Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD)
adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya
yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang
beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut
untuk

menurunkan

tingkat

kecemasannya.

Gangguan

obsesif-kompulsif

merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi


oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan
secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
Ganguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif,
dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat
menyebabkan penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 3% dari
populasi.
Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan
jiwa setelah fobia, penyalah gunaan zat dan gangguan depresi berat.
Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

datang

kebeberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat


terapi, baru kemudian mendapat diagnosis yang benar.
Hal ini menunjukkan bahwa dokter selain psikiater penting untuk
mendapat diagnosis yang benar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini kami susun melalui
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa Definisi dari Gangguan Obsesif Kompulsif?
2. Apa Epidemiologi dari Gangguan Obsesif Kompulsif?
3. Apa saja Tanda dan Gejala dari Gangguan Obsesif Kompulsif?

4. Terapi Keperawatan apa saja yang diberikan pada Gangguan Obsesif


Kompulsif?
5. Apa Diagnosa dari Gangguan Obsesif Kompulsif?
6. Prognosa pada Gangguan Obsesif Kompulsif?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gangguan Obsesif Kompulsif.


Untuk mengetahui apa Epidemiologi dari Gangguan Obsesif Kompulsif..
Untuk mengetahui apa saja Tanda dan Gejala dari Gangguan Obsesif

4.

Kompulsif.
Untuk mengetahui Terapi Keperawatan apa saja yang diberikan pada

5.
6.

Gangguan Obsesif Kompulif.


Untuk mengetahui Diagnosa Gangguan Obsesif Kompulsif.
Untuk mengetahui Prognosa pada Gangguan Obsesif Kompulsif.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang
menggamggu (instrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang
disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau
menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan
melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika
seseorang memaksa untuk melakukan kompulsi, kecemasan meningkat.

Seseorang

dengan

gangguan

obsesif

kompulsif

biasanya

menyadari irrasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan


kompulsi sebagai egodistonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat merupakan
gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat
menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas
normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau
hubungan dengan teman dan anggota keluarga.
B. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada
populasi umum diperkirakan adalah 3 sampai 3 persen. Beberapa peneliti
memperkirakan bahwa gangguan obsesif kompulsif ditemukan pada sebanyak
10 persen pasian rawat jalan diklinik npsikiatrik. Angka tersebut
menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnostik psikiatrik
tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat dan
depresif berat.
Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin
terkena, tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif
kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20
tahun.
Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki
onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien
memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih
banyak terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan orang yang
menikah. Gangguan obsesif kompulsif ditemukan lebih jarang diantara
golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih.
Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif umumnya dipengaruhi
oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif
berat pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah kira-kira 67
persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik
komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah

gangguan penggunaan alkohol, fobia, spesifik, gangguan panik dan gangguan


makan.
C. Tanda dan Gejala
1. Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran,
keraguan, kehilangan dan penyerangan.
2. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan
berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.
3. Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :

Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran.

Memeriksa untuk menghilangkan keraguan.

Menimbun untuk mencegah kehilangan.

Menghindari orang yang mungkin menjadi obyek penyerangan.

4. Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan


berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan
bahwa pintu sudah dikunci.
5. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau
membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.
6. Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak
selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan
berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.
7. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak
nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam
saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka
dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku
celananya.
8. Sebagian besar

penderita

menyadari

bahwa

obsesinya

tidak

mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik


dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
9. Penyakit obsesifkompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada
psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan.

10. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan


ritualnya secara sembunyi-sembunyi.
11. Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya
terdiagnosis.
D. Terapi Keperawatan
1. Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan
untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat
digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat
setelah 4 sampai 6 minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan
waktu 8 sampai 16 minggu untuk mendapatka manfaat terapeutik yang
maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah masih
kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif dan kompulsif
yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan nampaknya
mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah
memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine
(Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin ( SSRIserotonin specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).
2. Clomipramine
Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg
sebelum tidur dan dapat ditingkatkan peningkatan 25 mg sehari setiap 2
sampai 3 hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tanpa efek
samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat
trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi,
disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering.
3. SSRI
Penelitian tentang Flouxetine dalam gangguan obsesif kompulsif
menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat
terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi,
kegelisahan,

nyeri

kepala,

insomnia,

mual,

dan

efek

samping

gastrointesinal, SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat

trisiklik. Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat


ini pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.
Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil,
banyak ahli terapi menambahkan lithium (Ekskalith). Obat lain yang dapat
digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor
monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya
Phenelzine (Nardil).
4. Terapi Perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku
sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif kompulsif.
Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku
sebagai terapi terpilih untuk gangguan obsesif kompulsif. Terapi perilaku
dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan
perilaku utama pada gangguan obsesif kompulsif adalah pemaparan dan
pencegahan respon.
Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi,
dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif.

Dalam

terapi

perilaku

pasien

harus

benar-benar

menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.


Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar
tentang obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang
membuat cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan
paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan
kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.
5. Psikoterapi
Pesikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk
pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, walaupu gejalanya memiliki
berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat
penyesuaian sosial.
Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang
profesional, simpatik dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk

berfungsi berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejala mereka


akan menyebabkan gangguan bagi mereka. Kadang-kadang jika ritual dan
kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi,
perlu untuk merawat pasien dirumah sakit sampai tempat penampungan
institusi dan menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala
sampai tingkat yang dapat ditoleransi.
Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena
perilaku pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada
anggota keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan
dan nasehat tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien.
6. Terapi Lain
Terapi keluarga sering kali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan
gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk
kebaikan pasien.
Terapi kelompok berguna sebagai pendukung bagi beberapa
pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi
elktrokompulsif

(ECT)

dan

bedah

psiko

(psychosurgery)

harus

dipertimbangkan. ECT tidak sefektif bedah psiko terapi kemungkinan


harus dicoba sebelum pembedahan.
Prosedur bedah psiko yang palig sering dilakukan untuk gangguan
obsesif kompulsif dalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25
sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain.
Komplikasi yang paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan
kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenitoin
(Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko saja
dan dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum oprasi menjadi
respon terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.
E. Diagnosa
Obsesif kompulsif disorder/ gangguan obsesif kompulsif

Sebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria


sebagai berikut :

Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang

bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor


walaupun hakikatnya tidak.
Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa

tidak nyaman dengan keadaan ini.


Sadar dan apa yang berlaku sebenarnya bukan sesuatu yang sengaja

dibuat-buat tetapi datang dari luar ego alien pada dirinya.


Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam

dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi.
Melawan dan menahan pemikiran yang datang dan menyebabkan dirinya
menjadi resah.

Gejala:

Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran,

keraguan, kehilangan dan penyerangan.


Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan
berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja. Ritual dilakukan untuk
mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :Mencuci atau membersihkan

supaya terbebas dari pencemaran.


Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak
selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan

berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.


Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak
nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam
saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka
dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku
celananya.

Sebagian

besar

penderita

menyadari

bahwa

obsesinya

tidak

mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik


dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.
F. Prognosa
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif
memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien
memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres, seperti
kehamilan, masalah seksual, dan kematian seseorang sanak saudara. Karena
banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, maka seringkali terlambat 5
samapai 10 tahun sebelum pasien datang kepsikiater, walaupun keterlambatan
tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan
gangguan tersebut diantara orang awam dan profesional. Perjalanan penyakit
biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien mengalami penyakit yang
berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang konstan.
Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko
bagi semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis
buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompilsi, onset
pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (Bizzare), perlu perawatan
dirumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham,
adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi
dan kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan
kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyelesaian sosial
dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala
yang hepisodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan
prognosis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai
dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat
menyebabkan penderitaan (distres). Untuk menegakan diagnosis pasti, gejalagejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesifkompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter,
pencitraan otak, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial yaitu faktor
kepribadian dan faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa
dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif-kompulsif antara lain
terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien
dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor
dan gejala yang bersifat periodik.
B. Saran
Kami mengharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam
menambah wawasan pengetahuannya mengenai gangguan jiwa khususnya
obsesif kompulsif, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

10

Anda mungkin juga menyukai