Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis (GN)
yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuri masif

3.5 g/dl, hiperkolesterolemia,

dan lipiduri. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua
gejala tersebut harus ditemukan. Proteinuri masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN
yang berat yang disertai kadar albumin serum rendah, ekskresi protein dalam urin juga
berkurang, proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen,
hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang serta hormon tiroid sering
dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali sebagian kasus yang
berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir

(PGTA) (Prodjosudjadi W., 2006).

Kondisi proteinuri yang berat, hematuri, hipoalbumniemia, hiperkolesterolemia, edema


dan hipertensi yang tidak terdiagnosa atau tidak teratasi akan berkembang secara progresif
menjadi kerusakan gromeruli yang akan menurunkan Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) yang
akhirnya menjadi gagal ginjal (Braunwald E,et all., 2008)
Penyakit ini terjadi tiba - tiba terutama pada anak-anak, biasanya berupa oliguria
dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa yang
jelas terlihat adalah edema pada kaki dan genitalia

(Mansjoer A,,dkk.,2001 )

Di Amerika Serikat Insiden sindrom nefrotik dengan nefropati diabetik adalah yang
paling umum dan sejak PGTA karena nefropati tersebut mencapai rata-rata 100 kasus perjuta
populasi, kasus SN tersebut mencapai rata-rata 50 kasus perjuta populasi (Cohen E.P., 2009).

Anda mungkin juga menyukai