari
proses tersebut maka seara sub-mikroskopis spesi yang ada dalam larutan
garam NH4Cl setelah terjadi hidrolisis adalah H2O, ion NH4+, ion Cl-, NH3,
H3O+ (hasil reaksi),
penambahan ion H3O+ menyebabkan larutan bersifat asam. Model submikroskopis dari larutan garam NH4Cl sebelum dan sesudah reaksi
hidrolisis ditunjukkan oleh Gambar 2.15.
Proses hidrolisis di dalam larutan garam NH4Cl dituliskan dalam
bentuk persamaan reaksi seperti berikut:
Reaksi ionisasi
NH4Cl (s)
H2O
Reaksi hidrolisisnya:
30
31
sebelum
= ion OH-
Asam
sesudah
= ion Cl= ion
= NH4OH
= ion
= H 2O
+
NH
H O+
Gambar 2.15 Model Sub-mikroskopis Larutan Garam NH4Cl Keadaan
Sebelum dan Sesudah Reaksi Hidrolisis
c) Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat (contoh garam : CH3COONa)
Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi
biru seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12. Perubahan warna kertas
lakmus menunjukkan larutan garam ini mengalami penurunan pH. Dengan
kata lain di dalam larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal
dari asam lemah dan basa kuat terjadi reaksi hidrolisis.
Spesi yang ada di dalam larutan garam CH3COONa sebelum
hidrolisis adalah H2O, ion Na+, ion CH3COO-, ion H3O+ (dari air) dan ion
OH- (dari air). Ion CH3COO- merupakan basa konjugasi kuat yang berasal
dari asam lemah CH3COOH, sehingga bereaksi dengan air. Dalam reaksi
ion CH3COO- bertidak sebagai basa (spesi yang menerima H+) sedangkan
air bertindak sebagai basa (spesi yang mendonorkan H+). Sementara ion
31
32
Na+ tidak bereaksi dengan air dan hanya mengalami hidrasi saja. Jadi, di
dalam larutan CH3COONa terjadi hidrolisis sebagian (parsial), yaitu
hidrolisis oleh anion CH3COO-. Spesi dalam larutan setelah terjadi
hidrolisis adalah ion H2O, ion Na+, ion CH3COO-, CH3COOH, ion OH(hasil reaksi), ion H3O+ (dari air) dan ion OH- (dari air). Adanya
penambahan ion OH- menyebabkan larutan bersifat asam. Model submikroskopis dari larutan garam CH3COONa sebelum dan sesudah reaksi
hidrolisis ditunjukkan oleh Gambar 2.16.
sebelum
sesudah
= ion H3O+
= ion OH-
= H2O
= ion Na+
= ion CH3COO-
= CH3COOH
CH3COONa (s)
Reaksi hidrolisisnya
CH3COO- (aq) + H2O (l)
Basa
Asam
Asam
32
Basa
33
d) Larutan garam dengan zat terlarut garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah (contoh garam : (NH4)2CO3)
Secara makroskopis terjadinya reaksi hidrolisis ditandai dengan
perubahan pH larutan. Namun, salah satu dari kelompok garam yang
berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak mengalami perubahan pH.
Sementara yang dua lainnya menunjukkan perubahan pH. Seperti pada
gambar 2.8 menunjukkan ketiga contoh representasi makroskopis larutan
garam dengan zat terlarut garam yang berasal dar asam lemah dan basa
lemah.
Di dalam larutan garam (NH4)2CO3 spesi yang ada sebelum reaksi
hidrolisis adalah H2O, ion NH4+, ion CO32-, ion H3O+ (dari air) dan ion
OH- (dari air). Ion NH4+ merupakan asam konjugasi kuat yang berasal dari
basa lemah NH3, sehingga bereaksi dengan air. Dalam reaksi ion NH4+
bertindak sebagai asam (spesi yang mendonorkan H+) dan dan air
bertindak sebagai basa (spesi yang menerima H+). Ion CO32- merupakan
basa konjugasi kuat yang berasal dari asam lemah H2CO3, sehingga
bereaksi juga dengan air. Dalam reaksi Ion CO32- bertindak sebagai basa
(spesi yang menerima H+) dan dan air bertindak sebagai asam (spesi
mendonorkan yang H+). Karena keduanya bereaksi dengan air berarti
kedua spesi tersebut berkontribusi dalam meningkatkan konsentrasi ion
OH- dan ion H3O+. Karena secara sub-mikroskopis larutan garam
(NH4)2CO3 bersifat basa berarti ion OH- yang dihasilkan lebih banyak. Hal
tersebut bisa dijelaskan dengan penjelasan tetapan asam atau basa. Seperti
33
34
yang sudah dipaparkan bahwa arti tetapan asam dan basa disini jika
tetapan asam semakin besar maka sifat asam atau basa semakin kuat yang
berarti pula asam konjugasi atau basa konjugasinya semakin lemah dan
begitu juga sebaliknya bila harga tetapan semakin kecil maka sifat asam
atau basa semakin lemah dan asam konjugasi atau basa konjugasi semain
kuat. Dari konsep tersebut berarti kekuatan ion CO32- sebagai basa
konjugasi lebih kuat daripada kekuatan ion NH4+ sebagai asam konjugasi.
Dari proses tersebut maka seara sub-mikroskopis spesi yang ada dalam
larutan garam (NH4)2CO3 setelah terjadi hidrolisis adalah H2O, ion NH4+,
ion CO32-, ion H3O+ (hasil reaksi), ion OH- (hasil reaksi), NH3, H2CO3, ion
H3O+ (dari air), ion OH- (dari air). Meskipun terjadi penambahan ion H3O+
dan ion OH- larutan garam
sebelum
= ion OH-
sesudah
= ion H3O+
Gambar 2.17
= H2O
= ion NH4+
= ion CO32-
= NH4OH
= H2CO3
35
Reaksi ionisasi
(NH4)2CO3 (aq)
H2O
Reaksi hidrolisisnya
NH4+ (aq) + H2O (l)
Asam
Basa
Dari reaksi diatas terlihat bahwa di dalam larutan garam yang didalamnya
terlarut garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami
hidrolisis baik oeh ation maupun anion. Dengan kata lain di dalam larutan
ini terjadi hidrolisis total.
35