Bab Ii Manajemen Pemasaran
Bab Ii Manajemen Pemasaran
MANAJEMEN PEMASARAN
POSDCROB,
yaitu:
Planning,
Organizing,
Staffing,
Directing,
diperlukan suatu stuktur yang jelas, sehingga tidak terjadi lagi saling lempar
tanggung jawab seandainya terjadi penyimpangan dalam pekerjaan.
Actuating sebagai fungsi ketiga, yaitu melaksanakan pekerjaan, bagaimana cara
kerja, kemana harus pergi, kapan, dan di mana. Agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
dengan mulus, maka para pekerja perlu diberi insentif. Dengan demikian, harus
ditetapkan secara jelas tentang gaji, honor, uang lelah dan lain sebagainya.
Fungsi terakhir ialah perlu adanya controling dari setiap pekerjaan yang dilakukan.
Kontrol harus dilakukan sedini mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang berlarutlarut. Jika terjadi penyimpangan dari planning yang telah ditetapkan, maka perlu
diambil tindakan pencegahan. (Buchari, 2005: 137-138).
q.
r.
s.
t.
Perencanaan
pemasaran
perencanaan
strategi
lembaga/perusahaan,
jangka
panjang
yang
pemasaran
mencakup
perusahaan
v.
Kebijakan
dan
strategi
produk,
yang
mencakup
strategi
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
suatu
bangsa
sangat
ditentukan
oleh
kualitas
pendidikan
Sudah lebih dari setengah abad (70 tahun) di Amerika sudah dibicarakan marketing
perguruan tinggi, padahal perguruan tinggi mereka belum menghadapi masa-masa
sulit mencari calon mahasiswa. Dalam masa-masa sulit sekarang ini melalui
marketing perguruan tinggi di Amerika mengarahkan pemasarannya ke Negara lain,
yang berarti sudah memasuki pasar internasional.Kenyataannya di Amerika banyak
mahasiswa berasal dari segala penjuru dunia seperti Negara Amarika latin, Peru,
Nicaragua, Chili, Brazilia , Eropa, Jepang, Korea, Taiwan, India dan dari seluruh
negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.(Buchari, 2003 :55)
Fenomena penerapan manajemen pemasaran pada Perguruan Tinggi di Indonesia
mulai banyak diterapkan saat ini, salah satunya adalah penggunaan promosi sebagai
bagian dari strategi marketing di Perguruan Tinggi pada dekade terakhir ini makin
meningkat walaupun dalam tingkat permulaan, sebagai mana yang lazim digunakan
dalam dunia bisnis. Hal ini bisa terlihat pada kegiatan pemasangan spanduk di
kampus atau di jalan raya, iklan disurat kabar, iklan di radio, menempel
pengumuman di tempat ramai, pengiriman brosur ke alamat calon mahasiswa dan
sebagainya. Di samping itu ada pihak yang tidak senang dengan konsep marketing
yang dilancarkan oleh lembaga pendidikan seperti tercermin pada artikel-artikel di
surat kabar yang berjudul Tak Sedikit PTS yang promosinya keterlaluan, PTS
gencar promosi, kita jangan terpancing, dan masih banyak lagi artikel yang bernada
sama yaitu kurang menyenangi praktek tersebut. hal ini disebabkan masih ada
keragu-raguan, belum ada keseragaman pandangan apakah strategi marketing yang
biasanya digunakan di dalam dunia bisnis itu layak di trasfer ke Perguruan Tinggi.
(Buchari, 2003: 52)
Lalu bagaimanakah bentuk dari penawaran yang layak dilakukan oleh perguruan
tinggi? Pada dasarnya prinsip yang ada di dalam marketing barang bisa diterapkan
dalam marketing jasa layanan pendidikan di perguruan tinggi tapi harus tetap
berorientasi pada pelayanan yang bermutu.Tujuan perguruan tinggi tidak dapat
dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tapi harus betul-betul
berpegang pada kebenaran. Apa yang sudah ditawarkan pada saat promosi harus
benar-benar direalisasikan saat konsumsi yaitu saat dosen berinteraksi dengan
mahasiswa dalam perkuliahan dan saat pemberian layanan administrasi kepada
mahasiswa.
Dalam bukunya Buchari Alma,beberapa ahli berpendapat bahwa fungsi marketing di
perguruan tinggi makin penting, diantaranya :
John Silber menyatakan bahwa isu marketing dan penerapannya dalam dunia
pendidikan patut dipuji, "The marketing issue, reflects a laudable willingness"(John
Silber, 1980:6), karena lembaga pendidikan memang melakukan kegiatan bisnis, dan
menjual jasa pendidikan. Akan tetapi bisnis bidang pendidikan ini berbeda standard
dan prosedurnya dengan bisnis barang yang dihasilkan oleh industri.
Murphy yakin , bahwa dengan kegiatan marketing akan dapat membantu perguruan
tinggi menghadapi masa depan yang lebih baik. Ada dua usaha yang hendak dicapai
oleh organisasi non profit dalam kegiatan marketingnya, yaitu mencari konsumen
dan mencari dana dari donatur.
Pada saat penerimaan mahasiswa baru, tiap tahun muncul iklan Perguruan Tinggi
Swasta di televisi, surat kabar, radio, selebaran, spanduk dan brosur. Semua
bertujuan untuk menarik perhatian calon mahasiswa. Kegiatan marketing bukanlah
sebagaimana di atas, jika hal itu dianggap sebagai marketing, maka kehancuran akan
melanda Perguruan Tinggi kita, seperti dinyatakan oleh Litten: Marketing does not
have to mean valuminous advertising budgets or gaudy display, as so often
academicians seem to fear (Litten, 1980: 45). Juga Smith menyatakan secara tegas:
The aggressive, hard sell style of marketing is most associated with business, and
has been looked upon by educators as an approach not appropiate for higher
education. Education has typically taken the soft sell approach which follows the
why should we have to sell a worthwhile service idea (Smith, 1980: 8).
Artinya, cara penjualan secara agresif yang sangat menekankan pada promosi,
biasanya berlaku untuk dunia bisnis, yang dilihat oleh para pendidik tidak sesuai jika
digunakan dalam pendidikan. Tipe yang cocok untuk pendidikan adalah cara
penjualan lunak, yang diikuti dengan menjual layanan.
Secara jelas dinyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan kegiatan marketing pada
perguruan tinggi bukan memaksakan penjualan dengan membujuk konsumen secara
gencar atau berseru berulang-ulang. Dengan kata lain etika marketing sangat
menghindari karakter yang tidak baik dan mengharapkan lembaga pendidikan
menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh.
5. Hukum, Konsep Dan Teori Dalam Pemasaran Perguruan Tinggi
Hukum Engel
Hukum ini dikembangkan oleh Ernest Engel , sesuai dengan nama penemunya
maka dikenal dengan Hukum Engel. Hukum ini mempunyai rumusan yang sangat
mendorong dan signifikan dalam pemasaran jasa, yaitu sebagai berikut :
1. As income increases, a smaller percentage is spent on food.
2 .As income increases, the percentage spent on clothing remains.
3. As income increases, the percentage spent for rent, feul,ang light remains
invariably
the same.
untuk
makan.
2.Jika penghasilan bertambah, persentase yang dibelanjakan untuk pakaian, kira-kira
tetap sama.
3.Jika pendapatan naik,persentase yang dibelanjakan untuk sewa bahan bakar dan
penerangan , kira-kira tetap sama.
4.Jika pendapatan naik, maka persentase yang dibelanjakan untuk keperluan lain-lain
naik, seperti untuk rekreasi, pendidikan dan keperluan keagamaan, serta adat-istiadat
(Buchari Alma, 2003 :20)
Hasil penelitian Ernest Engel ini menjadi bahan diskusi pada masa-masa selanjutnya
dan menyebabkan orang mengadakan penelitian lebih jauh. Akhirnya orang
berkesimpulan bahwa poin 1 dan 4 bisa dianggap berlaku umum untuk semua
keluarga,
namun
pada
poin
dan
sangat
berbeda-beda
dalam
Jika konsep ini diterapkan dalam jasa pendidikan, bukan berarti lembaga pendidikan
menghasilkan lulusan secara massal dengan mengabaikan mutu, kemudian
menurunkan uang kuliah, agar lebih banyak peminat masuk. Konsep produksi dalam
jasa pendidikan, harus tetap memegang teguh peningkatan mutu lulusannya, dan
uang kuliah tidak terlalu tinggi. Barangkali saja tes untuk masuk di Perguruan
Tinggi tersebut dapat diadakan di daerah lain, bukan hanya di kota atau di tempat
Perguruan Tinggi tersebut berada. Hal ini sudah diterapkan oleh Universitas Gajah
Mada, yang mulai melaksanakan tes masuk di daerah-daerah lain, guna menjaring
calon mahasiswa baru.
Konsep Produk
Dasar pemikiran konsep ini adalah produsen menghasilkan produk yang sangat baik,
menurut ukuran atau selera produsen sendiri, bukan menurut kehendak konsumen,
karena konsumen demikian banyaknya, sehingga selera merekapun sangat
bervariasi. Selera konsumen tidak dapat diidentikkan dengan selera produsen. Inilah
satu kesalahan yang terjadi pada konsep produk, yang menyamakan selera produsen
dengan selera konsumen. Akibatnya jika timbul pesaing baru yang kreatif dalam
bidang produksi, maka pengusaha yang menganut konsep ini akan kalah dalam
persaingan pasar.
Jika ini diterapkan dalam lembaga pendidikan, maka pimpinan lembaga tidak boleh
berbuat sekehendaknya, walaupun dalam rangka ingin meningkatkan mutu.
Pimpinan sesekali harus memonitor apa keinginan konsumen, apa keluhan-keluhan
Konsep Penjualan
Pengusaha yang menganut konsep penjualan (selling concept), berpendapat bahwa
yang paling penting produsen menghasilkan produk, kemudian produk itu dijual ke
pasar dengan menggunakan promosi secara besar-besaran. Produsen ini mempunyai
keyakinan bahwa dengan jalan promosi, konsumen dipengaruhi, dirangsang,
dimotivasi untuk membeli. Konsep ini banyak sekali dianut oleh produsen, dan
mereka juga berhasil dalam pemasaran produknya. Akan tetapi strategi ini, tidak
akan mampu bertahan untuk selamanya. Jika ini diterapkan pada lembaga
pendidikan, maka ada kecenderungan lembaga menggunakan surat kabar, televisi,
memasang iklan, layaknya seperti iklan barang saja. Iklan ini bisa saja, asalkan ada
bukti nyata yang menunjang kekuatan iklannya. Iklan tanpa usaha perbaikan
mutu/performance lembaga pendidikan akan berakibat sebaliknya dan akan menjadi
bomerang bagi lembaga pendidikan itu sendiri.
dari asumsi tentang perilaku manusia.Asumsi itu boleh jadi tersirat ketimbang
tersurat, tetapi hal itu dapat disimpulkan dari pengamatan jenis tindakan yang
dilakukan manajer.
Teori X berasumsi bahwa orang-orang umumnya tidak suka bekerja dan akan
menghindarinya apabila mungkin. Mereka berusaha melakukan berbagai tindakan
pembatasan kerja, kurang berambisi dan akan menghindari tanggungjawab sedapat
mungkin. Mereka relatif berorientasi pada diri sendiri, tidak peduli dengan
kebutuhan organisasi dan menolak perubahan.Imbalan yang umum diberikan
organisasi tidak cukup untuk mengatasi ketidaksukaan mereka untuk bekerja.Jadi
satu-satunya cara yang dapat menjamin adanya prestasi pegawai adalah memaksa,
mengendalikan dan mengancam mereka. Meskipun manajer mungkin menyangkal
bahwa mereka menganut pandangan seperti itu tentang manusia, tapi tindakan
mereka sangat menunjukkan bahwa asumsi mereka tentang pegawai adalah Teori X.
Teori Y menyiratkan pendekatan yang lebih manusiawi dan suportif dalam
mengelola orang-orang.Teori ini berasumsi bahwa orang-orang pada dasarnya tidak
berpembawaan malas. Penampilan yang menunjukkan kesan seperti itu merupakan
hasil dari pengalaman mereka dengan organisasi, tetapi apabila pimpinan dapat
menyediakan lingkungan yang sesuai untuk menyalurkan potensi mereka, maka
bekerja pada dasarnya sama dengan bermain atau istirahat bagi mereka.Mereka akan
mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri untuk mencapai tujuan apabila mereka
merasa terikat dengan tujuan itu. Pesan pimpinan adalah menyediakan lingkungan
untuk menyalurkan potensi orang-orangnya dalam pelaksanaan pekerjaan.
mahasiswa
guna
menjaring
calon
mahasiswa yang kemudian akan diseleksi dan mendapatkan calon mahasiswa baru
yang berkemampuan akademik dan juga berkemampuan secara ekonomi.
Akademik
P1
Sosio Kultural
P2
SPP
SPPdan
danbiaya
biayalainnya
lainya
P3
Lokasi
MAHASISWA
PTS
P4
P5
P6
P7
Kegiatan Interaktif
Kegiatan Belajar Mengajar
Calon
Mahasiswa
Balikan
Model Penawaran Jasa Pendidikan Tinggi, Sumber Buchari Alma ( 2003 : 72)
termasuk
physical
evidence
adalah
gedung
perkuliahan
beserta
yang
artinya
seni
atau
ilmu
untuk
menjadi
pemimpin
/jenderal.Konsep ini rekevan dengan situasi zaman dulu yang sering diwarnai
perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar
dapat selalu memenangkan perang(Tjiptono, 1997 : 3)
Kenneth R. Andrews menyatakan bahwa strategi perusahaan adalah pola keputusan
dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud dan
tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk
pencapaian tujuan serta merinci jangkauan pemasaran yang akan dikejar oleh
lembaga.
Secara bahasa strategi pemasaran merupakan gabungan dari dua kata, yaitu strategi
dan pemasaran atau dalam bahasa Inggris marketing and strategi , adalah suatu
rencana yang fundamental dalam memasarkan barang untuk mencapai tujuan.
(Buchari, 2005: 1999)
Menurut Sofjan Assauri strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran,
kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan
dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya,
pangsa
pasar
dan
laba.
(4)
Strategi
Pasar
selanjutnya
Produk sebuah Perguruan Tinggi menurut Bowen, 1971 dalam Buchari Alma
(2003:68) ialah berupa :instruction, research dan public services. Di Negara
Indonesia hal ini tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu :Pengajaran,
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Sebagai produk utama ( chief product) perguruan tinggi adalah learning yaitu
proses belajar mengajar yang berupa berbagai macam program studi yang dijabarkan
oleh tiap-tiap fakultas. Sedangkan produk sampingan (by-product) yang berupa :
1. Personal self discovery
2. Career choice and placement
3. Direct satisfaction and enjoyments
Para mahasiswa yang masuk Perguruan Tinggi tentu mempunyai banyak harapan
seperti disebutkan di atas, adanya kematangan pribadi dengan tambahan
pengalaman berinteraksi di kampus, adanya kesempatan lapangan kerja,
pengembangan karir dan adanya kepuasan, kesenangan, kebanggaan sebagai
mahasiswa di Perguruan Tinggi tersebut.
Produk utama Perguruan Tinggi adalah learning (proses perkuliahan) yang
dituangkan dalam penyajian bermacam-macam program studi pada tiap tiap
fakultas sedangkan penelitian dan pengabdian pada masyarakat biasanya tidak
ditawarkan saat penjaringan mahasiswa baru tapi dua hal ini merupakan bagian yang
menyatu dari proses learning itu sendiri.
Strategi Produk
Di dalam membuat produk baik berupa barang - barang ataupun pelayanan bidang
jasa, perlu diperhatikan strategi berikut , yang :meliputi :
a. Strategi Positioning Produk
Adalah strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi program studi yang unik
dalam benak stakeholder, sehingga terbentuk image bahwa program studi tersebut
lebih baik dibanding dengan milik Perguruan Tinggi lain. Ada 7 pendekatan dalam
positioning :(1) Positioning Produk (karakteristik program), menjelaskan keunikan
masing-masing program. (2) Positioning Harga Dan Kualitas (memberikan image
kualitas lewat harga) yaitu yang mahal itu yang berkualitas. (3) Positioning Aspek
Penggunaan, program/jurusan pertanian untuk mahasisiwa yang datang dari daerah
agraris. (4) Positioning Aspek Pemakai, Perguruan Tinggi yang terletak di kawasan
industri banyak membuka program computer, teknik mesin, pengalengan makanan
dan lain-lain. (5) Positioning Kelas Produk, yaitu program studi yang terdeferensi ke
berbagai jenjang. (6) Positioning Berkenaan Dengan Pesaing, memberikan image
kelebihan/keunggulan dari prodi yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi itu dibanding
yang lain. (6) Positioning Berdasarkan Manfaat, memberi informasi manfaat dari
tiap-tiap prodi sehingga mahasiswa tidak salah pilih..
b. Strategi Repositioning Produk
Strategi ini berupa peninjauan kembali dan koreksi akan positioning yang sudah
dilaksanakan untuk meningkatkan kelangsungan program studi dan untuk
mengoreksi kesalahan penentuan posisi sebelumnya.
c. Startegi Overlap Produk
Strategi ini berusaha menciptakan prodi yang sama dengan prodi yang sudah ada
tapi berbeda jenjangnya dengan tujuan untuk lebih banyak mendapatkan
pembeli/pelanggan.Misalnya Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sudah ada jenjang
S1, lalu dibuka jenjang D2, D3 dan mungkin S2.
d. Strategi Lingkup Produk
Strategi ini ditentukan dengan memperhitungkan banyaknya program studi yang ada
selalu terkaver kepada bingkai misi universitas dan tidak ada yang keluar dari lini
misi tersebut.
e. Strategi Desain Produk
Strategi ini berkaitan dengan standarisasi produk, yang harus memenuhi 3 syarat
program studi yang sudah distandarisasi, yaitu :
-
paduan produk yang paling baik dan menyeimbangkan roda birokrasi universitas
secara keseluruhan.
g. Strategi Produk Baru
Startegi ini biasanya bisa penyempurnaan program studi yang sudah ada, atau
program studi sudah ada dimodifikasi dan membuka program studi yang benar-benar
baru.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam strategi produk baru: (1) Harus ada
permintaan yang cukup besar dari stakeholder (2) Produk harus sesuai dengan
standart sosial dan lingkungan (3) Gagasan produk harus cocok dengan fasilitas
produksi, tenaga kerja dan kemampuuan manajemen yang ada (4) Produk harus
layak secara finansial, artinya bisa menguntungkan universitas karena laku
dipasarkan (5)Manajemen pemasaran universitas harus punya banyak waktu untuk
lebih memperhatikan produk baru ini (6)Produk harus sesuai dengan citra dan tujuan
universitas secara keseluruhan.
Urutan tersebut di atas merupakan peringkat, artimya dalam membuka produk baru
yang pertama harus dipertimbangkan adalah karena ada permintaan dari stakeholder.
h. Strategi Diversifikasi
Diversifikasi adalah usaha mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang
baru dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan bila pasar yang ada sudah mencapai
kedewasaan, untuk menjaga stabilitas pemasaran.
beaya
1. Strategi Penetapan Harga Produk Baru, harga produk baru harus dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan pasar.Penetapan harga produk
baru didasarkan pada skimming pricing dan penetration pricing.
Skiming Pricing, strategi ini merupakan penetapan harga tinggi pada produk baru
karena beaya pengadaan yang tinggi dan aktivitas promosi yang gencar. Tujuan dari
strategi ini adalah untuk melayani pelanggan yang tidak terlalu sensitiv terhadap
harga, untuk menutupi beaya-beaya promosi dan riset serta pengembangan yang
tinggi dan untuk berjaga-jaga terhadap kekeliruan terhadap penetapan harga.
Penetration Pricing, strategi ini merupakan penetapan harga relative rendah pada
tahap awal dengan tujuan untuk meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus untuk
menghalangi masuknya para pesaing. Hasil yang biasa didapat dari strategi ini
adalah tingkat penjualan dan pangsa pasar yang tinggi.
2. Penerapan harga Produk Yang Sudah Mapan
Strategi ini berupa peninjauan kembali produk-produk yang sudah mapan. Hal ini
perlu selalu dilakukan karena adanya perubahan lingkungan pemasaran, misalnya
ada pesaing besar yang menurunkan harga dan adanya pergeseran permintaan,
misalnya terjadi perubahan selera konsumen.
Ada tiga alternatif dari strategi ini : (1) Mempertahankan Harga, selama beaya yang
masuk masih seimbang dengan beaya yang dikeluarkan maka harga harus
dipertahankan. Tujuan strategi ini adalah mempertahankan posisi dalam pasar,
dilakukan apabila pasar yang dilayani tidak terpengaruh oleh lingkungan, image
masyarakat terhadap Perguruan Tnggi
5.Strategi Distribusi
Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
Dalam pelayanan jasa pendidikan pendistribusian tidak terjadi karena menurut
Leonard L.Berry dalam Buchari Alma (2003:5) karakteristik jasa :
1. Lebih bersifat tidak berwujud daripada berwujud(more
intangible than tangible)
2. Produksi dan konsumsi bersamaan waktu (simultaneous
production and consumption)
dosen untuk studi S2 dan S3 baik di dalam maupun di luar negeri guna menambah
kualifikasi dan sertifikasi formal. (4) Kolegium dengan menampilkan hasil-hasil
penelitian para dosen dan dinilai oleh teman sejawat / sesama dosen. (5)
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pembudayaan Bahasa Inggris (6)
Mengadakan penataran-penataran teknik PBM dengan mendatangkan pakar-pakar
pendidikan secara periodik.
b. Kompetensi Pribadi (Komitmen)
Kompetensi ini adalah berupa pemenuhan kebutuhan pribadi dosen sebagai manusia
biasa, sehingga dalam mengajar seorang dosen tidak lagi sibuk memikirkan
kebutuhan pokoknya, yang pada akhirnya seorang dosen punya komitmen tinggi
kepada Universitas, mahasiswa, pekerjaan dan tugas-tugasnya, maka pihak
universitas harus : (1) memperhatikan kesejahteraannya (2) memberi fasilitas
kendaraan bagi pejabat penting jika mampu dan (3) memberi fasilitas kredit dengan
bunga ringan untuk kepemilikan rumah dan kendaraan.
c. Kompetensi Profesional Kemasyarakatan
Seorang dosen adalah individu warga masyarakat kalau seorang bisa sukses hidup di
kampus maka dimasyarakatpun harus sukses yaitu bisa mengaplikasikan Tri Dharma
Pengabdian Pada Masyarakat. Artinya seorang dosen memang tokoh intelektual di
kampus, tapi dimasyarakat belum dianggap berarti dan berguna sebelum ia bisa
memberikan sumbang saran, pemikiran dan partisipasi nyata dalam kehidupan
sosial.
d. Segi Mentalitas
Pembinaan mental dosen juga perlu dilakukan sebagai penyegaran rohaninya atau
pendalaman pengkajian materi agama, misalnya dengan pendekatan religius,
pengajian rutin, diskusi rutin di kampus., forum pengkajian agama dan lain-lain.
Uraian di atas senada dengan apa yang dituliskan Engkoswara (1986:99) dinyatakan
bahwa tenaga kependidikan yang professional sebaiknya memiliki empat komponen
utama:
1. Menguasai ilmu dan bidang studi yang akan diajarkan.
2. Memiliki system penyampaian yang meliputi prinsip, metode,
pengenalan siswa dan bimbingan belajar.
3. Memiliki kepribadian yang berwibawa.
4. Memiliki kode etik yang berarti.
Benarlah apa yang dikatakan Prof. Dr. Sanusi bahwa dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran ada tiga dimensi utama yang berperan yaitu dimensi
mutu belajar, dimensi mengajar dan dimensi bahan kajian dan pelajaran (Ahmad
Sanusi, 1990 :28)
Strategi Penerimaan Mahasiswa.
Input mahasiswa haruslah yang berkualitas dalam bidang kemampuan akademik,
agar selama proses perkuliahan tidak ada kendala.PTS harus berusaha menjaring
mahasiswa sebanyak mungkin, hal ini bisa ditempuh dengan jalan :
1. Membuka pendaftaran lebih awal dari PTN.
2. Memperpanjang waktu pendaftaran bahkan sampai awal perkuliahan.
6. Strategi Promosi
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berupa
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi /
membujuk dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya
agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan. Promosi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun
berkualitasnya suatu produk kalau konsumen belum pernah mendapat informasinya
maka tidak akan mengenal apalagi membeli.
Ada 6 strategi pokok dalam strategi promosi ini :
a. Strategi Pengeluaran Promosi.
Strategi ini adalah yang memikirkan kapan Perguruan Tinggi Swasta mulai
mengeluarkan promosinya, berapa anggaran yang dibutuhkan dan media promosi
mana yang tepat untuk digunakan.Karena pada saat PTS mengaluarkan promosi
membutuhkan anggaran berbeda.
Strategi Bauran Promosi
Strategi ini berupaya memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode
promosi. Adapun faktor-faktor yang menentukan bauran promosi ini adalah:(1)
faktor produk, PT adalah memproduksi jasa untuk mempromosikan bisa dengan
personal selling dan iklan (2) Faktor pasar, hal ini letak geografis pasar (3)Faktor
pelanggan, pelanggan PT adalah stakeholder maka metode apapun bisa dilakukan
Dan (4) Faktor anggaran, jika anggaran besar maka iklan level nasional bisa
dilaksanakan.
b. Strategi Pemilihan Media
Strategi ini bertujuan memilih media untuk kampanye iklan dalam rangka membuat
pelanggan menjadi tahu, paham, menentukan sikap dan membeli produk /
mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi.
Prosedur pemilihan media, dalam proses pemilihan media memerlukan dua
keputusan yaitu media apa yang digunakan dan sarana media apa yang dipakai.
Ada dua metode yang bisa digunakan untuk pemilihan media, yaitu :
Cost-Per-Thousand Contacts Comparison,dalam metode ini pemilihan media
dilakukan berdasarkan jumlah kontak yang terjadi tanpa memperhitungkan jenis
pembaca. Missal tabloid dibaca oleh 1000 wanita akan lain jika dibaca oleh 1000
laki-laki.
Mactching of Audience and Media Characteristics, metode ini adalah dengan
menentukan target khalayak lalu membandingkan karakteristiknya dengan media
lain.
Alternatif Media
Secara umum media yang tersedia ada 4 macam yaitu : media cetak, media
elektronik, media luar ruang dan media lini bawah.
Media Cetak, yaitu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan dengan
sejumlah kata, gambar atau foto baik dalam tata warna maupun foto hitam putih.
Jenis-jenis media cetak adalah : surat kabar, majalah, tabloid, brosur,bulletin dan
lain-lain.
Media Elektronik, yaitu media audio visual dengan teknologi elektronik dan hanya
bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran.Bentuk-bentuk iklan dalam media
elektronik biasanya berupa sponsorship, iklan partisipasi (diselipkan diantara siaran
lain).Sedang media yang digunakan adalah televisi dan radio.
Media Luar Ruang, yaitu media iklan yang biasanya berukuran besar, terbuat dari
papan semi permanent yang dipasang ditempat-tempat terbuka seperti di pinggirpinggir jalan, di pusat keramaian, pagar tembok dan halamn dekat gerbang kampus.
Media Lini Bawah, yaitu media-media minor yang digunakan untuk mengiklankan
produk, umumnya ada empat macam :(1)Pameran, pameran ada dengan tujuan
berdagang atau hanya menunjukkan prestasi. (2)Direct Mail, adalah semua bentuk
periklanan yang digunakan untu menjual barang secara langsung kepada
konsumen.(3)Display, dengan tujuan memberi informasi, mengingatkan dan
membujuk konsumen untuk membeli secara langsung. Dan (4)Kalender, dengan
berbagai bentuknya yaitu kalender tembok, kalender meja dan kalender saku.
c. Strategi Copy Periklanan
Strategi ini berupa penulisan atau pengucapan isi iklan yang berfungsi menjelaskan
manfaat produk dan memberi alasan mengapa pembaca,pendengar dan pemirsa
harus membeli produk tersebut.Copy yang efektif haruslah menarik, spesifik, mudah
Kotler (2000:440) mengungkapkan ada lima faktor dominan atau penentu kualitas
jasa yang harus diperhatikan oleh pengusaha jasa. Lima faktor itu disingkat dengan
TERRA yang mempunyai kepanjangan:
1. Tangible (berwujud), yaitu berupa penampilan fisik, peralatan dan
berbagai materi komunikasi yang baik, menarik, terawat dan lancer
dogunakan.
2. Emphaty (empati), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih
peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada langganan, misalnya
karyawan harus mencoba menempatkan diri sebagai pelanggan, jika
pelanggan mengeluh harus dicari solusi segera, agar selalu terjaga
hubungan harmonis, dengan menunjukkan rasa peduli yang tulus.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemauan dari karyawan dan
pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan
cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan/komplain dari konsumen.
4. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai
yang dijanjikan, terpercaya dan akurat serta konsisten.
5. Assurance (kepastian), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah
dikemukakan kepad konsumen.
Apabila kelima elemen TERRA di atas diperhatikan, diharapkan akan memberikan
kepuasan kepada konsumen atau pelanggan, sehingga hubungan perusahaan dan
pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik untuk melakukan
Strategi kepuasan pelanggan adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha tercapainya kepuasan pelanggan
Perguruan Tinggi dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan
serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi
lingkungan dan keadan persaingan yang selalu berubah.
Pada umumnya perusahaan barang ataupun jasa menerapkan strategi kepuasan
pelanggan kombinasi yaitu strategi ofensif dan defensif . Strategi Ofensif, yaitu
strategi untuk meraih atau memperoleh pelanggan baru sebanyak-banyaknya, dengan
menerapkan strategi ini perguruan tinggi diharapkan dapat meningkatkan pangsa
pasar, penjualan dan meningkatkan jumlah pelanggan,sehingga profitabilitas
tercapai. Strategi Devensif, yaitu strategi untuk meminimisasi kemungkinan
customer exit dan beralih ke Perguruan Tinggi lain, yaitu dengan cara memberikan
pelayanan jasa pendidikan secara maksimal saat sekarang sehingga mahasiswa
merasa puas dan tidak berpindah ke perguruan tinggi lain.