Anda di halaman 1dari 5

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN


TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK
LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045
Sigied Prasetyono dan Ir. Hari Subiyanto.M.Sc
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: dosen_pembimbing@jurusan.its.ac.id

Pengelasan gesek adalah pengelasan solid-state tanpa


menggunakan logam pengisi dengan menggunakan metode
tekanan dimana dua benda kerja yang akan disambung
ditempatkan dalam kontak dan diatur gerakan relatif dalam
tekanan, maka gesekan akan membangkitkan panas disekitar
permukaan kontak, ketika sudah mencapai temperatur tempa
maka diberikan tekanan tempa. tetapi proses pengelasan ini
pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kecepatan putaran,
durasi gesekan dan tekanan aksial (gesek, tempa).
Dalam penelitian ini dilakukan pengelasan gesek
langsung agar mempunyai sifat mekanik yang diinginkan.
Proses yang dilakukan adalah dengan memvariasikan tekanan
gesek sebesar 5.98 MPa, 11.96 MPa, dan 17.94 MPa dalam
waktu gesekan 70 detik dan 90 detik sampai mencapai
temperatur tertentu, kemudian diberikan variasi tekanan
tempa sebesar 23.93 MPa, 33.5 MPa, 52.64 MPa dan
menggunakan baja AISI 1045 sebagai benda kerja, kecepatan
putar yang digunakan 4124 Rpm. Efek dari tekanan gesek,
tekanan tempa dan durasi gesekan saat pengelasan yang
bervariasi akan mempengaruhi kekuatan impact las gesek
langsung.
Sambungan lasan material AISI 1045 memiliki
kekuatan impak yang semakin meningkat seiring dengan

penambahan tekanan gesek dan tekanan tempa,


sehingga dapat membuat ikatan sambungan lebih baik.
Karena weld metal mendapatkan input panas yang
paling tinggi dan pada saat pendinginan ukuran butir
yang terbentuk kecil. Struktur mikro pada base metal
tidak terjadi banyak perubahan, sedangkan untuk
daerah HAZ yang dekat dengan weld metal struktur
mikronya berupa ferrit dan pearlit dengan dominasi
perlit grain size kasar. Untuk weld metal sendiri struktur
mikronya berupa ferrit dan pearlit halus. perubahan
yang terlihat adalah banyak terdapat perlit sehingga
akan menaikkan kekerasan dan kekuatan dengan
semakin baiknya ikatan pada sambungan.
Kata kunci: baja AISI 1045, kekuatan sambungan, durasi
gesekan, tekanan gesek, tekanan tempa, pengelasan gesek
langsung.

I. PENDAHULUAN
alah satu cabang ilmu yang dipelajari pada teknik mesin
adalah teknik pengelasan logam. Seiring dengan

perkembangan jaman, teknologi pengelasan telah mengalami


perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode
baru untuk mengatasi permasalahan dalam proses
penyambungan material merupakan petunjuk adanya
perkembangan dalam teknologi pengelasan. Salah satunya
adalah pengelasan gesek (friction welding).
Pengelasan gesek (friction welding) merupakan salah
satu solusi dalam memecahkan permasalahan penyambungan
logam yang sulit dilakukan dengan fusion welding
(pengelasan cair). Pada pengelasan gesek (friction welding)
proses penyambungan logamnya tanpa pencairan (solid state
proses) yang mana proses pengelasan terjadi sebagai akibat
penggabungan antara laju putaran salah stu benda kerja yang
berputar. Gesekan yang diakibatkan oleh pertemuan kedua
benda kerja tersebut akan menghasilkan panas yang dapat
melumerkan kedua ujung benda kerja yang bergesekan
sehingga mampu melumer dan akhirnya terjadi proses
penyambungan.
Pada pengelasan gesek (friction welding) terjadi
beberapa fenomenafisik seperti perubahan panas akibat
gesekan deformasiplastis dan sebagainya. Adapun parameter
penting dalam proses pengelasan gesek (friction welding)
meliputi friction time, rotational speed, dan friction pressure.
Parameter-parameter yang ditunjukkan diatas akan
berpengaruh terhadap sifat mekanik hasil sambungan las
gesek,salah satu sifat mekanik yang penting dalam aplikasinya
terutama pada hasil sambungan las gesek adalah kekuatan
impak. Kekuatan impak sambungan las perlu diketahui karena
perlunya gambaran bagaimana sikap bahan apabila mengalami
pembebanan mendadak dan juga sangat membantu dalam
menentukan kepantasan bahan untuk penggunaan-penggunaan
teknik.
Wahyu nugroho (2010), dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Durasi Gesek Tekanan gesek dan Tekanan
Tempa terhadap Kekuatan Sambungan Lasan Gesek DirectDrive pada Baja Karbon AISI 1045 menjelaskan tentang
pengaruh durasi gesek tekanan gesek dan tekanan tempa
terhadap kekuatan tarik las gesek pada material baja karbon
AISI 1045, dimana didapatkan kekuatan tarik meningkat
seiring dengan bertambahnya durasi gesek , tekanan gesek,
dan tekanan tempa. Hal ini disebabkan tekanan gesek dan
durasi gesekan yang dilakukan sudah mencapai temperatur
tempa, sehingga tekanan tempa, sehingga tekanan tempa
sebagai fungsi meningkatkan temperatur dan penyambungan
dapat melakukan ikatan yang sangat baik.
Sedangkan
pengaruh durasi gesek, tekanan gesek dan tekanan tempa

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5


terhadap kekuatan impak las gesek pada baja karbon AISI
1045 belum diteliti.
Pengelasan yang dilakukan dengan las gesek langsung
terdapat tahap pengelasan yang semua variabelnya
mempengaruhi satu sama lain. Karena sifatnya saling
mempengaruhi maka las gesek langsung ini tidak boleh
dilaksanakan
dengan
sembarangan
sehingga
bisa
menyebabkan penurunan sambungan lasan, untuk itu
dilakukan proses pengelasan gesek langsung agar bisa
mengetahui variabel yang mempengaruhi kualitas hasil
sambungan tanpa menggunakan filler sehingga cara
pengelasan ini dirasa lebih effisien dan dapat meningkatkan
sambungan las.
Pada bagian yang akan diteliti adalah bagian hasil lasan
yaitu kekuatan sambungan ditempat diberikannya gesekan
(weld metal) akibat pengaruh variasi durasi gesekan, tekanan
gesek serta tekanan tempa pada pengelasan gesek langsung,
sehingga dapat diketahui bagaimana perubahan yang terjadi
pada kekuatan sambungan pada bagian tersebut
Dalam penelitian ini digunakan material baja karbon
AISI 1045 yang memiliki kekuatan dan ketangguhan lebih.
Beberapa penggunaan material ini terutama untuk pembuatan
komponen-komponen permesinan dimana memungkinkan
untuk dilakukan proses pengelasan gesek. Dari beberapa hasil
penelitian diatas masih belum diketahui pengaruh tekanan
gesek, waktu pengelasan dan tekanan tempa terhadap
kekuatan impak sambungan las gesek. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh tersebut
untuk menghasilkan impact strength sambungan las gesek
pada baja karbon AISI 1045.
II. METODE PENELITIAN
Benda uji pada penelitian ini adalah baja poros
dengan kadar karbon 0.45%, dan memiliki panjang 100 mm
dan diameter 16 mm. faktor utama yang mempengaruhi sifat
dari baja karbon adalah kandungan karbon dan struktur mikro
yang ditentukan oleh komposisi baja seperti : C, Mn, Si, P, S,
Cr, Ni, CU dan elemen sisanya : Mo, V, Al. Berdasarkan
standarnya, baja karbon ini termasuk dalam AISI 1045.
Material ini mempunyai komposisi kimia yang sesuai dengan
sertifikat material dengan komposisi kimia dan sifat mekanik
seperti pada tabel.
Tabel sifat sifat mekanis Baja Karbon AISI 1045
Tensile
Yield
Elongation Reduction
Strength Strength
Test
(Rm)
(Rp 0.2)
Brinell
%
%
2
No
N/mm
N/mm2
1
230
705
390
24
40
2
230
705
400
23
40.5
3
229
600
355
16
40
Pada proses friction welding untuk material AISI 1045 ini
dimulai dengan friction phase dan dilanjutkan forging phase
dengan durasi penempaan selama 2 detik. Penjelasan tentang
kedua proses ini sebagai berikut:

2
Proses pengelasan dari material AISI 1045 dimulai dengan
membangkitkan panas spesimen uji dengan cara memutar
rotating chuck sampai kecepatan konstan kemudian ditekan
sampai kedua permukaan mengalami kontak langsung dengan
5.98 MPa, 11.96 MPa dan 17.94 MPa. Spesimen uji diputar
dengan kecepatan putaran poros 4124 Rpm dari temperatur
kamar sampai temperatur tempa dan dalam waktu 70 detik, 90
detik. Ketika proses friction dilakukan maka masingmasing
spesimen akan mengalami upsett awal pada kedua permukaan
yang disambung. Setelah waktu yang ditentukan terpenuhi
kemudian dilakukan pengukuran temperatur pada spesimen
pada permukaan dimana dua benda kerja mengalami gesekan
kemudian dilanjutkan dengan fase tempa. Skema proses
direct-drive friction welding dapat ditunjukkan seperti pada
gambar dibawah ini.

Tekanan gesek 5.98,


11.96 dan 17.94 MPa

Gambar Skema proses direct-drive friction welding


Fase tempa (forging phase) dari material AISI 1045 ini
dimulai setelah proses friction selesai yaitu setelah spesimen
uji diberikan tekanan gesek mencapai waktu gesekan yang
telah ditentukan, Selanjutnya putaran diperlambat dengan cara
direm hingga kondisi berhenti kemudian setelah itu spesimen
uji ditekan kembali dengan tekanan tempa sebesar 23.93 MPa,
33.5 MPa dan 52.64 MPa, sehingga proses tempa dapat
dilaksanakan. Setelah semua proses pada fase tempa dilakukan
maka spesimen uji didinginkan hingga temperatur ruangan
dengan media udara.
Proses direct Friction Welding dilakukan pada spesimen
yang telah dipotong dan dihaluskan permukaan yang akan
disambungan agar rata. Spesimen awal mempunyai dimensi
100 x 16 mm sebanyak 54 potong untuk uji impak. Adapun
prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Spesimen terlebih dahulu dibubut pada pemukaan yang
akan digesek, kemudian dibersihkan dari kotoran, karat
dan minyak yang menempel.
2. Spesimen dicekam pada non rotating chuck dan rotating
chuck sampai kecepatan konstan, kemudian diberi
tekanan gesek sebesar 5.98 MPa, 11.96 MPa dan 17.94
MPa, kemudian diputar untuk menghasilkan gesekan
dengan durasi gesekan selama 70 detik dan 90 detik
sampai pada temperatur tempa (sekitar 900oC 1200oC).
Proses pengelasan dilakukan pada temperatur kamar
(30oC).
3. Setelah temperatur terpenuhi maka motor dimatikan
sehingga putaran mengalami perlambatan.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

5.
6.

Setelah putaran mengalami perlambatan maka benda kerja


yang berputar dihentikan dengan cara pengereman.
kemudian spesimen diberikan tekanan dengan tekanan
tempa sebesar 23.93 MPa, 33.5 MPa, 52.64 MPa.
Proses akhir dari friction welding ini adalah dengan cara
mendinginkan spesimen dengan media udara bebas
sampai temperatur ruangan (30o).

Untuk Pengujian Impact, Test piece (spesimen)


dibuat berdasarkan standard JIS Z 2202 atau ASTM E23-94a,
berbentuk empat persegi panjang dengan penampang
10x10x55 mm. Pada salah satu permukaan (tepat ditengah)
diberi suatu notch yang berbentuk V-notch.
Pemukulan dan penempatan test piece sesuai metode
charpy, dimana batang uji di tumpukan pada kedua ujungnya,
diletakkan horizontal dan arah pukulan searah dengan takikan.
Asapun prosedur pengujian Impact yaitu :
1. Spesimen dengan dimensi 10x10x55 mm dan
terdapat takikan 45o, seperti gambar.
2. Spesimen uji diletakkan pada landasan (anvil).
Notch / takik harus terletak di tengah-tengah. Arah
notch menghadap ke arah yang berlawanan dengan
datangnya bandul.
3. Bandul / beban dinaikkan setinggi (h) atau sebesar
sudut (156o).
4. Posisi jarum petunjuk skala diatur pada posisi nol
(0)
5. Bandul dilepas
6. Setelah memukul spesimen uji, bandul masih akan
berayum setinggi (h) atau sebesar , sudut diamati
kemudian dicatat.
7. Energi yang digunakan untuk mematahkan
spesimen uji dapat dilihat pada jarum skala
penunjuk dan dicatat
8. Impact strength dari material dihitung.

25
20

Impact strength (J/mm2)

4.

Tekanan
Gesek 5,98

15

Tekanan
Gesek 11,96

10

Tekanan
Gesek 17,94

5
0
23.93

33.5

52.64

Tekanan Tempa (MPa)

Gambar Grafik kekuatan Impak terhadap tekanan gesek dan


tempa dengan durasi 70 detik
Berdasarkan gambar pada grafik dengan durasi 70 detik
fenomena yang terjadi yaitu tekanan gesek dan tempa
mempengaruhi kekuatan impak, semakin tinggi tekanan gesek
dan tempa yang diberikan maka kekuatan impakya semakin
tinggi pula. patahnya spesimen pada daerah weld metal
tersebut ketika diuji impak disebabkan durasi gesekan dan
tekanan gesek yang dilakukan belum mencapai temperatur
tempa, sehingga ketika diberikan tekanan tempa, maka
tekanan tersebut tidak mampu dalam membuat ikatan yang
bagus pada interface. itu juga dikarenkan HAZ adalah subjek
pendinginan cepat karena terjadi perpindahan panas ke base
metal yang dingin. Karena tekanan tempa yang diberikan
besar maka mengakibatkan deformasi plastis sehingga terjadi
perubahan bentuk yaitu dengan adanya flash
.

Gambar Dimensi spesimen uji impact (satuan dalam mm)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Diagram Hasil Uji Tarik


Dari percobaan dengan variasi durasi gesek, tekanan gesek
dan tekanan tempa yang telah dilakukan, didapatkan data sifat
mekanik yaitu kekuatan tarik,

Impact Strength (J/mm2)

40
30

Tekanan
gesek 5,98

20

Tekanan
gesek 11,96

10
0
23.93

33.5

52.64

Tekanan
gesek 17,94

Tekanan Tempa (MPa)


Gambar Grafik kekuatan Impak terhadap tekanan gesek dan
tempa dengan durasi 90 detik

Gambar Spesimen Impact

Pada grafik dengan durasi 90 detik dapat dilhat bahwa


kekuatan impak berubah seiring dengan adanya penambahan
tekanan gesek dan tempa, maka ketika diuji impak spesimen
patah pada daerah weld metal, fenomena tersebut dikarenakan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5


tekanan gesek dan durasi gesekan yang dilakukan sudah
mencapai temperatur tempa, sehingga tekanan tempa sebagai
fungsi mencegah turunnya temperatur dengan cepat dan
membuat ikatan dapat membuat sambungan dengan baik.
Ketika sambungan pada weld metal sempurna maka
akan meningkatkan kekuatan sambungan, sehingga posisi
patahan bergeser ke daerah HAZ. Bila terjadi patah di daerah
HAZ, maka harus dibandingkan dengan kekuatan impak
standard untuk logam induknya. Bila kekuatan impak
spesimen uji yang patah di daerah HAZ masih di dalam range
standar kekuatan impak base metal, maka meskipun terjadi
patah di HAZ, sambungan las tersebut masih dikatakan aman.
Karena pengaruh pemanasan dan pendinginan maka ukuran
butir berubah menjadi perlit halus jarak antar lamel lebih tipis,
sehingga memiliki sifat yang lebih keras dan kuat.
Foto Struktur Mikro

4
Durasi gesek dan tekanan gesek mempengaruhi
temperatur yang dibangkitkan pada saat gesekan berlangsung,
semakin tinggi durasi gesek dan tekanan gesek maka
temperatur yang dibangkitkan semakin tinggi. Daerah HAZ
yang berdekatan dengan weld metal struktur mikronya berupa
ferit dan perlit dengan grain size yang halus. Hal ini terjadi
karena daerah HAZ mendapat pengaruh panas selama proses
pengelasan. Daerah HAZ yang dekat dengan base metal hanya
mendapat pengaruh panas yang rendah bila dibandingkan
dengan daerah HAZ yang dekat dengan daerah weld metal.
Semakin dekat dengan weld metal, maka grain sizenya semaki
kecil.
Pada gambar diatas dapat dilihat pada umumnya
struktur mikro dari daerah weld metal berupa ferit dan perlit
halus (ukuran butirnya kecil). Daerah permukaan tempa
merupakan daerah yang menerima panas paling tinggi dan
juga pendinginan paling cepat, tetapi pada struktur mikronya
tidak ditemukan adanya martensit. Hal tersebut dikarenakan
las gesek langsung tidak menggunakan filler, sehingga logam
las merupakan logam induk yang menjelang cair dan kadar
karbonnya kecil, maka sangat sulit terbentuk martensit.
Dari gambar diatas juga dapat kita korelasikan antara
kekuatan dengan gambar metallography diatas, bahwa dengan
semakin tingginya durasi gesekan, tekanan gesek dan tempa
maka temperaturnya akan semakin tinggi, sehingga ketika
mencapai temperatur diatas rekristalisasi maka akan merubah
sifat mekanik dari baja itu sendiri, sehingga ketika temperatur
diatas rekristalisasi maka struktur mikro akan berubah,
terutama pada daerah HAZ yang dekat dengan weld metal.
Dapat dilihat bahwa perubahan yang terlihat adalah pada weld
metal banyak terdapat perlit sehingga akan menaikkan
kekerasan dan kekuatan. Sedangkan untuk weld metal
kekuatan akan semakin naik dengan semakin baiknya ikatan
pada sambungan, ketika ikatan sudah tersambung dengan baik
maka impact strength akan mengalami kenaikan.

IV. KESIMPULAN

Gambar Struktur mikro parameter durasi gesek 90 detik,


tekanan gesek 17.94 MPa dan tekanan tempa 52.64 MPa.
Pengamatan pada struktur mikro suatu material yang
mengalami proses pengelasan akan dilakukan pada 3 tempat
yaitu pada daerah base metal, HAZ dan daerah weld metal.
Ketiga daerah itu mendapatkan perlakuan yang berbeda pada
saat proses pengelasan berlangsung,dengan adanya perlakuan
yang berbeda maka ketiganya pun memiliki struktur mikro
yang berbeda pula.
Pada gambar diatas pada umumnya base metal
tidak mengalami cold work, dimana struktur mikronya terdiri
dari ferit dan perlit yang tidak terlalu pipih, dikarenakan
prosentase terpengaruh cold work kecil. Struktur mikro dari
base metal karena pada proses las gesek direct-drive daerah
base metal tidak mengalami efek panas yang dapat merubah
struktur mikronya. Karena struktur mikro dari baja itu sendiri
akan berubah apabila dikenai panas sampai temperatur diatas
temperatur rekristalisasi.

Dari pengelasan yang dilakukan dengan merubah durasi


gesek, tekanan gesek dan tekanan tempa, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sambungan lasan material AISI 1045 memiliki
kekuatan impak yang semakin meningkat seiring
dengan penambahan tekanan gesek dan tekanan
tempa, sehingga dapat membuat ikatan sambungan
lebih baik. sedangkan untuk sifat hardness dapat
dilihat bahwa nilai kekerasan tertinggi tertinggi
terdapat pada daerah weld metal, sedangkan
kekerasan terendah terdapat pada daerah base metal.
yaitu dengan nilai 296HV, dan 246 HV. Hal ini
disebabkan oleh karena weld metal mendapatkan
input panas yang paling tinggi dan pada saat
pendinginan ukuran butir yang terbentuk kecil.
2. Struktur mikro pada base metal tidak terjadi banyak
perubahan, sedangkan untuk daerah HAZ yang dekat
dengan weld metal struktur mikronya berupa ferrit
dan pearlit dengan dominasi perlit grain size kasar.
Untuk weld metal sendiri struktur mikronya berupa

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5


ferrit dan pearlit halus. perubahan yang terlihat
adalah banyak terdapat perlit sehingga akan
menaikkan kekerasan dan kekuatan dengan semakin
baiknya ikatan pada sambungan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Olson, D.Leroy., Siewert, A.thomas., Liu, Stephen.,
Edward,G.R., 1993, WELDING, BRAZING, AND
SOLDERING vol 6, ASM International, New York.
[2] Navar, A., 2002, The Steel Handbook, McGraw Hill,
New York.
[3] Callister, William D, 1994, Materials Science And
Engineering, John Willey & Sons,Inc. USA.
[4] Deutschman, Aaron D, Machine Design Theory and
Practice, Macmullian Publishing Co.
[5] Weman, Klas., 2003, Welding Process Handbook,
Woodhead, Cambride,. England.
[6] JIS Handbook, 1998, Ferrous Material and Metallurgy
II, Japanese Standard Association, Tokyo.
[7]
Kalpakjian,Serope
dan
Steven
R.
Oswald.2001.Manufacturing
Engineering
and
Technology.London:Prentice-Hall International.
[12] http://www.google.com/Baja AISI 1045/2010
http://www.google.com/Direct-drive friction
[13]
welding.pdf/2010
[14] http://www.wikipedia.com/friction welding/2010
[15] http://www.spin weld.com.pdf/2011

Anda mungkin juga menyukai