1, (2012) 1-5
I. PENDAHULUAN
alah satu cabang ilmu yang dipelajari pada teknik mesin
adalah teknik pengelasan logam. Seiring dengan
2
Proses pengelasan dari material AISI 1045 dimulai dengan
membangkitkan panas spesimen uji dengan cara memutar
rotating chuck sampai kecepatan konstan kemudian ditekan
sampai kedua permukaan mengalami kontak langsung dengan
5.98 MPa, 11.96 MPa dan 17.94 MPa. Spesimen uji diputar
dengan kecepatan putaran poros 4124 Rpm dari temperatur
kamar sampai temperatur tempa dan dalam waktu 70 detik, 90
detik. Ketika proses friction dilakukan maka masingmasing
spesimen akan mengalami upsett awal pada kedua permukaan
yang disambung. Setelah waktu yang ditentukan terpenuhi
kemudian dilakukan pengukuran temperatur pada spesimen
pada permukaan dimana dua benda kerja mengalami gesekan
kemudian dilanjutkan dengan fase tempa. Skema proses
direct-drive friction welding dapat ditunjukkan seperti pada
gambar dibawah ini.
5.
6.
25
20
4.
Tekanan
Gesek 5,98
15
Tekanan
Gesek 11,96
10
Tekanan
Gesek 17,94
5
0
23.93
33.5
52.64
40
30
Tekanan
gesek 5,98
20
Tekanan
gesek 11,96
10
0
23.93
33.5
52.64
Tekanan
gesek 17,94
4
Durasi gesek dan tekanan gesek mempengaruhi
temperatur yang dibangkitkan pada saat gesekan berlangsung,
semakin tinggi durasi gesek dan tekanan gesek maka
temperatur yang dibangkitkan semakin tinggi. Daerah HAZ
yang berdekatan dengan weld metal struktur mikronya berupa
ferit dan perlit dengan grain size yang halus. Hal ini terjadi
karena daerah HAZ mendapat pengaruh panas selama proses
pengelasan. Daerah HAZ yang dekat dengan base metal hanya
mendapat pengaruh panas yang rendah bila dibandingkan
dengan daerah HAZ yang dekat dengan daerah weld metal.
Semakin dekat dengan weld metal, maka grain sizenya semaki
kecil.
Pada gambar diatas dapat dilihat pada umumnya
struktur mikro dari daerah weld metal berupa ferit dan perlit
halus (ukuran butirnya kecil). Daerah permukaan tempa
merupakan daerah yang menerima panas paling tinggi dan
juga pendinginan paling cepat, tetapi pada struktur mikronya
tidak ditemukan adanya martensit. Hal tersebut dikarenakan
las gesek langsung tidak menggunakan filler, sehingga logam
las merupakan logam induk yang menjelang cair dan kadar
karbonnya kecil, maka sangat sulit terbentuk martensit.
Dari gambar diatas juga dapat kita korelasikan antara
kekuatan dengan gambar metallography diatas, bahwa dengan
semakin tingginya durasi gesekan, tekanan gesek dan tempa
maka temperaturnya akan semakin tinggi, sehingga ketika
mencapai temperatur diatas rekristalisasi maka akan merubah
sifat mekanik dari baja itu sendiri, sehingga ketika temperatur
diatas rekristalisasi maka struktur mikro akan berubah,
terutama pada daerah HAZ yang dekat dengan weld metal.
Dapat dilihat bahwa perubahan yang terlihat adalah pada weld
metal banyak terdapat perlit sehingga akan menaikkan
kekerasan dan kekuatan. Sedangkan untuk weld metal
kekuatan akan semakin naik dengan semakin baiknya ikatan
pada sambungan, ketika ikatan sudah tersambung dengan baik
maka impact strength akan mengalami kenaikan.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] Olson, D.Leroy., Siewert, A.thomas., Liu, Stephen.,
Edward,G.R., 1993, WELDING, BRAZING, AND
SOLDERING vol 6, ASM International, New York.
[2] Navar, A., 2002, The Steel Handbook, McGraw Hill,
New York.
[3] Callister, William D, 1994, Materials Science And
Engineering, John Willey & Sons,Inc. USA.
[4] Deutschman, Aaron D, Machine Design Theory and
Practice, Macmullian Publishing Co.
[5] Weman, Klas., 2003, Welding Process Handbook,
Woodhead, Cambride,. England.
[6] JIS Handbook, 1998, Ferrous Material and Metallurgy
II, Japanese Standard Association, Tokyo.
[7]
Kalpakjian,Serope
dan
Steven
R.
Oswald.2001.Manufacturing
Engineering
and
Technology.London:Prentice-Hall International.
[12] http://www.google.com/Baja AISI 1045/2010
http://www.google.com/Direct-drive friction
[13]
welding.pdf/2010
[14] http://www.wikipedia.com/friction welding/2010
[15] http://www.spin weld.com.pdf/2011