Luka bakar adalah jenis luka, kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh yang
disebabkan oleh sumber panas (thermal), sumber listrik, bahan kimia dan radiasi. Sumber panas
bisa berasal dari api, sengatan matahari dan benda panas, baik itu benda padat, cair, maupun uap
panas. Bahan kimia berasal dari asam kuat dan basa kuat. Selain dari suhu yang panas, luka
bakar juga bisa diakibatkan suhu rendah (frost bite). Jenis luka dapat beraneka ragam dan
memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan
otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada
di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan.2
EPIDEMIOLOGI
Luka bakar menjadi masalah oleh karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di
Amerika dilaporkan sekitar 2 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar
5 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai
jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar
RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, 62 %
dari jumlah tersebut merupakan luka bakar derajat II III ( >40 %) dengan angka kematian
37,38%. Angka ini lebih kurang sama dengan tahun berikutnnya, di tahun 1999 jumlah kasus
yang dirawat adalah 88 kasus, 75 % dari jumlah tersebut merupakan luka bakar derajat II III
dan dengan angka kematian >40 % dengan masa rawat terpanjang antara 32 38 hari.1
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun,
diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas.
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar
paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling
tersering adalah nyala api yang membakar baju.2
ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh
melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Berikut ini adalah beberapa penyebab luka bakar,
antara lain :3
1
Arus listrik
Petir, ledakan
Sinar matahari
Kimia
Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah asam kuat atau basa kuat. Luka
bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang
tajam dan dapat membakar kulit, seperti sodium hidroksida, asam sulfur ataupun asam nitrat.
Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi
sulit dibuktikan.3
Radiasi
Laser
8
PATOFISIOLOGI
1
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak, sel darah yang di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume
setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat). Bila luka bakar
lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu : gelisah, pucat
dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine
menurun (kegagalan fungsi ginjal).4
2
Respon kardiovaskuiler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat
dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler,
maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini
merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan
katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat
panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran
yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen
oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Gejala yang
timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak, sedangkan CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oksigen lagi.
Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, jadi dengan menurunnya volume intravaskuler
maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa
berakibat gagal ginjal.
terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah dan aspirasi.
6
Gangguan Imunologi
Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagositosis kuman-kuman, terperangkap dalam kapiler
di zona stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh adekuat akan
terjadi granulasi di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak,
pada saat penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis.4,5
Derajat II dangkal atau Partial thickness superficial (IIA) : Kerusakan mengenai bagian
epidermis dan lapisan atas dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam atau Partial thickness deep (IIB) : Kerusakan mengenai hampir seluruh
bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan
terjadi lebih lama tergantung epitel yang tersisa, biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan, dan disertai parut hipertrofi.
dengan mempertimbangkan daerah dengan luka bakar jenis partial thickness atau full thickness
(luka bakar jenis superficial thickness tidak banyak digunakan).5
LUAS LUKA BAKAR
Ada 3 metode yang umum digunakan dari perkiraan luas daerah luka bakar, dan masingmasing metode memiliki peran dalam keadaan yang berbeda. Eritema tidak boleh disertakan
ketika menghitung luas daerah yang terbakar. Adapun metode tersebut yaitu :6
1
(<15% dari total luas permukaan) atau luka bakar yang sangat luas (>85%). Untuk luka bakar
berukuran sedang, metode ini tidak akurat.
2
Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia atau perineum
Berdasarkan kritieria di atas dimana pasien memiliki luka bakar derajat II dengan luas luka bakar
70 %, maka pasien termasuk dalam kriteria luka bakar berat (mayor burn).7
FASE LUKA BAKAR
Permasalahan luka bakar demikian kompleks. Untuk dapat menjelaskannya, maka
permasalahan yang ada dibagi menurut fase perjalanan penyakitnya. Terdapat 3 fase dalam luka
bakar yaitu :8,9
1
Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan proses inflamasi disertai eksudasi protein plasma dan infeksi yang dapat
menimbulkan sepsis.
3
Fase Lanjut
Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yang timbul adalah jaringan
parut, kontraktur dan deformitas akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat
proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.8,9
PENATALAKSANAAN
Penalataksanaan dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan mengikuti kaidah
standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma American College of Surgeons. Pada
survei primer dinilai dan ditangani A, B, C dan D penderita.
A (Airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (laring, faring) akibat cedera inhalasi
yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness).
Kecurigaan dibuat bila ditemukan oedem mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa
pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus
segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.
B (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri
atau eskar melingkar di dada.
C (Circulation) : Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari pembuluh darah
terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel dinding
pembuluh darah). Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah
atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.
D (Disability) : Status neurologis pasien.9
PENANGANAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.10
A Pertolongan pertama (penanganan darurat di tempat kejadian)
1
Dinginkan tubuh
Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar ke bagian yang
lebih dalam, menyiram dengan air dingin 20 - 30 C dan bersih sangat menolong,
karena menurunkan suhu, sehingga mengurangi dalamnya luka, mengurangi nyeri,
mengurangi oedem, dan mengurangi kehilangan protein.10
Jalan nafas
Jalan nafas diperiksa, bila dijumpai obstruksi jalan nafas, lakukan pembersihan dan
pemberian O2.
Mencegah syok
Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Luka bakar kurang dari 30%
diberikan 500 ml RL/jam, luka bakar lebih dari 30% diberikan 100 ml RL/jam. Pada luka
bakar > 30% biasanya fungsi usus menjadi tidak baik sehingga cairan tidak diserap dan
mengakibatkan perut menjadi kembung.
Mencegah infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air
seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup
dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan pelindung
sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit.
7
Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu tracheostomi
atau intubasi.
Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.10
Paru-paru dan kompartemen jaringan akan dikorbankan untuk meningkatkan fungsi ginjal, yang
bermanifestasi sebagai edema post resusitasi, kebutuhan fasciotomi pada ektremitas bawah yang
tidak terbakar, dan kejadian strong kompartement pada abdomen.11
Sampai saat ini, belum ada kesepakatan tentang jenis cairan yang harus digunakan untuk
resusitasi luka bakar. Pada kenyataannya setiap jenis cairan mempunyai keuntungan dan
kerugian masing masing pada berbagai macam kondisi. Akan tetapi yang paling penting adalah
apaun jenis cairan yang diberikan, volume cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk
menjaga perfusi jaringan dan memperbaiki homeostatis.
Kristaloid merupakan cairan isotonik yang aman dan efektif digunakan untuk tujuan
resusitasi kasus hipovolemia, karena cairan ini memiliki osmolariras sesuai dengan cairan
tubuh dan tidak mempengaruhi efek osmotik cairan, dan cenderung meninggalkan
kompartemen intravaskular ( mengisi kompartemen interstisial ).
Berdasarkan hal tersebut, maka partisi cairan dan kadar elektrolitnya serupa dengan cairan
tubuh 75 % cairan ekstravaskuler dan 25 % cairan intravaskuler. Sehingga secara prinsipal,
cairan kristaloid digunakan untuk melakukan terapi cairan pada kompartemen ekstravaskuler.
Cairan koloid adalah larutan dengan berat molekul tinggi, sehingga mempengaruhi efek
osmotiknya. Karena hanya jumlah kecil koloid diperlukan dalam memelihara volume cairan
di kompartemen intravaskuler. Sehingga, secara prinsipil, cairan koloid ditujukan untuk
melakukan terapi cairan pada kompartemen intravaskuler.12
Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat II atau III dengan luas > 25%, atau
bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan
parenteral. Tiga cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu : metoda Evans, metoda Brook dan metoda Baxter.12
Metoda
Elektrolit
Koloid
Dextrose
Evans
1 cc/kgBB/%LB
1 cc/kgBB/%LB
2000 cc dewasa
(NaCl 0,9%)
1000 cc anak
Brooke
1,5
cc/kgBB/
0,5 cc/kgBB/
%LB
%LB
2000 cc dewasa
1000 cc anak
( R.L )
Baxter
4 cc/kgBB/%LB
( R.L )
Tabel 2. Formula perkiraan resusitasi cairan pada luka bakar (dikutip dari daftar pustaka no 12)
PERAWATAN LUKA
Dikenal dua cara merawat luka :
a
Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan
melakukan eksisi eskar.14
TINDAKAN BEDAH
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif
adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh
sepsis dan akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial.
Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :
Keadaan umum cepat membaik.
Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
Sensitivitas lebih baik.14
TERAPI SUPORTIF
Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif.
Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 10 hari dengan formula :
KOMPLIKASI
1
Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami
sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.
Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali
pada keadaan tertentu, misalnya pada edema laring berat demi kepentingan penyelamatan
jiwa penderita.
Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan
elektrolit,
hipoksia,
infeksi,
obat-obatan
(penisilin,
aminofilin,
Kontraktur
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan meyebabkan kekakuan sendi sehingga
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan tindakan bedah.
PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas luka bakar,
derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat lambatnya pertolongan
yang diberikan dan fasilitas tempat pertolongannya.15
DAFTAR PUSTAKA
1
Moenadjat RY. Luka bakar pengetahuan klinis praktis.Cet 1. Jakarta: Farmedia ; 2000
Tim Bantuan Medis 110 [Online]. 2011 Feb 10 [cite 2011 Nov 14]; Available from : URL:
http://www.tbm110.org/artikel-medis/manajemen-luka-bakar.
Arif SK. Panduan tatalaksana terapi cairan perioperatif: terapi cairan pada luka bakar berat.
Jakarta : PP IDSAI; 2010: 193-205.
Burn surgery.org: Educating the burn care professionals worldwide [Online]. [cite 2011 Feb
10]; [10 screens]. Available from: URL: http://www.burnsurgery.org/
Wolf S, Herndon DN. Burn care. Texas (USA): Landes Bioscience; 1999: 245-61.
Tricklebank S. Modern trends in fluid therapy for burns. Department of Anaesthesia, Queen
Victoria Hospital, UK. Burns Journal 2008 Sep 4; 35: 757-67.
Mlcak RP, Suman OE, Herndon DN. Respiratory management of inhalation injury. Burns
Journal 2006 Jul 26; 33: 2-13.