ABSTRACT
Jaundice occurs in most newborn infants. Most jaundice is benign, but because of
the potential toxicity of bilirubin, newborn infants must be monitored to identify
those who might develop severe hyperbilirubinemia and, in rare cases, acute
bilirubin encephalopathyor kernicterus. The focus of the management is to reduce
the incidence of severe hyperbilirubinemia and bilirubin encephalopathy. The main
management of jaundice in neonatus are phototherapy and exchange transfusion.
ABSTRAK
Ikterus terjadi pada sebagian besar bayi baru lahir. Sebagian besar ikterus yang terjadi bukan merupakan
proses membahayakan, tetapi yang perlu diperhatikan yaitu toksisitas kadar bilirubin yang berlebihan,
bayi yang baru lahir harus dipantau untuk menilai apakah berpotensi menjadi hiperbilirubinemia berat dan
pada beberapa kasus dapat terjadi ensefalopati billirubin akut. Fokus utama pada penatalaksanaan
hiperbillirubinemia yaitu mengurangi terjadinya kemungkinan hiperbilirubinemia berat dan mengurangi
risiko. Penatalaksanaan utama yaitu fototerapi dan transfusi tukar
PENDAHULUAN
klinis
yang
paling
sering
minggu
pertama
kehidupan
apakah
neonatorum
adalah
bayi
heme
yang
menyebabkan
mempunyai
merupakan
komponen
sehingga
proses
glukorodinasi
hiperbilirubinemia
merupakan
fenomena
baru
tak
lahir,
terkonjugasi
tansisional
EPIDEMIOLOGI
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi
kebayakan
yang
pertama
kehidupannya.
setiap
tahunnya,
hiperbilirubinemia.
mengalami
Penelitian
cross-
Mangunkusumo
2003,
kejadian
membentuk
menemukan
pada
tahun
angka
bilirubin
terkonyugasi.
NEONATUS
serum.
12
minggu,
kemudian
ketidakmampuan
fetus
dan sepsis. 2
transferase
atau
kekurangan
Gangguan
dalam
proses
uptake
dan
disebabkan
oleh
konjugasi hepar
Gangguan
ini
dapat
tidak
pengikatan
bilirubin
indirek
maksimal
garis
besar
etiologi
glukoronil
Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat dan sulfafurazol.
Defisiensi
albumin
menyebabkan
lebih
enzim
faktor.
terdapatnya
yang
terbentuk
melebihi
hepar
biasanya
disebabkan
oleh
Neonatarum 2
minggu.
Faktor
mempengaruhi
yang
dapat
munculnya
Hiperbilirubinemia Fisiologi
Hiperbilirubinemia
fisiologi
mengenai
neonatus
peningkatan
mengalami
Hiperbilirubinemia patologi
Hiperbilirubinemia
patologi
adalah
Biasanya
patologi
disebabkan
oleh
peningkatan
hiperbilirubinemia
fisiologis,
DIAGNOSIS
Untuk
menetapkan
banyak
penyebab
dan
mahal,
sehingga
jam pertama 2
Penyebab hiperbilirubinemia yang terjadi
pada 24 jam pertama menurut besarnya
dapat
disusun
sferositosis,
elipsitosis,
dan
lain-lain.
bayi
baik
hiperbilirubinemia
dilakukan
dan
peningkatan
tidak
cepat,
dapat
pemeriksaan
darah
tepi,
pemeriksaan
kadar
bilirubin
berkala,
kemungkinan
perdarahan
subaponeurosis,
sebagai
G6PD.
Hipotiroidisme
Breast milk jaundice
Pemeriksaan Laboratorium
Infeksi
Neonatal hepatitis
Galaktosemia
berkala
tergolong
hiperbilirubinemia berat
risiko
tinggi
terserang
berat,
kemungkinan penyebab
lakukan
terapi
sinar
sesegera
sesudah
observasi
dan
patologis
dan
tidak
mempunyai
breast
milk
jaundice
serumbilirubin. 3
Transcutaneous
bilirubin
(TcB) dapat
terjadi
sinar. 3
Pemeriksaan
dilakukan
tambahan
untuk
evaluasi
yang
sering
menentukan
juga
perlu
diukur
untuk
PENATALAKSANAAN
Transfusi tukar
Transfusi
diindikasikan
hiperbilirubinemia
proses imun.
hiperbilirubinemia
neonatus
dan
tukar
dapat
pada
dengan
neonatus
berat
yang
cepat
dengan
biasanya
dapat
Darah neonatus
yang bersirkulasi.
diambil
sebagian dan
kern
icterus,
jadi
apabila
bilirubin
tidak.
klinis
mL
pertama
kernicterus
menunjukkan
dengan
mengabaikan
adanya
digunakan
untuk
menghindari
kadar
mengurangi
terjadinya
frekuensi
MONITORING
Monitoring yang dilakukan antara lain :2
Bilirubin dapat menghilang dengan cepat
dengan terapi sinar. Warna kulit tidak dapat
digunakan
sebagai
petunjuk
untuk
perawatan di RS.
darah
otak,
ditakuti
dari
sawar
KOMPLIKASI
Komplikasi
Kerusakan
saraf terhadap
bilirubin
tidak
terkonjugasi
kern icterus.7
Pada bayi sehat yang menyusu, kern icterus
terjadi saat kadar bilirubin >30 mg/dL
dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset
umumnya pada minggu pertama kelahiran
tapi dapat tertunda hingga umur 2-3 minggu.
dan
melibatkan
interaksi
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Neonatologi. Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Jakarta
2. Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. 2004. HTA Indonesia 2004 Tatalaksana
Ikterus Neonatorum. Kementrian kesehatan RI: Jakarta
3. Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. 2004. HTA Indonesia 2010 Buku Panduan
4.
Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit. Kementrian kesehatan RI: Jakarta
Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of
13