Anda di halaman 1dari 1

Kompas.

com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi selama ini lebih lekat dengan
penyakit jantung. Padahal, hipertensi juga berkawan akrab dengan penyakit gagal ginjal kronik.
Bahkan hipertensi adalah penyebab gagal ginjal stadium lanjut nomor dua terbanyak setelah
diabetes. "Penyakit ginjal kronik kini menjadi epidemi global baru. Angkanya mencapi 12,5
persen dari populasi di seluruh dunia dengan faktor risiko terbesar adalah diabetes melitus
disusul dengan hipertensi," kata Prof.dr.Suhardjono, Sp.PD-KGH dalam acara diskusi kesehatan
mengenai Pentingnya Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang diadakan
oleh Pfizer di Jakarta beberapa waktu lalu.
Hipertensi merupakan keadaan di mana tekanan darah berada di atas batas normal, yaitu
di atas 120/80. Peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah di
sebagian besar tubuh. Di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi
sebagai penyaring guna mengeluarkan produk sisa darah. Jika pembuluh darah di ginjal rusak,
maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limah dan cairan esktra dari tubuh. Bila
ekstra cairan di dalam pembuluh darah meningkat, maka bisa meningkatkan tekanan darah. "Ini
adalah siklus berbahaya," kata prof.Suhardjono.
Naiknya tekanan darah memang bisa menjadi salah satu gejala munculnya penyakit
ginjal. Namun, seperti halnya hipertensi, penyakit ginjal kronik (PGK) seringkali tidak bergejala.
Orang mungkin menderita PGK tapi tidak menyadarinya. "Seringkali pasien yang datang tidak
merasa gejala apa-apa, baru setelah dilakukan pemeriksaan darah dan urin ketahuan sudah gagal
ginjal," kata dokter dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia ini. Secara umum PGK bisa
didefinisikan sebagai ketidaknormalan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerular (LGF) sehingga menimbulkan kerusakan ginjal. Akibat gangguan fungsi
ginjal itu pasien bisa mengalami muntah-muntah, bengkak pada kaki, atau pucat. "Jika sudah ada
gejala biasanya stadiumnya sudah lanjut. Padahal penyakit ini tidak bisa dikembalikan menjadi
normal," kata dr.Dharmeizar, Sp.PD-KGH, konsultan ginjal dan hipertensi dari RSCM Jakarta

Anda mungkin juga menyukai