Anda di halaman 1dari 4

Business Process Reengineering

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Siklus Business Process Reengineering.


Business Process Reengineering (BPR, Rekayasa ulang proses bisnis) adalah pemikiran
kembali secara fundamental dan perancangan kembali proses bisnis secara radikal, dihasilkan
dari sumber daya organisasi yang tersedia.
BPR menggunakan pendekatan untuk perancangan kembali cara kerja dalam mendukung misi
organisasi dan mengurangi biaya. Perancangan ulang dimulai dengan penaksiran level tinggi
terhadap misi organisasi, tujuan strategis, dan kebutuhan pelanggan. Pertanyaan dasar yang
ditanyakan seperti "apakah misi kita harus diperjelas? Apakah tujuan strategis kita berjalan
beriringan dengan misi kita? Siapa pelanggan kita?"

Daftar isi

1 Pengertian lain
2 Pengertian lainnya

3 Peran TI

4 Pranala luar

Pengertian lain
Business Process Reengineering dikenal juga dengan istilah Business Process Redesign
(Perancangan Ulang Proses Bisnis), Business Transformation, atau Business Process
Change Management. Business Process Reengineering (BPR) dimulai sebagai teknik sektor
privat untuk mendukung organisasi secara fundamental memikirkan kembali bagaimana mereka
mengerjakan bisnis yang mampu meningkatkan jasa kepada pelanggan, memotong biaya

operasional dan menjadi kompetitor kelas dunia. Kunci utama dalam perancangan ulang adalah
pengembangan sistem informasi dan jaringan. Organisasi-organisasi besar semakin banyak
menggunakan teknologi ini untuk lebih mendukung proses bisnis yang inovatif dibanding
memperbaiki metode kerja pada saat yang sama.
BPR meliputi analisis dan perancangan alir kerja (workflow) dan proses-proses dalam sebuah
organisasi. Berdasarkan Daven ports (1990), proses bisnis adalah sekelompok tugas-tugas yang
saling berhubungan secara logis, dilaksanakan untuk mencapai sebuah hasil bisnis yang jelas.
Re-engineering ("rekayasa ulang") adalah dasar dari perkembangan-perkembangan manajemen
yang muncul belakangan ini. Tim lintas-fungsional (Cross-functional team), contohnya, telah
banyak dikenal karena perannya dalam perancangan ulang tugas-tugas fungsional yang terpisah
menjadi proses-proses lintas-fungsional yang lengkap.
Dalam kerangka kerja untuk penaksiran dasar terhadap misi dan tujuan, perancangan ulang
memfokuskan kepada proses bisnis organisasi langkah-langkah dan prosedur yang
mengendalikan bagaimana sumber daya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang
memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar yang khusus. Proses bisnis dapat disusun kembali
menjadi aktivitas-aktivitas spesifik, diukur, dimodelkan dan diperbaiki. Dapat pula dirancang
ulang secara keseluruhan atau dieliminasi sekaligus. Perancangan ulang mengidentifikasikan,
menganalisa, dan merancang ulang proses inti bisnis organisasi dengan tujuan untuk mencapai
hasil maksimal dalam ukuran kinerja kritis seperti biaya, kualitas, jasa dan kecepatan.
Perancangan ulang membagi-bagi proses bisnis menjadi sub-sub proses dan tugas yang
dilaksanakan oleh beberapa area fungsional terspesialisasi dalam organisasi. Seringkali tidak
seorang pun yang bertanggung jawab atas kinerja keseluruhan proses. Perancangan ulang
memaksimalkan kinerja subproses yang akan menghasilkan beberapa keuntungan, namun tidak
menjanjikan peningkatan yang dramatis jika prosesnya sendiri tidak efisien dan tertinggal.
Untuk alasan itu, perancangan ulang memfokuskan pada merancang kembali proses secara
keseluruhan untuk mencapai keuntungan maksimal bagi organisasi dan pelanggan. Hal ini
berbeda dengan proses yang memfokuskan pada peningkatan fungsional atau incremental saja.

Pengertian lainnya
Beberapa pengertian mengenai BPR antara lain:

"... the fundamental rethinking and radical redesign of business processes to achieve
dramatic improvements in critical contemporary measures of performance, such as cost,
quality, service, and speed."
"...pemikiran ulang fundamental dan perancangan radikal terhadap proses-proses bisnis
untuk mencapai perbaikan secara dramatis dalam ukuran kritis terhadap kinerja seperti
biaya, kualitas, jasa dan kecepatan."

"encompasses the envisioning of new work strategies, the actual process design activity,
and the implementation of the change in all its complex technological, human, and
organizational dimensions."

"mencakup perencanaan strategi kerja baru, aktivitas perancangan proses yang aktual dan
implementasi perubahan dalam semua dimensi teknologi, manusia dan organisasi yang
kompleks.

Untuk mencapai peningkatan yang maksimal dengan BPR, perubahan stuktur organisasi dan cara
lain seperti pengelolaan dan pelaksanaan kerja saja dianggap belum cukup. Agar dapat
mendapatkan keuntungan secara penuh, penggunaan Teknologi Informasi (TI) dianggap penting
sebagai faktor kontributor utama.
Walau TI secara tradisional digunakan untuk mendukung fungsi bisnis yang tersedia, yaitu
meningkatkan keefisienan organisasi, sekarang TI berfungsi sebagai pendukung bentuk-bentuk
organisasi yang baru dan pola-pola kolaborasi dalam dan antara organisasi.
BPR memperoleh fondasinya dari berbagai disiplin ilmu, dan ada 4 bagian penting yang
diidentifikasi untuk diubah dalam BPR organisasi, teknologi, strategi dan manusia
(organization, technology, strategy, and people) dimana sebuah proses digunakan sebagai
kerangka kerja (framework) untuk memperhitungkan dimensi-dimensi itu. Pendekatan ini secara
grafis digambarkan dalam "Leavitts diamond".

Peran TI
Teknologi informasi berperan penting dalam konsep perancangan ulang. Pada masa sekarang, TI
merupakan pendorong besar bagi beberapa bentuk kinerja dan kolaborasi di dalam dan luar
organisasi.
Beberapa peran TI dalam BPR:

Basis data yang dibagi-bagikan (shared databases), membuat informasi tersedia pada
banyak tempat.
Sistem ahli (expert systems) memungkinkan para generalis untuk melaksanakan tugas
spesialis.

Jaringan telekomunikasi (telecommunication networks), memungkinkan organisasi dapat


disentralisasikan dan didesentralisasikan dalam waktu yang sama.

Perlengkapan pengambilan keputusan (decision-support tools), memungkinkan


pengambilan keputusan menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari.

Komunikasi data tanpa kabel (wireless data communication) dan komputer yang mudah
dibawa (portable computer), memungkinkan personel lapangan bekerja secara
independent.

Videodisk interaktif (interactive videodisk), untuk mendapatkan kontak langsung dengan


pembeli potensial.

Identifikasi otomatis dan pelacakang (automatic identification and tracking),


memungkinkan sesuatu untuk melaporkan dimana mereka berada bukan menunggu untuk
ditemukan.

Perhitungan kinerja tinggi (high performance computing), memungkinkan perencanaan


on-the-fly (diciptakan pada saat dibutuhkan) dan perbaikan.

Di pertengahan tahun 1900-an, sistem manajemen alur kerja dianggap seabgai kontributor
penting dalam meningkatkan efisiensi proses antara lain para vendor ERP (Enterprise Resource
Planning), seperti SAP, JD Edwards, Oracle dan PeopleSoft.

Anda mungkin juga menyukai