Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN 2

I. Judul

: Jumlah Eritrosit dan Leukosit

II. Tujuan

: Mengetahui eritrosit dan leukosit

III. Landasan Teori :


Darah adalah materi transport yang ada didalam sistem transportasi tubuh, bisa dikatakan
darah merupakan media atau sarana transportasi pada tubuh. Darah merupakan jaringan cair
yang terdiri atas 2 bagian. Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya
terdapat unsuri-unsur padat, yaitu sel darah. Pada tubuh manusia terdapat sel darah merah
(Eritrosit) dan sel darah putih (Leukosit). Sel darah tersebut memiliki fungsi yang berbeda beda.
Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin dan
mentranspor karbondioksida melalui pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah
sedangkan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. (Pearce, 2002).
Praktikum ini untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit)
pada manusia. Jumlah eritrosit dan leukosit dihitung menggunakan haemacytometer berdasarkan
bilik hitungnya. Jumlah eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda-beda.
IV. Alat dan Bahan :
1. Mikroskop
2. Jarum Franke atau Blood Lancet
3. Hemositometer
4. Tolly counter
5. Alcohol 70%
6. Kapas
7. Larutan Hayem
8. Larutan Turk
9. Asam Cuka Glasial 3%
10. Alcohol 95%

V. Prosedur atau Petunjuk Pelaksanaan :


A. Menghitung Leukosit
I.

Mengisi Pipet Leukosit

1. Basahi ujung jari tengah dengan alcohol 70% biarkan sampai kering. Kemudian tusuk
dengan jarum Franke yang sebelumnya sudah disterilisasi.
2. Isap darah yang keluar dari ujung jari tersebut dengan menggunakan pipet leukosit sampai
pada garis tanda 0,5 tepat.
3. Hapuslah pada kelebihan darah pada ujung pipet. Jika ternyata sepanjang tabung berisi
gelembung-gelembung udara, maka segera tiup pangkal pipa atau pipet tersebut, cuci dengan
asam cuka glaial 3%, bilas dengan aquadest, serta keringkan dengan alcohol 95%. Ulangi
mengisinya dengan darah yang dikeluarkan dari luka tadi.
4. Maukkan ujung pipet yang sudah berisi darah ke dalam larutan Turk sambil tetap
mempertahankan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 dan larutan
Turk diisap perlahan-lahan sampai tanda 11. Hati-hatilah jangan sampai terbentuk gelembung
udara.
5. Angkatlah pipet dari larutan Turk, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu tekuk ujung karet
pipet penghisap.
6. Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik, telakkan dalam sikap horizontal.
II.

Mengisi Kamar Hitung

1. Letakkan kamar hitung yang sudah bersih dengan kaca penutup terpasang mendatar diatas
meja mikroskop.
2. Kocoklah pipet yang sudah diisi tadi selama 2-3 menit terus-menerus, jagalah jangan sampai
ada cairan terbuang dari pipet selama pengocokan.
3. Buanglah semua cairan yang ada pada batang pipet (3-4 tetes) dan kemudian segeralah
sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 pada permukaan kamar hitung dengan

menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan
dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung yang sudah berisi cairan tadi 2-3 menit supaya leukosit-leukositnya
dapat mengendap.
III.

Menghitung Jumlah Sel (Leukosit)

1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran 10x


2. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar.
3. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah lensa objektif dan focus
mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tadi. Dengan sendirinya leukosit-leukosit jelas
terlihat.
4. Hitunglah semua leukosit pada bidangnya, mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus
kekanan, kemudian turun kebawah dan dari kanan ke kiri, lalu turun lagi, kemudian dari kiri
ke kanan dan seterusnya. Kadang-kadang ada sel-sel yang menyinggung garis batas antar dua
bidang. Hitunglah sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau atas dihitung,
sebaliknya sel yang menyinggung garis batas kanan atau bawah tidak dihitung.
IV.

Perhitungan
Jumlah sel yang dihitung X 50 = jumlah sel leukosit per ul darah.

B. Menghitung eritrosit
I.

Mengisi Pipet Eritrosit


Tindakan sama seperti cara mengisi pipet leukosit, hanya darah diisap dengan pipet

eritrosit sampai garis tanda 0,5 dan larutan pengencer Hayem ditambahnkan sampai garis tanda
101.
II.

Mengisi Kamar Hitung


Seperti diterangkan pada kegiaan menghitung leukosit.

III.

Menghitung Jumlah Sel (Eritrosit)

1.

Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus sikap rata air.

2.

Aturlah focus terlebih dahulu dengan menggunakan lensa objektif kecil 10x, kemudian
diganti dengan lensa objektif 40x sampai garis-garis pada kamar hitung jelas Nampak.

3.

Hitunglah semua eritrosit pada 80 bidang kecil.

IV.

Perhitungan
Jumlah eritrosit per ul darah = jumlah terhitung X 10.000

V.

Hasil dan Pembahasan

(Sejumlah Eritrosit pada Kamar Hitung sesudah diperbesar)


No

Nama

Jenis Kelamin

Jumlah

Eritrosit Jumlah

(sel/mm3)

Leukosit

(sel/mm3)

1.

Rahma

Perempuan

7.750.000

2.

Desi

Perempuan

6.000.000

3.

Sudarsini

Perempuan

6.150.000

4.

Karmini

Perempuan

6.100

5.

Adi

Laki-laki

8.305.555

6.

Wati

Perempuan

7.900

Praktikum ini bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit manusia dengan
menggunakan bilik hitung pada Haemacytometer Improved Neubauer. Praktikum ini dilakukan
dengan beberapa langkah. Langkah awal yang dilakukan yaitu menentukan probandus sebannyak
untuk masing-masing kelompok. Penentuan probandus ini didasarkan pada jenis kelamin. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan perbedaan jumlah eritrosit pada laki-laki dan
perempuan. Semua probandus tersebut diberi perlakuan yang sama. Pada laki-laki dan
perempuan terdapat perbedaaan jumlah sel darah (baik sel darah merah maupun sel darah putih).
Pada umumnya, jumlah sel darah (eritrosit dan leukosit) pada laki-laki jumlahnya lebih tinggi

dari pada perempuan. Hal ini disebabkan karena pada wanita mengalami siklus menstruasi di
mana setiap bulan mengeluarkan sejumlah darah akibat dari luruhnya dinding endometrium.
Keluarnya darah pada wanita akibat siklus menstruasi menyebabkan jumlah total sel darah pada
tubuh wanita berkurang atau lebih rendah dari pada jumlah total sel darah pada laki-laki.
Dari hasil perhitungan eritrosit dengan menggunakan rumus :
Jumlah eritrosit per ul darah = Jumlah terhitung X 10.000
Karena dalam kamar hitung eritrosit terdapat 80 bidang kecil, maka dalam praktikan kita
dengan menggunakan sampel dari Sudarsini, hanya menghitung 5 kelompok kecil dengan hasil
sebagai berikut :
Perhitungan 5 kelompok Kecil :
25 + 23 + 25 + 24 + 26 = 123 : 5 = 24, 5
Jumlah Eritrosit per ul Jumlah = Rata-rata 5 kotak kecil X 25 X 10.000
= 24,5 X 25 X 10.000
= 6.150.000/ mm3
Jmlah Eritrosit per ul Jumlah darah Rahma = 775 X 10.000
= 7.750.000/ mm3
Jmlah Eritrosit per ul Jumlah darah Desi

= 600 X 10.000
= 6.000.000/ mm3

Jmlah Eritrosit per ul Jumlah darah Adi

= 26,33 X 25 X 10.000
= 8.305.555/ mm3

Cara tersebut juga dilakukan oleh kelompok lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa
jumlah eritrosit dari masing-masing probandus kurang dari normal. Hal ini dikarenakan selisih

antara jumlah eritrosit normal dan data hasil praktikum berbeda jauh atau signifikan. Jumlah
eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara 4,2 - 5,5 juta SDM/ mm3 dan wanita
dewasa sehat 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3. Namun, dari data yang kami dapatkan jumlah eritrosit
pada Rahma 7,750 juta sel/mm3 , Desi sebesar 6 juta SDM/mm3, Sudarsini 6,150 juta sel/mm3 , Adi
8,305 juta sel/mm3. Ketidaknormalan jumlah sel darah merah pada probandus ini dikarenakanan
adanya beberapa faktor. Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis,
sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau
larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu
kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuati dengan skala yang ditentukan,
pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk
atau tidak ada karena yang masuk pada haemacytometer adalah larutan pengencernya. Selain itu,
keabnormalan tersebut dapat pula diindikasikan sebagai akibat kurang telitinya praktikan
sewaktu melakukan perhitungan di bawah lensa mikroskop.

Kesalahan peralatan bisa

dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet
toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan
darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat alkohol yang
belum kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang
baru dibersihkan. Faktor lainnya adalah kondisi tubuh yang kurang sehat. Karena menurut
Guyton (1997) kondisi fisik seseorang dapat mempengaruhi volume sel darah merahnya.
Dengan cara yang sama pada percobaan pertama, darah diambil dari probandus. Namun
terdapat perbedaan yaitu pada pipet yang digunakan menggunakan skala 11 dan larutan
pengencer yang digunakan adalah larutan turk. Komposisi dari larutan Turk adalah 2% asam
asetat glasial dan 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 475 ml air suling. Syaifuddin (1997)
mengemukakan bahwa asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan trombosit,
sedangkan gentian violet merupakan zat warna ungu bersifat basa yang dapat berikatan dengan
inti dan sitoplasma sel sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang
selanjutnya akan memudahkan perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel darah putih.
Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 kali. Hal ini disebabkan jumlah
leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, yaitu
7.000-9.000 SDP/mm3 sehingga untuk menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi.

Kotak yang digunakan untuk menghitung leukosit adalah kotak W (kotak kecil yang terletak di
bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi mm) dimana
ukuran kotak W lebih besar daripada kotak perhitungan eritrosit (kotak R). Apabila pengenceran
yang dilakukan terlalu tinggi (seperti pada perhitungan eritrosit), maka jumlah leukosit yang
terdapat pada kotak W sangat sedikit sehingga tidak mewakili jumlah SDP yang seharusnya.
Dari data hasil pengamatan dan dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah sel yang dihitung X 50 = jumlah sel leukosit per ul darah

Karena dalam menghitung leikosit, pada kamar hitung terdapat 16 kotak kecil. Didalam
praktikan kami menggunakan sampel dari kelompok Karmini dengan perhitungan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah Sel yang dihitung X 50 = 19 + 38 + 32 + 33 X 50
= 6.100/ mm3
Sedangkan hasil dari kelompok Wati yaitu :
Jumlah Sel yang dihitung X 50 = 54 + 48 + 26 +30 X 50
= 7.900/ mm3
Maka dapat dikatakan bahwa jumlah leukosit dari semua probandus adalah normal.
Jumlah

leukosit

normal

pada

manusia

dewasa

berkisar

antara

4.000-11.000

SDP/mm3 sedangkan pada probandus Wati jumlah leukositnya adalah 7.900 SDP/mm3 dan
leukosit Karmini sebesar 6.100 SDP/mm3.
Dalam sel darah, jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Hal
ini terkait dengan fungsi leukosit dan eritrosit. Menurut Campbell (2004), eritrosit berfungsi
untuk mengangkut atau membawa oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dari paru-paru ke
seluruh jaringan dan organ. Beberapa karbon dioksida yang dihasilkan di dalam jaringan dan
organ juga diangkut berikatan dengan hemoglobin ke paru-paru dan dikeluarkan, beberapa
diubah menjadi asam karbonik yang dipecah. Sel darah merah juga berfungsi mengatur pH darah

sedangkan leukosit berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Karena itulah jumlah
maksimum leukosit hanya akan tampak jika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Akan
tetapi, jumlah leukosit tetap tidak akan sebanyak jumlah eritrosit manusia.

VI.

Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan dan menganalisis hasilnya maka dapat disimpulkan

bahwa untuk menghitung jumlah eritrosit manusia dapat dilakukan dengan menggunakan
counting chamber pada Haemacytometer dimana ruang hitung yang digunakan adalah kotak
kecil yang terletak di tengah yang terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm (kotak
R). Hasil perhitungannya adalah jumlah eritrosit Rahma adalah 7,750 juta sel/mm3 dan Desi
sebesar 6 juta sel/mm3 , Sudarsini 6,150 juta sel/mm3 , Adi sebesar 8,350 juta sel/mm3 dimana hasil
tersebut menyebutkan bahwa jumlah sel darah merah tidak normal. Sedangkan pada perhitungan
leukosit digunakan pula counting chamber pada Haemacytometer tetapi dengan kotak hitung
yang berbeda yaitu kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi
menjadi 16 kotak dengan sisi mm dan dikenal sebagai kotak W. Hasil perhitungannya juga
menunjukkan kenormalan yaitu pada probandus Adi jumlah leukositnya hanya 7.900
SDP/mm3 dan leukosit Reynaldi sebesar 6.100 SDP/mm3. Ketidaknormalan jumlah sel darah merah
pada

probandus ini dikarenakanan adanya beberapa faktor. Kesalahan perhitungan dapat

disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan dan juga bisa karena kesehatan dari para
propandus.

VII.

Jawaban Pertanyaan

1. Factor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit seseorang?


Jawab : Meskipun pada berbagai literatur disebutkan jumlah eritrosit dan leukosit normal pada
manusia, tetapi sebenarnya jumlah sel darah antar individu tidaklah sama. Hal tersebut
dikarenakan adanya beberapa factor yang mempengaruhi jumlah sel darah kita.

A. Jenis Kelamin. Eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara 4,2 - 5,5 juta
SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat 3,2 - 5,2 juta SDM/mm 3. Akan tetapi, jumlah
tersebut tidaklah sama antar individu meskipun memiliki jenis kelamin yang sama. Hal
tersebut dikarenakan aktivitas tubuh seseorang berbeda dengan aktivitas orang lain
dimana semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel darahnya (khususnya
sel darah merah). Kesehatan atau kondisi fisik seseorang juga sangat mempengaruhi
jumlah sel darah. Selain itu, berat badan seseorang juga menjadi faktor penentu
banyaknya sel darah. Dimana semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel
darahnya.
B. Jumlah sel darah manusia juga bergantung pada faktor keturunan/genetik. Misalnya
seseorang yang terkena penyakit Hemofili atau anemia bisa menurunkan penyakit
kelainan sel darah tersebut pada generasi selanjutnya.
C. Usia atau umur juga mempengaruhi jumlah eritrosit. Pada saat bayi baru lahir jumlah
eritrosit berkisar 6,83 juta/ml, kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun
hingga 4 juta sel/ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta
sel/ml. Sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai
seseorang berusia lima tahun, tetapi sumsum tulang panjang (kecuali bagian humerus dan
tibia) menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi sel-sel darah merah setelah
kurang lebih usia 20 tahun. Setelah usia ini kebanyakan sel darah merah diproduksi
dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra sternum, iga, dan ilium. Bahkan
dalam tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif (Guyton, 1997).

2. Adakah kemungkinan timbul suatu kesalahan dalam perhitungan sel darah dengan cara
seperti diatas?
Jawab : Ada kemungkinan timbul kesalahan dalam perhitungan sel darah seperti cara diatas
karena ukuran kamar hitung yang dilihat dibawah mikroskop terlalu kecil, dan pada saat
diperbesar yang nampak adalah sekumpulan sel darah dengan persebaran yang acak, dengan
ukuran sel darah yang relatif kecil serta posisi sel darah yang hampir menyatu dengan sel darah

lainnya atau bahkan sel darah melewati garis pembatas. Itu yang menyebabkan timbulnya
kesalahan didalam perhitungan jumlah sel darah.

Daftar Rujukan
Campbell. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi ke-5. Erlangga: Jakarta.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran.EGC Penerbit Buku kedokteran: Jakarta
Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai