Anda di halaman 1dari 50

PRESENTASI

KASUS

TONSILITIS KRONIS
Pembimbing : dr. I Wayan Marthana, Sp. THT

DEWI AGUSTINA 20090310200

Nama

KASUS

An. WS

Umur

10 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Suku Bangsa

Jawa

Pendidikan

SD

Pekerjaan

Pelajar

Alamat

Bantul

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal 4 April 2015 dari poli ANAK


dikonsul ke THT RSUD Panembahan Senopati Bantul secara
autoanamnesis dengan pasien dan aloanamnesis dengan ibu pasien.

Keluhan Utama
Kontrol rutin bronchitis dengan disertai batuk dan nyeri telan
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan tambahan
Ibu pasien mengatakan anaknya sering batuk berdahak (+),
nyeri telan (+), demam (+) kambuh-kambuhan dan tidur sering
mendengkur.

Riwayat penyakit
sekarang

Pasien datang untuk kontrol rutin bronchitis di poli anak. Pasien


mengeluhkan batuk berdahak dan nyeri telan yang dialami 3 hari
sebelum masuk RS, pasien lalu di konsulkan ke poli THT. Ibu
pasien juga mengatakan pasien sering demam. Gejala-gejala
tersebut di alami kambuh-kambuhan. Pasien juga sering
mendengkur jika tidur yang sudah dialami sejak masik kelas 1 SD.
Menurut ibu pasien, tidak ada keluhan lain yang dirasakan, nafas
berbau (-). Makanan dan minuman anaknya belum dijaga dengan
baik, pasien sering jajan diluar. Pendengaran terganggu, nyeri
telinga, dan pusing disangkal pasien. Riwayat alergi obat, cuaca
dingin, dan makanan disangkal pasien.
Pasien sudah kedua kali konsul ke dokter THT tentang gejala yang
di alami pasien yang disebabkan oleh pembesaran amandel
tersebut tapi ibu pasien masih ragu untuk dilakukan operasi.

RPD

keluhan serupa (+),


alergi (-), bronchitis
(+) telah di diagnosis
6 bulan terakhir, asma
(-), gangguan di
telinga (-).
Riwayat batuk (+),
nyeri telan berulang
(+), riwayat amandel
membesar kambuhkambuhan (+).

RPK

keluhan serupa (+)


kakak pertama
pasien dan telah di
lakukan operasi
pengangkatan
amandel saat kelas 2
SMA, alergi (-), asma
(-), gangguan di
telinga (-), DM (-),
hipertensi (-)

ANAMNESIS SISTEM

Sistem serebrospinal : demam (-), mual (-), muntah


(-), nyeri kepala (-)
Sistem respiratorius : batuk (+), pilek (-), hidung
tersumbat (-),sekret (-) mendengkur (+)
Sistem kardiovaskular : berdebar-debar (-), sesak nafas
(-)
Sistem gastrointestinal : sebah (-), nyeri ulu hati (-),
diare (-)
Sistem urogenitalia : BAK lancar
Sistem musculoskeletal : tidak ada hambatan gerak
Sistem integumentum : akral teraba hangat

Pemeriksaan fisik

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 94 kali/menit
Suhu : 36,2
Pernafasan : 22 kali/menit
Berat badan : 26,5 kg

Kepala : Normocephal, rambut hitam dengan distribusi


merata.
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor kanan dan kiri, refleks cahaya +/+
Hidung : tidak tampak kelainan, deviasi septum (-), sekret
(-).
Telinga : Normotia, serumen -/-, membran timpani perforasi
-/ Mulut dan bibir : Tidak sianosis, mukosa tidak kering
Leher
: Trakea lurus di tengah, tidak teraba massa
KGB :
Submandibular : tidak teraba
Supraklavikular : tidak teraba
Retroaurikular : tidak teraba
Cervical : tidak teraba

Paru
Inspeksi : simetris +/+, retraksi -/-.
Palpasi : Vocal fremitus kedua thorax sama kuat.
Perkusi : Sonor +/+.
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing-/-.
Jantung
Bunyi jantung I dan II regular
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : lengkap, tidak ada deformitas, tidak
oedem, capillary refill <2 detik

Kanan

Kiri

Normal

Normal

Deformitas (-)
Normotia, nyeri tarik
(-), nyeri tekan tragus
(-), nyeri tekan
mastoid (-)

Deformitas (-)
Normotia, nyeri tarik
(-), nyeri tekan tragus
(-), nyeri tekan
mastoid (-)

Sikatriks (-)

Sikatriks(-)

Lapang

Lapang

Mukosa

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Sekret

(-)

(-)

Serumen

(-)

(-)

Membran
timpani

Perforasi (-) hiperemis


(-), reflex cahaya jam
5 (+), warna putih
mengkilat (+)

Perforasi (-), hiperemis


(-), reflex cahaya jam
7 (+), warna putih
mengkilat (+)

Bentuk telinga
luar
Daun telinga

Retroaurikular
Liang telinga

PEMERIKSAAN HIDUNG

Kanan

Kiri

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri

Dahi (-), pipi (-),

Dahi (-), pipi (-),

tekan

depan telinga (-)

depan telinga (-)

(-)

(-)

Deformitas

Krepitasi

RHINOSKOPI ANTERIOR
Kanan
Vestibulum

Kiri

Sekret (-), krusta (-)

Sekret (-), krusta (-)

Konka inferior

Hipertrofi (-), hiperemis (-)

Hipertrofi (-), hiperemis (-)

Konka media

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Konka superior

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Pus (-), polip (-)

Pus (-), polip (-)

Lapang

Lapang

Mukosa

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Sekret

(-)

(-)

Deviasi (-)

Deviasi (-)

Dasar hidung

Normal

Normal

Aliran Udara

Hambatan (-)

Hambatan (-)

Meatus nasi media


Kavum nasi

Septum

PEMERIKSAAN
TENGGOROKAN

Arkus Faring

simetris, hiperemis (-)

Mukosa Faring

hiperemis (-)

Dinding Faring

hiperemis (-), permukaan rata

Uvula

simetris, hiperemis (+)

PEMERIKSAAN TONSIL
Tonsil
Ukuran
Kripta
Permukaa
n
Warna
Detritus
Peritonsil

Dextra

T3
Melebar

Sinistra
T3
Melebar

Tidak rata

Tidak rata

Merah muda,
hiperemis (+)
(+)
Abses (-)

Merah
muda,
hiperemis
(+)
(+)
Abses (-)

RESUME

ANAMNESIS
Pasien datang untuk kontrol rutin bronchitis di poli anak.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak dan nyeri telan yang
dialami 3 hari sebelum masuk RS, pasien lalu di konsulkan ke
poli THT. Ibu pasien juga mengatakan pasien sering demam.
Gejala-gejala tersebut di alami kambuh-kambuhan. Pasien
juga sering mendengkur jika tidur yang sudah dialami sejak
masik kelas 1 SD. Dokter mengatakan keluhan diakibatkan
karena pembesaran amandel. Kakak pasien juga mengalami
gejala serupa.
PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemeriksaan fisik tanda vital dan status generalis dalam


batas normal. Status lokalis hidung dan telinga dalam batas
normal. Status lokalis tenggorokan ditemukan pembesaran
tonsil yaitu T3-T3, hiperemis, permukaan tidak rata, kripta


DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronis
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Sesuai TS
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
Jangan makan makanan yang berminyak
Jangan minum minuman yang dingin/es
Menjaga kebersihan mulut / kumur2
Memberikan saran pengangkatan tonsil

TONSIL
Masa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang dengan
jaringan kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil :
Tonsil faring: di nasofaring (adenoid)
Tonsil palatina : di kanan dan kiri orofaring (pada fosa tonsil)
Tonsil lingua : ada 2 buah yang letaknya berdekatan satu
sama lain dipangkal lidah

TONSIL FARING/ADENOID
Adenoid berbatasan dengan kavum
nasi dan sinus paranasalis pada
bagian anterior, kompleks tuba
eustachius- telinga tengah- kavum
mastoid pada bagian lateral.
Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada
umumnya adenoid akan mencapai
ukuran maksimal antara usia 3-7
tahun kemudian akan mengalami
regresi
Dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk

TONSILA LINGUA

TONSILA PALATINA

Dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid


yang terletak pada dinding lateral orofaring
dalam fossa tonsillaris.
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas
dan

mempunyai

lekukan

yang

merupakan

muara kripta tonsil. Kripta tonsil berjumlah


sekitar 10-20 buah, berbentuk celah kecil yang
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng.
Pada kripta sering terisi detritus, yang berisi
epitel, limfosit, bakteri dan sisa makanan

WALDEYERSS RING

Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa


yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil
faringeal ( adenoid ), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba
Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlachs
Fungsi :
tonsil )
Pertahanan terhadap kuman
patogen
Penghasil antibodi spesifik (Ig)
Penghasil limfosit
Berperan terhadap proses
imunologis

INERVASI TONSIL

Inervasi tonsil bagian atas

persarafan dari serabut saraf


Trigeminus (N. V) melalui
ganglion sphenopalatina.
bagian bawah tonsil berasal
dari saraf glossofaringeus (N. IX).

Fisiologi Tonsil

Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang

terdiri atas sel membran, makrofag, sel dendrit


dan antigen presenting cells yang berperan
dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit
sehingga terjadi APCs (sintesis immunoglobulin
spesifik). Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T,
sel plasma dan sel pembawa Ig G.
Tonsil
bertindak
seperti
filter
untuk
memperangkap bakteri dan virus yang masuk
ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga
menstimulasi sistem imun untuk memproduksi
antibodi untuk membantu melawan infeksi.

TONSILITIS

Peradangan dan pembengkakan tonsil palatina yang


merupakan bagian dari cincin Waldeyer dengan
pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam
kripta.

KLASIFIKASI TONSILITIS
VIRAL
AKUT
BAKTERI

KRONIS

TONSILITIS
YANG
BERULANG

TONSILITIS
DIFTERI

TONSILITIS
SEPTIK
MEMBRANOSA
AKIBAT
KELAINAN
DARAH
STOMATITIS
ULSERO
MEMBRANOSA

KLASIFIKASI

Tonsilitis Akut

Tonsilitis
Membranosa

Tonsilitis Viral

Tonsilitis Bakteri

Tonsilitis difteri
Tonsilitis septik
Angina
plaut
vincent
Penyakit kelainan
darah

Tonsilitis
Kronis

TONSILITIS AKUT

VIRUS
virus Epstein Barr
Hemofillus influenza (tonsilitis supuratif)
coxschakie ( tampak luka-luka kecil di Tonsil dan
rongga mulut)
BAKTERI
grup A streptococcus hemolitikus (strept throat)
Pneumokokus
Streptococcus viridan dan streptococcus
piogenes.

TONSILITIS AKUT BAKTERI


Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan reaksi

radang keluarnya leukosit PMN kriptus terisi oleh


detritus (merupakan kumpulan leukosit, bakteri mati, dan
epitel yang terlepas) tampak sebagai bercak kuning.

Tonsilitis akut + detritus yang jelas tonsilitis folikularis


Tonsilitis akut + detritus membentuk alur jadi satu

tonsilitis lakunaris bercak detritus yang melebar dan


membentuk membran semu pseudomembran.

GEJALA DAN TANDA TONSILITIS AKUT


VIRAL
Gejala Common cold
nyeri tenggorokan
tonsil dan jaringan sekitarnya mengalami hiperemia, edema,
dan tanpa eksudat.

BAKTERI
Nyeri tenggorokan dan nyeri untuk menelan
Demam dengan suhu tubuh yang tinggi
Lesu, nyeri disendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di
telinga (otalgia), rasa nyeri ditelinga (nyeri alih/komplikasi
OMA)
tampak tonsil yang membengkak,hiperemia dan terdapat
detritus berbentuk folikel/lakuna/pseudomembran
Kelenjar submandibula juga dapat membengkak

TERAPI TONSILITIS
BAKTERI

VIRUS

Antibiotik spektrum luas


(Penisilin/eritromisin)
minimal diberikan dalam 10 hari

Istirahat, minum cukup,


analgetika dan antivirus
jika gejala berat

Antipiretik dan analgesik


Obat kumur yang mengandung
disinfektan

TONSILITIS MEMBRANOSA
TONSILITIS DIFTERI
Disebabkan Coryne bacterium diphteriae

(gram +)
Gejala umum : Demam, nyeri kepala, nafsu makan

menurun, badan lemah serta sakit tenggorokan.


Gejala lokal : Tonsil membengkak ditutupi bercak
putih yang
semakin meluas dan kotor dan
membentuk membran semu (pseudomembran).
Gejala
akibat
eksotoksin
: Menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh (miokarditis sampai
decompensatio cordis, kelumpuhan otot palatum
dan otot-otot pernafasan dan albuminuria).

Terapi :
ADS (Anti Difteri Serum) yang diberikan segera

tanpa menunggu hasil kultur. Dosis 20.000100.000 unit.


Antibiotik gol Penisillin atau eritromisin 2550mg /kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.
Kortikosteroid 1,2mg /kgBB/ hari.
Antipiretik.
Di isolasi karena penyakit ini menular.
Istirahat di tempat tidur 2-3 minggu.
TONSILITIS SEPTIK
Disebabkan oleh streptokokus B hemolitikus yang
terdapat di susu sapi sehingga dapat timbul
epidemi. Jarang di temukan di Indonesia.

PENYAKIT KELAINAN DARAH


LEUKIMIA
AKUT
gejala pertama epistaksis, perdarahan mukosa mulut,
gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak
kebiruan, tonsil bengkak di tutupi membran semu tapi
tidak hiperemis dan rasa nyeri hebat di tenggorok.
ANGINA
AGRANULOSITOSIS
disebabkan oleh keracunan obat golongan amidopirin,
sulfa dan arsen. Ulkus di sekitar mulut dan faring di
sertai tanda radang (Genitalia, saluran cerna).
INFEKSI
MONONUKLEOSIS
terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.
Gambaran khas : leukosit mononukleus dalam jumlah

ANGINA PLAUT
(Stomatitis
Membranosa)

VINCENT
Ulsero

Disebabkan oleh bakteri spirochaeta/

triponema yang di dapatkan pada


penderita dengan higiene mulut yang
kurang dan kurangnya vitamin C.
Gejala : Demam tinggi, nyeri kepala,

lemah,
gangguan
pencernaan,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah.
Pemeriksaan

: Mukosa mulut dan


faring hiperemis; membran putih
keabu-abuan di atas tonsil, uvula,
dinding
faring
dan
gusi;
kel.submandibula membesar, mulut
berbau.

Tonsilitis kronis

Radang pada tonsila palatina yang


sifatnya menahun.
Faktor predisposisi :
rangsangan
menahun
(rokok,
makanan)
higiene mulut buruk
pengaruh cuaca
kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat

PATOLOGI
Peradangan berulang

Perlekatan dengan jaringan


sekitar fosa tonsilaris

Epitel mukosa dan


jaringan limfoid terkikis

Menembus kapsul tonsil

Jaringan parut yang akan


mengalami pengerutan

Kripte melebar & diisi


oleh detritus

DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok


yang terus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise,
kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada

pemeriksaan

didapatkan

pilar

anterior

hiperemis,

tonsil

biasanya membesar (hipertrofi) terutama pada anak atau dapat juga


mengecil (atrofi), terutama pada dewasa, kripte melebar, detritus (+)
dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari
sediaan apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam
kuman dengan berbagai derajat keganasan, seperti Streptokokus beta
hemolitikus

grup

A,

Streptokokus

viridans,

Stafilokokus,

atau

KLASIFIKASI PEMBESARAN TONSIL

Menurut Brodsky:

T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil (tidak ada pembesaran/tidak punya
tonsil)

T1: < 25% tonsil menutupi orofaring, (batas medial tonsil melewati
pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula)

T2: > 25% sampai < 50% tonsil menutupi orofaring, (batas medial
tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar
anterior-uvula)

T3:> 50% sampai < 75% tonsil menutupi orofaring, (batas medial
tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar
anterioruvula)

T4: >75%, tonsil menutupi orofaring (batas medial tonsil melewati


jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih).

TERAPI
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan

berkumur atau obat hisap


Tonsilektomi di lakukan bila terjadi infeksi berulang

atau kronik, pasien merasa sangat terganggu dan


gejala sumbatan atau kecurigaan neoplasma.

Tonsilitis Akut

Tonsilitis Kronik

Onset
cepat,
terjadi
dalam Onset lama, beberapa bulan hingga
beberapa hari, hingga beberapa beberapa tahun (menahun)
minggu
Penyebab kuman streptokokus
beta hemolitikus grup A,
pneumokokus, streptokokus
viridian, dan streptokokus
piogenes.

Penyebab tonsillitis kronik sama


halnya dengan tonsillitis akut,
namun
kadang-kadang
bakteri
berubah menjadi bakteri golongan
gram negatif

Tonsil hiperemis & edema


Kripte tidak melebar

Tonsil membesar / mengecil tidak


edema
Kripte melebar

Detritus + / -

Detritus +

Obstruksi :

Hiperplasia tonsil
dengan obstruksi.

Sleep apnea atau


gangguan tidur.

Kegagalan untuk
bernafas.

Corpulmonale.

Gangguan menelan.

Gangguan bicara.

Kelainan orofacial /
dental yang
menyebabkan jalan
nafas sempit.

INDIKASI TONSILEKTOMI
Infeksi

Tonsilitis kronika / sering berulang.

Tonsilitis dengan : Absces peritonsilar.,


Absces kelenjar limfe leher, Obstruksi
Akut jalan nafas, Penyakit gangguan
klep jantung.

Tonsilitis yang persisten dengan Sakit


tenggorok yang persisten.

Tonsilolithiasis Carrier Streptococcus


yang tidak respon terhadap terapi.

Otitis Media Kronik yang berulang.

Neoplasia atau suspek neoplasia


benigna / maligna.

Indikasi
Absolut
Pembengkakan tonsil
yang menyebabkan
obstruksi jalan nafas,
disfagia berat,
gangguan tidur dan
komplikasi
kardiopulmoner
Abses peritonsil yang
tidak membaik
dengan pengobatan
medis & drainase
Tonsilitis yang
menimbulkan kejang
demam
Tonsilitis yang
membutuhkan biopsi
untuk menentukan

INDIKASI TONSILEKTOMI
Indikasi Relatif

Terjadi 3 episode atau lebih infeksi


tonsil

pertahun

dengan

terapi

antibiotik adekuat

Halitosis akibat tonsilitis kronik yang


tidak membaik dengan pemberian
terapi medis

Tonsilitis kronik atau berulang pada


karier

streptokokus

membaik

dengan

yang

tidak

pemberian

antibiotik B-laktamase resisten

Hipertrofil

tonsil

unilateral

yang

KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi relatif

Palatoschizis
Radang akut, termasuk tonsilitis
Poliomyelitis epidemica
Umur kurang dari 3 tahun

Kontraindikasi absolut
Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia
Penyakit sistemis yang tidak terkontrol: DM, penyakit jantung,
dan sebagainya.

TEKNIK TONSILEKTOMI
Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untuk mengangkat tonsil secara cepat dan praktis.
Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta
kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya
terangkat
atau
timbul
perdarahan
yang
hebat.
Teknik

Diseksi

Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode


pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi.
Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial,
sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle knife
dilakukan
pemotongan
mukosa
dari
pilar
tersebut.
Teknik

elektrokauter

Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf
atau
jantung.

Radiofrekuensi

Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan


langsung kejaringan. Densitas baru disekitar ujung
elektroda cukup tinggi untuk membuka kerusakan
bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama
periode 4-6 minggu, daerah jaringan yang rusak
mengecil dan total volume jaringan berkurang.
Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik
untuk memotong dan mengkoagulasi jaringan dengan
kerusakan jaringan minimal.

Intracapsular partial tonsillectomy


Intracapsular tonsilektomi merupakan tonsilektomi parsial
yang dilakukan dengan menggunakan microdebrider
endoskopi. Microdebrider endoskopi bukan merupakan
peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada
alat lain yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat
ini dalam membersihkan jaringan tonsil tanpa melukai
kapsulnya.

Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP
(Potassium Titanyl Phosphat) untuk menguapkan dan
mengangkat jaringan tonsil. Teknik ini mengurangi volume
tonsil dan menghilangkan reses pada tonsil yang
menyebabkan infeksi kronik dan rekuren.

KOMPLIKASI
Komplikasi anestesi

Laringospasme

Gelisah pasca operasi

Mual muntah

Kematian saat induksi pada


pasien dengan hipovolemi

Induksi intravena dengan


pentotal bisa menyebabkan
hipotensi dan henti jantung

Hipersensitif terhadap obat


anestesi.

Komplikasi Bedah
Perdarahan
Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul
karena kerusakan mukosa
dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal.
Komplikasi lain
Demam, kesulitan bernapas,
gangguan terhadap suara
(1:10.000), aspirasi, otalgia,
pembengkakan uvula,
insufisiensi velopharingeal,
stenosis faring, lesi dibibir,
lidah, gigi dan pneumonia.

PROGNOSIS

Tonsilitis biasanya sembuh beberapa hari

dengan beristirahat dan pengobatan suportif.


Menangani gejala gejala yang timbul dapat
membuat penderita lebih nyaman.
Bila antibiotik di berikan untuk mengatasi
infeksi, antibiotik harus di konsumsi,bahkan
walaupun penderita telah mengalami perbaikan
dalam waktu singkat

Anda mungkin juga menyukai