Anda di halaman 1dari 3

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

E2 (PENANGGULANGAN GIZI BURUK)

I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling
rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat
ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup
lama. Keadaan gizi atau status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan
yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang
dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya,
sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit
infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga
menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan
mengalami ganggguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan,
kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa.
Asupan gizi yang cukup seharusnya sudah dilakukan pada masa kehamilan
hingga usia balita (periode emas), karena kekurangan gizi bisa mempengaruhi
kecerdasan dan pertumbuhan anak. Salah satu solusi jangka panjang yang bisa
diberikan adalah masyarakat harus mendapat penyuluhan mengenai pentingnya gizi
dan cara mengolah makanan yang benar. Serta edukasi mengenai kebersihan, sanitasi
yang baik harus diupayakan sesuai dengan kemampuan ekonomi.
Apabila jumlah asupan zat gizinya sesuai dengan kebutuhan disebut seimbang
(Gizi baik), bila asupan zat gizi lebih rendah dari kebutuhan disebut Gizi Kurang,
sedangkan bila asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan disebut Gizi Buruk.
Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi,
apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar
disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila
gizi buruk disertai dengan tanda-tanda klinis seperti wajah sangat kurus, muka
seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak
terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus
dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai
busung lapar.

PERMASALAHAN
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut
saling berkaitan. Secara langsung, pertama: anak kurang mendapat asupan gizi
seimbang dalam waktu cukup lama, dan kedua: anak menderita penyakit infeksi.
Anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal
karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung
penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah
tangga, pola asuh kurang memadai dan sanitasi/kesehatan lingkungan kurang baik
serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat
dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Dalam mengatasi masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
harus dilakukan secara komprehensif serta menyeluruh. Cara dan strategi yang dapat
dilakukan berupa deteksi dini di posyandu dengan melakukan penimbangan balita
serta melalui KMS (Kartu Menuju Sehat) sehingga bisa diketahui grafik
pertumbuhannya. Upaya pemulihan gizi dengan mengadakan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan (PMT-P) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
ibu terutama dalam memberi asupan gizi kepada anak. Program PMT-P merupakan
Program Pemberian Makanan Tambahan 100 hari, yang merupakan intervensi
langsung terhadap kasus gizi buruk dengan pemberian makanan tambahan berupa
susu, beras, makanan bergizi lainnya seperti kacang hijau, telur, biskuit, dan vitamin.
Program ini dilaksanakan selama 100 hari dengan jangka pemantauan perkembangan
dan perbaikan gizi pasien, serta pemberian makanan tambahan setiap 10 hari yang
dilakukan oleh petugas yang berwenang yang langsung memantau di tempat tinggal
pasien.
Pada tahun ini PMT balita mencapai cakupan 100%. Semua balita gizi buruk juga
balita gizi kurang mendapatkan makanan tambahan. Kunjungan rumah dilakukan
oleh petugas gizi maupun medis dan paramedis. Jika kondisi gizi atau kesehatan
balita buruk, puskesmas merujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
yang lebih memadai.
PELAKSANAAN
Pada hari posyandu dilakukan penimbangan dan pencatatan BB bayi
dan balita pada KMS, salah satunya di Posyandu Melati Soreang 15
Desember 2012.
Pemberian makanan tambahan bagi bayi dan balita

Pasien yang berobat ke poliklnik dan ditemukan BB yang tidak sesuai


dengan umur nya maka di konsultasikan ke bagian Gizi untuk
mendapatkan makanan tambahan dan pencatatan agar di lakukan
monitoring.
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi program ini dilakukan tiap bulan dengan melakukan
kunjungan ke posyandu dan kunjungan langsung ke rumah pasien.
Maros, 1 Januari 2013
Peserta

(dr. Fadly Wirawan)

Pendamping

(dr. H. Syarifuddin P.)

Anda mungkin juga menyukai