Patogenesis
a. Hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Hipertensi gestasional
1
ini
berupa endoteliosis
glomerulus
yaitu pembengkakan
setelah perkawinan.
Sejarah pernah menderita preeklampsia pada kehamilan terlebih dahulu.
Sejarah penderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
Kehamilan ganda, diabetes mellitus, hydrops foetalis, mola hidatidosa, dan
anti phospolipid antibodies, infeksi saluran kemih.
3
Pada saat ini ada 4 hipotesa yang mendasari patogenesa dari preeklampsia dan
eklampsia, yaitu:
a. Iskemia Plasenta
Peningkatan deportasi dari sel tropoblast yang akan menyebabkan
kegagalan invasi ke arteri sperialis dan akan menyebabkan iskemia pada
plasenta.
b. Mal Adaptasi Imun
Terjadinya mal adaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel
tropoblast pada arteri spiralis. Dan terjadinya disfungsi endothel dipicu oleh
pembentukan sitokin, enzim proteolitik, dan radikal bebas.
c. Genetic Inprenting
Terjadinya preeklampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen
resesif tunggal atau gen dominan dengan penentrasi yang tidak sempurna.
Penetrasi mungkn terjadi pada genotip janin.
d. Perbandingan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Toxicity
Preventing Activity (TxPA)
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam
lemak non-esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar
albumin yang rendah, pengangkatan kelebihan asam lemak non-esterifikasi
dari jaringan lemak kedalam hepar akan menurunkan aktivitas antitoksik
albumin sampai pada titik dimana VLDL tereksperisikan. Jika kadar VLDL
melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan muncul.
mmHg
Trombosit < 100.000/mm3
Proteinuria (> 3 gr/liter/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan
- Eklampsia gravidarum
Kejadian 50% sampai 60% dan serangan terjadi dalam keadaan hamil
Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30% sampai 35%. Batas dengan eklampsia gravidarum
sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu
- Eklampsia puerperium
Kejadian jarang yaitu 10%. Terjadi serangan kejang atau koma setelah
persalinan berakhir
(Mitayani, 2009)
Algoritme Terapi
Terapi Farmakologis
a. Evidance Based (Efek anti konsulvant pada kehamilan: MgSO 4,
phenitoin, diazepam)
Nama
Obat
MgSO4
FDA
Mekanisme Kerja
Pregnancy
Memblokir transmisi
Category
A
Evidance Based
Regimen
Dosis
Sebagai
Dosis awal
neuromuskular dan
antikonsulvan
total 10-14
mengurangi jumlah
untuk pencegahan
gram, untuk
asetilkolin yang
dan pengendalian
pemberian
kejang pada
intravena 4-5
toxemia parah
gram dalam
motorik.
kehamilan. Selain
250 mL injeksi
Dekstrosa 5%
mencegah dan
atau injeksi
mengontrol
NaCl 0,9%,
kejang-ejang
dosis
eklampsia tanpa
pemberian
menyebabkan
intra muscular
depresi dan
hingga 10
merusak sisten
gram (5 gram
atau 10 mL
larutan 50%
intra gluteus
kanan dan
kiri).
(Anonim,
2007).
Phenitoin
Penggunaan
Fenitoin pada
motoris dimana
pengobatan yang
atau 150-300
aktivitas kejang
dihentikan secara
mg per hari
dihambat
tiba-tiba pada
dan dapat
penyebarannya
penderita epilepsi
ditingkatkan
kemungkinan dengan
dapat
dengan
mempercepat
mengakibatkan
pengawasan
pengeluaran natrium
status epileptikus.
hingga 600 mg
dari neuron-neuron.
Untuk pasien
yang hipersensitif
diperlukan.
terhadap fenitoin,
Dosis injeksi
harus
intra vena
dipertimbangkan
disarankan 10-
dengan
mirip seperti
intermittent
karboksamida
infusion pada
(misalnya,
carbamazepine),
dari 50
barbiturat,
mg/menit.
suksinimida, dan
(Sweetman,
oxazolidinediones 2009).
(misalnya,
trimethadione)
pada pasien yang
sama.
Diazepam
Peningkatan aktivitas
Diazepam telah
Pemberian
gamma aminobutyric
dengan
suatu inhibisi
penggunaan
loading dose
neurotransmitter utama
diazepam pada
10 mg selama
dalam otak.
trimester ketiga
2 menit,
dan selama
kemudian
persalinan
diulangi jika
berkaitan dengan
pasien kembali
sindrom bayi
kejang dengan
pemberian
diperoleh dari
infus intra
penelitian kohort
vena 40 mg
menunjukkan
dalam 500 mL
tidak ada
normal salin
hubungan yang
selama 24 jam.
jelas antara
Pemberian
penggunaan
secara oral 2 -
diazepam pada
60 mg/hari.
Formulasi
resiko malformasi
dengan
sumbing yang
rentang dosis
kecil dan
200-500
meningkat secara
mikrogram/kg
signifikan
tergantung
ditunjukkan dari
umur pasien,
pemberian
kontrol. Sehingga
dapat diulang
disarankan untuk
4 hingga 12
wanita yang
jam bila
merencanakan
diperlukan.
kehamilan untuk
(Sweetman,
menghentikan
2009).
pengobatan
dengan diazepam.
Contoh
Obat
Obat
1. ACE
Inhibitor
Captopril
FDA
Mekanisme Kerja
Angiotensin
Pregnancy
Category
D
Evidance Based
Regimen
Dosis
(mg/hari)
Converting Enzyme
(ACE) membantu
pasien yang
produksi angiotensin
mengalami diuresis,
II (berperan penting
dapat menyebabkan
dalam regulasi
hiperkalemia pada
pasien dengan
ACE inhibitor
penyakit ginjal
mencegah perubahan
angiotensin I
menjadi angiotensin
mengonsumsi
II dan mencegah
diuretik hemat
degradasi bradikinin
kalium, antagonis
dan menstimulasi
aldosteron, ARB,
sintesis senyawa
vasodilator lainnya
inhibitor, dapat
termasuk
menyebabkan gagal
prostaglandin E2 dan
prostasiklin.
pasien dengan
25-150
bilateral renal
artery stenosis.
Jangan digunakan
pada ibu hamil atau
10
pasien dengan
2. Calcium
Chanel
Subclass:
Blocker
ine
(CCB)
(Nifedipine)
3. Central
CCB menyebabkan
Clonidine
riwayat angiodema.
Short acting
diyhdropyridine
harus dihindari
menghambat saluran
terutama nifedipine
kalsium yang
immediate release
sensitive terhadap
dan nicardipine,
tegangan (voltage
dihydropyridine
sensitive), sehingga
adalah vasodilator
mengurangi
masuknya kalsium
ekstraseluler ke
dihydropyridine dan
dapat menyebabkan
otot vascular
takikardia, pusing,
menyebabkan
vasodilatasi dan
perifer, dan
berhubungan dengan
memberikan aksi
reduksi tekanan
tambahan pada
darah.
Menstimulasi
30-90
sindrom Raynaud.
Pemberhentian
Adrenergic
reseptor 2
penggunaan secara
Inhibitor
adrenergik di otak
mendadak mungkin
yang mengurangi
menyebabkan
hipertensi rebound,
meningkatkan tonus
digunakan dengan
vagal. Stimulasi
diuretik untuk
reseptor 2
mengurangi retensi
presinaptik secara
cairan, clonidine
perifer menyebabkan
0,1-0,8
11
penurunan tonus
seminggu sekali,
simpatetik. Oleh
tidak dianjurkan
pada geriatri.
terjadi penurunan
denyut jantung,
curah jantung,
resistensi perifer
total, aktivitas rennin
plasma, dan refleks
4. - Blocker
Subclass:
baroreseptor.
Mekanisme
Pemberhentian
Cardioselecti
hipotensi - Blocker
penggunaan secara
ve (Atenolol)
mendadak dapat
dapat melibatkan
menyebabkan
menurunnya curah
hipertensi rebound,
jantung melalui
menghambat
kronotropik negative
reseptor 1 pada
pelepasan rennin
dari ginjal.
akan menblokir
25-100
reseptor 2, dapat
memperburuk
kondisi pasien asma
ketika selektivitas
hilang, memiliki aksi
tambahan pada
pasien dengan
takiaritmia atau
hipertensi
preoperatif.
12
5. Alpha-Beta
Labetalol
Blocker
Kombinasi kerja
Pemberhentian
penggunaan secara
kepada kronotropik
mendadak dapat
menyebabkan
efek inotropik
hipertensi rebound,
negatif.
tambahan -blocade
200-800
dapat menghasilkan
6. Diuretik
Subclass:
Loops
(Furosemide)
Diuretika
hipotensi orthostatik.
Dosis di pagi dan
meningkatkan
pengeluaran garam
menghindari diuresis
nokturnal, dosis
tekanan darah
mungkin diperlukan
menurun. Di
samping itu
laju filtrasi
diperkirakan
glomerulus sangat
berpengaruh
rendah atau
langsung terhadap
disfungsi ventrikel
dinding pembuluh
kiri.
20-80
yakni penurunan
kadar Na membuat
dinding lebih kebal
terhadap noradrenalin, hingga
daya tahannya
berkurang. Efek
hipotensifnya relatif
ringan dan tidak
meningkat dengan
memperbesar dosis.
13
7. Peripheral
Reserpine
Reserpin
Memiliki manfaat
Adrenergic
mengosongkan
Antagonist
norepinefrin dan
dan memblok
klinis, harus
transport
digunakan dengan
norepinefrin ked
diuretik untuk
alma granul
mengurangi retensi
penyimpanan. Pada
cairan.
0,05-0,25
saat saraf
terstimulasi,
sejumlah
norepinefrin (kurang
dari jumlah
biasanya) dilepaskan
ke dalam sinaps.
Pengurangan tonus
simpatetik
menurunkan
resistensi perifer dan
tekanan darah.
8. Direct
Minoxidil
Menyebabkan
Harus digunakan
Arterial
relaksasi langsung
Vasodilator
-blocker untuk
Aktivitas refleks
mengurangi retensi
baroreseptor dapat
meningkatkan aliran
takikardia.
10-40
Candesartan
Memblok reseptor
Receptor
angitensin II dengan
Blocker
efek vasodilatasi.
pasien yang
Efek maksimalnya
mengalami diuresis,
terlihat setelah
dapat menyebabkan
beberapa minggu.
hiperkalemia pada
Studi di AS dan UK
pasien dengan
menunjukkan
penyakit ginjal
efektivitas yang
sama dengan
atenolol terhadap
mengonsumsi
hipertensi terutama
diuretik hemat
kalium, antagonis
8-32
aldosteron, ARB,
atau direct rennin
inhibitor, dapat
menyebabkan gagal
ginjal akut pada
pasien dengan
15
bilateral renal
artery stenosis,
kemungkinan tidak
menyebabkan batuk
kering seperti
golongan ACE
inhibitor. Jangan
digunakan pada ibu
10. 1-Blocker
Doxazosin
Menginhibisi
hamil.
Dosis pertama harus
diberikan menjelang
tidur, pasien
perifer yang
dinasehati untuk
memberikan efek
vasodilatasi.
secara perlahan
mengubah aktivitas
untuk meminimalkan
reseptor 2 sehingga
resiko hipotensi
tidak menimbulkan
orthostatik, memiliki
efek takikardia.
1-8
pria dengan
hiperplapsia
11. Direct
Aliskiren
Memblokir enzim
prostatik jinak.
Dapat menyebabkan
Renin
hiperkalemia pada
Inhibitor
pasien dengan
membantu mengatur
penyakit ginjal
tekanan darah.
Akibatnya pembuluh
darah mengalami
yang juga
relaksasi dan
mengonsumsi
150-300
16
melebar, sehingga
diuretik hemat
memudahkan darah
kalium, antagonis
mengalir melalui
aldosteron, ACE
pembuluh dan
inhibitor, ARB,
menurunkan tekanan
dapat menyebabkan
darah (Sukandar,
et.al., 2008).
(DiPiro,
2008)
bilateral renal
artery stenosis.
Jangan diberikan
pada ibu hamil.
17
Berdasarkan
Dosis awal
(Rowe, 2008)
MgSO4 secara
Studi Kasus
2 gram MgSO4 20%
intravena bolus 4 g
Pemberian magnesium sulfat dengan pola 1 yakni secara intravena
bolus menggunakan drip menunjukkan adanya sedikit perbedaan.
Menurut Rowe dosis normal pemberian MgSO4 secara intravena bolus
adalah sebesar 4 g, yang diikuti dengan infuse sebesar 1 g/jam (Rowe,
2008), sedangkan dalam studi kasus, dosis yang diberikan sebesar 2
gram. Perbedaan dosis yang diberikan dalam studi kasus dengan dosis
normal pada umumnya, dapat menyebabkan efektivitas terapi yang
dihasilkan akan berkurang.
Studi Kasus
MgSO4 (MgSO4 40%)
intramuskular adalah
18
Nifedipine
Nifedipine dapat digunakan pada pasien pre-eklampsia. Pada kasus
ini
nifedipine
digunakan
sebagai
pemblok
saluran
kalsium
Oxytosin
Oxytocin adalah hormon yang membantu kita untuk santai,
mengurangi tekanan darah dan tingkat cortisol. Oxytocin meningkatkan
ambang nyeri, mempunyai efek anti cemas dan menstimulasi berbagai
interaksi sosial yang positif. Sebagai tambahan, ia juga mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. Infus oxytosin pada tahap awal
disarankan 1 sampai 2 miliunit/menit dan secara bertahap dosis
19
Ringer Dextrosa
Ringer Dextrosa 5% digunakan sebagai cairan resusitasi pada
terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah
operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25 mg/100ml). pada studi kasus ini, ringer
dextrosa digunakan untuk melarutkan magnesium sulfat yang berfungsi
untuk mengurangi hipertensi dan mengobati atau mencegah resultan
kejang.
Oksigen
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Penggunaan oksigen
dalam studi kasus ini berfungsi untuk membantu proses pernafasan
pada pasien eklamsia. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi
karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut
berlangsung lama, akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam
proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem pernafasan, sistem
persarafan dan kardiovaskuler. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
20
Efek samping
21
KIE
Interaksi
Penggunaan
menyebabkan
hipotensi
bersamaan
dan
blokade
dengan
nifedipin
dapat
neuromuskular.
Dapat
bersamaan
dengan
tubokurarin,
venkuronium
dan
KIE
Indikasi:
Nifedipin
dipergunakan
secara
luas
sebagai
obat
hipotensi
dan
blokade
neuromuskular.
Dapat
Efek samping
Oksitosin yang diberikan dalam dosis tinggi, atau untuk wanita yang
hipersensitif terhadap Oksitosin, dapat menyebabkan hiperstimulasi
uterus dengan kontraksi hipertonik, mengarah ke rahim pecah dan
kerusakan jaringan lunak. Efek terhadap janin meliputi bradikardia,
aritmia, sesak napas, dan mungkin kematian. Dosis tinggi oksitosin
yang diberikan melalui Nystem selama periode berkepanjangan juga
dapat menyebabkan retensi air yang menyebabkan hiponatremia dan
keracunan, yang dapat berkembang menjadi kejang-kejang, koma,
dan bahkan kematian. Efek samping lainnya termasuk sakit kepala,
mual dan muntah, ruam kulit, aritmia jantung, hematoma panggul,
dan anafilaksis dan reaksi hipersensitivitas lainnya. Efek samping
setelah penggunaan intranasal oksitosin memiliki termasuk iritasi
hidung, rhinorrhoea, lachrymation, rahim perdarahan, dan kontraksi
uterus kekerasan (Sweetman, 2009).
KIE
Indikasi: Di USA dosis 10 unit oksitosin, pemberian infus intravenan
dengan kecepatan 20 sampai 40 miliunit/menit, atau secara injeksi
intramuskular, telah direkomendasikan untuk pengobatan perdarahan
postpartum. Dalam kasus aborsi melewati dosis yang disarankan di
Inggris 5 unit dengan injeksi intravena lambat, diikuti jika perlu oleh
25
tinggi.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan
spontan atau pada kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti
placenta praevia atau vasa praevia, prolaps, hambatan kelahiran
mekanik, kontraksi hipertonik uterus, predisposisi uterus pada multi
kehamilan atau multi paritas, polihidramnion, adanya keloid akibat
operase cesar sebelumnya, Pemberian oksitosin jangka panjang tidak
dianjurkan pada uterus inersia resisten, preeklamsi berat dan
e. Oksigen
26
27