Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biogas dan Aktivitas Anaerobik
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan
untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan
sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah
buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada
batubara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan

lagi ke atmosfer tidak akan

menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran


bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas
yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan
dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.
2.2. Rentang Komposisi Biogas Umumnya
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Biogas hasil fermentasi biasanya memiliki konsentrasi metana sekitar 50%
dari komposisi biogas. Metana berkadar rendah dalam biogas sebesar itu hanya
bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam kegiatan masak memasak. Guna
menaikan kemanfaatan biogas sebagai energi baru terbarukan, perlu dilakukan
tahap pemurnian metana secara mudah dan murah. Dengan sistem/alat pemurnian
(purifikasi) metana, biogas dapat di aplikasikan sebagai sumber bahan baku energi
alternatif.

Tabel 2.1 Komposisi biogas


Komponen

Metana (CH4)

40-50

Karbon dioksida (CO2)

15-25

Nitrogen (N2)

0-0.3

Hidrogen (H2)

1-5

Hidrogen sulfida (H2S)

3-5

Oksigen (O2)

0.1-0.5

Biogas sangat potensial digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki


kandungan metana. Biogas juga sudah mulai dikembangkan dan dimanfaatkan
oleh beberapa industri sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak. Tetapi
biogas mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi sehingga berpotensi
mencemari lingkungan. Dengan demikian biogas perlu dimurnikan dulu sebelum
digunakan sebagai bahan bakar. Secara umum penghilangan (pengurangan) H2S
dan CO2 dari gas dapat dilakukan secara fisika, biologi dan kimia, tetapi selama
ini masih memiliki kelemahan-kelemahan.
Selain H2S, CO2 juga perlu dihilangkan (dikurangi) agar mendapatkan
biogas yang mengandung metana lebih besar. Pemurnian biogas dari kandungan
CO2 dapat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif. Beberapa pabrik biogas
menggunakan cara penyerapan dengan air, pemisahan dengan menggunakan
membran atau adsorbsi dengan adsorben. Misalnya dengan menggunakan karbon
aktif sebagai adsorbennya dan cara ini juga sangat ramah lingkungan. Kelebihan
menggunakan karbon aktif sebagai adsorben adalah mudah mendapatkannya dan
ekonomis.
2.3. Kandungan Energi
Nilai kalori dari 1 meter kubik biogas sekitar 6.000 watt/jam yang setara
dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok
digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti
minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari
fosil.
4

2.4. Biogas Terhadap gas alam


Jika biogas dibersihkan dari pengotor secara baik, maka biogas akan
memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. Jika hal ini dapat dicapai,
produsen biogas dapat menjualnya langsung ke jaringan distribusi gas. Akan
tetapi gas tersebut harus sangat bersih untuk mencapai kualitas pipeline. Air
(H2O), hidrogen sulfida (H2S) dan partikulat harus dihilangkan jika terkandung
dalam jumlah besar di gas tersebut. Karbon dioksida jarang harus ikut
dihilangkan, tetapi ia juga harus dipisahkan untuk mencapai gas kualitas pipeline.
Jika biogas harus digunakan tanpa pembersihan yang ekstensif, biasanya gas ini
dicampur dengan gas alam untuk meningkatkan pembakaran. Biogas yang telah
dibersihkan untuk mencapai kualitas pipeline dinamakan gas alam terbaharui.
2.5. Penggunaan Gas Alam Terbaharui
Dalam bentuk ini, gas tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan
gas alam. Pemanfaatannya seperti distribusi melalui jaringan gas, pembangkit
listrik, pemanas ruangan dan pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat
menggantikan gas alam terkompresi (CNG) yang digunakan pada kendaraan.
2.6. Purifikasi Biogas Pada Industri Besar
Pada industri biogas, ada beberapa cara umum untuk memurnikan biogas
dari berbagai zat pengotornya seperti H2S dan CO2. Beberapa pabrik biogas
menggunakan cara penyerapan dengan air, pemisahan dengan menggunakan
membran atau adsorbsi dengan adsorben misalnya dengan menggunakan karbon
aktif sebagai adsorben.
Pemurnian dengan cara biologi dengan menggunakan bakteri yang
menguraikan H2S menjadi sulfat. Metode ini efektif untuk mereduksi kandungan
H2S dalam biogas, tetapi metode ini selain sulit dalam pengoperasiannya juga
sangat mahal. Pemurnian biogas dari kandungan H2S yang sering dilakukan
adalah diserap secara kimiawi. Pada metode ini H2S diserap secara kimiawi
(bereaksi secara kimia) oleh larutan absorben. Selanjutnya absorben yang kaya
5

H2S diregenerasi untuk melepas kembali H2S nya dalam bentuk gas atau sulfur
padat (Kohl, 1985). Absorben yang lain adalah larutan nitrit, larutan garam alkali,
slurry besi oksida atau seng oksida dan iron chelated solution (Zicari, 2003).
Absorben yang banyak digunakan di industri adalah MEA (Methyl Ethanol
Amine). Absorben menggunakan MEA sangat efektif mengurangi kandungan
sulfur dari gas, tetapi H2S yang diserap selanjutnya dibuang ke udara saat
regenerasi MEA. Hal ini tentu mencemari udara dan hanya sesuai untuk
pengolahan gas dengan kandungan sulfur yang kecil.
2.7. Karbon Aktif
Karbon aktif adalah karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga pori
porinya terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi.
Karbon aktif merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam
(internal surface), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya
menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang
berkisar antara 85 % sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna
hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan kabon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta
mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000
m/gram. Karbon aktif ini mempunyai dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu
karbon aktif bubuk dan karbon aktif granular (butiran). Karbon aktif bubuk
ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan
karbon aktif granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh.
Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi
dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga poriporinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi
terhadap zat warna dan bau. Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2
sampai 3 persen abu dan sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf
terdiri dari pelat-pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara
kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap
sudutnya. Pelat-pelat tersebut bertumpuk-tumpuk satu sama lain membentuk
kristal-kristal dengan sisa hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang
6

tertinggal pada permukaannya. Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan
nabati atau turunannya dan bahan hewani. Mutu karbon aktif yang dihasilkan dari
tempurung kelapa mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini berpori-pori
dengan diameter yang kecil, sehingga mempunyai internal yang luas. Luas
permukaan arang adalah 2 x 104 cm2 per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan
bahan kimia mempunyai luas sebesar 5 x 106 sampai 15 x 107cm 2 per gram . Ada
2 tahap utama proses pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses
aktifasi. Dijelaskan bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah
pemanasan bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi
untuk mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini
terjadi dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon, dan
menghilangkan spesies non karbonnya. Proses aktifasi bertujuan untuk
meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses
karbonisasi, dan meningkatkan penyerapan. Pada umumnya karbon aktif dapat di
aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika.
1) Aktifasi kimia, arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi
sebelum dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam
larutan pengaktifasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu
600 900oC selama 1 2 jam .
2) Aktifasi fisika, yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau
CO2 yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya
berlangsung pada temperatur 800 1100oC.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air,
pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam
penggunaan lain. Selain di bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di
berbagai industri seperti pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh
maupun iondine number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas,
vas bunga, dan ornamen meja. Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata
sangat kaya manfaat. Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat,
penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat

organik maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya.
Pada saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif, termasuk CaCO3 yang
menyebabkan kesadahan. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh,
atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah
tidak baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Untuk mengurangi kesadahan (Hardness) pada air dapat digunakan filtrasi
(penyaringan) dengan media karbon aktif yang memiliki sifat kimia dan fisika, di
antaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai
penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah
sejenis adsorbent (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granule, bulat, pellet
ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini sering digunakan dalam
proses penyerap rasa dan bau dari air, dan juga penghilang senyawa-senyawa
organik dalam air.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca) dan Magnesium
(Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan
hidrogenkarbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan garam karbonat atau
garam asamnya. Kesadahan merupakkan petunjuk kemampuan air untuk
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah,
air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang
berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa.
Kesadahan atau Hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh
air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau
dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil
Dewasa ini, penyerapan dengan menggunakan karbon aktif berkembang
luas diantaranya dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan besar
maupun pertambangan rakyat di Indonesia, khususnya pengolahan emas.
Konsentrasi emas dalam ore sangat menentukan hasil produksi. Ore hasil tambang
sangat bervariasi, ada yang berupa pasir, batu keras ( kuarsa ), batu lunak
8

( domato ), lempung ( clay ), dan lumpur. Untuk Pengolahan Emas Karbon aktif
yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang kayu atau
batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon aktif granular dari arang
batok kelapa. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan
dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki
permukaan dalam yang luas. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon aktif memiliki
daya adsorbsi emas hingga 8 - 16 g, namun kualitas karbon aktif yang tersedia
dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2 - 5 g emas untuk setiap
kg-nya. Adsorpsi kompleks emas (khususnya ion disianoaurat (I)) pada karbon
aktif merupakan dasar dari teknik modern untuk proses ekstraksi emas. Proses ini
sangat efektif dan telah menjadi faktor utama dalam memperbaiki produktifitas
industri tambang emas selama 25 tahun terakhir.
Proses Sianida yang didasarkan pada recovery melalui adorpsi kabon aktif
dari larutan leach yang mengandung emas low-grade (konsentrasi) telah
dikembangkan sejak 1970-an dan sampai sekarang 85% recovery emas telah
dilengkapi dengan teknik ini. Tiga proses berbeda yang telah dikembangkan
didasarkan pada teknik pelindian dalam ekstraksi padat-cair dan sifat-sifat kimia
serta fisika dari bijih. Yaitu: CIP (Carbon in Pulp), CIL (Carbon in Leach), dan
CIC (Carbon in Column atau Carbon in Clear Solution).
Proses CIP digunakan dalam proses pelindian terdiri dari waktu pengadukan
yang lama dan penambahan karbon aktif dengan ukuran 1-3 mm (mesh: 8-25)
terhadap bubur (padatan dan cairan) setelah selesai proses pelindian. Dengan cara
ini, emas yang terkandung pada fase cair akan teradsorp pada permukaan karbon
aktif.
Proses CIL diterapkan jika pelindian dilakukan dengan pengadukan dalam
waktu yang singkat (kurang dari 10 jam) dan/atau jika emas pada fase cair
diadsorp lagi ke permukaan fase padat residu melalui efek material berkarbonasi
atau mineral lempung pada bijih. Proses ini lebih ekonomis karena pelarutan dan
adsorpsi dilakukan pada tangki yang sama secara serempak dengan penambahan
karbon aktif selama pelindian.

Proses ketiga adalah (CIC) digunakan dalam ekstraksi padat-cair dimana


residu padatan dan larutan leaching diperoleh secara terpisah misalnya heap
leaching. Larutan hasil pelindian dilewati melalui kolom adsorpsi yang
mengandung karbon aktif untuk mendapatkan logam emasnya.
Selain untuk mengadsobrsi pada emas, karbon aktif juga bisa digunakan
untuk mengadsorbsi senyawa sianida termasuk bahan beracun berbahaya (B3)
pada aliran air sungai. Sianida banyak digunakan dalam berbagai industri seperti
serat sintetik (akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam
(electroplating). Sebagai akibat dari pemakaian bahan beracun dan berbahaya
tersebut, umumnya kegiatan-kegiatan itu menghasilkan limbah yang masih
mengandung sianida yang berpotensi mencemari lingkungan di sekitarnya.
Berbagai upaya digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut,
salah satunya dengan penyerapan karbon aktif yang ditentukan melalui
pengamatan pengaruh pH, konsentrasi penyerap dan waktu. Penambahan ion Cu2+
sebagai katalis telah diteliti pula. Hasil menunjukkan bahwa penambahan karbon
aktif sebanyak 25 g/l pada pH 10,5 dapat menurunkan konsentrasi sianida sebesar
20 % dalam waktu 8 jam. Penambahan ion Cu 2+ (100 mg/l) pada larutan sianida
telah meningkatkan penyerapan sebesar 55 % dalam waktu 2 jam. Penyerapan ion
sianida dengan karbon aktif yang telah direndam dengan larutan Cu 2+ (0,5 %)
meningkat menjadi 82 % dalam waktu 2 jam.
Karbon aktif juga digunakan untuk menyerap kandungan logam berat Pb
(Plumbum = Timbal) dan Cd (Cadmium). Logam berat menimbulkan efek
kesehatan bagi manusia sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses
metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi logam berat akan bertindak sebagai
penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur
masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan. Logam berat jika
sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap
tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa
juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi
(tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan.
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah

10

teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,


logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis.
Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah
yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah
Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam
berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih
belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb,
Cr dan lain-lain. Kontaminasi logam berat terutama Pb dan Cd di lingkungan
merupakan masalah besar dunia saat ini.
Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap
peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk
yang dikonsumsikan mengandung logam berat tersebut. Timbal yang terserap oleh
ibu hamil akan berakibat pada kematian janin dan kelahiran prematur, berat lahir
rendah bahkan keguguran. Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang terserap
oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase
awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi
kecerdasan dan kemampuan akademik. Kadmium berpengaruh terhadap manusia
dalam jangka waktu yang panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khusunya
hati dan ginjal. Secara prinsip, pada konsentrasi rendah berefek terhadap
gangguan pada paru-paru, emphysemia dan renal turbular disease yang kronis.
Kadmium lebih mudah terakumulasi oleh tanaman jika dibandingkan dengan
timbal (Pb). Logam berat ini tergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the
big three heavy metals yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan
manusia. Dari evaluasi beberapa teknik pengolahan logam berat dengan
mempertimbangkan akan kemudahan sistem aplikasi lapangan dan sumber daya
yang melimpah, maka diperoleh suatu metode yang lebih representatif dalam
mengolah logam berat timbal dan kadmium. Metode tersebut adalah adsorpsi
dengan media karbon aktif. Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak
dengan ukuran tertentu. Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat

11

halus (molekul) terutama logam berat dan menjebaknya disana. Penyerapan


menggunakan karbon aktif adalah efektif untuk menghilangkan logam berat. Ion
logam berat ditarik oleh karbon aktif dan melekat pada permukaannya dengan
kombinasi dari daya fisik kompleks dan reaksi kimia. Karbon aktif memiliki
jaringan porous (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk
menerima molekul pengotor baik besar maupun kecil. Efektifitas adsorpsi karbon
aktif terhadap logam timbal Pb2+ telah ditunjukkan pada sertifikat NSF (National
Sanitation Foundation) yang merefleksikan isotherm Langmuir dimana adsorbsi
logam berat Pb akan berlangsung sampai mencapai titik keseimbangan dimana
proses adsorbsi tidak akan berjalan lagi atau berhenti meskipun dosis karbon aktif
diperbesar. Kecepatan penyerapan ini tergantung dari sifat adsorbsi, temperatur,
pH, dan waktu singgung karbon aktif dengan Pb. Sedangkan penyerapan Cd
relatif merefleksikan isotherm Freundlich.
Proses eliminasi logam berat Pb dan Cd dengan karbon aktif akan semakin
efektif dimana selain sebagai adsorben karbon aktif secara simultan juga bertindak
sebagai pemberat (weighing agent) demikian pula jika berbagai metode
pengolahan digabung misalnya metode adsorbsi karbon aktif dengan metode
konvensional (koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi).
Penyerapan karbon aktif bubuk dapat digunakan pada instalasi pengolahan di
hampir seluruh tempat/titik pembubuhan. Pembubuhan karbon aktif dapat
dilakukan dengan sistem kering maupun basah. Titik pembubuhan ini tentunya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah
dihaluskan. Aplikasi sistem ini sangat cocok diterapkan dalam industri industri
pengolahan yang menghasilkan limbah cair yang relatif banyak dan sangat
dianjurkan terutama pada Instalasi Pengolahan Air Bersih atau Air Minum
(IPAM). Dalam perspektif yang lebih luas, aplikasi teknologi karbon aktif ini
dapat digunakan tidak hanya untuk mengolah logam berat Cd dan Pb tetapi juga
pada unsur pecemar lainnya.
Kegunaan karbon aktif sangat banyak dan dibutuhkan di industri-industri
besar. Untuk pemurnian gas, misalnya, karbon aktif diperlukan untuk
12

menghilangkan belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun.
Kemudian dipakai juga pada industri pengolahan gas alam cair (LNG), katalisator
untuk mengangkut vinil klorida dan vinil asetat. Dan, yang lebih sederhana adalah
sebagai bahan pembersih udara di ruangan yang kandungan uap air dan gas
berbau/beracunnya tinggi, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan
serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan. Kemudian
karbon aktif juga digunakan di industri obat dan makanan sebagai penyaring,
penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan. Di bidang perminyakan
juga karbon aktif dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat
perantara.
Dalam industri pembersihan air dipakai juga sebagai bahan penghilang bau,
warna dan logam berat, menghilangkan ammonia, nitrit, fenol. Bahkan dalam
industri pulp (bahan kertas) dan tambang emas, karbon aktif digunakan sebagai
bahan pemurnian.
Tidak semua bahan dapat diserap oleh karbon aktif. Beberapa diantaranya
yang tidak dapat diserap adalah litium, asam atau basa kuat, logam dan bahan
inorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen, yodium, fluorin, dan asam borat),
alkohol (misalnya etanol, metanol, isoprofil alkohol, glikol, dan aseton), dan
hidrokarbon (seperti minyak tanah, bensin, oli, dan hidrokarbon tumbuhan seperti
minyak pinus). Sehingga, pada kasus keracunan zat-zat ini, karbon aktif tidak
boleh diberikan.

13

Anda mungkin juga menyukai