Ilustrasi Kasus LGK
Ilustrasi Kasus LGK
Perut semakin membesar sejak 1 minggu yang lalu, teraba keras dan dirasakan
menyesak ke atas sehingga pasien merasakan perut terasa penuh, mudah
terasa kenyang, dan kadang disertai dengan rasa sesak. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 7 bulan ini.
Badan tampak semakin kurus sejak 7 bulan yang lalu, pasien tidak tahu pasti
berapa kilogram penurunan berat badan.
Mata kabur sejak 1 bulan yang lalu, terjadi secara perlahan, penglihatan ganda
disangkal. Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Batuk sejak 2 minggu yang lalu, berdahak, warna putih kekuningan, tidak
berdarah. Riwayat batuk-batuk lama sebelumnya disangkal.
Demam meningkat sejak 1 minggu yang lalu, tidak tinggi, tidak terus
menerus, tidak menggigil serta tidak berkeringat. Keluhan ini sudah mulai
dirasakan sejak 7 bulan yang lalu, hilang timbul.
Tidak bisa mendengar sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya
pasien merasakan telinganya berdenging kemudian diikuti pekak pada telinga
kanan yang diikuti dengan telinga kiri.
Riwayat nyeri dan tersendat-sendat ketika buang air kecil tidak ada.
Riwayat operasi pada perut 4 tahun yang lalu ketika pasien mengalami
kecelakaan bermotor dan dinyatakan terdapat perdarahan dalam rongga perut.
ada
Riwayat mendapat penyinaran tidak ada.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: CMC
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 C
Keadaan umum
: sedang
Keadaan gizi
: sedang
Berat badan
: 51 Kg
Tinggi badan
: 167 cm
BMI
: 18,28 (normoweight)
Edema
: (-)
Ikterus
: (-)
Anemis
: (+)
Sianosis
: (-)
Kulit
Kepala
: normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Dada
Paru Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas jantung atas RIC II, kanan Linea Sternalis Dextra, kiri 2
jari medial LMCS RIC V, pinggang jantung (+)
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
xyphoideus,pinggir
tumpul,
permukaan
Auskultasi
rata,
Punggung
Alat kelamin
Anus
Anggota gerak
Hasil Laboratorium:
Darah :
Hemoglobin
: 6,2 gr/dl
Hematokrit
: 16,2 %
Trombosit
: 207.000/mm3
Leukosit
: 790.650/mm3
Hitung jenis
: 0/2/10/20/4/0
LED
: 120 mm/jam
Sel blast
:8%
Promielosit
: 24 %
Mielosit
: 18 %
Metamielosit
: 14 %
anisositosis,
eritrosit
berinti
Urinalisis :
Leukosit : 20-25 /LPB
Eritrosit
Epitel
Silinder/kristal : (-)
: (+) gepeng
: 0-1/LPB
Protein : (+)
Urobilinogen : (+)
Bilirubin : (-)
Glukosa
: (-)
Feses :
Makroskopik : warna kuning, konsistensi keras, darah (-), lendir (-)
8/100
Daftar Masalah :
Sudden deafness
Retinopati leukemia
Bronkopneumonia duplek
Leukemia granulositik kronik fase kronik dengan sensori neural hearing loss
dan retinopati leukemoid
Diagnosis Banding:
Terapi:
Istirahat / Diet TKTP 2100 kkal (KH 1260kkal/ protein 51 gr/ lemak 70 gr)
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr (IV)
Paracetamol 3x500mg
Ambroxol syrup 3x30mg
Balance cairan
Pemeriksaan Anjuran:
Follow Up
21 Agustus 2014
S/ Perut membengkak (+), rasa menyesak ke atas dan cepat penuh saat makan (+),
demam (+) , batuk (+)
O/
KU : sedang
Kesadaran: CMC
TD: 110/70mmHg
HR : 96 x/ menit
Napas: 20 x/menit
Suhu: 37,6oC
Laboratorium :
- Albumin
: 2,9 g/dL
- MCV
: 90 fL
- Globulin
: 4,4 g/dL
- MCH
: 34,4 pg
- SGOT
: 50 u/l
- MCHC
: 38,3 %
- SGPT
: 26 u/l
- Retikulosit
: 10,38 %
- Eritrosit
: 1,8 x106/uL
- Asam urat
: 10,9 mg/dl
- LDH
: 2578
- Bilirubin total
: 0,48 mg/dl
- Bilirubin indirek
:-
- Bilirubin direk
:-
- APTT
: 43,3 detik
- PT
: 14,7 detik
- D-dimer
: 1,4 %
Kesan
Rencana
: Screening Antibodi
Terapi
Konsul THT :
-
Kesan : Sensori Neural Hearing Loss bilateral derajat sangat berat (dead ear) dengan
Leukemia Granulositik Kronik.
22 Agustus 2014
S/ Perut membengkak (+),batuk (+) , demam (-), sesak (-)perdarahan (-)
O/
KU: sedang
Kesadaran: CMC
Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Inspirasi kurang.
Cor
Hillus suram.
Tulang intak.
: tidak membesar
: Bronkopneumonia
Kesan
Rencana
Sikap
: - Hydroxyurea 1 x 1.500 mg
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki, berumur 21 tahun di Bangsal Penyakit Dalam
RSUP dr.M.Djamil Padang sejak tanggal 20 Agustus 2014 dengan diagnosa akhir :
Leukemia granulositik kronik fase kronik dengan sensori neural hearing loss
dan retinopati leukemia.
6,6 g/dL dan trombosit 93.000/mm3. Sehingga dipikirkan adanya suatu kejadian yang terpisah
dari akibat penyakit LGK itu sendiri.
Anemia hemolitik autoimun pada pasien ini ditegakkan berdasarkan adanya keluhan
badan letih-letih, pucat dan ditemukannya konjungtiva anemis dengan hepatosplenomegali.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai hemoglobin 6,6 g/dL, terdapatnya
retikulositosis dan Coomb test Direct yang positif.
Pemeriksaan screening antibodi pada pasien ini adalah cold antibodi yang
menunjukkan anemia hemolitik autoimun tipe dingin. Penatalaksanaan AIHA pada pasien ini
adalah dengan menghindari udara dingin yang dapat memicu hemolisis. Setelah diberikan
metil prednisolon dengan dosis 0,8 1 mg/Kg/BB/hari, terlihat respon perbaika n yaitu
peningkatan Hb serta trombosit.
Pada jurnal-jurnal epidemiologi disebutkan bahwa AIHA biasanya sebagai prediktor
untuk terjadinya Leukemia Granulositik Kronik. Namun hubungan secara langsung antara
AIHA dengan LGK sampai saat ini masih belum bisa dijelaskan. Askling (2005) dan Zheng
(1993) menyebutkan bahwa penyakit-penyakit autoimun berhubungan dengan peningkatan
resiko keganasan mieloid termasuk leukemia mielositik akut & leukemia mielositik kronik.
Laporan terakhir oleh Anderson (2009) menyebutkan bahwa terjadi peningkatan resiko LGK
pada pasien dengan penyakit-penyakit autoimun seperti pada AIHA (OR 5,23 ), coeliac
disease (OR 4,19), dermatomyositis/polymyositis ( OR 3,97 ), dan polymyalgia rheumatika
(OR 1,7).8,9
Pasien ini juga didiagnosis sebagai bronkopneumonia duplex (CAP). Hal ini
berdasarkan adanya keluhan batuk, demam serta adanya gambaran infiltrat pada rontgen
thorak. Walaupun gambaran rontgen thorak pada pasien ini masih diragukan apakah suatu
infiltrat karena bronkpneumonia atau infiltrasi pada paru. Untuk itu dilakukan kultur serta
direncanakan untuk dilakukan rontgen ulang sebagai follow up setelah terapi antibiotik
diberikan. Pasien ini telah diberikan antibiotik empiris yaitu cefotaxim 2x1 gram. Infeksi
memang sering terjadi pada penderita leukemia karena leukosit sebagai pertahanan tubuh
terbentuk tidak sempurna sehingga tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Infeksi lainnya yang terdapat pada pasien ini adalah infeksi saluran kemih
asimptomatis. Dimana pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan ketika berkemih akan
tetapi pada pemeriksaan urinalisa ditemukan adanya leukosituria. Berdasarkan literatur ISK
pada laki-laki lebih sering tanpa keluhan jika dibandingkan dengan wanita.
Angka kelangsungan hidup pada pasien LGK dahulu berkisar 3-5 tahun setelah
diagnosis ditegakkan. Namun pada saat ini dengan penemuan obat baru maka median
kelangsungan hidup pasien dapat diperpanjang secara signifikan. Imatinib mesilat memberi
hasil yang lebih menjanjikan.(1) Namun pada pasien ini masih menunggu hasil pemeriksaan
BCR-ABL dan kromosom Philadelphia yang akan menentukan prognosis serta pemberian
terapi target nantinya.