Anda di halaman 1dari 35

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Indri Dwi Salsabila, Astuti, Olivia Putri Utami, Sarimah, Sunarto Arif Sura
Pendidikan Biologi 2014
Abstrak
Telah dilakukan pengukuran panjang, pengukuran massa, dan pengukuran waktu dan
suhu. Balok dan kelereng adalah alat yang diukur pada percobaan ini kecuali pada pengukuran
waktu dan suhu. Pengukuran panjang untuk balok dengan mengukur panjang,lebar,dan tinggi
benda tersebut dengan alat ukur mistar, jangka sorong,dan mikrometer sekrup sedangkan pada bola
dengan hanya mengukur diameternya.Pengukuran dengan ketiga alat tersebut mempunyai cara
yang berbeda dalam penggunaanya.Pengukuran massa dengan neraca Ohauss 2610g, neraca
Ohauss 311g, neraca Ohauss 310g,pengukuran diawali dengan penentuan nilai skala. Pengukuuran
massa sangat membutuhkan ketenangan dalam pelaksanaanya karena untuk menetapkan pada
angka nol. Pengukuran pada waktu dan suhu dengan menggunakan alat-alat yang berbeda dari
pengukuran sebelumnya yaitu seperti gelas ukur,pembakar Bunsen,thermometer,stopwatch dan
kaki tiga telah diperoleh bahwa semakin tinggi suhu maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu. Dari ketiga pengukuran tersebut mempunyai tujuan untuk mengetahui
menggunakan alat ukur dengan baik, mengetahui bahwa dalam pengukuran membutuhkan
ketelitian dan semakin kecil hasil pengukuran maka semakin baik data yang akan diperoleh.

Kata kunci: pengukuran,angka penting,suhu,neraca,alat ukur .


RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang ?
3. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran dengan berlandaskan pada
angka penting?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran berulang
3. Mengerti angka berarti

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat

Arti Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Para
ilmuwan mencari hubungan antara berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan
ukur. Ilmuwan biasanya mencoba menyatakan hubungan tersebut secara
kuantitatif, dalam persamaan yang simbol-simbolnya mewakili besaran-besaran
yang terlibat. Untuk menentukan (atau meyakinkan) bentuk hubungan tersebut,
dibutuhkan pengukuran eksperimental yang teliti, walaupun pemikiran kreatif
juga memainkan perannya.
Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran
Ketepatan (keakuratan). Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga
yang sebenarnya (pengukuran berganda).
Ketelitian (kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah
tertentu (harga tiap pengukuran tidak jauh beda).
Angka penting
1.
2.
3.
4.

Semua angka yang bukan nol


angka yang terletak diantara angka bukan nol
angka nol di sebelah kanan angka bukan nol
angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol

Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung


Di tinjau dari cara pengukurannya, besaran-besaran fisika ada yang diukur secara
langsung dan ada (lebih banyak) yang diukur secara tidak langsung.
Pengukuran langsung adalah pengukuran sesuatu besaran yang tidak
bergantung pada pengukuran besaran-besaran lain.
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara
tidak langsung membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi dengan
besaran-besaran lain.
Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian Bersistem, kesalahan yang menyebabkan hasil yang diperoleh


menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumbernya
1.
2.
3.
4.
5.
6.

kesalahan kalibrasi alat


kesalahan titik nol (KTN)
Kerusakan komponen alat
Gesekan
Kesalahan Paralaks
Kesalahan keadaan saat bekerja

Ketidakpastian rambang (acak), kesalahan yang bersumber dari gejala yang tidak
mungkin atau diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga
pengontrolandan pengaturan diluar kemampuan. Sumber-sumbernya
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kesalahan menaksir bagian skala


Keadaan yang berfluktuasi
Gerak acak (brown)
Landasan yang bergetar
Bising (noise)
Radiasi latar belakang

Ketidakpastian pengukuran tunggal


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja keterbatasan
skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber
kesalahan lain, mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian.

Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan


1
x= NST Alat
2
Nilai X dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti berikut
X =( x x ) [ X ]
Ket

X = simbol besaran yang diukur

( x x ) = hasil pengukuran besrta ketidakpastiannya

[X]

= satuan besaran x (dalam satuan SI)

Pengukuran berulang (berganda)


Dengan mengadakan pengulangan, penegetahuan kita tentang nilai sebenarnya
(X0) menjadi semakin baik. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan
hasil x1,x2, dan x3 atau dua kali , maka

{ x } dan x dapat ditentukan sebagai

berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai

{x}

sedangkan deviasi

(penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai

x . Deviasi

adalah selisih antara tiap hasil pengukuran nilai rata-ratanya. Jadi

X =

Deviasi

terbesar diantara

|x 1 x|

1 , 2 , 3

2
.

Alat dan Bahan


1. Alat
Mistar
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup
Stopwatch
Termometer
Balok kayu
Kelereng
Neraca Ohauss 310 gram
Neraca Ohauss 311 gram

1+

x 2+ x
3
x

|x 2 x|, 3

dan,

|x 3 x|

x adalah yang

Neraca Ohauss 2610 gram


Gelas Ukur
Kaki Tiga dan kasa
Bunsen Pembakar
2. Bahan
Air secukupnya
Korek
Bunsen Pembakar

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1.
2.
3.
4.

Panjang
Lebar
Tinggi
Diameter

Kegiatan 2
1. Massa
Kegiatan 3
1. Waktu
2. Suhu

DefinisiOperasionalVariabel
Kegiatan 1
1. Panjang adalah jarak terpanjang yang terdapat dibagian alas sebuah kubus dari
ujung ke ujung , dengan satuannya adalah mm
2. Lebar adalah jarak terpendek yang terdapat dibagian alas sebuah kubus dari
ujung ke ujung, dengan satuannya adalah mm
3. Tinggi adalah jarak yang diukur pada kubus dalam posisi vertikal, dengan
satuannya adalah mm
4. Diameter adalah jarak antara garis tepi bola dan garis tepi yang lain, dengan
satuannya adalah mm
Kegiatan 2
1. Massa adalah banyaknya materi yang terdapat dalam sebuah balok dan bola,
dengan satuannya adalah gram
Kegiatan 3

1. Waktu adalah lama waktu yang diperlukan temperature untuk bergerak


keatas,dengan satuannya adalah sekon
2. Suhu adalah kenaikan temperature yang diukur dengan waktu, dengan
satuannya adalah

ProsedurKerja
Kegiatan 1 (pengukuran panjang)
1. Mengambil mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup serta menentukan
NSTnya.
2. Mengukur sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar, dan tinggi balok berbentuk
kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
3. Mengukur sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur ditempat berbeda) yang
disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil
pengukuran pada tabel hasil pengamatan disertai dengan ketidakpastiannya.
Kegiatan 2 (pengukuran massa)
1. Menentukan NST masing-masing neraca
2. Mengukur massa balok kubus dan bola sebanyak 3 kali secara berulang pada
neraca ohauss 2610 g. neraca Ohauss 311 g. neraca Ohauss 310 g.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3 (pengukuran waktu dan suhu)
1. Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga bagian dan meletakkan di atas kaki
tiga tanpa ada pembakar.
3. Mengukur temperaturnya sebagai temperatur mula-mula 33 (To).
4. Menyalakan bunsen pembakar dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal..
5. Meletakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas ukur bersamaan
dengan menjalankan alat pengukur waktu.

6. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang


waktu 1 menit sampai diperoleh 10.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran Panjang
NST Mistar

NST Jangka Sorong

Batas Ukur 1 cm
=
=
0,1 cm/skala = 1mm
Jumlah Skala 10
20 SN =39 SU
20 SN =39 (1 mm)
20 SN = 39 mm
SN

= 1,95 mm

NST

= 2 mm 1,95 mm = 0,05 mm

NST Mikrometer Sekrup :


NST SU

BatasUkur
Jumlah Skala =

5 mm
10 = 0,5 mm

NST Skala Putar =

Batas Ukur
Jumlah Skala Putar

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang


Benda
N yang
o diukur
1. Balok

Besaran
yang
diukur

Panjang

Lebar

Hasil Pengukuran (mm)


Mistar

Jangka Sorong

Mikrometer Sekrup

|17,0 0,5|

|16,10 0,05|

|16,910 0,005|

|17,0 0,5|

|17,00 0,05|

|16,770 0,005|

|17,0 0,5|

|17,10 0,05|

|16,270 0,005|

|14,0 0,5|

|15,50 0,05|

|15,960 0,005|

|15,40 0,05|

|15,500 0,005|

|14,0 0,5|

|15,50 0,05|

|15,520 0,005|

|23,0 0,5|

|24,10 0,05|

|23,460 0,005|

|23,0 0,5|

|23,15 0,05|

|23,530 0,005|

|23,0 0,5|

|24,05 0,05|

|23,260 0,005|

|17,0 0,5|

|16,20 0,05|

|16,310 0,005|

|17,0 0,5|

|16,30 0,05|

|16,020 0,005|

|17,0 0,5|

|16,45 0,05|

|16,010 0,005|

Tinggi

|14,0 0,5|

2.
Bola

Diameter

2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala lengan 1

Batas Ukur 100 g


=
=10 g
Jumlah Skala
10

Nilai Skala lengan 2

Batas Ukur 500 g


=
=100 g
Jumlah Skala
5

Nilai Skala lengan 3

Batas Ukur 10 g
=
=0,10 g
Jumlah Skala 100

Massa beban gantung

:-

Tabel 2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram


Benda

Penunju

Penunju

Penunju

Beban

k lengan

k lengan

k lengan

gantung

Massa benda (g)

Balok
Kubus

0
0
0

0
0
0

4,00
4,00
3,90

|4,00 0,05|
|4,00 0,05|

|3,90 0,05|
Bola

0
0
0

0
0
0

5,60
5,65
5,55

|5,60 0,05|

|5,65 0,05|
|5,55 0,05|

Neraca Ohauss 311 gram


:

Batas Ukur
200 g
=
=100 g
Jumlah Skala
2

Nilai Skala lengan 2

Batas Ukur 100 g


=
=10 g
Jumlah Skala
10

Nilai Skala lengan 3

Batas Ukur 10 g
=
=1 g
Jumlah Skala 10

Nilai Skala lengan 4

Batas Ukur 1,0 g


=
=0,01 g
Jumlah Skala 100

Nilai Skala lengan 1

Tabel 3. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram


Benda

Balok
Kubus

Penunju

Penunju

Penunju

Penunju

k lengan

k lengan

k lengan

k lengan

0
0
0

0
0
0

3,000
3,000
3,000

0,875
0,850
0,870

Massa benda (g)

|3,875 0,005|
|3,850 0,005|

|3,870 0,005|

Bola

0
0
0

0
0
0

5,000
5,000
5,000

0,550
0,500
0,530

|5,550 0,005|
|5,500 0,005|

|5,530 0,005|
Neraca Ohauss 310 gram
Nilai Skala lengan 1

Batas Ukur
200 g
=
=100 g
Jumlah Skala
2

Nilai Skala lengan 2

Batas Ukur 100 g


=
=10 g
Jumlah Skala
10

Nilai Skala Putar

Batas Ukur 1 g
= =0,1 g
Jumlah Skala 10

Jumlah Skala Nonius

: 10 skala

NST Neraca Ohauss 310 gram : 1,9 SP

= 10 SN

0,19 SP

= SN

NST

= NSP-NSTN= 0,2-0,19 = 0,01 g

Tabel 4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram

Benda
Balok
Kubus

Penun.

Penun.

lengan 1

lengan 2

0
0
0

0
0
0

Penun.

Penun.

skala

skala

putar

Nonius

3,90
4,00
3,90

5
7
7

Massa benda (g)

|3,95 0,01|

|4,07 0,01|
|3,97 0,01|

Bola

0
0
0

0
0
0

5,50
5,50
5,50

8
7
7

|5,58 0,01|
|5,57 0,01|

|5,57 0,01|

3. Pengukuran Waktu dan Suhu


NST termometer

Batas Ukur 10
=
=1
Jumlah Skala
10

Temperatur mula-mula (To) : |33 0,5|


NST Stopwatch

Batas Ukur 1 sekon


=
=0,1 sekon
Jumlah Skala
10

Tabel 5. Hasil pengukuran waktu dan suhu


No
.

Waktu (s)

Temperatur (

Perubahan Temperatur
()

1.

|60,0 0,1|

|35,0 0,5|

|2,0 0,5|

2.

|120,0 0,1|

|37,0 0,5|

|2,0 0,5|

3.

|180,0 0,1|

|40,0 0,5|

|3,0 0,5|

4.

|240,0 0,1|

|43,0 0,5|

|3,0 0,5|

5.

|300,0 0,1|

|46,0 0,5|

|3,0 0,5|

6.

|360,0 0,1|

|49,0 0,5|

|3,0 0,5|

ANALISIS DATA

PENGUKURAN PANJANG
Balok
V=PLT

|vp| P + |vl |

v=

L+

| p v t |

L+

( p l t )
P+
p

| |

v l t
=
P+
v
v

|vt |

v
l t
=
P+
v
p l t

| p ptlt |
+

|tT |

|pP|

|tT |v

v=

|lL|

( p l t )
L+
l

| | + |lL|

v P
=
v
p

| pv l|
L+

x =

|P x P |

1 = |17,017,0| mm = 0 mm
x = |17,017,0| mm = 0 mm

( p l t )
T
t

| p pllt |

Mistar
1. Panjang
17,0 mm+17,0 mm+ 17,0 mm

P
=
3

= 17,0 mm

x = |17,017,0| mm = 0 mm
P = max = 0,5 mm.

KR =

P
P

100%

KR =

0,5
17,0

100% = 2,9% ( 3 AB )

Pelaporan fisika :

|P P| = |17,0 0,5| mm

2. Lebar
14,0 mm+14,0 mm+ 14,0 mm

L
=
3
x =

= 14,0 mm

|Lx L|

1 = |14,014,0| mm = 0 mm
x = |14,014,0| mm = 0 mm
x = |14,014,0| mm = 0 mm
L = max = 0,5 mm.

KR =

L
L

KR =

0,5
14,0

100%
100% = 3,5% ( 3 AB )

Pelaporan fisika : |L L| = |14,0 0,5|

mm

3. Tinggi
23,0 mm+23,0 mm+23,0 mm
T =
3
x =

= 23,0 mm

|T x T |

1 = |23,023,0|mm = 0 mm
x = |23,023,0|mm = 0 mm
x = |23,023,0|mm = 0 mm
t

= max = 0,5 mm.

KR =

T
T

KR =

0,5
23,0

100%

100% = 2,1% (3 AB)

PF : |T T | = |23,0 0,5| mm

Vbalok = P L T
Vbalok = 17,0 mm 14,0 mm 23,0 mm
Vbalok = 5.474 mm3

|pP|

v=

|lL|

|tT |v

0,5 mm
0,5 mm
|17,0
mm| + | 14,0 mm|

v=

0,5 mm
|23,0
mm| 5.474 mm

v=|0,029| +

|0,035| + |0,021| 5.474 mm3

v=|0,085| 5.474 mm3


v= 465,29 mm3 0,5 cm3
v = 5.474 mm3 5,5 cm3

KR =

v
v

KR =

0,5 c m 3
5,5 c m 3

100%

100% = 9 % ( 2 AB )

PF: |V V| = 5,5

0,5 cm3

Jangka Sorong
1. Panjang
16,10 mm+17,00 mm+ 17,10mm

P
=
3
x =

|P x P |

1 = |16,1016,73| mm = 0,63 mm
x = |17,0016,73| mm = 0,27 mm
x = |17,1016,73| mm = 0,37 mm
P = = 0,63 mm.
max

KR =

P
P

100%

= 16,73 mm

0,63
16,73

KR =

100% = 3,7% ( 3 AB )

|P P| = |16,7 0,6| mm

PF :

2. Lebar
15,50 mm+15,40 mm+ 15,50mm

L
=
3
x =

= 15,47 mm

|Lx L|

1 = |15,5015,47|mm = 0,03 mm
x = |15,4015,47|mm = 0,07 mm
x = |15,5015,47|mm = 0,03 mm
L = max = 0,07 mm.

KR =

L
L

KR =

0,07
15,47

100%

100% = 0,4% ( 4 AB )

PF : |L L| = |15,47 0,07| mm
3. Tinggi
24,10 mm+ 23,15 mm+ 24,05 mm
T =
3

= 23,76 mm

x =

|T x T |

1 = |24,1023,76|mm = 0,34 mm
x = |23,1523,76|mm = 0,61 mm
x = |24,0523,76|mm = 0,29 mm
t

= max = 0,61 mm.

KR =

T
T

KR =

0,61
23,76

100%

100% = 2,5% (3AB )

PF : |T T | = |23,7 0,6| mm

Vbalok = P L T
Vbalok = 16,7 mm 15,47 mm 23,7

mm

Vbalok = 6.122,87 mm3

|pP|

v=

0,6
|16,7
|

v=

v=|0,035| +

|lL|

|tT |v

0,07
|15,47
|

0,6
|23,7
|

6.122,87 mm3

|0,004| + |0,025| 6.122,87 mm3

v=|0,064| 6.122,87 mm3

v= 391,86 mm3 0,4 cm3


v = 6.122,87 mm3 6,1 cm3

KR =

v
v

KR =

0,4 c m3
6,1 c m 3

100%

100% = 6,5 % ( 2 AB )

PF: |V V| = 6,1

0,4 cm3

Mikrometer Sekrup
1. Panjang
16,910 mm+16,770 mm+16,270 mm

P
=
3
x =

|P x P |

1 = |16,91016,650| mm = 0,260 mm
x = |16,77016,650| mm = 0,120 mm
x = |16,27016,650| mm = 0,380 mm
P = = 0,380 mm.
max

KR =

P
P

KR =

0,380
16,650

100%

100% = 2,2% ( 3 AB )

= 16,650 mm

|P P| = |16,6 0,3| mm

PF :

2. Lebar
15,960 mm+15,500 mm+15,520 mm

L
=
3
x =

= 15,660 mm

|Lx L|

1 = |15,96015,660| mm = 0,300 mm
x = |15,50015,660| mm = 0,160 mm
x = |15,52015,660| mm = 0,140 mm
L = max = 0,300 mm.

KR =

L
L

KR =

0,300
15,660

100%

100% = 1,9% ( 3 AB )

PF: |L L| = |15,6 0,3| mm


3. Tinggi
23,460 mm+ 23,530mm+ 23,260 mm
T =
3
x =

|T x T |

1 = |23,46023,416|mm = 0,044 mm

= 23,416 mm

x = |23,53023,416|mm = 0,114 mm
x = |23,26023,416|mm = 0,156 mm
t

= max = 0,156 mm.

KR =

T
T

KR =

0,156
23,416

PF :

100%

100% = 0,6 % ( 3 AB )

|T T | = |23,4 0,1| mm

Vbalok = P L T
Vbalok =

16,6 mm 15,6 mm 23,4 mm

Vbalok = 6059,6 mm3

|pP|

v=

|lL|

0,3
0,3
|16,6
| + |15,6
|

v=

v=|0,018| +

|tT |v

0,1
|23,4
| 6059,6 mm

|0,019| + |0,004| 6059,6 mm3

v=|0,041| 6059,6 mm3


v= 248,4 mm3 0,24 cm3

v = 6059,6 mm3 6,05 cm3

KR =

v
v

100%

KR =

0,2
6,0

100% = 3,9 % ( 3 AB )

PF : |V V| = |6,05 0,24| mm
Bola
1
3
v= d
6

|dv |dd

dv=

| |

dv=

( 16 d ) dd
3

1
2
dv= d dd
2

|12 d d|

v=

| |

1 2
d d
v 2
=
v
1 3
d
6

|3 d d|v

v=

KR=

v
x 100
v

1. Mistar
17,0 mm+17,0 mm+ 17,0 mm
d =
3
x =

|d d |

1 = |17,017,0| mm = 0 mm
x = |17,017,0| mm = 0 mm
x = |17,017,0| mm = 0 mm
d
PF:

= max = 0,5 mm.

|d d|

= |17,0 0,5|

mm

1
3
v= d
6
1
3
v = (3,14 )(17,0) = 2571,13 mm3
6

|3 d d|v

v=

= 17,0 mm

v=

3(0,5)mm
2571,13 m m3
17,0 mm

1,5 mm
x 2571,13 mm
|17,0
mm|

v=

v=0,08 x 2.571,13 mm3


v=205,69 mm3

0,20

cm3

v =2.571,13 mm3 2,57 cm 3


KR=

v
x 100
v

KR=

0,20 cm 3
x 100
3
2,57 cm

PF=|v v|

= 7,7

|2,5 0,2|

( 2AB)

cm

2. Jangka Sorong
16,20 mm+16,30 mm+ 16,45mm
d =
3

x =

|d x d |

1 = |16,2016,31|mm = 0,11 mm
x = |16,3016,31|mm = 0,01 mm
x = |16,4516,31|mm = 0,14 mm

= 16,31 mm

r
PF :

= max = 0,14 mm.

|d d|

= |16,31 0,14| mm

1
3
v= d
6
1
3
v = (3,14 )(16,31) = 2.270,59 mm3
6

|3 d d|v

v=

v=

3(0,14)mm
2.270,59 mm 3
16,31mm

0,42 mm
|16,31mm
|x 2.270,59 mm

v=

v=0,025 x 2.270,59 mm3


v=56,76 mm3

0,05

cm 3

v =2.270,59 mm3 2,27 cm 3


KR=

v
x 100
v

KR=

0,05 cm 3
x 100
3
2,27 cm

PF=|v v|

= 2,2

|2,27 0,05|

( 3AB)

cm

3. Mikrometer Sekrup
16,310 mm+16,020 mm+16,010 mm
d =
3

x =

|d x d |

1 = |16,31016,174|mm = 0,136 mm
x = |16,02016,174|mm = 0,154 mm
x = |16,01016,174|mm = 0,164 mm
r

PF :

= max = 0,164 mm.

|d d| = |16,174 0,164| mm

1
3
v= d
6
1
v = (3,14 )(16,174)3 = 2214, 27 mm3
6

|3 d d|v

v=

v=

3(0,164)mm
2.214,27 m m3
16,174 mm

0,492 mm
x 2.214,27 mm
|16,174
mm |

v=

v=0,030 x 2.214, 27 mm3

= 16,174 mm

v=66,428 mm3

cm 3

0,066

v =2.214,27 mm 3 2,214 cm 3
KR=

v
x 100
v

KR=

0,066 cm
x 100
3
2,214 cm

PF=|v v|

= 2,9

( 3AB)

|2,21 0,06|

PENGUKURAN MASSA
=

m
v

= mv-1

|m |

|v|

m+

| |

| |

mv
m

mv
v

m+

=|v1| m +

| |

|mv2|

v1
=
m+

mv1

| |

m
=

| |

|vv |

mv2
v
mv1

cm3

|mm|

|vv |

Untuk balok :

v =

x =

5,5 cm +6,1 cm + 6,05 cm


3

3
= 5,8 cm

|v x v|

3
3
1 = |5,55,8| cm = 0,3 cm

3
3
x = |6,15,8| cm = 0,3 cm

3
3
x = |6,055,8|cm = 0,25 cm

3
= max = 0,3 cm

KR =

v
v

100%

KR =

0,3
5,8

100% = 5,1% ( 2 AB )

PF=|v v|

|5,8 0,3|

cm 3

Untuk bola :

v =

x =

2,5 cm 3 +2,27 cm 3 +2,21 cm3


3

|v x v|

3
= 2,32 cm

3
3
1 = |2,52.32| cm = 0,18 cm

3
x = |2,272.32|cm =

0,05 cm3

3
x = |2,212.32|cm = 0,11 cm3

3
= max = 0,18 cm

KR =

v
v

KR =

0,18
2.32

100%

100% = 7,7% (2 AB)

PF=|v v|

|2.3 0,1|

cm 3

Neraca Ohauss 2610 gram


Balok
m
=

x =

4,00 g +4,00 g+3,90 g


3

|mx m |

1 = |4,003,96| g = 0,04 g
x = |4,003,96| g = 0,04 g
x = |3,903,96|g = 0,06 g
m

KR =

= max = 0,06 g.
m
m

100%

= 3,96 g

0,06
3,96

KR =

100% = 1,5 % ( 3 AB )

m| g=|3,96 0.06|g
PF: |m
Bola
m
=

x =

5,60 g+5,65 g+5,55 g


3

= 5,60 g

|mx m |

1 = |5,605,60| g = 0 g
x = |5,655,60| g = 0,05 g
x = |5,555,60| g = 0,05 g
m = max = 0,05 g.

KR =

m
m

100%

KR =

0,05
5,60

100% = 0,8% ( 3 AB )

m| g=|5,60 0.05| g
PF: |m
Neraca Ohauss 311 gram
Balok
m
=

3,875 g+3,850 g+3, 870 g


3

= 3,865 g

x =

|mx m |

1 = |3,8753,865| g = 0,010 g
x = |3,8503,865| g = 0,015 g
x = |3, 8703,865| g = 0,005 g
m

= max = 0,015 g.

KR =

m
m

KR =

0,015
3,865

100%

100% = 0,3% (4 AB)

m| = |3,865 0,015| g
Pelaporan fisika : |m

Bola
m
=

x =

5,550 g+5,500 g+5,530 g


3

|mx m |

1 = |5,5505,526|g = 0,024 g
x = |5,5005,526|g = 0,026 g
x = |5,5305,526|g = 0,004 g
m

= max = 0,026 g.

= 5,526 g

KR =

m
m

KR =

0,026
5,526

100%

100% = 0,47% ( 4 AB )

m| = |5,526 0,026| g
Pelaporan fisika : |m
Neraca Ohauss 310 gram
Balok
m
=

x =

3,95 g+ 4,07 g +3,97 g


3

= 3,99 g

|mx m |

1 = |3,953,99| g = 0,04 g
x = |4,073,99| g = 0,08 g
x = |3,973,99|g = 0,02 g
m

= max = 0,08 g.

KR =

m
m

100%

KR =

0,08
3,99

100% = 2 % (3 AB)

m| = |3,99 0,08| g
Pelaporan fisika : |m

balok =

m
v

balok =

(3,99 g)
3
( 5,8 cm )

balok = 0,68 g/cm3

|mm|

|vv |

|0,08
3,99|

|0,3
5,8|

=|0,020| +

0,68 g/cm3

|0,051| 0,68 g/cm3

= 0,04 g/cm3

KR =

KR =

0,04 g /cm 3
0,68 g /cm 3

100%

100% = 5,8 % (2 AB)

Pelaporan fisika : | | = |0,68 0,04| g/cm3


Bola
m
=

5,58 g+5,57 g+5,57 g


3

= 5,57 g

x =

|mx m |

1 = |5,585,57|g = 0,01 g
x = |5,575,57| g = 0 g
x = |5,575,57| g = 0 g
m

= max = 0,01 g.

KR =

m
m

KR =

0,01 g
5,57 g

100%

100% = 0,1% ( 4 AB )

m| = |5,570 0,010| g
Pelaporan fisika : |m

balok =

m
v

balok =

5,570 g
2,3 c m3

balok = 2,421 g/cm3

|mm|

|vv |

0,010 g /cm3
=
5,570 g /cm3

| |
+

0,1 cm3
2,3 cm3

2,421 g/cm3

=|0,001| +

|0,043| 2,421 g/cm3

= 0,106 g/cm3

KR =

KR =

0,106 g /cm3
3
2,421 g /cm

100%

100% = 4,3 % (3 AB)

Pelaporan fisika : | | = |2,42 0,10| g/cm

PEMBAHASAN
Percobaan pengukuran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui menggunakan
alat ukur dengan ketelitian yang tinggi. Pada percobaan pertama yaitu dengan
menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan dua benda
yaitu balok kayu dan kelereng dengan NST yang berbeda akan menghasilkan data
yang berbeda pula namun tidak jauh beda, hal ini disebabkan karena tingkat ketelitian
suatu alat yang berbeda. Pecobaan kedua dengan menggunakan neraca Ohauss

2610, neraca Ohauss 311, neraca Ohauss 310 memerlukan ketenangan ketika
untuk menepatkan pada posisi nol sebelum dan sesudah diukur. percobaan ketiga
dengan menggunakan alat ukur suhu yaitu thermometer mengalami kenaikan suhu

yang tidak konstan, hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari nyala api
yang berubah-ubah.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran
yang dilakukan secara berulang pada benda dan alat ukur

yang sama akan

memperoleh hasil yang berbeda ketika terjadi kesalahan ketelitian dan beberapa
kesalahan lainnya yang mempengaruhi apalagi ketika benda dan alat ukur yang
digunakan berbeda maka hasil yang diperoleh akan berbeda pula walaupun tidak
jauh perbedaannya.

DAFTAR RUJUKAN
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Herman, 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar : Jurusan Fisika FMIPA
UNM.

Anda mungkin juga menyukai