Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV dengan TB
di Ruang 29

a. Definisi HIV

o HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia, seperti sel T4 CD4+ makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T4 CD4+
secara langsung dan tidak langsung, sel T4 CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan
tubuh dapat berfungsi baik.

HIV adalah virus RNA yang termasuk dalam famili Retroviridae subfamili Lentivirinae.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk
membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang.16 Satu kali
terinfeksi oleh retrovirus, maka infeksi ini akan bersifat permanen, seumur hidup.

b. Etiologi dan Pathogenesis

Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub famili Lentivirinae. Virus famili ini
mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini menyebabkan retrovirus
mampu mengubah informasi genetiknya kedalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi
genetik dari sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri,
informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel
CD4+, yaitu sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat
antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi target utama
HIV.22 HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung,
sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung,
lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+
yang kemudian akan menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen.

Setelah HIV mengifeksi seseorang, kemudian terjadi sindrom retroviral akut semacam
flu disertai viremia hebat dan akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Serokonversi (perubahan
antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi. Pada masa ini, tidak ada
dijumpai tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat serta test HIV
belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini, tahap ini disebut juga periode jendela (window
periode). Kemudian dimulailah infeksi HIV asimptomatik yaitu masa tanpa gejala. Dalam masa
ini terjadi penurunan CD4+ secara bertahap. Mula-mula penurunan jumlah CD4+ sekitar 30-60
sel/tahun, tetapi pada 2 tahun berikutnya penurunan menjadi cepat, 50-100 sel/tahun, sehingga
tanpa pengobatan, rata-rata masa dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah 8-10 tahun, dimana
jumlah CD4+ akan mencapai <200 sel/l. Dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV AIDS),
partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV,
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi penderita
AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV
menunjukkan

gejala

AIDS,

dan

kemudian

meninggal.

Perjalanan

penyakit

tersebut

menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan
tubuh yang juga bertahap.
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan
gejala akibat infeksi opurtunistik seperti penurunan berat badan, demam lama, pembesaran
kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dll. Virus HIV ini yang telah
berhasil masuk kedalam tubuh seseorang, juga akan menginfeksi berbagai macam sel,
terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel-sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit
pada kelenjar limfa, sel-sel epitel pada usus, dan sel Langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada
sel mikroglia di otak adalah encefalopati dan pada sel epitel usus adalah diare kronis.
c. Factor Penyebab HIV
1. Berganti-ganti pasangan seksual.
2. Berhubungan seksual dengan ODHA.
3. Memakai NAPZA suntik bersama-sama.
4. Berganti-ganti dengan alat medis yang terkontaminasi HIV.
5. Berhubungan seksual dengan penderita IMS.

d. Cara Penularan HIV

Cara penularan :
o

Lewat cairan darah:


Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV
Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai
bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan
pengguna Narkotika Suntikan
Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain,
misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus
kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah

Lewat cairan sperma dan cairan vagina :


Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa
menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma
dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya
cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat
anus.

Lewat Air Susu Ibu :


Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini
berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif
kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.

e. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Gejala dan tanda HIV/AIDS menurut WHO:
Stadium Klinis I :
1.Asimtomatik (tanpa gejala)
2.Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)
3.Skala Penampilan
4.Asimtomatik, aktivitas normal.
Stadium Klinis II :
1.Berat badan berkurang <> 10%
2.Diare berkepanjangan > 1 bulan
3.Jamur pada mulut
4.TB Paru

5.Infeksi bakterial berat


6.Skala Penampilan 3 : <> 1 bulan)
7.Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
8.Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
9.Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1 bulan terakhir.
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS
adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukan pada umumnya adalah bermula
dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai Penderita penyakit lain, namun
secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor
dan infeksi oportunistik :
a. Manifestasi tumor diantaranya;
1) Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi
kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi
pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
2) Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan
bertahan kurang lebih 1 tahun.
b. Manifestasi Oportunistik diantaranya
1) Manifestasi pada Paru
a) Pneumonia Pneumocystis (PCP)

Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP
dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b) Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat
menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita
AIDS.
c) Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d) Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ
lain diluar paru.
2) Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
c. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase
akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati
dan neuropari perifer.
f.

Penatalaksanaan HIV Komplikasi TB Paru

Penatalaksanaan TB paru dengan infeksi HIV pada dasarnya sama dengan tanpa infeksi HIV.
Saat pemberian obat pada koinfeksi TBC-HIV harus memperhatikan jumlah CD4 dan sesuai
dengan rekomendasi yang ada. Namun pada beberapa atudi mendapatkan tingginya angka
kekambuhan pada penderita yang menerima Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan
dibandingkan dengan 9-12 bulan (Harris dan Bolus, 2008).
Terdapat interaksi antara obat ARV dengan OAT, terutama rifampicin karena rangsangannya
terhadap aktivitas sistem enzim liver sitokrom P450 yang memetabolisme PI dan NNRTI,
sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik
yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease inhibitor dan
NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat
terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak
efektifnya sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar subterapeutik yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease
inhibitor dan NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat

terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak
efektifnya obat ARV dan terapi tuberkulosis serta meningkatnya risiko toksisitas obat, sehingga
pemakaian bersama obat-obat tersebut tidak direkomendasikan
Askep HIV komplikasi TB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV-AIDS DENGAN TB PARU
a. Identitas
Menyajikan data identitas diri pasien secara lengkap dengan tujuan menghindari
kesalahan dalam memberikan terapi dan patokan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai. Data identitas meliputi Nama, Tgl. MRS, Umur, Diagnosa, Jenis kelamin, Suku/bangsa,
Agama, Pekerjaan, Pendidikan,dan Alamat.
b. Riwayat kesehatan dan keperawatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan dan keperawatan pasien, maka dikakukan
anamnesis. Anamnesis pada pasien dengan gangguan sistem vaskular meliputi keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian
psikososiospiritual.
c. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya
berhubungan dengan gangguan pernafasan yang terjadi selama beberapa minggu, batuk yang
tidak kunjung sembuh, dan nyeri dada yang menurunkan kemampuan ekspansi dada selama
proses respirasi.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian mengenai riwayat penyakit yang sedang diderita pasien. Mulai dari pasien
merasakan gejala awal penyakit hingga saat pengkajian berlangsung.
e. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit terdahulu yang pernah terjadi pada pasien yang berhubungan
dengan penyakit pasien saat ini, misalnya AIDS, pneumonia. Kaji riwayat penggunaan obat
yang pernah dikonsumsi oleh klien. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
f.

Riwayat penyakit keluarga


Kaji tingkat kesehatan pada keluarga akan adanya penyakit yang sama atau mirip pada

keluarga terdahulu, atau merupakan penyakit bawaan.

g.

Pengkajian psikososiospiritual
Menunjukkan interaksi inter dan intra personal pasien. Kemungkinan akan adanya

kelainan psikologis dan gangguuan interaksi sosial. Tentang bagaimana hubungan antara
pasien dengan lingkungannya dan aspek spiritual pasien.
h. Pengkajian lingkungan
Menunjukkan linglungan dimana klien tinggal. Keadaan lingkungan klien dapat
memberikan gambaran untuk menegakkan diagnosa dan program asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada klien nantinya.
i.

Observasi dan pemeriksaan fisik

Keadaan Umum
Menunjukkan penampilan dan kesan pertama tentang klien saat dilakukan pengkajian.

Tanda-Tanda Vital
Pengkajian TTV meliputi RR, HR, Tekanan darah, dan suhu tubuh klien.

Body System
-

Pernapasan (B1)

Batuk produktif maupun tidak produktif, nafas pendek (frekuensi pernafasan meningkat),
adanya suara nafas tambahan, adanya sputum purulen, mukoid kuning, atau adanya
bercak darah.
- CardioVaskuler (B2)
Takikardi
-

Persyarafan (B3)

Tidak ada gangguan jika bakteri TB maupun infeksi TB belum mencapai bagian
persyarafan (SSP).
- Perkemihan
Tidak ada gangguan
- Pencernaan - Eliminasi Alvi
Anoreksia, penurunan berat badan secara drastis..
- Tulang - Otot Integumen
Kelemahan; turgor kulit buruk, kering, dan bersisik; kehilangan lemak subkutan.
j.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek
kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen
posterior lobus atas paru paru atau pada segmen superior lobus bawah.
2.

Pemeriksaan laboratorium

Darah
Adanya kurang darah, ada sel sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah
meningkat terjadi pada proses aktif
Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita
tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari.
Test Tuberkulosis (mantoux tes)
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau
belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan
Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24
26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis
0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10
mm atau lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan
diketahui selama 48 72 jam tuberkulosis disuntikkan.

Analisa Data
No Data

Etiologi

1.

Keterbatasan informasi mengenai penyakit Ansietas

DS:

Masalah

Klien mengatakan takut


dengan penyakitnya.
Klien

Tidak mengetahui prognosis dan proses

mengatakan

pengobatan
akan

khawatir
kesetahannya.

Takut tidak sembuh

DO :
Bingung

Ansietas

Gelisah
Wajah tegang

2.

DS:

Proses inflamasi pada paru


pasien

mengatakan

sessak nafas

Nyeri dada

DO :
Penurunan

gerakan

dada

Menurunnya kemampuan ekspansi paru

Penggunaan otot bantu


pernafasan

Sesak, RR meningkat

Ketidakefektifan pola nafas

Ketidakefektifan pola nafas

3.

DS :
Pasien

Alveoli berkonsolidasi
mengatakan

sesak
Adanya

bersihan

jalan nafas

Makrofag membentuk sel tuberkel epiteloid

DO :
-

Ketidakefektifan

bunyi

nafas

tambahan

Lesi primer

- Perubahan pada irama


dan frekuesi pernafasan.
- Batuk
- Adanya sputum

Nekrosis bagian sentral lesi (dapat berupa


cairan)

Cairan masuk ke bronkus ; peningkatan


produksi sputum dan sekret yang kental

4.

DS :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Infeksi terjadi pada alveoli

Dispneu
Sakit kepala pada saat

Kerusakan dinding alveoli

bangun
Gangguan penglihatan.
DO :

Kerusakan membran alveolar-kapiler

Gas darah arteri tidak


normal
Diaforesis
Gelisah

Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas

5.

DS :

- Pre-terapi; dispnea, batuk, hemoptoe

Pasien

Ketidakseimbangan nutrisi

melaporkan
- saat terapi berlangsung : efek obat muncul < kebutuhan tubuh

kurangnya makan.
Tidak mampu untuk

anoreksia ;kurus

menelan makanan.
DO :
Tidak

tertarik

gangguan nutrisi < keb.tubuh

untukmakan
Penurunan beratbadan
Bising usus hiperaktif
6.

DS :

gangguan nutrisi < keb.tubuh

Pasien
tidak

Resiko intoleransi aktivitas

mengatakan

berpengalaman

lack of nutrition intake

terhadap aaktivitas yang


harus dikerjakan saat ini
DO :
Adanya

sumber energi tidak adekuat

masalah

sirkulasi atai respirasi kelemahan


(Rrmeningkat,

7.

HR

meningkat)

Resiko intoleransi aktivitas

DO : -

Infeksi terjadi pada alveoli

Resiko tinggi penyebaran

DS : -

infeksi
Penurunan kerja makrofag alveolar dan
silia (jika infeksi menyebar ke bronkus)

Mudah

terinfeksi

agen-agen

infeksius;

pneumonia,dsb

Resiko tinggi terhadap infeksi


8.

DO :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Gangguan pola tidur

bangun 3kali atau lebih


di malam hari

Menimbulkan reflek batuk

- deprivasi tidur
-

terus menerus batuk di


Batuk produktif (terutama di malam hari)

malam hari.
DS :
pasien

mengatakan

tidak puas tidur

Gangguan pola tidur

pasien mengatakan sulit


9.

tidur
DS :

Keterbatasan informasi mengenai penyakit Defisiensi pengetahuan

pasien

mengatakan

belum mengerti tentang


penyakitnya saat ini

Tidak mengetahui prognosis dan proses


pengobatan

DO :
tidak mengikutiinstruksi
yang

diberikan

secara

Takut tidak sembuh

akurat
Defisiensi pengetahuan
10. DO :
1.
2.

Infeksi paru

Kulit memerah
Suhu tubuh meningkatPelepasan mediator kimia
diatas rentang normal (>
37,50 C)

3.
4.

Hipotalamus (termoregulasi)

RR meningkat
Kulit

hangat

disentuh
5.

Hipertermi

bila

Hiperthermi

Takikardia
DS : -

11. DO :

Hiperthermi
Konjungtiva

dan

membran mukosa pucat Evaporasi; berkeringat


Bb menurun

Resiko ketidakseimbangan
volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh

Tonus otot buruk


Anoreksia

Kebutuhan cairan

DS :
1.

Kram abdomen

2.

Nyeri abdomen

Resiko kekurangan cairan

3. Merasa kenyang
12. DO :
1.

Nekrosis

Nyeri

Skala nyeri (tergantung


pada

ambang

nyeriEksudasi

pasien)
2.

Ekspresi non verbal

Kavitasi eksudat

menunjukkan nyeri
3.

RR, nadi meningkat


DS :

Efusi pleuritik

pasien melaporkan nyeri


secara

verbal

(dengan

Nyeri

kata-kata)
1.4.6.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret ditandai dengan
suara nafas tambahan
2. Hiperthermi b.d proses infeksi pada parenkim paru.
3. Nyeri b.d nekrosis jaringan parenkim paru
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolar.
5. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d evaporasi cairan tubuh
akibat peningkatan suhu tubuh.
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi pada paru yang ditandai dengan
hiperventilasi.
7. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyakit kronis yang ditandai dengan
anoreksia dan penurunan berat badan.
8. Resiko penyebaran infeksi b.d peningkatan pemajanan bakterai m.tuberculosis

9. Resiko intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum akibat ketidakadekuatan intake nutrisi.
10. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan akibat batuk persisten pada malam hari.
11. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan akibat kurangnya
informasi yang didapat.
12. Defisit pengetahuan tantang penyakit b.d kurangnya sumber informasi.

Planing

No.

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Dx

1.

Seteleh

1.

Frekuensi pernapasan
1.

kaji frekuensi, kedalaman

diberikan

pasien normal (16-20 kalinapas klien

askep

per menit)

selama ...x 2.
30
menit,

2.

bronkokontriksi karena terjadi k

Catat upaya pernapasan,patenan jalan napas.

Pasien tidak merasatermasuk pengguanaan otot

pasiensesak lagi, tidak ada PCHbantu/ pelebaran masal.

akan

dan

menunjukkan

bantu napas.

tanda-tanda 3.

penggunaan

tanbahan,

jalan napas

wheezing..
4.

kerja napas. Ekspansi dada te


berhubungan

catat adanya bunyi napasatelektasis atau nyeri dada pleu

seperti krekels, bunyi napas menurun/ tak ad

misalnyamengi, gesekan pleura.


4.

jalan

napas

Berikan oksigen tambahan terhadap

obstruksi

pendarahan,

sek

Tidak terdapat tanda5. Tinggikan kepala dan bantukolaps jalan napas kecil (atelek
tanda
saturasi

sianosis

danmengubah posisi. BangunkanRonci dan mengi menyertai ob

oksigen

padapasien turun dari tempat tidurjalan napas/ kegagalan pernapa

ambang normal.
5.

Dispnea dan terjadi pening

otot
3. Auskultasi bunyi napas danyang

Tidak ada bunyi napasadventisius

kepatenan

Biasanya meningkat jika

dan

ambulansi

sesegera

Pasien merasa nyamanmungkin.


dan

mudah

memaksimalkan

bernapas

menurunkan kerja napas

untuk

duduk

bernapas

ekspansi

tinggi
paru

dan

memung

memud

pernapasan.

Pengubahan posisi dan amb

2.

setelah

Suhu

tubuh

pasien

Pantau

suhu

diberikan

kembali normal ( 36,5 oC( derajat dan pola )

pasien

meningkatkan

pengisian

segmen

berbeda

paru

se

memperbaiki difusi gas.


Suhu 38,9-41,1 0C menun
proses penyakit infeksius akut.

askep

selama-37,5 oC)

.x.24

Pantau suhu lingkungan, Suhu ruangan/jumlah selimut

jam

batasi atau tambahkan linendiubah

diharapkan
suhu

tempat tidur sesuai indikasi

tubuh

3.

Dapat

pasien

hangat; hindari penggunaandemam

menurun

alcohol

normal.
Setelah

1.

diberikan

hilang/terkontrol

asuhan

2.

keperawatan

pemberianpanas tinggi.

Antipiretik.
nyeriMandiri:
1.

Pantau laporan nyeri, catat

Menunjukkanlokasi, lama, intensitas (skala


penggunaan

ketrampilan0-10)

selama ...x 24relaksasi.


jam

membantu

klien
3.

Metode

menyatakan

meningkatkan

bahwa

kenyamanan

dan

karakteristiknya

(dangkal, tajam, konstan)


lain

untuk
2.

Pertahankan posisi semi


Fowler sesuai indikasi

3.

Berikan

tindakan

nyerinya

kenyamanan, contoh pijatan

berkurang atau

punggung,

hilang.

latihan

napas

dalam,

relaksasi

atau

visualisasi.
4.

Berikan perawatan mulut


dengan

sering.

Hilangkan

rangsangan lingkunagan yang


tidak menyenangkan
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
1.

Analgesik, narkotik

2.

Antiemetik, contoh hidroksin


(Vistaril)

3.

Antipiretik, contoh asetamino

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E, Marilynn et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi-3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga, jilid 1 cetakan ke sepuluh. Jakrta
: media Aesculapius.

meng

Obat yang dapat menur

Kolaborasi
Laporan

mempertah

mendekati normal

Berikan kompres mandi

hingga ambang

untuk

NANDA Internasional. (2010). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011 .


Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. Judith. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi-7. Jakarta :EGC.
Anonim.

(1992).

Hubungan

AIDS

dengan

TBC.

[Internet].

Bersumber

dari

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1992/01/18/KSH/mbm.19920118.KSH9873.id.h
tml. (Diakses pada tanggal 23 mei 2012, pukul 14.06)
Anonim.

(2002).

Tuberculosis

paru-TB.

[Internet].

Bersumber

dari

http://rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-. (Diakses tanggal 14 mei


2011, pukul 19.35 wib)
Anonim. (2011). TBC dan HIV/AIDS-Ilmu Kesehatan Masyarakat. [Internet]. Bersumber dari :
http://misskesmas.wordpress.com/2011/12/04/tbc-dan-hivaids-ilmu-kesehatanmasyarakat/. (Diakses pada tanggal 23 mei 2012, pukul 14.06)
Anonim.

(2012).

Askep

HIV-AIDS

terbaru.

[Internet].

Bersumber

http://aangcoy13.blogspot.com/2012/04/askep-hivaids-terbaru.html.

(Diakses

dari

:
pada

tanggal 23 mei 2012, pukul 14.06)


Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC) . [Internet]. Bersumber dari :
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm. (Diakses tanggal 11 mei 2011,
pukul 19:30 WIB.)
Hasanah,

zumroh.

(2010).

Makalah

TB

paru.

[Internet].

Bersumber

dari

http://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/ . (Diakses tanggal 16


mei 2011, puku

Anda mungkin juga menyukai