Kelompok II
KASUS
Pasien wanita usia 30 tahun
mengeluh hidung tersumbat dan keluar
ingus kental berwarna kuning kehijauan.
Keyword: rinore, hidung tersumbat
ANALISIS MASALAH
Keluhan: hidung
tersumbat
Riwayat:
Keluar ingus kental
berwarna kuning
kehijauan
Rhinosinusiti
s bakteria
TERMINOLOGI
Rhinore adalah keluarnya cairan dari rongga
hidung.
Hidung tersumbat adalah adanya
penyumbatan pada hidung karena terdapat
cairan/sekret/massa.
ANATOMI HIDUNG
1.
Anatomi eksterna:
Berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke
bawah :
a.Pangkal hidung (bridge)
b. Dorsum nasi
c.Apex
d. Alae nasi
e.Kolumela
f. Nares anterior
Septum nasi.
Kavum nasi.
ANATOMI HIDUNG
a.Dorsum nasi (batang hidung)
1.Bagian kaudal bagian lunak dari batang hidung yang tersusun oleh kartilago
lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit
dengan perikondrium pada kartilago alaris.
2.Bagian kranial bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh os nasalis
kanan & kiri dan prosesus frontalis os maksila.
b.Kavum nasi, memiliki batas-batas, yaitu :
1. Batas medial septum nasi.
2. Batas lateral konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi medius,
meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi inferior.
3. Batas anterior nares (introitus kavum nasi).
4. Batas posterior koana.
5. Batas superior lamina kribrosa.
6. Batas inferior palatum durum.
ANATOMI HIDUNG
2. Anatomi interna:
a. Septum Nasi
ANATOMI HIDUNG
2. Anatomi interna:
c. Sinus Paranasalis
Sinus Paranasalis merupakan ruang didalam tulang tengkorak yang berhubungan
melalui lubang ke dalam cavum nasi.sinus ini dilapisi membran mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi.
Golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinus
maksilaris.
Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis.
ANATOMI HIDUNG
3. Sistem vaskularisasi:
Pleksus Kiesselbach (Littles Area) a. ethmoidalis anterior, a. sphenopalatina, a.
labialis superior, a. palatina mayor
1.
2.
3.
ANATOMI HIDUNG
3. Sistem persyarafan:
a. Fungsi penghiduan N. I (olfaltorius), ujung-ujung saraf menempati
daerah kecil di bagian medial dan lateral dinding hidung atas hingga
kubah hidung
b. Fungsi sensoris N. V (trigeminus) yang memiliki cabang maksilaris
dan oftalmika, berfungsi sebagai aferen untuk menginput impuls sensoris
yang lain
c. Kontrol otonom simpatis dan parasimpatis mencapai hidung melalui
ganglion sfenopalatina untuk kontrol
diameter vena dan arteri
hidung. Produksi mukus
untuk mengatur suhu,
kelembaban dan aliran
udara
HISTOLOGI HIDUNG
1.
2.
1.
Sinus paranasalis epitel bertingkat +/- silia dan sel goblet. Lamina
propria lebih tipis dan mengandung sedikit kelenjar dan tidak
mengandung jaringan erektil. Ketebalan lamina propria sebanding
dengan sel goblet. Ketebalannya bergantung pada aliran udara, semakin
kuat udara yang melewati area tersebut maka semakin tebal pula
lamina proprianya
FISIOLOGI HIDUNG
1.
2.
3.
4.
5.
RHINOSINUSITIS
BAKTERIA
1.Sinusitis adalah suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal yang terjadi
karena
alergi, infeksi virus (Rhinovirus, influenza, parainfluenza),ataupun bakteri
(Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxelta catarrhalis) dan
jamur.
2.Pada sinusitis akut, penyebab utama adalah virus dan bakteri,sedangkan jamur biasa
ditemukan
pada 96% pasien dengan sinusitis kronis,ataupun kasus kasus seperti penggunaan
jangka panjang kortikosteroid atau antibiotik spektrum luas serta pada kasus pasien dengan
imun rendah.
3.Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid dan
maksilaris.
Bila mengenai beberapa sinus multisinusitis, sedangkan bila mengenai
semua sinus
pansinusitis
4.Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis rhinosinusitis.
5.Sinusitis akut sampai 4 minggu), sub akut antara 4 minggu sampai 3 bulan
atau
12 minggu dan kronik >3 bulan atau 12 minggu.
PATOFISIOLOGI
Sinus paranasal dipengaruhi;
1.Patensi ostium-ostium sinus
2.Lancarnya daya pembersihan
kompleks osteomeatal
Pembengkakan mukosa
kronik hipertrofi dan
polipoid
Bila tidak diobati
hipoksia tumbuh bakteri
anaerob
Media tumbuhnya bakteri
menjadi rhinosinusitis bakteri
akut
GEJALA KLINIS
1. Gejala sistemik; demam dan rasa lesu
2. Gejala lokal: hidung tersumbat, ingus kental berbau dan mengalirke nasofaring
(post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di
daerah sinus yang terkena
a.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Dengan rhinoskopi anterior
a. Mukosa konka hiperemis dan edema
b. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan dan
sinusitis sphenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
c. Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip, tumor maupun komplikasi sinusitis.
2. Dengan rhinoskopi posterior
a. Tampak pus di nasofaring (post nasal drip)
b. Pada posisional test; pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5
menit, dan
c. Provokasi test; suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet hidung
pasien kemudian pasien disuruh menelan ludan dan menutup mulut dengan rapat.
Jika positif sinusitis maksilaris, maka akan keluar pus dari hidung.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram
atau gelap. Pemeriksaan bermakna bila salah satu sisi sinus yang
sakit,sehingga tampak lebih suram dibanding yang normal.
2. Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah posisi waters, PA dan
lateral. Akan tampak air fluid level pada sinus yang sakit
3. Pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius
atau meatussuperior.Mungkinditemukanbermacam
macambakteriyangmerupakan flora normal di hidung atau kuman
patogen, seperti pneumococcus, streptococcus,staphylococcus dan
Haemophylus influenza. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau
jamur
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
Edem periorbital
Sakit kepala
Nyeri di wajah
Batuk
Sakit gigi
KOMPLIKASI
CT scan dipergunakan untuk memantau derajat penyakit sinusitis
terutama untuk sinusitis kronik dan berkomplikasi
1. Komplikasi orbita, tersering oleh sinus ethmoidalis yang berada di
dekatnya. Dapat menyebar ke area periorbita sampai isi orbita.
Contahnya pada edema ringan, selulitis orbita , abses periosteal dan
abses orbita. Dapat pula terjadi trombosis sinus kavernosus oleh
karena penyebaran bakteri ke saluran vena dalam sinus
2. Komplikasi intrakranial , salah satu yang terberat ialah meningitis
akut akibat penyebaran bakteri di sepanjang vena atau langsung dari
sinus yang berdekatan; sinus frontalis atau lamina kribriformis
PROGNOSIS
Ad
vitam: ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam