Anda di halaman 1dari 46

STRUKTUR BANGUNAN

BERTINGKAT TINGGI
DISUSUN OLEH:
MILLA ANDINA FAJRIAH
(122120018)
PERMATA SARI
(122120019)
WAHIDDIEN NURUL HUDA (122120020)

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN TINGGI


Pendahuluan
Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan
sejak zaman dahulu kala, tetapi yang dikategorikan
sebagai moderen tall building dimulai sejak 1880s. The
first modern tall building mungkin adalah gedung Home
Insurance Building yang berupa konstruksi baja di
Chicago pada tahu 1883 yang kemudian diikuti oleh
gedung-gedung pencakar langit lainnya. Gedung-gedung
tinggi pada awalnya didominasi oleh struktur baja karena
perkembangan industri baja yang cukup pesat, sedangkan
perkembangan struktur beton relatif lambat dan baru
berkembang pesat pada 1950s. Evolusi dari gedunggedung pencakar langit secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950.

Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci


membutuhkan suatu rangkaian proses analisis dan perhitungan
yang panjang serta rumit, yang didasarkan pada asumsi dan
pertimbangan teknis tertentu.
Dengan kecanggihan perangkat lunak yang ada pada saat ini
memungkinkan para teknisi untuk merencanakan segala
sesuatunya dari berbagai sudut pandang dengan sangat rinci
dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Perlu disadari bahwa reliabilitas hasil suatu perhitungan sangat
tergantung pada mutu masukannya (Garbage In, Garbage
Out). Seringkali para perencana mengikuti secara penuh
seluruh hasil keluaran suatu komputer tanpa mengkaji ulang
apakah hasil keluaran tersebut mengandung berbagai
kejanggalan. Kadangkala kejanggalan tersebut tidak mudah
ditemukan karena para perencana belum atau kurang memiliki
kepekaan terhadap perilaku struktur yang direncanakan.

Proses perencanaan diawali dengan diskusi dan kolaborasi antar


disiplin, kemudian perencana struktur akan membuat kriteria
perencanaan (design criteria) struktur yang dianggap paling
ekonomis serta dapat memenuhi semua persyaratan disiplin lain.
Kriteria

perencanaan

tersebut

antara

lain

meliputi

design

philosophy, jenis dan besaran pembebanan, kekuatan dan stabilitas,


kekakuan dan pembatasan deformasi, layak pakai, rangkak, susut,
pengaruh

temperatur

dan

ketahanan

terhadap

api

serta

pembatasan penurunan dan perbedaan penurunan termasuk soilstructure interaction.

KONSEP PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR

Pemilihan sistem struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem
fungsional gedung. Desain struktural akan mempengaruhi desain gedung secara keseluruhan.
Adapun faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan sistem struktur adalah sebagai berikut :

Aspek arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan struktur yang dipilih, ditinjau dari segi arsitektur.

Aspek fungsional
Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang. Biasanya hal tersebut akan mempengaruhi penggunaan
bentang elemen struktur yang digunakan.

Aspek kekuatan dan stabilitas struktur


Aspek ini berkaitan dengan kemampuan struktur dalam menerima beban-beban yang bekerja baik
beban vertical maupun beban lateral serta kestabilan struktur dalam kedua arah tersebut.

Aspek ekonomi dan kemudahan pelaksanaan


Biasanya pada suatu gedung, dapat digunakan beberapa macam struktur. Oleh sebab itu faktor
ekonomi dan kemudahan pelaksanaan pengerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi sistem
struktur yang akan dipilih.

Faktor kemampuan struktur dalam mengakomodasi sistem layanan gedung


Pemilihan sistem struktur juga harus mempertimbangkan kemampuan struktur dalam
mengakomodasikan sistem pelayanan yang ada, yakni menyangkut pekerjaan mechanical dan
electrical.

Syarat syarat Umum Perancangan Struktur Gedung meliputi:


1. Syarat Stabilitas
a. Statik
b. Dinamik
2. Syarat Kekuatan
a. Statik
b. Dinamik
3. Syarat Daktilitas
a. Elastik (Fully Elastic)
b. Daktilitas terbatas (limited ductility)
c. Daktilitas penuh (full ductility)
4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)
a. Lendutan pelat dan balok
b. Simpangan bangunan (lateral drift)
c. Simpangan antar tingkat (Interstory drift)
d. Percepatan (acceleration), khususnya perencangan struktur
terhadap pengaruh angin.
e. Retakan (cracking)
f. Vibrasi/getaran (vibration)

5. Syarat Durabilitas (durability)


a. Kuat tekan minimum beton
b. Tebal selimut beton
c. Jenis dan kandungan semen
d. Tinjauan korosi
e. Mutu baja
6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran
f. Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur
g. Tebal selimut beton
h. Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
i. Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan
basemen)
7. Syarat intergritas
j. Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi
penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).
8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
k. Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada
daerah setempat.
l. Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
m.Kondisi cuaca selama pelaksanaan
n. Kesediaan berbagai sumber daya setempat.
9. Peraturan dan standar yang berlaku.

STANDAR PERENCANAAN
Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD
(Load Resistance Factor Design) , yaitu konsep ketahanan
struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan adanya
faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur
yang diproposikan.
Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat
bila dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :

Rn U
Dimana :

= faktor reduksi kekuatan

Rn = kuat nominal
U = kuat perlu
Rn = kuat rancang yang tersedia

Beban Pada Struktur


1.

Beban Grafitasi
a. Beban mati, semua bagian dari struktur yang
bersifat
tetap.
b. Beban hidup, semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau pengguna suatu gedung.

2. Beban Lateral

a. Beban angin, semua beban pada struktur yang


disebabkan oleh selisih tekanan udara.
b. Beban gempa , semua beban yang terjadi akibat
pergerakan tanah akibat adanya gempa.

Gempa dianalisis menggunakan analisis dinamik struktur 3D


dengan menggunakan program SAP 2000.
Peraturan yang dipakai dalam perhitungan ini :
1. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah
Gedung 1987.

dan

2. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 Untuk


input pada program SAP 2000 data-data yang diperlukan
adalah :
Model strukur dalam bentuk 3D
Jenis material yang dipakai
Beban-beban yang bekerja ( hidup, mati, dan gempa )
Massa yang bekerja pada joint
Kombinasi beban
Ragam Respon Spektrum Gempa

3. Beban khusus
Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat tekanan air, selisih suhu, pengangkatan dan
pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal
dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya
sentrifugaldan gaya dinamik yang berasal dari mesin-mesin, serta
pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Aksi akibat beban khusus harus
diperhitungkan

dan

ditambahkan

pada

perhitungan

perencanaan

sebelumnya yang merupakan suatu rangkaian kombinasi pembebanan

Perencanaan Struktur-Umum
Sistem Struktur.
Sistem struktur dari suatu bangunan, merupakan kumpulan dan kombinasi
berbagai elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik
secara discrete maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan
struktur.
Tujuan Perncanaan Struktur
Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:
1. Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik
2. Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa
3. Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh temperature
dan shinkage.
4. Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads).
5. Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue

Pemilihan Sistem Struktur


Pemilihan sistem struktur bergantung pada beberapa parameter berikut:
1. Economical consideration, yang meliputi construction cost, nilai kapitalisasi,
rentable space variation dan cost of time variation.
2. Construction speed yang dipengaruhi oleh profil bangunan, experience,
methods dan expertise, material struktur, tpi konstruksi (cast-in-situ, precast
atau kombinasi) serta local contruction industry.
3. Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan.
4. Vertical profile-building shape.

5. Pembatasan ketinggian (height restriction)


6. Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar
bangunan.

7.

Plan

configuration,

yaitu

depth-widht

ratio

dan

degree

of

regularity(dapat dilihat pada peraturan seperti UBC atau NEHRP).


8. Kekuatan, kekakuan dan daktilitas.
Kekuatan berhubungan erat dengan material properties, kekaakuan
meliputi kekakuan lentur, kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas
meliputi strain ductility, curvature ductility dan displacement ductility.
10 Jenis/tipe pembebanan, yang ,eliputi beban gravitasi, beban lateral
berupa beban angin dan seismic serta beban-beban khusus lainnya.
11. Kondisi tanah pendukung bangunan

Sistem Struktur Atas


Bentuk Bangunan dan sistem struktur rangka bangunan sangat berkaitan erat
satu sama lainnya baik dalm arah horizontal maupun vertical.
Suatu sisem struktur disebut baik bila dicapai hal-hal berikut:
a. Bentuk dan denah struktur yang simetris
b. Skala struktur yang proporsional
c. Tidak adanya perubahan mendadak dari tahanan lateral
d. Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral
e. Pembagian struktur yang seragam dan teratur
f. Titik berat massa hampir sama dengan titik berat kekakuan
g. Tidak sulit dibangun, dan dalam batasan biaya yang memadai

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem strktur


terhadap beban lateral antara lain adalah :
1. Kekakuan diaphragma dan kekakuan struktur
2. Distribusi gaya dan konsentrasi tahanan
3. Tahanan pada keliling luar (perimeter) struktur bangunan
4. Loncatan bidang vertikal (vertikal set back)
5. Diskontinuitas kekuatan dan kekakuan struktur karena adanya balok
transfer (transfer girder), lantai transfer (transfer floor) atau dinding
struktur yang tidak menerus ke bawah, dan dinding struktur yang
letaknya
horizontal.

berselang-seling

baik

dalam

arah

vertikal

maupun

6. Soft story effect


7. Ketidakteraturan struktur
8. Adanya torsi yang besar tanpa adanya tahanan yang cukup untuk
menampung torsi
9. Benturan antar bangunan
10. Pemisahan bangunan
11. Efek kolom pendek (Short column effect)
12. Kemudahan pelaksanaan, terutama pada detail sambungan dan
kerapatan tulangan.

Jenis-jenis struktur atas


Secara umum jenis-jenis struktur atas yang biasa digunakan untuk bangunan
gedung adalah sebagai berikut :
1. Struktur baja (steel structure )
Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi, karena
material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi apabila
dibandingkan dengan material-material struktur lainnya.
2. Struktur komposit (composit structure)
Struktur komposit merupakan struktur gabungan yang terdiri dari dua jenis
material atau lebih. Pada umumnya struktur komposit yang sering digunakan
adalah kombinasi antar baja struktural dengan beton bertulang. Struktur
komposit ini memiliki perilaku di antara struktur baja dan struktur beton
bertulang. Struktur komposit banyak digunakan untuk struktur bangunan
menengah sampai tinggi.
3. Struktur beton bertulang (reinforced concrete structure)
Struktur beton bertulang ini banyak digunakan untuk stuktur bangunan tingkat
menengah sampai tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan apabila
dibandingkandengan struktur yang lain karena struktur beton bertulang lebih
monolith apabila dibandingkan dengan struktur baja maupun komposit.

Perencanaan struktur atas (Upper


structure)
Struktur atas merupakan struktur portal. Struktur portal
merupakan satu kesatuan antara balok, kolom dan pelat.
Perencanaan struktur portal dilakukan menggunakan
metode LRFD dengan prinsip strong column weak beam,
dimana sendi-sendi plastis diusahakan terjadi pada balok.
Seluruh prosedur perhitungan mekanika/analisis struktur
untuk struktur atas dilakukan secara 3 dimensi (3d),
dengan bantuan program komputer Strucktural Analysis
Program (SAP) 2000 . Dengan bantuan program SAP
2000 akan didapatkan output program berupa gaya-gaya
dalam yang bekerja pada struktur lebih cepat dan akurat.

Diantaranya :
Perencanaan pelat atap dan lantai
Pada strukutur ini antara plat lantai dan atap
merupakan struktur yang identik yaitu
merupakan strukur beton bertulang.
Perencanaan balok
Struktur balok direncanakan memakai profil
IWF dan komposit dengan pelat beton yang
dihubungkan dengan stud. Balok akan menerima
beban dari pelat dimana pendistribusiannya
menggunakan metode amplop. Dalam metode ini
terdapat 2 bentuk yaitu pelat sebagai beban
segitiga dan pelat sebagai beban trapesium.

Perencanaan kolom
Kolom akan direncanakan menggunakan profil baja IWF
dengan perhitungan menggunakan metode LRFD.
Analisis Elastik
Setiap komponen struktur dianggap tetap dalam keadaan
elastik pada setiap kondisi beban rencana. Pengaruh dari
voute atau perubahan momen inersia penampang sepanjang
as komponen struktur harus diperhatikan pada perhitungan
dan bila tidak dapat diabaikan harus diperhitungkan dalam
penentuan kekakuan komponen struktur tersebut.
Amplifikasi momen untuk komponen struktur tak
bergoyang
Untuk komponen struktur tak bergoyang tanpa gaya aksial
atau komponen struktur tak bergoyang dengan gaya aksial
tarik, momen lentur rencana terfaktor (Mu)

Analisis Plastik
Penerapan
Pengaruh gaya dalam disebagian atau seluruh
struktur dapat ditetapkan menggunakan analisis
plastik selama batasan dibawah ini dipenuhi.
Anggapan analisis Gaya-gaya dalam ditetapkan
menggunakan analisis plastik kaku. Dalam analisis
plastik harus dapat dianggap bahwa sambungan
sambungan dapat memobilisasikan kekuatan
penuhnya atau sebagian dari kekuatan penuhnya,
selama kekuatan sambungan sambungan tersebut
direncanakan untuk tujuan ini, dan selama:

a. untuk sambungan dengan kekuatan


penuh, yang kapasitas momen
sambungannya tidak kurang dari
kapasitas momen penampang
komponenkomponen struktur yang
disambung, perilaku dari sambungan
harus demikian sehingga kapasitas rotasi
sambungan pada setiap sendi plastik
tidak terlampui pada saat terjadinya
mekanisme.

b. Untuk sambungan dengan sebagian dar


kekuatan penuhnya, yang kapasitas
momen sambungannya dapat lebih kecil
daripada kapasitas momen komponenkomponen struktur yang disambung,
perilaku sambungan harus demikian
sehingga memungkinkan terjadinya semua
sendi plastik yang diperlukan untuk
terjadinya mekanisme, sedemikian
sehingga kapasitas rotasi sambungan
pada setiap sendi plastik tidak terlampui.

Analisis Tekuk Komponen Strukur


Gaya tekuk elastik komponen struktur
(Ncr) untuk keadaan tertentu
ujungujungnya yang diberikan oleh suatu
rangka pendukung.

Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure)


Struktur bawah (sub structure) yang berupa pondasi,
merupakan struktur yang berfungsi untuk meneruskan
beban-beban dari struktur atas ke dalam lapisan
tanah.
Dalam menentukan jenis pondasi yang sesuai kita perlu
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
Keadaan tanah, seperti parameter tanah, daya dukung
tanah, dll
Jenis struktur atas (fungsi bangunan)
Anggaran biaya yang dibutuhkan
Waktu pelakasanaan yang direncanakan

Parameter tanah

Sebelum menentukan jenis pondasi yang akan digunakan, terlebih


dahulu harus diketahui kondisi tanah tempat bangunan akan
didirikan. Untuk keperluan tersebut, maka dilakukan penyelidikan
tanah (soil investigation). Penyelidikan yang dilakukan terdiridari
penyelidikan lapangan (field test) dan penyelidikan laboratorium
(laboratory test). Penyelidikan tanah dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi geoteknik, baik keadaan, jenis, dan sifat-sifat
yang menjadi parameter dari tanah pondasi rencana. Yang
dimaksud dengan kondisi geoteknik adalah:
Struktur dan penyebaran tanah serta batuan
Sifat fisis tanah
Sifat teknis tanah/batuan
Kapasitas dukung tanah terhadap pondasi yang diperbolehkan
sesuai dengan tipe pondasi yang akan digunakan Hasil penyelidikan
tanah di lokasi dimana bangunan ini akan didirikan dapat dilihat
secara lengkap pada bagian lampiran.

Analisis daya dukung tanah


Perhitungan daya dukung tanah sangat diperlukan
guna mengetahui kemampuan tanah sebagai
perletakan/pemakaian struktur pondasi. Daya dukung
tanah merupakan kemampuan tanah dalam mendukung
beban baik berat sendiri struktur pondasi maupun
beban struktur atas secara keseluruhan tanpa
terjadinya keruntuhan. Nilai daya dukung tersebut
dibatasi oleh suatu daya dukung batas (ultimate
bearing capacity), yang merupakan keadaan saat mulai
terjadi keruntuhan. Sebelum kita menentukan jenis
pondasi yang akan digunakan, kita harus menentukan
daya dukung ijin (qu) yang merupakan hasil bagi dari
daya dukung batas (qult) dengan safety factor.

Pemilihan tipe pondasi


Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di
lokasi perencanaan yang telah dilakukan
dimana gedung ini akan dibangun, telah
ditemukan bahwa lapisan tanah keras
terletak pada kedalaman 18 m. Sehingga
dalam hal ini diputuskan untuk
menggunakan jenis pondasi tiang
pancang.

Analisa daya dukung tiang tunggal ditentukan


berdasarkan dibawah ini :

1. Kekuatan karakteristik beton


2. Hasil sondir
Perhitungan Pall untuk tiang bor diambil dari rumus
Pall tiang pancang dengan
reduksi sebesar 30% karena kehilangan
keseimbangan tekanan tanah sewakti
dilakukan pengeboran yang mengakibatkan
berkurangnya daya dukung.
3. Data N-SPT

Sistem rangka struktur


Berbagai sistem rangka dapat berupa :
1. Rigid-Frame
2. Truss/Braced-Frame
3. Infilled-Frame
4. Shear Wall Structures
5. Coupled Shear Wall Structures
6. Wall-Frame
7. Core Structures
8. Outrigger + Shear Wall + Braced Structures
9. Tubular Structures

Sistem struktur yang sederhana, beraturan dan tidak terlalu


tinggi, analisis beban lateralnya masih dapat dilakukan dengan cara
quasi statik tetapi untuk bentuk yang tidak beraturan sudah
harus dilakukan dengan 3 dimensi yang disertai dengan analisis
dinamik, baik linear maupun nonlinear

Berikut ini diberikan gambaran umum sebagai rough rule of


thumb yang menggambarkan secara global hubungan antara
sistem rangka struktur dan jumlah tingkat bangunan dan gambar
berikutnya khusus untuk struktur beton bertulang pada gedung
kantor (office building).

Foster tower (hongkong bank)


hongkong

Brace
frame
system

Suspend
ed
system

Pada bangian kosong


dipasang struktur
suspensi sebagai
tambahan pengaku
bangunan.

Gabungan struktur bangunan antara sistem struktur brace frame


system dan suspended system.
Dimana dilihat brace frame structure merupakan struktur pengaku
yang dibuat vertikal dengan spasi per 4 lantai, sehingga yang
terjadi adalah terdapat 3 bagian kosong pada bangunan.
Pada 3 bagian ini dibuat struktur gantung dengan menggunakan
sistem struktur suspense.

Federal Reserve Bank


Minneapolis

Parabola yang menggantung didukung oleh dua kolom utama


Lantai yang berada diatas parabola menggantung dan didukung oleh
parabola.
Lantai yang berada dibawah parabola didukung oleh kolom utama.
Bentuk fasad bangunan mengikuti bentuk struktur.

Westcoast Transmission
Tower, Vancouver
Gedung ini menggunakan jenis
struktur suspensi Gravity Load
Path, dimana bangunan utama
menggantung beberapa meter
diatas permukaan tanah dan
disangga oleh bagian core (inti)
dari struktur bangunan.
Untuk menyeimbangkan struktur
bangunan, di empat sudut gedung
yang berbentuk segi empat
digantungkan kabel atau pipa baja
ke inti (core).
Beban tiap lantai naik ke kabel
diatas dan disalurkan ke inti lalu
menuju bumi atau tanah.

CONTOH BANGUNAN TINGGI YANG LAINNYA

Overseas Union
Bank center
Singapura

CenTrust
Tower Miami
Florida USA

First Bank Place


Minneapolis
Minnesota USA

First Interstate
World center Los
Angeles California
USA

CONTOH BANGUNAN TINGGI YANG LAINNYA

BMW
Headquarters
Munich

Standard Bank
Center,
Johannesburg

Hypo Bank Munich

UN Center Vienna
Competition Entry

Overbeek House,
Rotterdam

Kesimpulan :
Pada tahap awal dari perancangan/desain struktur bangunan, konfigurasi denah,
material struktur dan bentuk struktur harus ditentukan terlebih dahulu. Pemilihan ini akan
mempengaruhi tahap selanjutnya dari proses perancangan struktur. Beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan antara lain:
o Material Struktur
Setiap jenis material struktur mempunyai karakteristik sendiri, sehingga suatu
jenis bahan bangunan tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis bangunan.
o Konfigurasi Bangunan
> Konfigurasi Denah
Denah bangunan diusahakan mempunyai bentuk yang sederhana, kompak
serta simetris agar mempunyai kekakuan yang sama terhadap pengaruh torsi.
>Konfigurasi vertikal
Pada arah vertikal struktur, perlu dihindari adanya perubahan bentuk yang
tidak menerus, suatu gerak getaran yang besar akan terjadi pada tempattempat
tertentu pada struktur. Dalam hal ini akan diperlukan analisis dinamik.
o Kekakuan dan kekuatan
Baik pada arah vertikal maupun horizontal perlu dihindari adanya perubahan
kekuatan dan kekakuan yang drastis.
o Model keruntuhan struktur

SEKIAN DAN TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai