Anda di halaman 1dari 43

Karya Tulis Ilmiah:

PROSES BERPIKIR MATEMATIK


ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIK SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1
WAKORUMBA SELATAN

OLEH
IMAN ASHARI
G2I1 14 024

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang memiliki
peranan penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Mutu
pendidikan matematika harus terus ditingkatkan sebagai upaya pembentukan
sumber daya manusia yang bermutu tinggi, yakni manusia yang mampu berpikir
kritis, logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan berinisiatif dalam menanggapi
masalah yang terjadi. Oleh sebab itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu
dikuasai dengan baik oleh siswa, baik oleh siswa SD, SMP, SMA juga oleh
mahasiswa perguruan tinggi
Tujuan pembelajaran matematika ini dengan harapan terbentuknya
kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir
kritis, logis, sistematis, dan mempunyai sifat jujur, disiplin. Pemecahan masalah
merupakan tipe belajar yang paling tinggi tingkatannya dan kompleks (Suyitno
dkk, 2001: 31). Memecahkan masalah sesuatu yang biasa dalam hidup setiap
manusia dan tiap hari sepuluh dua puluh kali ia memecahkan masalah. Menurut
Nasution (2008: 139) memecahan masalah memerlukan pemikiran dengan
menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal
menurut kombinasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering-sering
harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu,
mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala

langkah yang perlu ia pikirkan. Namun, keadaan di lapangan belum sesuai dengan
yang diharapkan. Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa. Pendekatan yang kurang bervariasi dapat juga
mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar
cenderung menghafal. Masalah ini juga terjadi di SMA Negeri 1 Wakorsel di
Kecamatan Pasir Putih Kab. Muna. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
langsung dilapangan pada tanggal 26 Januari 2015 dalam proses belajar mengajar
yang berlangsung di kelas masih terlihat sejumlah siswa yang kurang aktif terlibat
dalam pembelajaran, tidak memperhatikan guru saat mengajar karena sibuk
dengan kegiatannya sendiri. Terbatasnya alat peraga atau media pembelajaran dan
sumber belajar menjadi penyebab sehingga siswa kurang terpusat pada pengajaran
guru di kelas dan kurangnya perhatian orang tua siswa akan masalah kesulitan
siswa dalam belajar. Adapun faktor lain yang menjadi penyebab adalah tebatasnya
cara guru untuk mengubah suasah dalam kelassehingga siswa dapat menalar
dengan baik dalam menghadapi masalah pembelajaran matematika. Mencermati
hal tersebut, perlu adanya pembaharuan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematis, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam memecahkan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika


dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memehamai masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, pengertian, minat dalam mempelajari matematika serta
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan tujuan di atas, pemecahan masalah merupakan salah satu
kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
matematika di sekolah. Dengan menguasai kemampuan ini diharapkan dapat
membantu siswa menuju kepada pemahaman matematika yang memungkinkan
siswa untuk melihat hubungan antar konsep dan akhirnya siswa dapat memilih
berbagai macam strategi untuk merancang solusi.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan hal yang ingin dihindari oleh semua
orang. Namun kenyataannya semua orang sulit untuk menghindari suatu masalah karena
kehidupan selalu menghadirkan masalah-masalah yang harus dicari pemecahannya. Jika
tidak berhasil untuk memecahkannya harus berusaha memecahkannya dengan cara yang lainnya
sampai masalah tersebut terselesaikan. Dalam pelajaran matematika, soal dapat
dinyatakan sebagai masalah dengan syarat soal tersebut dapat dimengerti oleh siswa dan

menjadi tantangan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, serta tidak
dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah diketahui oleh siswa.
Untuk mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis yang
maksimal
munculnya

maka pembelajaran
kemampuan

yang

dilakukan

haruslah

memfasilitasi

tersebut. Hasil penelitian Sumarmo, dkk (dalam

Hulukati, 2005) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika memiliki


karakteristik: Untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang baik dan agar dapat
mengetahui bagaimana kondisi siswa dalam menghadapi soal-soal yang kaitannya
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika maka saya mencoba
melakukan tes dengan memberi soal dalam bentuk

cerita tentang sistem

persamaan liner dua variabel di SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan. Ini juga
melatih siswa agar bisa berpikir matematika dan bisa menafsirkan soal cerita
menjadi sebuah persamaan dal;am matematika sehingga siswa mendapatkan
solusi pemecahan masalah matematika matematika.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Berpikir
2. Apa yang dimaksud dengan proses berpikir
3. Apa yang dimaksud dengan proses berpikir matematik
4. Bagamana hasil uji coba terkait kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan materi Sistem persamaan liner Dua variabel di SMA
Negeri 1 Wakorumba Selatan.

1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan:
1. Mampu memahami apa itu berpikir
2. Mampu memahami apa itu proses berpikir
3. Mampu memahami apa itu poses berpikir matematika
4. Dapat memahami pemecahan masalah matematika disekolah yang dites
terkait system persaan linear dua variabel.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1.

Membantu guru dalam proses pembelajaran dan sebagai bahan masukan


bagi guru untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam mengembangkan
pembelajaran yang lebih inovatif.

2.

Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan obyek penelitian dalam
upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika.

3.

Sebagai bekal pengalaman nyata bagi penulis dalam proses pembelajaran


dimasa mendatang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perpikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan
konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri
seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam
diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir mencakup
banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan
kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah
pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian
yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah,
menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau
mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir meliputi dua aspek utama yakni kritis dan kreatif. Berpikir terjadi
dalam setiap aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan
atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta mencari pemahaman.
Melalui berpikirlah manusia mampu memperoleh makna atau pemahaman
tentang setiap hal yang dihadapinya dalam kehidupan. Aktivitas utama dalam
berpikir dilakukan dalam keadaan sadar, walaupun tidak tertutup kemungkinan
berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh secara tidak sadar.

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.


Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih
dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan
kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek
tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang
dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan,
merancang,

menghitung,

menggolongkan,

mengukur,

memilah-milah

atau

mengevaluasi,

membandingkan,

membedakan,

menghubungkan,

menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis


dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,
menimbang, dan memutuskan.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental
atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang
atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbolsimbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah
representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117)
berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang
dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117)

berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk


melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut
mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Siswono mengatakan berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif. Menurut analisis Fisher (1995), keberhasilan dalam
proses berpikir ditentukan oleh ketiga operasi dari: (1) pemerolehan pengetahuan
( input ), (2) strategi penggunaan pengetahuan dan pemecahan masalah ( output),
serta (3) metakognisi dan pengambilan keputusan ( control ). Keberhasilan ini
pada ahirnya akan berpengaruh terhadap pengembangan intelegensi seseorang
seperti diperlihatkan melalui diagram di atas.
Dimensi Berpikir Menurut Marzano, dkk. (1988) berpikir meliputi lima
dimensi yaitu metakognisi, berpikir kritis dan kreatif, proses berpikir,
kemampuan berpikir inti, dan dimensi hubungan antara berpikir dengan
pengetahuan tertentu. Walaupun kelima dimensi ini tidak membentuk suatu
taksonomi, akan tetapi masing-masing dimensi tidak berdiri sendiri melainkan
saling terkait erat.
Potensi hambatan dalam

penerapan proses ini dapat diatasi dengan

beberapa perencanaan dan kreativitas. Meskipun ada sedikit pertanyaan yang


kondisi kelas dan kendala waktu dapat membatasi banyaknya teknik dan durasi
yang mendorong berpikir tingkat tinggi. Masih sangat mungkin untuk melibatkan
para siswa dalam kelompok besar. Meskipun penggunaan proses lima langkah
untuk mengembangkankan berpikir siswa ke arah tingkat yang lebih tinggi

mungkin memerlukan perubahan dalam teknik instruksional, manfaat bagi siswa,


guru, administrator, dan badan-badan akreditasi.
Menurut Boody (2008), refleksi guru secara umum dapat dicirikan
sebagai: retrospeksi, pemecahan masalah, analisis kritis dan menempatkan pikiran
ke dalam aksi. Untuk ulasan ini, kami telah terintegrasi kerangka teoritis oleh
Boody (2008), Hamilton (2005) dan Schon (1987) dan akan membahas reflektif
berpikir berdasarkan karakteristik sebagai berikut: a) refleksi sebagai retrospektif
analisis, b) refleksi sebagai pemecahan masalah, c) refleksi kritis terhadap diri
sendiri, dan d) refleksi pada keyakinan tentang diri dan self-efficacy.

B. Proses Berpikir
Proses berpikir didefinisikan Ormrod (2009) sebagai suatu cara merespon
atau memikirkan secara mental terhadap informasi atau suatu peristiwa.
Pendapat lain tentang proses berpikir dikemukakan oleh Suryabrata (2004) yang
menyatakan bahwa proses berpikir dapat diklasifikasikan ke dalam tiga langkah,
yaitu: (1) pembentukan pengertian dari informasi yang masuk, (2) pembentukan
pendapat dengan membanding-bandingkan pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pendapat-pendapat, dan (3) penarikan kesimpulan.
Siswono mengatakan (1986) proses berpikir adalah aktivitas yang terjadi
dalam otak manusia. Dahar menyatakan informasi-informasi dan data yang
masuk diolah didalamnya, sehingga apa yang sudah ada di dalam perlu
penyesuaian bahkan perubahan. Proses demikian dinamakan adaptasi. Dalam
pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata). Setiap skema

berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi pengalaman-pengalaman dan


ide-ide baru.
Marzano, dkk. (1988) mengajukan delapan komponen utama dari proses
berpikir yakni pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan, dan
berwacana secara oral. Komponen-komponen ini dipilih karena beberapa alasan
antara lain sering muncul sebagai kajian teoritik maupun literatur hasil
penelitian, komponen-komponen tersebut secara konsep sangat jelas sehingga
memungkinkan untuk diajarkan, serta dipandang sebagai hal yang sangat
fundamental untuk mengajarkan berbagai bidang studi termasuk matematika.
Jika dilihat dari terbentuknya pengetahuan seseorang yang diakibatkan dari
komponen-komponen proses berpikir tersebut, maka proses berpikir tersebut
dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu pemerolehan pengetahuan dan
produksi atau aplikasi pengetahuan. Hal tersebut secara diagram dapat
dinyatakan seperti di bawah ini (Marzano, dkk., 1988).
Alat yang sesuai dengan proses berpikir untuk membantu siswa
menyusun ide-ide dan dalam jangka panjang, membantu mereka untuk membaca,
menulis, dan berpikir lebih baik. Peta berpikir adalah alat visual seperti
representasi grafis dan bagaimana mengatur, menganalisis, dan mengevaluasi apa
yang mereka baca, tulis, atau pikirkan (Hyerle, 2000). Peta berpikir mirip dengan
peta

konsep

yang

sering

digunakan

dalam

ilmu

mengajar

untuk

memvisualisasikan konsep-konsep yang kompleks . Sementara peta konsep fokus


pada rincian spesifik dari konsep (Chan, 2007), berpikir peta mengatur atau

menampilkan gambar yang lebih luas (O'Bannon et al, 2006; Hyerle, 1996, 2000).
Contoh dari peta pemikiran adalah struktur organisasi yang merupakan jenis
hirarkis atau pohon peta. Jenis peta juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan, seperti antara ide-ide utama dan rincian pendukung. Selain peta
hirarkis, Hyerle (1966) menggambarkan empat jenis tambahan peta berpikir:
dialogis, metafora, sistem, dan evaluatif. Peta dialogis membantu menentukan ide
atau hal-hal dalam konteks dan membantu ketika menyajikan sudut pandang. Peta
metafora membantu menjelaskan analogi. Sistem atau peta aliran menunjukkan
proses atau peristiwa dalam urutan atau menunjukkan penyebab dan efek dari
peristiwa dan memprediksi hasil. Peta evaluatif atau gelembung yang digunakan
untuk menggambarkan kualitas atau membandingkan dan kontras kualitas. Maps
dapat menjadi lebih kompleks sebagai pemikiran dan pemahaman siswa
meningkat (O'Bannon et al, 2006).
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu
a. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga
tingkatan, sebagai berikut:
Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita
perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari
berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya, manusia Indonesia, ciri cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam,

dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit


putih, berambut pirang atau putih, bermata biru terbuka.
Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana
yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang
tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak
hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang
hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
b. Pembentukan Pendapat, yaitu menggabungkan atau memisah beberapa
pengertian menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat
dibedakan menjadi tiga macam:
a. Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan

sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai, dsb.


b. Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak

adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak marah, si
Totok tidak bodoh, dsb.
c. Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan

kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini


mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang, dsb.
c. Pembentukan Keputusan, yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut.
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru

berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan,


yaitu:
1. Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman duduk

dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-alun, dsb.


2. Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami menggigit

seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.


3. Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak

baik, bunga itu indah, dsb.


d.

Pembentukan Kesimpulan, yaitu menarik keputusan dari keputusankeputusan yang lain.

C. Proses Berpikir Matematik


Untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir seperti yang telah
dijabarkan diatas, maka pembelajaran matematika dewasa ini seharusnya
difokuskan pada upaya untuk melatih siswa menggunakan potensi berpikir yang
dimiliki. Selain itu, Soedjadi (2000) menyatakan bahwa objek dasar matematika
yang merupakan fakta, konsep, relasi/operasi dan prinsip merupakan hal-hal yang
abstrak sehingga untuk memahaminya tidak cukup hanya dengan menghafal tetapi
dibutuhkan adanya proses berpikir. Dengan demikian maka pembelajaran
matematika seharusnya memberikan penekanan pada proses berpikir siswa.
Proses yang terjadi dalam aktivitas belajar melibatkan proses mental yang
terjadi dalam otak siswa, sehingga belajar merupakan aktivitas yang selalu terkait

dengan proses berpikir. Sieger (Santrock, 2004) menyatakan bahwa berpikir


adalah pemrosesan informasi. Ketika anak merasakan (perceive), melakukan
penyandian (encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia
sekelilingnya, maka mereka sedang melakukan proses berpikir.
Menurut Mason dkk (Mason dkk, 2010) proses berfikir matematika
memiliki tiga fase yaitu: Fase masuk (entry phase), fase menyelesaikan (attack
phase), dan fase review (review phase). Pada fase masuk antara lain dilakukan
proses pengenalan masalah dan mendefinisikan masalah. Pada fase ini dilakukan
upaya mengelompokkan dan mengenali masalah termasuk dalam bidang aljabar,
geometri, teori bilangan, kombinatorika, atau campuran. Kemudian pada fase ini
juga diperkenalkan symbol dan notasi-notasi.
Menurut Davidson dan Sternberg, editor, 2003), Pengetahuan tentang
teknik, prinsip, atau konsep matematika tentu menjadi syarat utama dalam
menjalani fase ini. Beberapa hal seperti kemampuan intelektual, kreatifitas,
ingatan, dan ketrampilan juga menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam fase menyelesaikan.
Berpikir matematis adalah suatu proses, itu mungkin sebaiknya
dibicarakan melalui contoh, tapi sebelum melihat contoh, saya telaah secara
singkat beberapa kerangka kerja disediakan untuk menerangi berpikir
matematis, melampaui ide-ide keaksaraan matematika. Ada banyak cara yang
berbeda melalui berpikir matematis. Panitia untuk konferensi ini (APEC, 2006)
telah memberikan diskusi substansial dalam hal ini, Stacey (2005) memberikan

review tentang bagaimana berpikir matematis diperlakukan dalam dokumen


kurikulum Australia, Inggris dan Amerika Serikat. Salah satu kerangka kerja yang
diteliti dan disediakan oleh Schoenfeld (1985), yang mengorganisir karyanya pada
masalah pemecahan matematika dalam empat judul: sumber daya pengetahuan
matematika dan keterampilan bahwa siswa membawa ke tugas, heuristik yang
strategi bahwa siswa dapat digunakan dalam memecahkan masalah, monitoring
dan kontrol yang siswa diberikan pada proses pemecahan masalah untuk
membimbing dalam arah produktif, dan keyakinan bahwa siswa memegang
peranan tentang matematika, yang mengaktifkan atau menonaktifkan upaya
pemecahan masalah. McLeod (1992) telah dilengkapi ini tampilan dengan
menguraikan pada pentingnya mempengaruhi dalam pemecahan masalah
matematika. Kami juga mengidentifikasi empat proses dasar yang menunjukkan
bagaimana berpikir matematis di antara mereka:
mengkhususkan - mencoba kasus khusus, melihat contoh
generalisasi - mencari pola dan hubungan
conjecturing - memprediksi hubungan dan hasil
meyakinkan - temuan dan berkomunikasi alasan mengapa sesuatu itu
benar.
D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Salah satu tujuan pembelajaran matematika di Indonesia adalah
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Fernandez, Linares, dan Vals (2013) menjelaskan individu

belajar untuk mengedepankan pikiran mereka, yang berkembang ketika mereka


memecahkan masalah, dengan cara yang sistematis melalui pemecahan masalah
dan menemukan cara berpikir yang baru. Oleh karena itu, mereka mendapatkan
kepercayaan diri ketika mereka dihadapkan dengan peristiwa yang tidak biasa.
Zevenbergen, Dole, & Wright (2004) menjelaskan pengajaran pemecahan
masalah dilakukan dengan mengajar melalui pemecahan masalah, dan mengajar
tentang pemecahan masalah. Mengajar melalui pemecahan masalah berarti
membawa siswa dalam berbagai masalah baru, tantangan, dan masalah yang
memotivasi yang merupakan bagian dalam program pembelajaran matematika.
Mengajar tentang pemecahan masalah berarti memberikan bimbingan melalui
penyediaan strategi pemecahan masalah. Sedangkan menurut Stenberg pemecahan
masalah merupakan proses kerja mental untuk mengatasi masalah yang ada dalam
mencapai suatu tujuan.
Schoenfeld (2013: 11) menjelaskan, secara teoritis, konsep pemecahan
masalah matematika merupakan sebuah kerangka kerja untuk

analisis

keberhasilan atau kegagalan dalam upaya memecahkan masalah dalam


matematika dan bersifat hipotetis dalam semua domain pemecahan masalah.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai usaha untuk mencapai hasil, ketika
tidak ada metode yang dikenal oleh individu yang berusaha untuk mencapai hasil
itu.
Schoenfeld (1992) menyajikan pandangan bahwa pemahaman dan
pengajaran matematika harus didekati sebagai domain pemecahan masalah.
Menurut Schoenfeld (1992), empat kategori pengetahuan/keterampilan yang

dibutuhkan untuk menjadi sukses dalam matematika: (1) referensi - proposisi dan
pengetahuan prosedural matematika, (2) heuristik - strategi dan teknik untuk
pemecahan masalah, (3) kontrol - keputusan tentang kapan, sumber daya, dan
strategi untuk digunakan dalam pemecahan masalah, dan (4) keyakinan
matematika dianggap sebagai pandangan yang menentukan bagaimana
seseorang mendekati dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Memnun et al. (2012) dalam menjelaskan keyakinan matematika akan
mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dan juga penerapan dalam
kehidupan nyata.
Hudojo dalam Aisyah (2007) menjelaskan bahwa pemecahan masalah
pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah
baginya. Ada empat langkah tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh Polya
(1973), yakni:
a. Memahami masalah; pada tahap ini kegiatan pemecahan masalah diarahkan
untuk membantu siswa menerapkan apa yang diketahui dalam permasalahan
dan apa yang ditanyakan.
b. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah; pemecahan masalah tidak
akan berhasil tanpa perencanaan yang baik. Dalam perencanaan pemecahan
masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi
pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah.
c. Melaksanakan

penyelesaian

masalah;

jika

siswa

telah

memahami

permasalahan dengan baik dan sudah menentukan strategi pemecahannya,

langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan


strategi yang direncanakan.
Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh; ada empat langkah penting
dalam tahap ini, yaitu: 1) mencocokkan hasil yang diperoleh dengan yang
ditanyakan, 2) menginterpretasikan jawaban yang diperoleh, 3) mengidentifikasi
adakah cara lain yang dapat digunakan menyelesaikan permasalahan, dan 4)
mengidentifikasi adakah jawaban lain yang memenuhiPemecahan masalah
dalam Pehkonen (2007) menyatakan bahwa problem solving has generally been
accepted as means for advancing thinking skills., yang berarti bahwa
pemecahan masalah telah diterima secara umum sebagai cara untuk
meningkatkan keahlian berpikir. Selain itu, NCTM (2010) menyatakan bahwa
problem solving plays an important role in mathematics and should have a
prominent role in the mathematics education. Pendapat tersebut berarti bahwa
pemecahan masalah memainkan peranan penting dalam matematika dan
seharusnya mempunyai

peranan utama dalam pendidikan matematika.

Berdasarkan pengalaman peneliti, dalam memecahkan masalah matematika


ditemukan bahwa ada siswa yang menunjukkan kemampuan yang sangat baik,
ada siswa yang menunjukkan kemampuan yang biasa saja, dan ada siswa yang
mengalami kesulitan. Dalam memecahkan masalah, hampir sebagian besar siswa
menuliskan langkah-langkah sistematis, yaitu diawali dengan menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan dan selanjutnya menyelesaikan masalah.
Polya (Clark, 2009) menyatakan bahwa Solving a problem means finding
a way out of difficulty, a way around an obstacle, attaining an aim which is not

immediately attainable. Hal ini berarti bahwa memecahkan masalah merupakan


suatu usaha menemukan cara untuk keluar dari kesulitan, dimana cara tersebut
masih dikelilingi sejumlah hambatan, suatu usaha mencapai tujuan yang tidak
segera dapat dicapai. Polya (1973) memberikan 4 langkah sistematis dalam
memecahkan masalah, yaitu: Understanding the problem (memahami masalah),
Devising a plan (membuat rencana), Carrying out the plan (melaksanakan
rencana), dan Looking back (mengecek kembali).
Sabandar dalam Kurniawan yang mengatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan suatu kemampuan yang harus dicapai dan peningkatan berpikir
merupakan prioritas tujuan pembelajaran matematika. Anderson dalam
Dewiyani menyatakan bahwa masalah timbul bila terjadi kesenjangan antara
situasi saat ini dengan situasi yang akan datang atau antara keadaan saat ini
dengan tujuan yang diinginkan. Di dalam dunia pendidikan matematika,
biasanya masalah merupakan pertanyaan atau soal matematika yang harus
dijawab atau direspon. Berkaitan dengan hal ini Hudoyo menyatakan bahwa
suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seseorang jika orang tersebut
tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Dalam memecahkan masalah, siswa
melakukan proses berpikir dalam benak sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban.
Robert L Solso (1995) dalam Dewiyani menyatakan problem solving is
thinking that is directed toward the solving of a spesific problem that involves
both the information of responses and the selection among possible response.

Pandangan ini menyatakan bahwa proses pemecahan masalah, selain harus


melibatkan proses berpikir dan dilakukan penuh usaha, tapi juga harus memilih
di antara banyak kemungkinan yang ada.
Wickelgren menyatakan bahwa bagian dari masalah dapat diubah hanya
dengan mengaplikasikan sebuah pernyataan untuk menghasilkan pernyataan
yang baru. Pemecahan masalah adalah proses penerimaan masalah sebagai
tantangan untuk memecahkannya.
Huitt mengklasifikasikan teknik yang digunakan dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan ke dalam dua kelompok secara kasar,
terkait dengan dikotomi kritikal/kreativitas. Kelompok pertama cenderung lebih
linear dan serial, lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, dan lebih
berorientasi ketujuan; teknik ini sering dipandang sebagai bagian dari latihan
berpikir kritis. Kelompok kedua cenderung lebih holistik dan paralel, lebih
emosional dan intuitif, lebih kreatif, dan lebih aktual/kinestetik; teknik ini sering
dipandang sebagai bagian dari latihan berpikir kreatif.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pemecahan Masalah Matematika
Salah satu tujuan pembelajaran matematika di Indonesia adalah
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Fernandez, Linares, dan Vals (2013) menjelaskan individu
belajar untuk mengedepankan pikiran mereka, yang berkembang ketika mereka
memecahkan masalah, dengan cara yang sistematis melalui pemecahan masalah
dan menemukan cara berpikir yang baru. Oleh karena itu, mereka mendapatkan
kepercayaan diri ketika mereka dihadapkan dengan peristiwa yang tidak biasa.
Zevenbergen, Dole, & Wright (2004) menjelaskan pengajaran pemecahan
masalah dilakukan dengan mengajar melalui pemecahan masalah, dan mengajar
tentang pemecahan masalah. Mengajar melalui pemecahan masalah berarti
membawa siswa dalam berbagai masalah baru, tantangan, dan masalah yang
memotivasi yang merupakan bagian dalam program pembelajaran matematika.
Mengajar tentang pemecahan masalah berarti memberikan bimbingan melalui
penyediaan strategi pemecahan masalah. Sedangkan menurut Stenberg pemecahan
masalah merupakan proses kerja mental untuk mengatasi masalah yang ada dalam
mencapai suatu tujuan.
Schoenfeld (2013: 11) menjelaskan, secara teoritis, konsep pemecahan
masalah matematika merupakan sebuah kerangka kerja untuk

analisis

keberhasilan atau kegagalan dalam upaya memecahkan masalah dalam

matematika dan bersifat hipotetis dalam semua domain pemecahan masalah.


Pemecahan masalah didefinisikan sebagai usaha untuk mencapai hasil, ketika
tidak ada metode yang dikenal oleh individu yang berusaha untuk mencapai hasil
itu.
b. Hasil Tes Uji Coba Kemampuam Pemecahan Masalah Matematika
Uji coba ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 30 Januari 2014.
Sampel dalam tes uji coba ini adalah siswa kelas X- SMA Negeri 1 Wakorumba
Selatan sebanyak 20 orang siswa dengan materi Sistem persamaan linear dua
variabel. Soal terdiri dari 5 butir soal dengan memprediksi patokan yang akan
diambil pada soal tersebut adalah memahami masalah, meliputi kemampuan: (a)
mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah; dan (b) membuat
model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari ( PM1 ).
menyelesaikan masalah, meliputi kemampuan: (a) memilih dan menerapkan
strategi untuk menyelesaikan model atau masalah matematika dan atau di luar
matematika; dan (b) menerapkan matematika secara bermakna ( PM2 ). menjawab
masalah, meliputi kemampuan: (a) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil
sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban ( PM2 ).
Hasil tes uji coba soal koneksi matematik dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Data Hasil Tes Uji Coba Koneksi Matematik Siswa Kelas Kelas X
SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan
N
O

Nama Siswa

L/
P

1 Siti Fera Hazira


2 Fanti Rahwana

P
P

Nomor Item
1
6
6

2
0
0

3
0
0

4
0
0

5
0
0

Skor
Total

Nilai

6
6

12
12

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Hisman
Sulaiman
Wd. Siska A
Boby
Ali Mudatsir
Ld. Parman
Nariati
Imran
Ilham Bintang P
Pus Nawir
Siti Zalma Sari
Triani Mustika R
Rudi Nasir
Narlin
Afdal Yasin
Wd. Ramlan
Wd. Putri Bayasti
Ld. Arfan

L
L
P
L
L
L
P
L
L
L
P
P
L
L
L
P
P
L

2
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
4
6

10
8
0
10
10
10
0
10
10
10
10
0
8
0
0
0
2
10

0
4
0
2
2
0
0
0
0
2
6
0
0
0
8
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

12
16
6
18
18
16
6
16
16
21
22
6
14
6
14
4
6
16

24
32
12
36
36
32
12
32
32
42
44
12
28
12
28
8
12
32

Dari hasil hasil uji coba tes diatas nilai yang didapatkan oleh siswa
SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten Muna bisa dikatan sangat rendah
sebab banyak siswa yang tidak menjawab item soal yang diberikan oleh
penulis dan lebih jelasnya kita dapat lihat hasil tersebut pada data hasil
validasi dan realibilitas serta analisis deskripsi hasil tes tersebut dibawa.

c. Hasil Analisis Validitas Dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas merupakan kesahihan suatu instrumen pengukur dalam
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen yang akan diukur adalah
validitas empiris berdasarkan data hasil uji coba tes kemampuan pemecahan
masalah matematik di kelas X SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten
Muna. Dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai
berikut:

N XY X Y

N X X N Y Y
2

(Djaali dan Muljono, 2004: 71).


Keterangan:
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X= Skor item
Y= Skor Total
N= Jumlah responden
Berdasarkan analisis menggunakan SPSS 21 diperoleh bahwa semua
item tes kemampuan kemampuanh pemecahan masalah matematik

yang

dilakukan oleh penulis di kelas X SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten


Muna yang telah diujikan pada tanggal 30 Januari 2015 valid dengan nilai p <
0,05.

Tabel 2. Data Hasil analisis validitas tes menggunakan SPSS 21 Kelas X


SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan

Berdasarkan tabel 2 di atas, maka diperoleh bahwa Item soal nomor 1


(0,439), 4 (0,230), dan 5 (0,130 ) artinya hasil uji coba pada soal nomor 1, 4, dan
5 tidak valid sedangkan hasil uji coba soal nomor 2 (0.00) dan 3 (0,024) item
soal masuk pada kategori valid dengan nilai p < 0,05.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Data yang
dimaksud di sini adalah kemampuan komunikasi matematik dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

k
rii
1
k 1

2
i

2
t

(Djaali dan Muljono, 2004: 78).

Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes

Si2 = varians skor butir yang valid


S2t = varians skor total
k = Banyaknya butir yang valid
Tabel 3. Data Hasil analisis Realibilitas tes menggunakan SPSS 21 Kelas X
SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan

Dari table 3 diatas diperoleh nilai r11 = 0,151 yang berarti reliabilitas
instrumen berada pada kategori rendah sehingga dapat dikatakan bahwa tes
kemampuan pemecahan masalah matematik matematik di kelas X SMA Negeri 1
Wakorumba Selatan Kabupaten Muna belum memenuhi kategori reliabel yang
maksimum atau dapat dapat dikatakan bahwa tingkat kepercayaan pada hasil tes
uji coba belum maksimal

untuk melihat kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa kelas X SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten


Muna.
3. Analisis Deskriptif
Hasil statistik deskriptif nilai konversi skala 100 tes kemampuan pemecahan
masalahy matematik
berikut:

menggunakan SPSS 21, terlihat pada tabel 4 sebagai

Tabel 3. Data Hasil analisis Realibilitas tes menggunakan SPSS 21 Kelas X


SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan

Tampak pada hasil analisis statistik deskriptif kemampuan pemecahan


masalah matematik

siswa

kelas

SMA

Negeri 1 Wakorumba Selatan

Kabupaten Muna bahwa memiliki rata-rata = 24,50, standar deviasi = 11,750,


varians = 138,053, nilai maksimum = 44, nilai minimum = 8, modus = 12, dan
median = 28,00.
Dari hasil tersebut diatas dapat kita katakan bahwa tingkat kemampuan
siswa kelas X SMA Negerim 1 Wakurumbah Selatan Kabupaten Muna dalam
menyelesaikan soal cerita tentang pemecahan masalah matematik sangat rendah
terlihat dari rata-rata, nilai maksimun, nilai minimum yang diperoleh siswa sangat
rendah dan tidak mencapai tingkat kelulusan ujian ketika kita memakai standar
kelulusan Ujian Nasional yang berlaku se3karang.

Grafik kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas X SMA


Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten Muna. per aspek sebagai berikut:

Grafik Pemecahan Masalah Matematik


130
110
110

108

NILAI

90
70
50
24

30
10
-10

3
ITEM SOAL

Grafik diatas menunjukan bahwa dari 5 nomor soal tes uji coba yang
diberikan oleh penulis kepada kelas X SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan
Kabupaten Muna, Soal yang hanya maksimal yang dijawab oleh siswa adalah
pada item soal nomor 1 dan nomor 2 sedangkan soal nomor 3 dan nomor 4 tidak
maksimal bahkan soal nomor lima hanya dijawab oleh seorang siswa dari
jumlah 20 orang siswa itupun tidak maksimal dijawab.
Hal ini menarik simpati kepada pemberi tes uji coba pada kelas X
SMA Negeri 1 Wakorumba Selatan untuk melakukan tes kembali dalam hal
ini adalah melakukan uji coba sebagai bentuk penelitian agar bisa memberi
solusi

kepada

pihak

sekolah

terhadap

masalah

pemecahan

masalah

matematik yang dihadapi oleh siswa karena salah satu penyebab rendahnya
hasil tes ini menurut hemat penulis adalah kurangnya pemberian latihan

kepada

siswa

untuk menalar

soal-soal

cerita

yang

dibentuk

menjadi

persamaan matematik sehingga hal ini menyebabkan siswa tidak bisa


mengoperasikan sosl-soal yang diberikan dengan benar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMA
Negeri 1 Wakorumba Selatan Kabupaten Muna dan pembahasan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.

Sebagian besar siswa yang mengikuti tes kemampuan pemecahan masalah


matematik belum mempersiapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
matematika.

2.

Siswa belum terbiasa mengerjakan soal cerita dan belum termotivasi untuk
berlatih

soal non rutin

mengerjakan

soal

serta

mereka tidak terlatih untuk mandiri

pemecahan masalah pada pokok bahasan sistem

persamaan linear dua variabel.


3.

Data kemampuan pemecahan masalah matematik ini akan menjadi data


awal untuk digunakan pada penelitian selanjutnya dan sebagai sumber
untuk melatih siswa pada soal-soal non rutin.

B. Saran
Adapun saran dalam pembahasan kali ini adalah, diharapkan bagi Guru
Matematika untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dengan memberikan memberikan soal yang beragam serta
soal yang kontekstual, agar kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
meningkat khususnya pada materi sistem persamaan linear dua peubah.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.
Barbara Limbach And Wendy Waugh, 1999, Developing Higher level Thinking,
Chadron State College : USA
Begle, E. G. (1979). Critical variables in mathematics education. Washington,
D. C.: Mathematical Association of America and the National Council
of Teachers of Mathematics
Clark,

Andy.
2009.
Problem
Solving
in
Singapore
Math.
http://www.hmheducation.com/.../pdf.MIFProbSolving.
diakses
20
September 2011.

Davidson, J.E., dan Sternberg R.J., editors, The Psychology of Problem Solving,
Cambridge
University
Press,
Cambridge,
2003.
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/38/Berfikir-SecaraMatematika.html.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta,


Depdiknas.
Dewiyani, 2008, Mengajarkan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan
Langkah Polya, Jurnal STIKOM, Volume 12 Nomor 2.

Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Program Pasca sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Gallagher, M. L. (2011). Using thinking maps to facilitate research writing in


upper level undergraduates classes. Journal of Family and Consumer
Sciences Education, 53-56

Glover, Jerry., 2002, Adaptive Leadership: When Change is Not Enough, The
Organization Development Journal,

Huitt, 1992, Problem Solving and Decision Making: Consideration of individual


differences using the Myers-BriggsType Indicator. Journal of
psychological
type.
24.
33-44
tersedia
dalam
:
http://chiron.valdosta.edu/whuit/papers/prbsmbti.html

Huitt, 1992,. Journal of Psychological Type.24.33-44. tersedia dalam:


http://chiron.valdosta.edu/whuitt/papers/prbsmbti.html

Kadir.

2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir


Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik, Komunikasi Matematik, dan Keterampilan social Siswa SMP.
Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Kaye Stacea, 1999, What Is Mathematical Thinking and Why is It Important,


University of Merbourne: Australia

Kurniawan, Rudi., 2010, Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis


(Artikel Kajian Pendidikan Matematika, Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di UNY pada
tanggal 27 November 2010.

Mason, J., Burton, L., dan Stacey, K., Thinking Mathematically, 2nd Edition,
Prentice
Hall,
Harlow,
2010.
Tersedia
dalam
:
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/38/Berfikir-SecaraMatematika.html.

NCTM. 2010. Why Is Teaching With Problem Solving Important To Student


Learnig? www.nctm.org/.../Research_brief_14_- _Problem_Solving.pdf.
diakses tanggal 15 Juli 2012.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta. Erlangga

Polya, G. 1973. How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press.

Schoenfeld, A. 2013. Reflections on Problem Solving Theory and Practice. The


Mathematics Enthusiast, Vol. 10, No. 1 & 2, Hal. 9-34.
S. Chee Choy And Pou San Oo, 2012, Reflective Thinking and Teaching Practise
, Malaysia : International Journal Of Instruction; January 2012 vol 5.
No. 1 Tungku Abdul Rahman College
Siswono, Tatag Yuli Eko., 2007, Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Identifikasi Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan
Mengajukan Masalah Matematika, Disertasi, Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Konstatasi


Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, H. E, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.

Wicklelgren, Wayne A., 1974. How to Solve Problem; Elements of a Theory of


Problems and Problems Solving. New York: W.H. Freeman and
Company
Zevenbergen, R., S. Dole, & R. J. Wright. 2004. Teaching Mathematics in
Primary Schools. Australia: Allen & Unwin

Lampiran 1
Kisi-Kisi dan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Jenjang / Mata Pelajaran
Pokok Bahasan
Kelas / Semester
Jumlah Soal / Alokasi Waktu

: SMA / Matematika
: Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
: X / Ganjil
: 5 Soal / 90 Menit

No

Indikator yang Diukur

Indikator

Diberikan soal cerita tentang pembuatan Dua kantang PM1, PM2,


PM3
yang bentuk berbeda dan dimasukan dua hewan yang
berbeda dengan banyak hewan yang sudah
dimasukkan suda diketahui. Siswa dapat memahami
masalah, menyelesaikan masalah, dan menjawab
masalah.

Diberikan soal cerita tentang perlanan peknik disuatu


pulau dengan menyewa ketinting dan harga hari

PM1, PM2,
PM3

pertama dan kedu serta seterusnya berbeda dan uang


yang ada diketahui. Siswa dapat memahami masalah,
menyelesaikan masalah, dan menjawab masalah
sehingga dapat menentukan pilihan gaji yang terbaik.
3

Diberikan soal cerita tentang duan orang anak


membeli buah dua jenis dengan harga yang berbeda.

PM1, PM2,
PM3

Siswa dapat memahami masalah, menyelesaikan


masalah, dan menjawab masalah
4

Diberikan soal cerita tentang harga buku dab pensil


yang mungkin dengan mengoperasika nilai

PM1, PM2,
PM3

sebelumnya yang diketehui. Siswa dapat memahami


masalah, menyelesaikan masalah, dan menjawab
masalah sehingga dapat menentukan waktu terbaik
kedua anak setelah berlatih selama 10 minggu
5

Diberikan soal cerita tentang Kebutuhan biaya

PM1, PM2,
PM3

kelompok nelayan. Siswa dapat memahami masalah,


menyelesaikan masalah, dan menjawab masalah
sehingga dapat menentukan banyak banyaknya bibit
dan harga perbibit yang akan dibeli.

Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (P) Kemampuan yang tergolong pada
pemecahan masalah matematika adalah:
1. memahami masalah, meliputi kemampuan: (a) mengidentifikasi kecukupan data untuk
memecahkan masalah; dan (b) membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah
sehari-hari ( PM1 ).
2. menyelesaikan masalah, meliputi kemampuan: (a) memilih dan menerapkan strategi
untuk menyelesaikan model atau masalah matematika dan atau di luar matematika; dan
(b) menerapkan matematika secara bermakna ( PM2 ).
3. menjawab masalah, meliputi kemampuan: (a) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil
sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban ( PM3 ).

Lampiran 2
SOAL UJI COBA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Jenjang / Mata Pelajaran
Pokok Bahasan
Kelas / Semester
Jumlah Soal / Alokasi Waktu

: SMA / Matematika
: Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
: X / Ganjil
: 5 Soal / 90 Menit

1. Budiman memiliki beberapa jumlah kandang. Keseluruhan kandang tersebut dapat dipilih
dua jenis kandang berdasarkan bentuknya. Jenis pertama berbentuk persegi terdapat 2 ekor
itik dan 4 ekor ayam dan jenis kedua berbentuk persegi panjang terdapat 2 ekor itik dan 8
ekor ayam. Berapa banyak kandang bentuk persegi dan kandang bentuk persegi panjang yang
dibutuhkan agar jumlah itik 30 ekor dan jumlah ayam 80 ekor.
2. Kelas X SMAN 1 Wakorsel akan melaksanakan peknik disebuah permandian dengan
menggunakan ketinting. Hari pertama mereka peknik menyewa ketinmting dengan harga
sewanya Rp. 50.000,-. Untuk penambahan hari berikutnya dikenakan sewa seharga Rp.
40.000,- per hari. Jika hasil patungan siswa siswi kelas X SMAN 1 Wakorsel tersebut untuk
sewa ketinting selama peknik Rp. 450.000,-. Berapa harikah mereka paling banyak menyewa
ketinting untuk peknik tersebut ?
3. Harga 2 buah mangga dan 3 buah jeruk adalah Rp. 6000, kemudian apabila membeli 5 buah
mangga

dan

buah

jeruk

adalah

Rp11.500,-

Berapa jumlah uang yang harus dibayar apabila kita akan membeli 4 buah mangga dan 5 .
buah jeruk ?
4. Harga 8 buah buku tulis dan 6 buah pensil Rp. 14.400,- dan harga 6 buah buku tulis dan 5
buah pensil adalah Rp. 11.200,-. Berapa harga 5 buah buku tulis dan 8 buah pensil.

5. Kelompok nelanyan kecamatan Pasikolaga mendapatkan bantuan budidaya rumput laut,


untuk dikembangkan (disemaikan). karena tempat persemaian yang terbatas, kelompok
nelayan ini membudidayakan rumput laut dalam dua tahap seperti yang terlihat pada tabel
berikut dibawah ini :
Banyak Bibit

Tempat

Pada Tahap

II

100

100

50

75

Rp. 400.000,-

Rp. 500.000,-

Budidaya

Total Biaya

Jika biaya pada masing-masing tahap tetap, berapakah total biaya yang dibutuhkan jika tempat
persemaian tahap pertama 120 bibit dan persemaian tahap kedua 150 bibit !
-----------------------------------Selamat Bekerja -----------------

Lampiran 3
PEDOMAN PENSKORAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

Kemampuan yang Diukur

Siswa Terhadap Soal


Tidak menjawab soal

Skor
0

membuat model matematika, memilih dan


menerapkan strategi untuk menyelesaikan model

atau masalah matematika sebagian besar salah,


dan menjelaskan atau hasil tidak sesuai
permasalahan asal.
membuat model,

membuat model matematika benar, memilih dan

menyelesaikan dan

menerapkan strategi untuk menyelesaikan model

menjelaskan sesuai dengan atau masalah matematika salah, dan menjelaskan


permasalahan asal.

atau hasil tidak sesuai permasalahan asal.


membuat model matematika benar, memilih dan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan model

atau masalah matematika Kurang lengkap, dan


menjelaskan atau hasil tidak sesuai permasalahan
asal.
membuat model matematika benar, memilih dan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan model

atau masalah matematika benar, dan menjelaskan


atau hasil tidak sesuai permasalahan asal.
membuat model matematika benar, memilih dan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan model

10

atau masalah matematika benar, dan menjelaskan


atau hasil sesuai permasalahan asal.
Skor maksimal

10

Lampiran 4
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA

1. misalkan: kandang bentuk persegi adalah x dan kandang bentuk persegi panjang adalah y,
maka persamaan diatas adalah
2x + 2y = 30
4x + 8y = 80
ditanyakan x dan y ?
(4)
dicari dalam bentuk eliminasi
2x + 2y = 30 | x 2 | 4x + 4y = 60
4x + 8y = 80 | x 1 | 4x + 8y = 80
-4y= -20
y= -20
-4
y= 5
y=5 pada persamaan 2x + 2y = 30
(4)
2x + 2(5) = 30
2x + 10 = 30
2x = 30 -10
x= 20
2
x= 10
sehingga banyak kandang bentuk persegi yang dibutuhkan adalah 10 dan kandang bentuk
persegi panjang adalah 5.
(2)
2. Sewa hari pertama Rp. 50.000,Sewa hari kedua dan seterusnya Rp. 40.000,/hari
Jadi, sewa untuk x hari adalah 50.000,- + 40.000x

(4)

Jika, harga sewa adalah Rp. 450.000,-, maka :


450.000 = 50.000 + 40.000x
40.000x = 450.000 50.000
(4)
x = 400.000
40.000
x = 10 hari
(2)
3. Misal: harga 1 buah mangga adalah x dan harga 1 buah jeruk adalah y
Maka model matematika soal tersebut di atas adalah :
2x + 3 y = 6000
5x + 4 y = 11500
(4)

Ditanya 4 x + 5 y = ?
Kita eliminasi variable x :
2x + 3 y = 6000 | x 5 | = 10x + 15 y = 30.000
5x + 4 y = 11500 | x 2 | = 10x + 8 y = 23.000 7y = 7000
y = 1000
y = 1000 masukkan ke dalam suatu persamaan : 2x + 3 y = 6000
2x + 3 . 1000 = 6000
2x + 3000 = 6000
2x = 6000 3000
2x = 3000
x = 1.500
(4)
didapatkan x = 1500 (harga sebuah mangga) dan y = 1000 (harga sebuah jeruk)
sehingga uang yang harus dibayar untuk membeli 4 buah mangga dan 5 buah jeruk
adalah 4 x + 5 y = 4. 1500 + 5. 1000
= 6000 + 5000 = Rp. 11.000,(2)
4. Misalkan harga 1 buah buku tulis adalah x dan harga 1 pinsil adalah y
Maka model matematika soal tersebut adalah
8x + 6y = 14.400
6x + 5y = 11.200
(4)
Ditanyakan, 5x + 8y =
Kita eliminasi variable x
8x + 6y = 14.400 | x 6 | = 48x + 36y = 86.400
6x + 5y = 11.200 | x 8 | = 48x + 40y = 89.600
-4y = -3200
y = -3200
-4
y= 800
y= 800 pada persamaan 8x + 6y = 14.400
8x + 6(800) = 14.400
8x + 4800 = 14.400
8x = 14.400 4800
8x

= 9600

x= 9600
8
x= 1200
(4)
Harga 1 buah buku tulis adalah Rp. 1200,- dan harga 1 pensil adalah Rp. 800,Maka harga 5 buah buku tulis dan 8 buah pensil adalah
5x + 8y = ?
5(1200) + 8(800) =

6000 + 6400
= Rp. 12.400,(2)
5. misalkan : biaya 1 kg bibit rumput laut pada tempat pertama adalah x dan biaya 1 kg
bibit rumput laut tempat kedua adalah y
maka bentuk SPLDV adalah ;
100x + 50y = 400.000

(4)

100x + 75y = 500.000


atau
20x + 10y = 80.000
20x + 15y = 100.000
-5y = -20.000
y = -20.000
-5
y = 4000
y = 4000 pada persamaan 20x + 10y = 80.000
20x + 10(4000) = 80.000
20x + 40.000

= 80.000

20x = 80.000 - 40.000


x = 40.000
20
x = 2000

(4)

jadi biaya perbibit rumput laut pada tempat pertama adalah Rp.2000 dan biaya perbibit
pada tempat dua adalah Rp. 4000.
Sehingga dengan demikian, total biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan bibit
rumput laut 120 bibit pada termpat pertama dan 150 bibit pada tempat kedua adalah;
120 (2000) + 150 (4000) =
240.000 + 600.000

= Rp. 840.000,-

(2)

Anda mungkin juga menyukai