Anda di halaman 1dari 20

3.

WATER TREATMENT
3.1.

Pengertian Water Treatment.


Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan cara

cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan. Water Treatment Plant adalah sebuah system yang difungsikan untuk
mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan

kualitas

air

pengolahan

(effluent)

standart

yang

di

inginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi.


Tabel 3.1 Batasan Air Limbah untuk Industri
Parameter
COD

Konsentrasi (mg/L)
100 300

BOD

50 150

Minyak nabati

5 10

Minyak mineral

10 50

Zat padat tersuspensi (TSS)

200 400

pH

6.0 9.0

Temperatur

38 40 [oC]

Ammonia bebas (NH3)

1.0 5.0

Nitrat (NO3-N)

20 30

Senyawa aktif biru metilen

5.0 10

Sulfida (H2S)

0.05 0.1

Fenol

0.5 1.0

Sianida (CN)

0.05 0.5

Pada umumnya gangguan terhadap suatu peralatan/ sistem yang bermedia


air disebabkan oleh zat-zat pengotor dalam air yang disebut kontaminan.
Kontaminan tersebut dapat berbentuk gas, cair, padatan, dan mikroorganisme.

a. Kontaminan gas
Beberapa kontaminan gas seperti karbondoksida, sulfur dioksida, oksigen, dan
lain-lain. Air yang mengandung gas-gas tersebut bersifat korosif dalam
reaksinya terbentuk senyawa asam yang kemudian bereaksi dengan peralatan
dari logam dengan reaksi sebagai berikut.
CO2 + H2O
H2CO3 + Fe
FeCO3 + H2
SO2 + O2
SO3
SO3 + H2O
H2SO4 + Fe
FeSO4 + H2
b. Kontaminan cair
Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam, seperti asam klorida (HCl),
asam sulfat (H2SO4) atau basa seperti ammonia cair (NH 4OH), minyak/ lemak
yang berasal dari kebocoran air yang masuk ke dalam system. Kandungan asam
dan basa dalam air akan bersifat korosif.
c. Kontaminan padatan
Berdasarkan besarnya ukuran partikel padatan terlarut, maka kontaminan
padatan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: padatan terlarut (TDS), padatan
tersuspensi (TSS), an padatan sediment.
Padatan terlarut (TSS) terdiri dari senyawa organic dan anorganik yang larut
dalam air seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium sulfat,
magnesium sulfat, kalsium klorida, natrium silikat, dan lain-lain. Air yang
mengandung padatan terlarut sangat baik daya hantar listriknya.
Garam-garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah, dapat
menyebabkan kerak (CaCO3.CaSO4) dan defosit lumpur {(MgCO3.Mg(OH)2)}
pada pipa-pipa ketel uap (boiler).
CaCl2 + SO42CaCl2 + CO32MgSO4 + CO32MgCl2 + CO32MgCl2 + H2O

CaSO4 + 2ClCaCO3 + 2ClMgCO3 + SO42MgCO3 + 2ClMg(OH)3 + 2HCl-

Garam natrium silikat ( Na2SiO3 ) dalam air panas akan terhidrolisa


menghasilkan asam silikat pada temperatur diatas 200C akan menjadi kristal
keras yang sangat padat, kecil dan rapat. Kristal ini yang menempelkan pada
pipa-pipa ketel uap. Silaka hanya dapat dihilangkan dengan alat penukar ion di
unit demin plant.

Padatan tersuspensi ( TSS ) menyebabkan air keruh, tidak larut, tidak dapat
mengendap langsung seperti tanah liat, koloid silikat. Koloid silikat sering lolos
dalam proses koagulasi sehingga proses penghilangannya dapat menggunakan
alat penukar ion.
Padatan Sedimen adalah padatan yang langsung mengendap jika air
didiamkan. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel
padat yang berukuran lebih besar dari padatan tersusupensi, relative besar dan
berat, seperti pasir dan lumpur. Padatan sering menimbulkan erosi pada
material dan menyumbat aliran air.
d. Kontaminan mikroorganisme
Kontaminan mikroorganisme seperti ganggang, lumut, jamur dan bakteri dapat
tumbuh dengan baik pada system air pendingin open circuit. Mikroorganisme
jenis ganggang dan lumut dapat menyumbat saringan-saringan air pendingin,
tube-tube kondensor, pompa-pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran
panas. Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air yang
dapat merusak bangunan-bangunan menara pendingin yang terbuat dari beton.
3.2.

Tujuan dari Water Treatment.


Water Treatment secara umum bertujuan untuk mengelolah air hasil

buangan dari proses industri dimana pengelolahan itu dimaksudkan supaya air
buangan industry itu tidak mencemari lingkungan atau bisa digunakan kembali
untuk proses industri dengan cara menghilangkan kontaminan atau memurnikan
kembali air tersebut.
3.3. Parameter dalam Water Treatment.
3.3.1 Parameter Fisik.
Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan dengan
indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi
Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa

di gunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengendapan), Filtrasi dan penambahan


desinfektan.
3.3.2 Parameter Kimia.
Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg,
Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan
(tidak masuk standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan dengan
sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse
Osmosis atau Demineralier dan Softener.
3.3.3 Parameter Biologi.
Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di
dalam air. Bila jumlah mikroorganisme di dalam air berlebihan biasanya akan
mengganggu kesehatan bila di konsumsi. Pengolahan dapat dilakukan dengan
menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya injeksi Chlor,
System UV dan System Ozone (O3).
3.4 Proses Pengolahan Air pada Water Treatment.
Water treatment merupakan proses pengolahan air dimana air tersebut diolah
untuk menghilangkan kontaminan yang ada didalamnya. Proses pengolahan
air ini dibagi menjadi tiga proses yaitu

Pengolahan air secara kimia

Pengolahan air secara fisika

Pengolahan air secara biologi

3.4.1. Pengolahan air secara kimia

Koagulasi dan Flokulasi


Benda-benda tersuspensi dalam air dapat berupa bahan-bahan kasar yang

dapat mengendap sampai pada bahan-bahan

koloid lembut. Bahan-bahan

tersebut dapat bersatu dan mengendap dan disatukan menjadi lebih besar dengan

bantuan bahan penggumpal. Kumpulan benda-benda besar tersebut akan tertinggal


di dasar sedimentasi dan dihilangkan dengan cara penyaringan (filtrasi). Langkahlangkah proses koagulasi dan flokulasi sebagai berikut :
1. Bahan kimia penggumpal dimasukkan ke dalam air, supaya bahan kimia
tersebut bereaksi secara seragam, bahan tersebut harus ditaburkan secara
merata . Hal ini memerlukan pengadukkan yang cepat atau pencampuran
dengan air pada titik dimana penggumpalan ditambahkan.
2. Rekasi-reaksi kimia dan kimia fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi
mengarahkan pada koagulasi dan pembentukan partikel-partikel berukuran
mikroskopis.
3. Pengadukan perlahan-lahan menyebabkan penyatuan pertikel-partikel
menjadi kumpulan yang dapat terendapkan.

Gambar 1. Proses Koagulasi,Flokulasi,dan Filtrasi

Proses Pelunakan dan Demineralisasi


Proses softening

( pelunakan ) bertujuan untuk mengurangi

kadar

kesadahan air yang biasanya digunakan sebagai air umpan boiler. Proses softening
dilakukan dengan 2 cara, yaitu : preaifitasi kimia dan pertukaran ion. Presipitasi
kimia dilakukan dengan cara mengubah kesadahan kalsium dan magnesium yang
mempunyai kelarutan kecil menjadi kalsium karbonat dan magnesium hidroksida

yang mempunyai kelarutan besar. Presipitasi kimia dilakukan dengan 2 cara


pengolahan, yaitu : Proses Kapur Soda Abu dan Proses Soda Kaustik.

Gambar 2. Bagan Proses Demineralisasi

PROSES KAPUR SODA ABU


Proses presipitasi kimia dengan Kapur Soda Abu mampu mengubah

bentuk kesadahan karbonat (CH) dan magnesium non karbonat (MgNCH)


menjadi spesies terendapkan dengan bantuan penambahan kapur (CaO). Spesies
hasil reaksi tersebut merupakan bentuk padatan terendapkan ( disimbolkan dengan
s ) yang mempunyai densitas cukup untuk melakukan pengendapan secara
gravitas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Ca2+ + 2 (HCO3)-+ CaO + H2O

2 CaCO3(s)

Mg2+ + 2 (HCO3)-+ CaO + H2O

CaCO3(s) + Mg2+ + CO32-

Mg2+ + CO32- + CaO + H2O

CaCO3(s) + Mg(OH)2(s)

+ 2 H2O

PROSES SODA KAUSTIK


Semua bentuk senyawa sadah dapat diubah menjadi bentuk yang

terendapkan dengan penambahan soda kaustik (NaOH). Reaksi yang terjadi pada
proses soda kaustik sebagai berikut :
Ca2+ + 2 (HCO3)- + 2 NaOH CaCO3 + 2 Na+ + CO32-

+ 2 H2O

Mg2+ + 2 (HCO3)- + 4 NaOH Mg(OH)2 + 4 Na+ + 2 CO32- + 2 H2O


Mg2+ + SO42- + 2 NaOH

Mg(OH)2 + 2 Na+ + SO42-

Rangkaian reaksi tersebut menghasilkan senyawa soda abu (Na 2CO3) yang
digunakan untuk bereaksi dengan calcium non carbonat hardness (NaNCH).
Tabel 3.2 Dosis Bahan Kimia Untuk Softening (Lb/Million Gallon)
Sumber

Proses Kapur Soda


CaO sebagai CaO Na2CO3

Proses Soda
Kaustik

CO2
10,61
Tidak Ada
15,16
Ca CH
4,67
Tidak Ada
6,67
Mg CH
9,34
Tidak Ada
13,34
Mg NCH
4,67
8,84
6,67
Ca CH
Tidak Ada
8,84
Tidak Ada
Dosis stoikometri bahan kimia murni dari sumber 1 mg/l sebagai CaCO 3
kecuali CO2 1 lb/million gallon = 1,2 x 10-4 kg/m3

Pertukaran Ion
Adalah suatu alat untuk mengambil ion ion kontaminan air oleh resin

resin dan menukarnya dengan ion ion hydrogen (H+) dan ion ion hidroksil
(OH- ) sehingga diperoleh air murni. Resin adalah bahan polimer sintesis yang
mengandung ion ion hydrogen sebagai resin kation dan ion ion hidroksil
sebagai resin anion.
Resin memiliki batas kemampuan dalam melakukan pertukaran ion.
Apabila telah mencapai batasnya, maka resin tersebut telah jenuh dan harus di
aktifkan kembali melalui regenerasi dan injeksi bahan bahan kimia. Alat
penukar ion terdiri dari alat penukar kation dan alat penukar anion.

Gambar 3. Ion Exchanger


Alat Penukar Kation adalah suatu alat berbentuk silinder yang berisi
resin kation, berfungsi untuk menukar ion ion positif dari kontaminan air.
Contoh : kontaminan air adalah garam NaCl, reaksinya
Na+Cl- + R-H+

Na+R- + H+Cl-

Reaksi yang terjadi pada proses pertukaran kation, yaitu :


2 R H + Ca(HCO3)2

R2 Ca + 2 H2CO3

2 R H + CaSO4

R2 Ca + H2SO4

2 R H + CaCl2

R2 Ca + 2 NaCl

2 R H + Mg(HCO3)2

R2 Mg + 2 H2CO3

2 R H + MgSO4

R2 Mg + H2SO4

2 R H + MgCl2

R2 Mg + 2 HCl

Urutan penukaran oleh resin pertukaran kation: Ca2+, Mg2+, K dan Na.
Alat Penukar Anion : adalah suatu berbentuk silinder yang berisi resin anion,
berfungsi untuk menukar ion-ion negatif don kontaminan air, Contoh; kontaminan
air adalah keluaran alat penukar kation HCI. Rekasinya sebagai berikut :
H+ CI- + R+ OH-

R+ CI- + H2O

Hasil keluaran dari penukar kation adalah bersifat asam. Ion positif pada
resin anion akan menangkap ion negatif dari senyawa asam sehingga produk akhir
adalah air murni yang babas mineral, Reaksinya sebagai berikut :
2 R - OH + H2CO3

R2 - CO3 +2 H2O

2R - OH + H2SO4

R2 -SO4 + 2 H2O

2R - OH + H2(SiO2)

R2__SiO2 +2 H2O

Urutan penukaran oleh resin penukar anion adalah: SO42-, CI-, HCO3- HSiO2- ,
Hasil penukaran ion baik kation dan anion terkadang tidak berlangsung
100 %. Idealnya setelah melewati penukar kation dan anion, air tidak lagi
mengandung kontaminan. Tetapi kenyataannya masih ada ion-ion kontaminan air
yang lolos dari penukar kation dan anion.
Mixed bed: adalah suatu alat berbentu silinder yang berisi campuran resin
kation dan resin anion, berfungsi untuk menangkap kation dan anion yang lolos
dari tangkapan penukar lotion dan peaukar anion. Keseluruhan reaksi terjadi pada
satu silinder. Dengan dilengkapi mixed bed diharapkan akan diperoleh air dengan
kemurnian tinggi.

Gambar 4. Mixed Bed


Degasser : adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas
kontaminan yang terlarut dalam air pada proses penukaran ion. Degasses biasanya
dipasang setelah alat penukar ion dan sebelum slat penukaran ion.

Gambar 5. Degasser
Resin Penukar Ion
Resin sebagai penukar ion memiliki kapasitas yang terbatas. Bila kapasitas
kapasitas ion sudah terlampaui, penuler ion tidak lagi mampu menangkap ion-ion
kontaminan air. Dalam keadaan watt, ini resin penukar ion dikatakan sudah jenuh
dan harus diregenerasi.
Kejenuhan Resin
Ada 2 cara yang dipakai untuk menentukan indikasi kejenuhan resin:

Berdasarkan couter flow; yaitu dengan cara mengukur kuantitas air yang
telah diproses oleh resin penukar ion.

Berdasarkan kualitas air yaitu dengan cara mengukur kualitas air yang telah
diproses oleh resin penukar ion. Parameter yang digunakan adalah
konduktivitas dan kadar silikat.
Regenerasi Resin
Agar resin penukar ion yang telah jenuh dapat berfungsi kembali perlu

diregenerasi . Regenerasi adalah suatu proses untuk menginaktifkan kembali resin


penukar

ion

yang

telah

jenuh

larutanregenerasi.
Langkah-Langkah Regenerasi Resin

menggunakan

bahan

kimia

sebagai

1. Back washing: berfungsi untuk membilas mesin dengan cara membalik


arah aliran air. Maksudnya untuk merenggangkan resin yang dalam
keadaan mampat serta membersihkan kotoran dari permukaan resin.
Pembukaan katup harus perlahan-lahan untuk menghindarkan rusaknya
resin (chanelling).
2. Dilute water. Berfungsi untuk membilas sisa-sisa kotoran yang masi ada
dari hasil back washing dengan arah aliran normal. Maksudnya adalah
sipaya pada saat pemberian bahan kimia tidak terganggu oleh kotorankotoran.
3. Regenerasi (pemberian bahan kimia): setelah di back washing dan
dilute water, resin menjadi renggang dan bersih sehingga permukaan
kontak antara resin mejadi lebih luas. Regenerasi

dilakukan dengan

mengalirkan air dan bahan regenerasi (HCI untuk kation dan NaOH untuk
anion pada konsentrasi tertentu) dengan arah aliran normal. Regenerasi
dilakukan sampai larutan regenerai habis.
4. Slow Rinse : Pencuci lambat dilakukan dengan cara mengalirkan air
dengan arah aliran normal secara perlahan-lahan. Hal ini dimaksutkan
agar bahan kimia regenerasi berdifusi secara sempurna ke dalam resin.
5. Fast Rinse: Dilakukan sama seperti pencucian lambat, tetapi dengan laju
alir yang lebih besar. Maksudnya untuk membuang sisa-sisa bahan kimia
regenerant. Pencucian cepat terus dilakukan sampai hasil airnya sesuai
dengan standar yang telah diterapkan.
Proses Regenerasi Kation
Regenerasi kation adalah proms pengendalian resin yang telah
menangkap kontaminan air untuk ditukar kembali dengan ion hidrogen
dengan cara menginjeksikan bahan kimia HCI. Contoh reaksi yang terjadi
pada proses regenerasi kation untuk ion yang ditangkap adalah Na+, yaitu:
Na+ R- + H+ CIProses Regenerasi Anion

Na+ Cl- + R- H+ (resin aktif kembali)

Regenerasi anion adalah proses pengembalian resin yang telah


menangkap kontaminan air untuk ditukar kembali dengan ion hidroksil
dengan cara menginjeksikan bahan kimia NaOH. Contoh reaksi yang terjadi
pada proses regenerasi anion untuk ion yang ditangkap adalah SiO2, yaitu :
R2 SiO2 + 2 NaOH

Na2 SiO2 + 2 R OH (resin aktif kembali)

Akibat Kegagalan Regenerasi


Kegagalan proses regenerasi perlu dihindari karena akan menyebabkan
inefisiensi. Seberapa dampak akibat kegagalan proses regenerasi yaitu:

Berdampak langsung pada pemakaian bahan kimia, Bahan

yang

diinjeksikan akan tebuag percuma dan akan menyebabkan pemborosan


bahan kimia

Meningkatnya pemakaian air karena dipakai untuk proses pencucian


dan pembilasan regenerasi.

Lamanya waktu untuk mengulangi regenerasi yang seharusnya tidak


dilakukan,

Waktu

yang

semestinya

setelah

regenerasi

dapat

dmanfaatkan untuk memproduksi air demin.

Meningkatnya biaya lain karena pemakaian listrik untuk pompa-pompa,


tenaga operator, dan lain-lain.

Regenerasi Mixed Bed


Miked bed terdiri dari dua macam resin, maka regenerasinya dilakukan
untuk masing-masing resin secara bergantian. Resin anion terletak pada bagian
atas dari resin kation karena perbedaan berat jenis. Bahan kimia regenerant yang
digunakan adalah NaOH untuk resien anion dan KCI untuk resin kation.
Langkah-Langkah Regenerasi Mixed Bed

Normal operation

Back washing

Regenerasi (pemberian bahan kimia)

Air blowing

Fast rinse

Air blowing adalah pemberian udara mengguanakan kompresor ke resin


dengan arah berlawanan. Tujuannya supaya resin tergelembung dan bercampur
aduk dengan baik. Pada langkah ini akan terlihat pemisahan resin anion pada
bagian atas karena berat jenisnya.
3.4.2. Pengolahan air secara fisika

Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam


limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan
setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit
pengolahan lumpur tersendiri.
Sedimen dari limbah cair mengandung bahan bahan organik yang akan
mengalami proses dekomposisi, pada proses tersebut akan timbul formasi gas
seperti carbon dioxida, methane, dlsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel
lumpur dimana sevvaktu gas naik keatas akan mengangkat pule partikel lumpur
tersebut, proses ini selain menimbulkan efek turbulensi juga akan merusak
sedimen yang telah terbentuk. Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan Baffle-reactor,
konstruksinya didesain sedemikian rupa guna menghindari efek dari timbulnya
gas supaya tidak mengaduk/merusak partikel padatan yang sudah mapan (settle)

didasar tangki, sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic Sludge Blanket)justru


menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk aduk partikel lumpur
supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya berat dan gaya angkat pada partikel
lumpur, sehingga partikel lumpur tersebut melayang-layang/mubal mubal.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur tersebut
disebut sudah stabil dan akan menetap secara permanen pada dasar tangki,
sehingga sering juga proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut
dengan proses Stabilisasi. Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu
tertentu(desludging-interval) merupakan parameter penting dalam perencanaan
pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan stabilisasi lumpur.

Gambar 6. Proses Sedimentasi

Filtrasi

Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau bahan sejenis
untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap, agar
diperoleh air yang jernih.
Penyaring adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari
air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Kedalaman penyaringan
menentukan derajat kebersihan air yang disaringnya pada pengolahan air untuk
minum.
Mekanisme yang dilalui pada filtrasi:
1. Air mengalir melalui penyaring glanular
2. Partikel-partikel tertahan di media penyaring

3. Terjadi reaksi-reaksi kimia dan biologis


Filtrasi yang berfungsi sebagai tempat proses penyaringan butir-butir yang
tidak ikut terendap pada bak sedimentasi dan juga berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme atau bakteri yang ikut larut dalam air. Bangunan filtrasi biasanya
menggunakan pasir silica yang berwarna hitam yang memiliki ketebalan yang
berbeda dan juga kerikil. Pasir ini digunakan karena lebih berat dan lebih
menempel flok-floknya.

Gambar 7. Proses Filtrasi


3.4.3. Pengolahan air secara biologi

Ticking Filter

Pengolahan air dengan cara trickling filter merupakan proses pengolahan


air dengan cara meyebarkan air kedalam suatu tumpukan unggun atau
media yang terdiri dari bahan batu pecah atau kerikil, bahan keramik, sisa
tanur (slag), medium dari bahan plastic atau lainnya. Dengan cara
demikian maka pada permukaan medium akan tumbuh lapisan biologis
(biofilm), seperti lender, dan lapisan biologis tersebut akan kontak dengan
air dan akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.

Gambar 8. Trickling Filter

Rotating biological contractor

Rotating Biological Contactors(RBCs) adalah teknologi pengolahan


limbah secara biologi yang menggunakan biofilm sebagai tempat tumbuh
mikroorganisme. RBCs berbentuk tangki horisontal setengah lingkaran,
didalamnya terdapat sejumlah cakram (disc) yang dirangkai secara paralel dengan
jarak yang berdekatan. Biofilm akan terbentuk dan tumbuh menempel pada
permukaan cakram. Cakram akan berputar dengan kecepatan tertentu. RBC terdiri
dari cakram (disc) yang tersusun secara seri dengan jarak antar cakram yang
relatif dekat.
Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC
adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan
organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached
culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme
(microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu

poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut
diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang
mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa,
fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut
membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm
(lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil senyawa
organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau
dari udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik
dalam air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup kedalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan
pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen
dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa
organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar
dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke
udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk
padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan biologis
(biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin
tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari
mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikro-organisme pada
permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga terjadi
kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air
limbah.

Gambar 9. Rotating Biological Contractor

Gambar 10. Diagram Proses RBC

Bak Pemisah Pasir

Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga
kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan
kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya
tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir
tersebut.
Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap
awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian
besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam,
dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan daan dipompa ke bak
pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit
air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada
waktu debit aliran turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol
dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai
dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan
polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada
suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi
demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar
tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri
dari berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan
lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan
menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis
tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan mengelupas
dengan sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut akan terbawa aliran air keluar.
Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan
media dengan sendirinya.

Bak Pengendap Akhir


Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan
ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah
mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over
flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak
khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak
pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap
awal.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung
bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke
masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari
bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah
dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu
sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari
bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap
akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk
secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam
sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada
bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat
dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara
periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.

Anda mungkin juga menyukai