Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

Penatalaksanaan

Antifungal topikal :
Penyakit lokal tanpa folliculitis jamur dapat diobati dengan terapi topikal
Allilamin, imidazole, tolnaftate, butenafine, atau ciclopirox sangant efektif. Waktu
pengobatan antara 2-4 minggu dengan dua kali penggunaan dalam sehari.
Pengobatan

kombinasi

dengan

kortikosteroid

kuat

sering

menghasilkan

penyebaran tinea luas sehingga penggunaannya harus berhati-hati. Meskipun


kombinasi steroid topikal dan antijamur saat ini tidak dianjurkan dalam pedoman
klinis apapun, studi yang relevan melaporkan tingkat kesembuhan lebih tinggi
dengan pengobatan mikologi serupa di akhir pengobatan, tetapi belum ada bukti
kuat dalam hal ini. (Fitz, Andrews, Jurnal)
Antifungal oral :
Penyakit yang luas atau folikulitis jamur membutuhkan pengobatan
antijamur sistemik. (Andrews)
Allilamin (Terbinafine) menghambat enzim squalene epoxidase dalam
sel membran jamur, dengan demikian memblok biosintesis dari ergosterol.
Squalene epoxidase, sebuah kompleks enzim mikrosomal non sitkrom P450,
pertama kali mengkatalisis enzimatik dari sintesis ergosterol. Terbinafine
menyebabkan abnormalitas akumulasi squalene dalam intrasel dengan dan
pengurangan jumlah ergosterol. Akumulasi dari jumlah squalene berkaitan dengan
fungsi fungicidal dari obat dengan melemahkan sel membran, sementara
berkurangnya ergosterol berhubungan dengan fungsi fungistatik dari obat, dimana
ergosterol adalah komponen dari membran jamur yang dibutuhkan untuk
perkembangan yang normal. Dosis yang diberikan untuk orang dewasa
250mg/hari selama 1-2 minggu sedangkan pada anak-anak diberika 36mg/kgbb/hari selama 1-2 minggu.(Fitz)

Itraconazole menghambat 14-a-demethylase, sebuah enzim mikrosomial


non sitokrom P450, di dalam membran jamur. 14-a-demethylase dibutuhkan untuk
mengubah lanosterol menjadi ergosterol, yang merupakan komponen utama dari
membran sel jamur. Akibatnya, akumulasi dari 14-a-demethylase menyebabkan
ketidakstabilan

pada

permeabilitas

dan

enzim

ikatan

membran

dan

menggalgalkan pertumbuhan sel jamur. Dosis yang diberikan untuk orang dewasa
100-200mg/hari selama 2-4 minggu sedangkan pada anak-anak dosis berdasarkan
berat badan diberika 1-4 minggu. Pengurangan lesi lebih terlihat pada pemberian
itraconazole

dibandingkan

dengan

griseovulfin.

Penggunaan

itraconazole

100mg/hari memiliki hasil lebih baik diabandingkan penggunaan griseovulfin.


(Fitz, Jurnal)
Fluconazole memiliki cara kerja yang mirip dengan itraconazole. Dosis
yang diberikan untuk orang dewasa150mg/minggu selama 4-6 minggu.(Fitz)
Griseovulfin

bersifat

fungistatik.

Griseovulfin

mengganggu

pembentukan Imicrotubule spindle, sehingga menyebabkan kegagalan dalam


mitosis pada tahap metafase. Dosis yang diberikan untuk orang dewasa
500mg/hari selama 4-6 minggu untuk dosis microsize dan untuk dosis
ultramicrosize diberikan 300-375mg/hari selama 4-6 minggu. Untuk anak-anak
dosis microsize 10-20mg/kgbb/hari selama 2-4 minggu atau untuk dosis
ultramicrosize 5-10mg/kgbb/hari selama 2-4 minggu.(Fitz)

Wolf, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller, Leffel. 2012. Fitzpatrick's


Dermatology in General Medicine. Eight Edition. The McGraw-Hili

Companies, United States of America. pp 3236, 3971-985


El-Gohary M, van Zuuren EJ, Fedorowcz Z, Burgess H, Doney L, Stuat B, at

all. ''Topical antifungal treatments for tinea cruris and tinea corpris (review).
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin: Clinical

Dermatology, 11th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2011. p.292-93


4 Amirrza E, Ali R, Haleh V, Behboud J, Changiz A. ''Comparative efficiency of
Itraconazole and Griseofulvin in the treatment of tinea corporis and cruris'''.
Annals of Biological Research. 2012. Ed. 3. p.570-74

Anda mungkin juga menyukai