Anda di halaman 1dari 3

Cinta Kita Satu, Tuhan Kita Yang Tak Sama

Setelah meninggalnya Bapak, banyak hal yang berubah di kehidupanku, kini tongkat estafet
kepala keluarga harus aku yang memikulnya, anak lelaki satu-satunya. Hal itu pula yang
membuatku mengambil keputusan untuk berhenti kuliah dan mulai mencari kerja, bekerja keras
mati-matian untuk membiayai keluarga di kampung.
Aku lalu mendapatkan pekerjaan sebagai seorang teknisi elektronik di sebuah distributor
handphone, pekerjaan yang cocok untukku karena aku mendalami elektro semasa kuliahku yang
karam. Dan malamnya demi mendapatkan tambahan uang, aku bekerja paruh waktu di sebuah
konter kecil di daerah ciledug Tangerang. Ketika menutup pintu konter malam itu perasaan yang
sama mulai muncul lagi di hatiku aku merasa terlalu lelah dengan semua ini, lelah dan
kesepian.

Act
1
(DY

Tapi semua rasa lelah ini hilang ketika aku mengenal seorang gadis istimewa, namanya Maria,
kekasihku, bunga edeilweisku.
Hari itu hari minggu, Aku yang sedang memainkan ponsel di kamar kostku, terkejut melihat
pesan lewat whatsapp muncul. Pesan dari Maria, tolong anterin aku ke suatu tempat. Bunyi
pesan itu tanpa menyebutkan secara rinci tempat yang ia maksud. Takut ada sesuatu yang
penting, aku lalu mandi dengan terburu-buru dan berangkat dengan motor Honda Blade bututku
menuju rumah Maria. Saat keluar dari pekarangan rumahnya, aku dikejutkan oleh
penampilannya hari itu yang berbeda dari biasanya. Dia yang biasa tampil cuek pagi ini terlihat
sangat anggun. Dia memakai celana capri ketat dipadukan kemeja putih sopan, sedangkan
rambut keritingnya disanggul jamu, terlihat rapih dan anggun.
aku gak nyangka.kataku menggodanya.
gak pantes yak.kata maria diikuti tawanya yang renyah.
gak, kamu cantik, mau kemana sich?
Maria tak menjawab dan dengan cekatan naik jok belakang motorku. nanti juga tahu,katanya
singkat. Sepuluh menit kemudian kami tiba di depan sebuah gereja.
nanti aku jelasin, sekarang aku udah terlambat.kata maria setengah berlari menuju ke dalam
gereja meninggalkanku yang masih sedikit bingung, sejak pertama kenal dengannya aku
memang tak mengetahui dan tak pernah membahas tentang Agama. Dan semua yang terjadi hari
ini sudah jelas mengejutkanku, Maria ternyata seorang kristiani.
apakah menurut kamu dengan adanya perbedaan ini, kita masih tetap bersama?tanyaku suatu
sore saat menjemput Maria kuliah, dan rehat sejenak di kantin kampusnya. nenek dan kakekku
beda agama tapi sampai sekarang masih akur. Jawabnya santai sambil menyeruput ice lemon
tea nya. maria seperti menangkap kekhawatiranku, Dia lalu menatapku, tatapan semangat itu

ACT 1
(point
of a
Ttack)

yang selalu memberiku spirit hidup. Tatapan matanya seakan berkata Semua akan aik-baik saja
My Men, ini bukan masalah besar. Sebuah tatapan mata yang membuatku berjanji tak akan
menyia-nyiakan gadis istimewa ini dan akan memperjuangkan hubungan kami apapun caranya.
Aku mengangguk dan tersenyum, padahal tak dapat kubohongi jika dalam hati ini aku cemas.
Hampir setiap hari aku menjemput Maria kuliah, orang yang melihat kami mungkin heran,
kenapa gadis cantik mirip Selena Gomez bisa berboncengan dengan pemuda jelmaan jerigen
minyak solar sepertiku, dan akupun tahu jika saja mau Maria punya supir keluarga yang siap
mengantar Dia kemana saja, tapi begitulah cinta. Bisa membuat sebuah Honda butut yang sering
mogok menjadi senyaman Fortuner mewah. Aku ingin kamu ketemu keluargaku.kata maria
serius, ketika aku menjemputnnya kuliah. Aku menatapnya ragu-ragu lalu menjawab sinis kamu
serius? dia mengangguk dan menatap mataku seperti biasa, tatapan embun pagi yang selalu
membuat hatiku sejuk. Akhirnya kami tiba di depan rumah Maria di Komplek puri beta, rumah
bergaya minimalis bercat putih yang kelihatan sangat nyaman. Di dalam rumah aku disambut
seorang pria setengah baya berbadan tinggi tegap, rambutnya yang mulai memutih tak sedikitpun
mengurangi kegagahannya disampingnya berdiri dengan anggun seorang perempuan cantik, dari
sorot matanya aku sudah yakin kalau dia ibu Maria, sorot matanya sama seperti Maria, sorot
embun pagi. Maria memperkenalkan aku kepada kedua orang tuanya, sontak ketakutanku selama
ini hilang setelah menyaksikan keramahan mereka padaku, dadaku lega seperti habis memakan
sekilo permen mentol.
hampir setiap hari Maria cerita tentang kamu, sampai bosan om mendengarnya.kata Ayah
Maria dari logat bicaranya, aku mengira kalau dia bermarga Batak. ia menghela nafas,
menyeruput kopinya lalu melanjutkan perkataanya kata dia kamu pemuda yang mandiri dan rela
bekerja keras demi keluarga, Om kagum.
itu bukan apa-apa Om. Hal yang biasajawabku mencoba merendah. Di tengah percakapan
kami tiba-tiba terdengar suara kumandang adzan Ashar, mendadak aku merasa agak canggung.
Sepertinya sudah tiba waktu sembahyang, biar Maria mengantar kamu ke kamar belakang untuk
sembahyang.kata Ayah Maria sambil menatap anak perempuannya, memberi isyarat agar
menunjukan tempat untuk sholat kepadaku.
jadi om sudah tahu kalau saya seorang muslim?

Kem.
palsu
diberitahu Maria tentunya, dan om tidak mempermasalahkan hal itu, om adalah tipe orang yang

sangat menghargai keragaman. Baik itu agama, budaya maupun apapun.kata om frans sambil
mempersilahkan aku untuk mengikuti Maria menuju tempat shalat yang sudah disiapkan.
Dalam hati aku mulai kagum dengan keluarga ini, dengan keramahannya, dengan rasa
toleransinya.
Ayahku seorang Lawyer, jadi banyak klient Muslim yang bertamu ke rumah. Jadi kami

pen
ol

Usaha
awal
Act 2

menyediakan tempat khusus untuk sembahyang.jelas maria.


Kamar itu memang sangat cocok untuk beribadah, desainnya yang nyaman ditambah letaknya
yang berada di belakang rumah memang dimaksudkan untuk menambah khusyuk beribadah. Dan
aneh aku merasa lebih khusyuk sholat di tempat ini, rumah sebuah keluarga kristiani. Aku kagum
sekaligus malu pada diri sendiri, malu pada ilmu agamaku yang pas-pasan dan kepada imanku
yang kembang kempis. Saat itu aku merasakan sebuah keindahan, indahnya sebuah toleransi
beragama.
Semenjak itu aku semakin rajin membesuk maria ke rumahnya yang asri, kadang aku
menemaninya menulis puisi atau cerpen. Hobi kegemarannya. Atau hanya sekedar menemaninya
nonton film dvd, kami tertawa bersama, berdebat bersama dan kadang-kadang saling ledek satu
sama lain. Sungguh menyenangkan, minggu sore selalu special. Di layar ponselku tertera pesan
dari Maria My place, 07.00 AM, yours itu tandanya perempuan istimewa itu mengajaku makan
malam bersama keluarganya, santap malam sambil bercerita berbagai hal satu sama lain, aku
bangga bisa berkenalan keluarga yang hangat sehangat mentari pagi ini.
Di satu sisi kini sudah tak ada masalah lagi yang dapat menghalangi hubunganku dan Maria, tapi
di sisi lain kerikil-kerikil masalah itu justru muncul dalam hati kami masing-masing. Percikan
keragu-raguan tentang keyakinan. Pada suatu saat Maria berkata jika

Mi
d
poi
nt

Anda mungkin juga menyukai