Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ketahanan Terhadap Stres
1. Daya Tahan Terhadap Stres
a. Pengertian Stres
Stres adalah salah satu konsep dasar penyakit psikiatri (Sadock
& Sadock, 2009). Ditambahkan lagi, tekanan dan kesulitan hidup ini
sering membawa manusia berada dalam keadaan stres. Stres dapat
bersifat fisik, biologis, dan psikologis (Hadi, 2004). Stres adalah reaksi
atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan) (Hawari, 2008). Stres merupakan respon individu
terhadap situasi dan peristiwa, yang disebut sumber stres (stressor).
Istilah stres perlu membedakan dengan distres (distress). Istilah distres
mengacu pada penderitaan fisik atau mental. Dalam batas tertentu stres
dapat untuk membantu kita tetap aktif dan waspada (Nevid. et all,
2005).
Stres adalah suatu reaksi psikologis defensif maupun adaptif
yang spesifik terhadap berbagai jenis stimulus fisik maupun psikologis
(Sjahrir, 2008). Stres seperti kebisingan, kepadatan penduduk dan
kesesakan, tekanan kerja, bencana alam, polusi dan lain-lain adalah
lingkungan aversif yang mengancam kesejahteraan manusia sebagai
variabel mediator, stres didefinisikan sebagai reaksi terhadap
lingkungan aversif menurut Bell et all (dalam Sandjaya, 2001).
Stres adalah suatu reaksi non spesifik terhadap suatu stresor.
Faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres adalah
stresor, dapat berupa fisik maupun psikis (Sadock & Sadock, 2007).
Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid, 2002).
Ditambahkan lagi stres itu ialah segala masalah atau tuntutan
penyesuaian diri dan arena itu sesuatu yang menggangu keseimbangan
5

kita. Bila kita tidak dapat mengatasi dengan baik, maka akan muncul
gangguan badan ataupun gangguan jiwa (Maramis, 2005).
Secara teknik, suatu reaksi stres adalah respon mental dan fisik
terhadap situasi menekan yang menggerakkan sumber-sumber daya
tubuh menghadapi keadaan darurat, mekanis lawan atau lari, yang
membanjiri tubuh dengan hormon-hormon yang membangkitkannya
untuk menghadapi tantangan (Goleman, 2002).
Kesimpulan dari pengertian di atas adalah stres menunjukkan
suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu/organisme agar ia
beradaptasi atau menyesuaikan diri, serta merupakan gejala psikologi
yang mendahului penyakit, reaksi kecemasan, ketidaknyamanan dan
keadaan lain. Dan daya tahan stres pada setiap orang berbeda-beda,
tergantung pada keadaan somato-psiko-sosial orang tersebut.
b. Aspek-aspek Stres
Aspek-aspek stres menurut Sarafino (dalam Gunawati dkk,
2006) ada dua, yaitu :
1) Aspek biologi
Aspek biologi dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres
yang dialami individu antara lain : sakit kepala, gangguan tidur,
gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan
produksi keringat yang berlebihan.
2) Aspek psikologi
Aspek psikologi stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres
antara lain :
a) Gejala kognisi
Kondisi stres dapat menggangu proses pikir individu. Individu
yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya
ingat, perhatian dan konsentrasi.
b) Gejala emosi
Kondisi stres dapat menggangu kestabilan emosi individu.
Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala
mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih dan depresi.

c) Gejala tingkah laku


Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari
yang cenderung negatif, sehingga menimbulkan masalah dalam
hubungan interpersonal.
c. Tahapan Stres
Menurut Martaniah dkk (dalam Rumiani, 2006), menyebutkan
bahwa stres terjadi melalui tahapan :
1) Tahap 1 : stres pada tahap ini justru dapat membuat seseorang
kelebihan bersemangat, penglihatan lebih tajam, peningkatan
energi, rasa puas dan senang, muncul rasa gugup tetapi mudah
diatasi.
2) Tahap 2 : menunjukkan keletihan, otot tegang, dan gangguan
pencernakan.
3) Tahap 3 : menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan
terasa lesu dan lemas.
4) Tahap 4 dan tahap 5 : pada tahap ini seseorang akan tidak mampu
menanggapi situasi dan konsentrasi menurun, dan mengalami
insomnia.
5) Tahap 6 : gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar
sehingga dapat pula mengakibatkan pingsan
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres ada dua (Gunawati,
dkk, 2006), antara lain :

a) Faktor Intenal
1) Jenis kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita
cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi dibanding pria.
Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi dari
pada pria (Gunawati, dkk, 2006).
2) Stasus sosial ekonomi

Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah,


cenderung memilik tingkat yang tinggi. Rendahnya pendapatan
menyebabakan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering
menyebabkan tekanan dalam hidup (Gunawati, dkk, 2006).
3) Karakteristik kepribadian
Orang yang berkepribadian meledak-ledak (tipe A) lebih
mudah terpapar stres daripada orang yang berkepribadian
tenang (tipe B). Ditambahkan lagi menurut Donely, pola
perilaku tipe A lebih mudah stres dibanding dengan pola
perilaku tipe B, mereka yang mempunyai self esteem rendah
akan lebih mudah mengalami stres dibanding dengan mereka
yang mempunyai self esteem tinggi (dalam Handayani, 2008).
4) Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan
unsur-unsur pemikiram untuk mengatasi permasalahan seharihari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman
yang berasal dari lingkungan sekitar. Ditambahkan lagi, stres
adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid,
2002).
5) Suku dan kebudayaan
Perbedaan budaya yang dialami mahasiswa mondok sering
menimbulkan keterkejutan, kebingungan dan ketegangan. Dan
ditambahkan lagi, mahasiswa terutama yang datang dari luar
daerah harus mampu menyesuaikan diri dengan bahasa tempat
tinggalnya mondok (Fudin 2006).
6) Inteligensi
Mahasiswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih
tinggi akan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada
mahasiswa yang memiliki inteligensi rendah, karena tingkat
inteligensi berkaitan dengan penyesuaian diri. Ditambahkan
lagi menurut Schneiders (dalam Gunawati. dkk, 2006),
kegagalan individu dalam melakukan penyesuaian dapat
menyebabkan individu mengalami gangguan psikologi, seperti

ketakutan, kecemasan, dan agresifitas. Sehingga mahasiswa


yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif
dalam menyesuainkan diri.
b) Faktor eksternal
1) Tuntutan pekerjaan/tugas akademik
Tugas akademik yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan
kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres.
Ditambahkan lagi, menurut Moore (dalam Rumiani, 2006)
menyatakan, bahwa stres mahasiswa berbeda dalam hal stresor.
Pada mahasiswa, stressor dapat berupa keuangan, beban tugas,
ujian, dan masalah interaksi dengan temannya. karier mereka
dan prospek masa depan.
2) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya
Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosial meliputi
dukungan sosial yang diterima dan integritas dalam hubungan
interpersonal dengan lingkungan sosialnya. Cara belajar yang
belum teratur, disiplin diri belum tertanam dengan baik, mudah
terpengaruh teman-teman sepondok dan masih bersantai-santai
juga menjadi penghambat belajar (Wijayanto, 2003).

e. Pengertian Ketahanan Terhadap Stres


Pada dasarnya setiap orang mempuyai kemampuan bawaan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mempunyai pola
perilaku

tertentu

untuk

mengatasi

ancaman

lingkungannya.

Kemampuan inilah yang mempengaruhi kondisi seberapa hebat


seseorang akan mengalami ketegangan ketika menghadapi situasi yang
dapat mengakibatkan stres menurut Fraser (dalam Raharjo, 2006).
Echols dan Sadily (dalam Taufik, 2005), stres resistence dan
tolerance artikan ketangguhan (tahan) menghadapi stres. Resistence
diterjemahkan dengan perlawanan, kekuatan melawan dan daya tahan.
Sedangkan tolerance diterjemahkan dengan toleransi, kesabaran,
kelapangan dada, daya tahan, tahan terhadap dan dapat menerima stres,
serta bagaimana individu tersebut mampu bangkit untuk tetap terus

10

bertahan (individu mampu memandang secara positif atas setiap yang


terjadi pada hidupnya), walaupun stresor-stresor tersebut terus
mengganggu.
Daya tahan stres atau nilai ambang frustrasi (frustration
tolerance) pada setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
keadaan somato-psiko-sosial orang tersebut (Maramis, 2005). Menurut
Jackson (dalam Stein dan Book, 2002), unsur pokok dalam daya tahan
terhadap stres adalah adanya kemampuan merencanakan tindakan
positif untuk membatasi dan menampung stres, kemampuan untuk
tetap

optimis

meskipun

mengalami

hal-hal

negatif

ataupun

menghadapi perubahan mendadak, serta adanya kemampuan untuk


merasakan bisa mengendalikan atau sekurang-kurangnya mengatasi
peristiwa yang menimbulakn stres.
Carson dan Butcher (dalam Hapsari, 2000), menyatakan bahwa
daya tahan terhadap stres adalah kemampuan seseorang untuk bertahan
dari segi stressor yang mengancam motif dasar dan mengganggu pada
pola respon fisiologi maupun psikologi.
f. Aspek-aspek Daya Tahan Terhadap Stres
Aspek-aspek daya tahan terhadap stres Davidoff (dalam
Raharjo, 2006), meliputi :
1) Toleransi terhadap frustasi (frustration tolerance)
Toleransi terhadap frustasi dilakukan dengan cara memahami jenis
dan

sumber

frustasi,

menyelesaikan

tugas

sesuai

dengan

kemampuan dan motivasi diri sebagai upaya preventif, bersikap


mandiri, mempunyai kebebasan dalam berprestasi, menjalankan
tugas tanpa tergantung pada orang lain, memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan harapan pada tugas, serta mampu menahan
kritik, kegagalan dan penolakan.
2) Toleransi terhadap konflik (conflict tolerance)
Diawali dengan kesadaran akan adanya konflik. Meskipun konflik
sering disadari atas adanya dorongan seksual atau perilaku agresif
yang tidak disadari dan adanya pilihan yang diambil sebagai akibat
mekanisme pertahanan. Keputusan untuk memecahkan konflik

11

dilakukan dengan mengevaluasi konflik secara cermat, menentukan


langkah yang tepat serta memecahkan persoalan secara tenang dan
hati-hati.
3) Toleransi terhadap kecemasan (anxiety tolerace)
Aspek ini mengacu pada berfungsinya kemampuan seseorang pada
saat merasakam adanya perasaan terancam atau cemas, kesiapan
saat mendapatkan tugas yang penting serta memperoleh lebih
banyak pengetahuan tentang adanya suatu resiko dalam suatu
tugas.
g. Beberapa Upaya Meningkatkan Daya Tahan Stres
Stres adalah bagian dari kehidupan anda yang tidak dapat
dihindari. Yang harus anda lakukan adalah mengatur hidup agar stres
tidak menimbulkan reaksi yang disebut distres yaitu kepatologian yang
disertai keluhan fisik atau psikis. Terdapat beberapa cara untuk
mengatasi stres (Hawari, 2008) yaitu :
1) Makan
Menu makanan hendaknya bervariasi, seimbang, dan hangat.
Sebab makan yang dingin dan monoton dapat menurunkan daya
tahan atau kekebalan tubuh.
2) Tidur
Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan
fisik dan mental. Tidur adalah mutlak bagi kehidupan manusia.
3) Olahraga
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun
mental, olahraga adalah salah satu caranya.
4) Rokok
Tidak merokok adalah kebiasan hidup yang baik bagi kesehatan
dan ketahanan serta kekebalan tubuh.
5) Minuman keras
Tidak meminum minuman keras (minuman yang mengadung
alkohol) adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
6) Berat badan

12

Orang dengan berat badan berlebihan (kegemukan/obesitas) atau


sebaliknya akan menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh
terhadap stres.
7) Pergaulan (silaturahmi)
Manusia adalah mahkluk sosial, seseorang tidak dapat hidup
sendiri. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh
terhadap stres, maka hendaknya banyak bergaul, banyak relasi,
banyak teman dan jangan menarik diri dari pergaulan sosial.
8) Waktu
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun
mental, maka pengaturan waktu dalam kehidupan baik dirumah,
disekolah/dikampus, di tempat kerja dan dalam pergaulan sosial
menjadi amat penting.
9) Agama
Manusia adalah makhuk fitrah (berke-Tuhan-an) dan karenanya
memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual. Seseorang yang
beragama hendaknya jangan sekedar formalitas belakang, tetapi
yang lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan
agama.
10)

Rekreasi

Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan


yang monoton, maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau
mencari hiburan.
11) Sosial ekonomi
Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran belanja.
12) Kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan, dan
papan adalah kebutuhan psikologik yaitu mencintai dan dicintai
dengan penuh rasa kasih sayang.
13) Lain-lain

13

Dikalangan masyarakat barat yang tidak melakukan pendekatan


psikoreligius, dalam upaya seseorang untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan terhadap stres, seperti relaksasi, meditasi,
yoga dan lain-lain.
2. Mahasiswa
1) Pengertian Mahasiswa
Yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang terdaftar
dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi (Balai pustaka
nasional, 2001). Dan mahasiswa adalah sekelompok pemuda yang
belajar atau menjalani pendidikan diperguruan tinggi, yang pada
umumnya berumur antara 18 sampai 30 tahun (Morricone, 2009).
Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai
remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 21-24 tahun
(Monks

et

all,

2006).

Ditambahkan

lagi,

menurut

usianya

perkembangan, mahasiswa tergolong dalam masa remaja akhir sampai


dewasa awal. Masa tersebut merupakan masa transisi yang penuh
masalah penyesuaian diri (Hurlock, 1993).
Dalam Buku Pedoman Fakultas Ilmu Kedokteran (2007),
mahasiswa adalah mahasiswa yang berwawasan global dan memiliki
kemampuan manajerial, profesional dan bersikap akademik, berakhaq
mulia dengan keteladanan yang mampu membangun generasi profesi
kesehatan unggul yang berkualitas sehingga mampu berperan sebagai
pemimpin (chalifatu fil ardli), menyebarluaskan amal dan, karya yang
rahmatan lil alamin melalui keteladanan mulia (uswatun khasanah).
2) Ciri Laki-laki dan Perempuan
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, lakilaki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berkuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,

14

laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah


akan menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar
(Al Ahzab ayat 35).
Pengetahuan bahwa saya seorang pria atau saya seorang
wanita merupakan salah satu bagian inti dari identitas pribadi, dan di
dalam benak kita sudah tertanam siapa itu pria dan siapa itu wanita.
Demikian pula tentang pemikiran apa kekhasan perilaku seorang pria
dan seorang wanita. Pria dan wanita tidak hanya berbeda secara fisik
saja, tetapi juga berbeda pula dari segi psikologis dan sosiologisnya
(Sihotang, 2004).
Perubahan fisik pada remaja laki-laki dan perempuan
(Iskandarsyah, 2006) yaitu :
a. Tingkat kedawasaan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi
dewasanya pada usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun
lebih dari usia tersebut.
b. Berat dan tinggi badan : Perubahan berat tubuh seiring dengan
waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang
lebih menyebar ke seluruh tubuh.
c. Proporsi tubuh : Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai
proporsinya. Misal : badan lebih lebar dan lebih kuat.
d. Organ seksual : Pada laki-laki dan perempuan organ seksual
mencapai ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun
fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian.
e. Karakteristik seks sekunder : Karakteristik seks sekunder utama
mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode remaja
akhir.
Dibanding dengan anak laki-laki, pacu tumbuh

anak

perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan


anak laki-laki baru pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi pertumbuhan
anak perempuan lebih cepat berhenti daripada anak laki-laki. Anak
perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak
laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun (Soetjiningsih,
2007).

15

Ada 3 kriteria yang membedakan anak laki-laki daripada anak


perempuan yaitu dalam hal (Monks, 2006) :
1) Kriteria pemasakan seksual
Mengenai kriterianya nampak lebih jelas pada anak wanita
daripada anak laki-laki.
2) Permulaan pemasakan seksual
Mengenai permulaan pemasakan seksual ternyata bahwa pada anak
wanita kira-kira 2 tahun lebih dulu mulainya daripada pada anak
laki-laki, seperti halnya juga pada percepata pertumbuhan. Pada
wanita, menarche merupakan tanda permulaan pemasakan seksual
dan terjadi sekitar usia 13 tahun. Dan pada laki-laki, baru terjadi
produksi spermatozoa hidup selama kira-kira satu tahun sesudah
puncak percepatan perkembangan ( 14 tahun).
3) Urutan gejala-gejala pemasakan
Perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam hal pemasakan seksual
adalah pada urut-urutan timbulnya berbagai gejala. Pada wanita
pemasakan dimulai dengan suatu tanda sekunder, tumbuhnya
payudara yang nampak dengan sedikitnya mencuatnya bagian putig
susu. Hal ini terjadi pada usia antara sekitar 8 dan13 tahun. Pada
lak-laki, pemasakan seksual dengan pertumbuhan testis yang
dimulai antara 9 dan 13 tahun dan berakhir antara 13 dan 17
tahun.
Menurut Umar (dalam Ibrahim, 2007), perbedaan anatomi
biologi dan komposisi hormonal dalam tubuh dianggap berpengaruh
terhadap perkembangan emosional dan kapasitas intelektual antara
laki-laki dan perempuan sebagai berikut :
Laki-laki
a. Sangat agresif

Perempuan
a. Tidak terlalu agresif

b. Independen

b. Dependen

c. Tidak emosional

c. Lebih emosional

d. Dapat menyembunyikan emosi

d. Sulit menyembunyikam emosi

e. Lebih obyektif

e. Lebih subyektif

f. Tidak mudah terpengaruh

f. Mudah terpengaruh

g. Tidak submisif

g. Lebih submisif

16

h. Menyukai pengetahuan eksakta

h. Kurang menyukai pengetahuan eksakta

i. Tahan terhadap krisis

i. Mudah goyah terhadap krisis

j. Lebih aktif

j. Lebih pasif

k. Lebih kompetitif

k. Kurang kompetitif

l. Lebih logis

l. Kurang logis

m. Tidak mudah tersinggung

m. Mudah tersinggung

n. Suka berpetualang

n. Tidak suka berpetualang

o. Mudah mengatasi persoalan

o. Sukar mengatasi persoalan

p. Penuh percaya diri

p. Kurang rasa percaya diri

q. Mudah membedakan rasio dan rasa

q. Sulit membedakan rasio dan rasa

3. Perbedaan Daya Tahan Terhadap Stres Antara Laki-laki dan Perempuan


Seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang
tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri, akibat
tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Stres tidak selalu
berdampak negatif pada diri individu, tetapi stres dapat berdampak positif.
Stres yang berdampak negatif disebut dengan distress, dan stres yang
berdampak positif disebut eustres. Adanya perbedaan dampak stres pada
diri individu disebut oleh adanya karakteristik masing-masing individu.
Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan respon individu
terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga respon setiap
individu akan berbeda-beda walaupun stimulus yang akan menjadi sumber
stres sama (Gunawati dkk, 2006).
Perbedaan pria dan wanita yang terungkap oleh sebuah penelitian
baru, yaitu bahwa hormon estrogen versi pria membuat pria lebih banyak
mengingat dalam keadaan stres, dan pria mampu belajar sesuatu lebih baik
saat stres. Sebaliknya, hormon estrogen wanita, membuat wanita lebih baik
belajar dalam kondisi rileks dan wanita justru menunjukkan penurunan
kognitif dalam stres (Hadi, 2004).
Menurut Cooper (dalam Susetyo dkk, 2006), perbedaan sifat
kepribadian akan membedakan daya tahan terhadap stress. Hal tersebut
termanifestasidari

komitmen

yang

menunjukkan

besar

kecilnya

keterlibatan diri dalam mengatasi, kontrol yang terkait dengan optimism

17

dalam mengatasi kesulitan yang ditunjukkan melalui pemikiran yang


terbuka dan keinginan untuk mencoba, persepsi tentang tantangan
berhubungan dengan persepsi terhadap sumber stres.
Stres pasti menyerang setiap orang, yang membedakan adalah cara
setiap orang meresponnya. Respon yang baik dan benar akan menstimulus
kreatifitas dan mendorong kesuksesan. Respon buruk akan membuat kita
kehilangan dan mengakibatkan kinerja buruk. Sementara stres akut yang
direspon secara salah akan menyebabkan kemunculan penyakit-penyakit
fatal yang berakibat kematian (Afifah, 2007).
Donely (dalam Handayani, 2002), besar kecilnya stres yang
dirasakan sangat tergantung pada kondisi individu. Stres yang sama belum
tentu menimbulkan dampak yang sama. Keadaan atau sifat individu
merupakan faktor yang sangat menentukan misalnya jenis kelamin, pola
perilaku, self esteem. Perbedaan Faktor genetik dan kromosom, biokimia,
dan anatomi seks pada pria dan wanita manyebabkan perbedaan fisik.
Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan peranan diantara mereka
(Fidels, 2002).
Demikian halnya pada pria dan wanita juga berbeda dalam hal
stres. Wanita dianugerahi tiga proses jasmani yang rumit, yang tidak
terdapat pada pria. Proses itu adalah haid, kehamilan, dan menopause.
Adapun salah satu stres khas yang hanya dimiliki wanita adalah
ketegangan pra haid menurut Lanoil (dalam Ibrahim, 2007). Ditambahkan
lagi untuk kaum pria tidak jelas adanya suatu keadaan menopause yang
berhubungan dengan berkurangnya hormon-hormon dari testis. Keadaan
depresi, kecemasan, dan asteni biasanya merupakan akibat gangguan
emosi yang timbul karena kehilangan rasa harga diri, perasaan kalah
terhadap nasib, kurangnya bantuan moril dari keluarga dan mungkin
diperberat oleh meninggalnya teman-temannya (Maramis, 2005).

18

B. Kerangka Berpikir

Mahasiswa FK UMS angkatan 2007


dan 2008
Laki-laki

Perempuan
Faktor yang

Relatif lebih agresif


Tidak emosional
Lebih obyektif
Lebih aktif
Lebih logis
Suka berpetualang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

mempengaruhi stres
Jenis kelamin
Kepribadian
Stasus sosial ekonomi
Strategi koping
Suku dan kebudayaan
Inteligensi
Tuntutan
pekerjaan/tugas

akademik
8. Lingkungan sosialnya

dll

Kemungkinan Mampu
menghadapi stresor

Kurang stres

Relatif kurang agresif


Lebih emosional
Lebih subyektif
Lebih pasif
Kurang logis
Tidak suka berpetualang
dll

Kemungkinan kurang mampu


menghadapi stresor

Lebih stres

C. Hipotesis
Berdasarkan atas landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di
atas, maka diajukan hipotesis : terdapat perbedaan ketahanan stres antara

19

laki-laki dengan perempuan dimana ketahanan stres pada laki-laki lebih


tinggi daripada perempuan.

Anda mungkin juga menyukai