Definisi HIV
Definisi HIV
HIV dengan TB
di Ruang 29
a. Definisi HIV
o HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia, seperti sel T4 CD4+ makrofag, dan sel dendritik. HIV merusak sel T4 CD4+
secara langsung dan tidak langsung, sel T4 CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan
tubuh dapat berfungsi baik.
HIV adalah virus RNA yang termasuk dalam famili Retroviridae subfamili Lentivirinae.
Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk
membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang.16 Satu kali
terinfeksi oleh retrovirus, maka infeksi ini akan bersifat permanen, seumur hidup.
Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub famili Lentivirinae. Virus famili ini
mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini menyebabkan retrovirus
mampu mengubah informasi genetiknya kedalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi
genetik dari sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri,
informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel
CD4+, yaitu sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat
antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi target utama
HIV.22 HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung,
sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung,
lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+
yang kemudian akan menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen.
Setelah HIV mengifeksi seseorang, kemudian terjadi sindrom retroviral akut semacam
flu disertai viremia hebat dan akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Serokonversi (perubahan
antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi. Pada masa ini, tidak ada
dijumpai tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat serta test HIV
belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini, tahap ini disebut juga periode jendela (window
periode). Kemudian dimulailah infeksi HIV asimptomatik yaitu masa tanpa gejala. Dalam masa
ini terjadi penurunan CD4+ secara bertahap. Mula-mula penurunan jumlah CD4+ sekitar 30-60
sel/tahun, tetapi pada 2 tahun berikutnya penurunan menjadi cepat, 50-100 sel/tahun, sehingga
tanpa pengobatan, rata-rata masa dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah 8-10 tahun, dimana
jumlah CD4+ akan mencapai <200 sel/l. Dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV AIDS),
partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV,
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi penderita
AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV
menunjukkan
gejala
AIDS,
dan
kemudian
meninggal.
Perjalanan
penyakit
tersebut
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan
tubuh yang juga bertahap.
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan
gejala akibat infeksi opurtunistik seperti penurunan berat badan, demam lama, pembesaran
kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dll. Virus HIV ini yang telah
berhasil masuk kedalam tubuh seseorang, juga akan menginfeksi berbagai macam sel,
terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel-sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit
pada kelenjar limfa, sel-sel epitel pada usus, dan sel Langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada
sel mikroglia di otak adalah encefalopati dan pada sel epitel usus adalah diare kronis.
c. Factor Penyebab HIV
1. Berganti-ganti pasangan seksual.
2. Berhubungan seksual dengan ODHA.
3. Memakai NAPZA suntik bersama-sama.
4. Berganti-ganti dengan alat medis yang terkontaminasi HIV.
5. Berhubungan seksual dengan penderita IMS.
Cara penularan :
o
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Gejala dan tanda HIV/AIDS menurut WHO:
Stadium Klinis I :
1.Asimtomatik (tanpa gejala)
2.Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe seluruh tubuh)
3.Skala Penampilan
4.Asimtomatik, aktivitas normal.
Stadium Klinis II :
1.Berat badan berkurang <> 10%
2.Diare berkepanjangan > 1 bulan
3.Jamur pada mulut
4.TB Paru
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP
dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b) Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi dapat
menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada 30% penderita
AIDS.
c) Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d) Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ
lain diluar paru.
2) Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
c. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul pada fase
akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati
dan neuropari perifer.
f.
Penatalaksanaan TB paru dengan infeksi HIV pada dasarnya sama dengan tanpa infeksi HIV.
Saat pemberian obat pada koinfeksi TBC-HIV harus memperhatikan jumlah CD4 dan sesuai
dengan rekomendasi yang ada. Namun pada beberapa atudi mendapatkan tingginya angka
kekambuhan pada penderita yang menerima Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan
dibandingkan dengan 9-12 bulan (Harris dan Bolus, 2008).
Terdapat interaksi antara obat ARV dengan OAT, terutama rifampicin karena rangsangannya
terhadap aktivitas sistem enzim liver sitokrom P450 yang memetabolisme PI dan NNRTI,
sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik
yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease inhibitor dan
NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat
terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak
efektifnya sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar subterapeutik yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease
inhibitor dan NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat
terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak
efektifnya obat ARV dan terapi tuberkulosis serta meningkatnya risiko toksisitas obat, sehingga
pemakaian bersama obat-obat tersebut tidak direkomendasikan
Askep HIV komplikasi TB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV-AIDS DENGAN TB PARU
a. Identitas
Menyajikan data identitas diri pasien secara lengkap dengan tujuan menghindari
kesalahan dalam memberikan terapi dan patokan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai. Data identitas meliputi Nama, Tgl. MRS, Umur, Diagnosa, Jenis kelamin, Suku/bangsa,
Agama, Pekerjaan, Pendidikan,dan Alamat.
b. Riwayat kesehatan dan keperawatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan dan keperawatan pasien, maka dikakukan
anamnesis. Anamnesis pada pasien dengan gangguan sistem vaskular meliputi keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian
psikososiospiritual.
c. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya
berhubungan dengan gangguan pernafasan yang terjadi selama beberapa minggu, batuk yang
tidak kunjung sembuh, dan nyeri dada yang menurunkan kemampuan ekspansi dada selama
proses respirasi.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian mengenai riwayat penyakit yang sedang diderita pasien. Mulai dari pasien
merasakan gejala awal penyakit hingga saat pengkajian berlangsung.
e. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit terdahulu yang pernah terjadi pada pasien yang berhubungan
dengan penyakit pasien saat ini, misalnya AIDS, pneumonia. Kaji riwayat penggunaan obat
yang pernah dikonsumsi oleh klien. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
f.
g.
Pengkajian psikososiospiritual
Menunjukkan interaksi inter dan intra personal pasien. Kemungkinan akan adanya
kelainan psikologis dan gangguuan interaksi sosial. Tentang bagaimana hubungan antara
pasien dengan lingkungannya dan aspek spiritual pasien.
h. Pengkajian lingkungan
Menunjukkan linglungan dimana klien tinggal. Keadaan lingkungan klien dapat
memberikan gambaran untuk menegakkan diagnosa dan program asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada klien nantinya.
i.
Keadaan Umum
Menunjukkan penampilan dan kesan pertama tentang klien saat dilakukan pengkajian.
Tanda-Tanda Vital
Pengkajian TTV meliputi RR, HR, Tekanan darah, dan suhu tubuh klien.
Body System
-
Pernapasan (B1)
Batuk produktif maupun tidak produktif, nafas pendek (frekuensi pernafasan meningkat),
adanya suara nafas tambahan, adanya sputum purulen, mukoid kuning, atau adanya
bercak darah.
- CardioVaskuler (B2)
Takikardi
-
Persyarafan (B3)
Tidak ada gangguan jika bakteri TB maupun infeksi TB belum mencapai bagian
persyarafan (SSP).
- Perkemihan
Tidak ada gangguan
- Pencernaan - Eliminasi Alvi
Anoreksia, penurunan berat badan secara drastis..
- Tulang - Otot Integumen
Kelemahan; turgor kulit buruk, kering, dan bersisik; kehilangan lemak subkutan.
j.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek
kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen
posterior lobus atas paru paru atau pada segmen superior lobus bawah.
2.
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Adanya kurang darah, ada sel sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah
meningkat terjadi pada proses aktif
Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita
tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari.
Test Tuberkulosis (mantoux tes)
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau
belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan
Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24
26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis
0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10
mm atau lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan
diketahui selama 48 72 jam tuberkulosis disuntikkan.
Analisa Data
No Data
Etiologi
1.
DS:
Masalah
mengatakan
pengobatan
akan
khawatir
kesetahannya.
DO :
Bingung
Ansietas
Gelisah
Wajah tegang
2.
DS:
mengatakan
sessak nafas
Nyeri dada
DO :
Penurunan
gerakan
dada
Sesak, RR meningkat
3.
DS :
Pasien
Alveoli berkonsolidasi
mengatakan
sesak
Adanya
bersihan
jalan nafas
DO :
-
Ketidakefektifan
bunyi
nafas
tambahan
Lesi primer
4.
DS :
Dispneu
Sakit kepala pada saat
bangun
Gangguan penglihatan.
DO :
5.
DS :
Pasien
Ketidakseimbangan nutrisi
melaporkan
- saat terapi berlangsung : efek obat muncul < kebutuhan tubuh
kurangnya makan.
Tidak mampu untuk
anoreksia ;kurus
menelan makanan.
DO :
Tidak
tertarik
untukmakan
Penurunan beratbadan
Bising usus hiperaktif
6.
DS :
Pasien
tidak
mengatakan
berpengalaman
masalah
7.
HR
meningkat)
DO : -
DS : -
infeksi
Penurunan kerja makrofag alveolar dan
silia (jika infeksi menyebar ke bronkus)
Mudah
terinfeksi
agen-agen
infeksius;
pneumonia,dsb
DO :
- deprivasi tidur
-
malam hari.
DS :
pasien
mengatakan
tidur
DS :
pasien
mengatakan
DO :
tidak mengikutiinstruksi
yang
diberikan
secara
akurat
Defisiensi pengetahuan
10. DO :
1.
2.
Infeksi paru
Kulit memerah
Suhu tubuh meningkatPelepasan mediator kimia
diatas rentang normal (>
37,50 C)
3.
4.
Hipotalamus (termoregulasi)
RR meningkat
Kulit
hangat
disentuh
5.
Hipertermi
bila
Hiperthermi
Takikardia
DS : -
11. DO :
Hiperthermi
Konjungtiva
dan
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
Kebutuhan cairan
DS :
1.
Kram abdomen
2.
Nyeri abdomen
3. Merasa kenyang
12. DO :
1.
Nekrosis
Nyeri
ambang
nyeriEksudasi
pasien)
2.
Kavitasi eksudat
menunjukkan nyeri
3.
Efusi pleuritik
verbal
(dengan
Nyeri
kata-kata)
1.4.6.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret ditandai dengan
suara nafas tambahan
2. Hiperthermi b.d proses infeksi pada parenkim paru.
3. Nyeri b.d nekrosis jaringan parenkim paru
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolar.
5. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d evaporasi cairan tubuh
akibat peningkatan suhu tubuh.
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi pada paru yang ditandai dengan
hiperventilasi.
7. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyakit kronis yang ditandai dengan
anoreksia dan penurunan berat badan.
8. Resiko penyebaran infeksi b.d peningkatan pemajanan bakterai m.tuberculosis
9. Resiko intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum akibat ketidakadekuatan intake nutrisi.
10. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan akibat batuk persisten pada malam hari.
11. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan akibat kurangnya
informasi yang didapat.
12. Defisit pengetahuan tantang penyakit b.d kurangnya sumber informasi.
Planing
No.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Dx
1.
Seteleh
1.
Frekuensi pernapasan
1.
diberikan
askep
per menit)
selama ...x 2.
30
menit,
2.
akan
dan
menunjukkan
bantu napas.
tanda-tanda 3.
penggunaan
tanbahan,
jalan napas
wheezing..
4.
jalan
napas
obstruksi
pendarahan,
sek
Tidak terdapat tanda5. Tinggikan kepala dan bantukolaps jalan napas kecil (atelek
tanda
saturasi
sianosis
oksigen
ambang normal.
5.
otot
3. Auskultasi bunyi napas danyang
kepatenan
dan
ambulansi
sesegera
mudah
memaksimalkan
bernapas
untuk
duduk
bernapas
ekspansi
tinggi
paru
dan
memung
memud
pernapasan.
2.
setelah
Suhu
tubuh
pasien
Pantau
suhu
diberikan
pasien
meningkatkan
pengisian
segmen
berbeda
paru
se
askep
selama-37,5 oC)
.x.24
jam
diharapkan
suhu
tubuh
3.
Dapat
pasien
menurun
alcohol
normal.
Setelah
1.
diberikan
hilang/terkontrol
asuhan
2.
keperawatan
pemberianpanas tinggi.
Antipiretik.
nyeriMandiri:
1.
ketrampilan0-10)
membantu
klien
3.
Metode
menyatakan
meningkatkan
bahwa
kenyamanan
dan
karakteristiknya
untuk
2.
3.
Berikan
tindakan
nyerinya
berkurang atau
punggung,
hilang.
latihan
napas
dalam,
relaksasi
atau
visualisasi.
4.
sering.
Hilangkan
Analgesik, narkotik
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E, Marilynn et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi-3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga, jilid 1 cetakan ke sepuluh. Jakrta
: media Aesculapius.
meng
Kolaborasi
Laporan
mempertah
mendekati normal
hingga ambang
untuk
(1992).
Hubungan
AIDS
dengan
TBC.
[Internet].
Bersumber
dari
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1992/01/18/KSH/mbm.19920118.KSH9873.id.h
tml. (Diakses pada tanggal 23 mei 2012, pukul 14.06)
Anonim.
(2002).
Tuberculosis
paru-TB.
[Internet].
Bersumber
dari
(2012).
Askep
HIV-AIDS
terbaru.
[Internet].
Bersumber
http://aangcoy13.blogspot.com/2012/04/askep-hivaids-terbaru.html.
(Diakses
dari
:
pada
zumroh.
(2010).
Makalah
TB
paru.
[Internet].
Bersumber
dari