Anda di halaman 1dari 15

Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut

Fenomena pasang surut dihasilkan oleh adanya gaya tarik menarik bulan dan
matahari yang berpengaruh terhadap bumi. Meskipun gejala pasut ini sudah
diketahui sejak lama, namun baru setelah Newton menemukan hukum gravitasi
pada tahun 1807, barulah gejala pasut dapat dianalisis secara kuantitatif. Newton
melakukan penelitian intensif mengenai gejala pasut laut dengan mengambil
asumsi kondisi ideal. Newton memberikan dasar untuk teori setimbang dengan
memperhitungkan efek dari gaya tarik bulan dan matahari terhadap lapisan bumi
yang seluruhnya diliputi air, dan menghasilkan pasang surut laut setimbang
(equilibrium tide).
Untuk dapat menjelaskan fenomena pasut secara fisis diperlukan pemahaman
mengenai teori harmonik pasut dan metode analisis harmonik pasut. Pada bab ini
akan dibahas mengenai pengertian pasut, karakteristik, komponen dan jenis pasut,
beserta analisis harmonik pasang surut laut dengan metode least square.

II.1Pasut dan karakteristiknya


II.1.1 Pengertian Pasut
Perubahan tinggi rendah air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir
merupakan fenomena alam yang mudah dilihat. Fenomena tersebut dikenal
sebagai pasut atau tide. Pengertian umum pasut menurut Godin adalah pergeseran
partikel-partikel pada benda langit yang disebabkan oleh atraksi benda di
dekatnya [Thomson, 1981]. Atraksi atau gaya tarik tersebut dinamakan gaya
pembangkit pasut (Tide Generating Force). Pengertian umum ini menegaskan
bahwa suatu pergeseran-pergeseran yang tidak disebabkan oleh faktor atraksi atau
gaya tarik gravitasi astronomis bukan merupakan pasut. Dalam konteks kelautan
atau oseanografi, yang dimaksud adalah gerak vertikal (gerak muka laut) periodik
air laut [Ingham, 1975]. Gerak naik turun air laut ini disertai pula dengan gerak
horisontalnya. Gerak pada arah horizontal ini juga bersifat periodik, disebut arus
pasut (tidal stream atau tidal current). Jadi definisi pasut laut adalah gerak muka
laut secara periodik yang diakibatkan gaya-gaya tarik astronomis.

11

Kinematika pasut pada suatu tempat dapat digambarkan sebagai fluktuasi tinggi
terhadap waktu berikut :

Satu siklus
Air Tinggi

MSL

Air Rendah

Waktu

Gambar II.1. Kinematika pasut

Beberapa istilah gelombang harmonik yang penting dikemukakan antara lain


[Ingham, 1975]:

1 siklus adalah antara dua muka laut tertinggi yang berurutan, atau antara dua
muka laut terendah yang berurutan.

Periode adalah waktu yang diperlukan untuk membuat 1 siklus , satuan yang
dipakai dapat jam, hari, bulan atau tahun.

Frekuensi adalah banyaknya siklus yang dibentuk dalam 1 satuan

waktu

terdefinisi.

Kecepatan sudut secara matematika dapat dinyatakan sebesar 3600 dikalikan


dengan frekuensi.

Air tinggi (high water) atau pasang adalah muka tertinggi yang dicapai muka
laut dalam 1 siklus.

Air rendah (low water) atau surut adalah muka terendah yang dicapai muka
laut dalam 1 siklus.

Tunggang pasut (range of tide) adalah beda tinggi air tinggi dengan air rendah
sebelum atau sesudahnya.

12

Amplitudo pasut adalah beda tinggi absolut air tinggi atau air rendah terhadap
muka pasut menengah. Dalam perhitungan dapat ditentukan sebesar setengah
dari simpangan pasut.

Tinggi pasut menengah (mean tide level) merupakan rata-rata seluruh tinggi
muka air tinggi dan tinggi muka rendah dalam waktu tertentu.

Mean sea level (MSL) atau duduk tengah merupakan rata-rata pembacaan
muka laut tiap jam untuk sekurang-kurangnya satu hari, atau lebih baik selama
sebulan, atau lebih baik 6 bulan, atau yang terbaik adalah 18,6 tahun (1 siklus
node bulan).

II.1.2 Karakteristik Pasut


Sifat osilasi pasut adalah harmonik, berulang-ulang dengan periode tertentu. Hal
ini disebabkan oleh gaya-gaya pembangkit berupa perbedaan gaya tarik gravitasi
benda-benda langit :

Terutama oleh bulan,matahari dan gaya efek rotasi bumi [Ingham, 1987].

Ada hubungan erat dengan fase bulan dan musim[Thomson, 1981].

Posisi benda-benda langit sehingga menimbulkan gaya-gaya yang sama besar


bersifat periodik.

Hasil penjabaran hukum gravitasi Newton dan kesetimbangan atraksi bumi-bulan,


akan diperoleh potensial pasut

di titik di permukaan bumi yang berjarak

dari

pusat bumi [Vanicek, 1975] :


3
4

1
3

(2.1)

Dimana
: radius bumi
: Jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan
: Konstanta universal gravitasi
: Massa bulan
: Tinggi bulan, merupakan fungsi deklinasi bulan
dan sudut jam bulan

dalam bentuk :

cos

(2.2)

13

, lintang pengamat

Lebih lanjut, jika pers. (2.2) disubstitusikan ke pers.(2.1) akan diperoleh model
matematis potensial pasut yang mengandung 3 suku berturut-turut dinamakan
sektoral, tesseral dan zonal ( ,

dan ) [Vanicek,1975]:
(2.3)

dimana
3
4

cos2 2

cos

3
4

2 sin 2
3

Perubahan tinggi muka laut berbanding lurus dengan potensial pasut melalui
hubungan :
(2.4)

dimana

: Perubahan tinggi muka laut


: Percepatan gravitasi bumi

Persamaan (2.4) tersebut menyatakan bahwa jika


perubahan tinggi muka laut

semakin besar, maka

juga semakin besar. Potensial pasut pada

pers.(2.3) mengandung 3 peubah yang tergantung dengan waktu, yaitu , dan .


Jarak bumi ke benda langit

bervariasi si sekitar harga menengahnya dengan

periode tertentu. Deklinasi bulan

berosilasi di sekitar titik tertentu dengan

periode tertentu pula. Jika digambarkan besanya potensial pasut pada suatu lintang
pengamat

, maka potensial pasut lebih dipengaruhi oleh

sudut jam bulan). Demikian juga, muka laut lebih dipengaruhi oleh

14

(dalam hal ini


.

Dengan demikian dapat diterangkan karakter osilasi pasut, sebagai berikut


[Ingham, 1974]:
1. Sesuai dengan pers. (2.1), pasut mencapai maksimum jika bulan berada di
titik kulminasi (00) dan di titik terendah (1800). Pasut terendah pada saat
bulan berada 900 di atas atau di bawah horison.
2. Pasut yang diakibatkan oleh potensial suku Zonal

berlangsung dengan

periode panjang. Hal ini terkait dengan deklinasi bulan. Variasi inklinasi
menengah bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptik berkisar 508 hingga 508 berlangsung selama sebulan atau 29,53 hari (synodic
month).
3. Pasut yang ditimbulkan oleh potensial suku Tesseral

bergejala diurnal,

dalam sehari (sudut jam 3600) terjadi sekali pasang. Oleh faktor bulan,
sebuah siklus akan terbentuk setiap sehari lunar day (24 jam 50,5 menit).
4. Pasut yang ditimbulkan oleh potensial pasut suku Sektoral

bergejala

semi diurnal, dua kali pasang dalam sehari lunar day.


5. Oleh atraksi bulan, pasut aktual merupakan efek dari superposisi potensial
pasut suku-suku pada point 1-4. Efeknya akan menyebabkan timbulnya
gejala yang memiliki pasang yang tingginya berbeda dengan pasang
lainnya dalam sehari. Gejala ini dinamakan ketaksamaan diurnal (diurnal
inequality).

Ketaksamaan

diurnal

dibedakan

dua

macam,

yaitu

ketaksamaan air tinggi diurnal (diurnal high water inequality) dan


ketaksamaan air rendah diurnal (diurnal low water inequality).
6. Pasut juga dipengaruhi oleh matahari, besar potensial yang mempengaruhi
sebesar 0,46 kali potensial bulan. Sifat pasut yang ditimbulkan oleh bulan
juga berlaku untuk matahari. Perbedaannya adalah waktu yang digunakan
adalah sehari mean solar day (24 jam) serta besarnya potensial.
7. Pasut yang disebabkan oleh gaya atraksi bulan dan matahari secara
simultan terkait dengan fase bulan. Fase bulan menunjukkan kedudukan
relatif bulan terhadap matahari. Tiap perubahan fase bulan seperempat
menunjukkan posisi dan arah-arah atraksi bulan-matahari berselisih 900,
dan ini berlangsung setiap seperempat synodic month. Ketika bulan baru
atau purnama, gaya-gaya pembangkit pasut pasut air laut akan saling
menguatkan. Hal ini mengakibatkan air tinggi mencapai kedudukan
15

tertinggi dan disebut pasang purnama (spring tide) yang diikuti kedudukan
air rendah di tempat lain. Jika bulan mendekati fase seperempat pertama
dan terakhir, maka gaya-gaya pembangkit tersebut akan menyebabkan air
tinggi berada pada kedudukan terendah, disebut neap tide.
8. Pasut juga dipengaruhi gaya-gaya gesekan. Gaya-gaya ini memperlambat
gelombang pasut. Dasar laut yang dangkal akan menyebabkan air
terangkat naik, menghasilkan beberapa kasus yang berlawanan dengan
sifat arus pasut yang osilatif.
Menurut teori pasut aktual, gerak vertikal dan arus pasut oleh faktor astronomis
tersebut jika dihitung akan sangat kecil dan berlaku untuk basin tertutup. Akan
tetapi pada lautan yang lebih luas dan dalam, gaya-gaya yang kecil ini akan
dilipatgandakan di daerah pantai, khususnya di teluk dan estuaria. Bentuk dan
kedalaman dasar laut akan mempengaruhi gerak pasut yang dihasilkannya.
Meskipun amplitudo pasut dirubah oleh kondisi basin laut, namun periode-periode
komponen pasut tidak berubah. Tetapi pada wilayah perairan dangkal, periode
pasut akan dilipatgandakan secara eksak [Ingham, 1974].

II.1.3 Komponen dan Jenis Pasut


Persamaan umum potensial pasut oleh faktor bulan dan matahari pada lintang
pengamat tertentu dapat dituliskan sebagai berikut :

(2.5)

dimana :
,

: subscript untuk menyatakan bulan (m) dan matahari (s)


: jarak bumi ke bulan atau matahari
: deklinasi bulan atau matahari
: sudut jam bulan atau matahari

Mengingat pasut sebagai efek gaya pembangkit bergejala periodik, maka dapat
dinyatakan sebagai jumlah linier gelombang-gelombang stasioner dan bergerak.
Setiap gelombang harus mewakili setiap atraksi periodik [Ingham, 1974], dan
dinamakan komponen pasut (constituent). Dalam jangka waktu yang panjang,
kombinasi suku-suku pasut mungkin terjadi, bisa berupa kombinasi frekuensi. Hal
16

ini mengakibatkan timbulnya variasi komponen pasut. Komponen pasut oleh


faktor bulan disebut principal lunar, sedangkan oleh matahari dinamakan
principal solar. Komponen-komponen pasut utama lainnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel II.1. Komponen Harmonik Utama Pasut [Smith, 1999].
Darwin
name
Sa
Ssa
Mm
Mf
Q1
O1
NO1
P1
S1
K1
J1
OO1
2N2

Frequency
(0/hour)
0.0411
0.0821
0.5444
1.0980
13.3987
13.9430
14.4967
14.9589
15.0000
15.0411
15.5854
16.1391
27.8954

Period
(days)
365.260
182.621
27.555
13.661
1.120
1.076
1.035
1.003
1.000
0.997
0.962
0.929
0.538

MU2
N2
NU2
M2
L2
T2
S2
K2

27.9682
28.4397
28.5126
28.9841
29.5285
29.9589
30.0000
30.0821

0.536
0.527
0.526
0.518
0.508
0.500
0.499

Origin
S elliptic
S declinational
L elliptic
L declinational
L elliptic of O1
L principal
Smaller elliptical lunar
S principal
Radiational
L/S declinational
Elliptical lunar
Second-order lunar
Second-order elliptical
lunar
Variational
L major elliptical of M2
Larger evectional
L principal
Smaller elliptical lunar
Larger elliptical solar
S principal
L/S declinational

II.1.4 Tipe Pasut


Komponen utama pasut seperti M2, S2, K1 dan O1 menentukan tipe pasut di
suatu tempat. Adanya perbedaan bentuk tipe pasut di berbagai tempat kemudian
dapat diklasifikasikan menggunakan nilai rasio F yang dirumuskan sebagai
berikut :

(2.6)

dengan A adalah amplitudo komponen pasut.

17

Berdasarkan nilai rasio F, tipe pasut dibagi dalam empat kelompok, seperti tertera
pada tabel 2.2. Gambaran secara umum mengenai kondisi tipe pasut di dunia
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

Gambar II.2 Tipe pasut di seluruh perairan dunia [sumber : NASA, 2008]
Tabel II.2. Klasifikasi Tipe Pasut
Pasang
semi
diurnal murni
Nilai F
Banyak pasang
dalam sehari

0 < F < 0.25


Dua

Pasang
campuran
berganda
0.25 < F < 1.5
Dua

Tinggi pasang
naik
Interval waktu
pasang naik dan
transit bulan
Tunggang pasut
menengah pada
saat
pasang
purnama

Sama

Berbeda

Sama

Tidak sama

Jika ada dua


sangat berbeda
Sangat berbeda

2(M2+S2)

2(K1+O1)

2(K1+O1)

18

Pasang
campuran
tunggal
1.5 < F < 3.00
kadang satu
kadang dua

Pasang tunggal
murni
F > 3.00
Satu
Bisa dua ketika
neap tide
--

2(K1+O1)

II.2 Analisis Harmonik Pasang Surut


Metode analisa pasut didasarkan pada perhitungan gerak sistem bumi, bulan dan
matahari sesuai dengan teori pasut setimbang. Namun pada kenyataannya keadaan
atau kondisi pasut di suatu tempat tidak sama dengan kondisi setimbang
dikarenakan laut memberikan respon yang cukup rumit akibat adanya variasi
kedalaman laut, termasuk pantai (shallow water). Terdapat tiga macam dasar
metode analisis pasut, yaitu :
1. Analisis non-harmonik.
Dasar perhitungan dari metode ini adalah hubungan antara waktu air tinggi
dan rendah dengan fase bulan dan berbagai parameter astronomis lainnya.
2. Analisis harmonik.
Dasar dari metode ini adalah variasi tinggi muka laut diperlakukan sebagai
superposisi dari sejumlah gelombang komponen harmonik pasut,
kecepatan sudut dan fasenya dapat dihitung berdasarkan parameter
astronomis.
3. Analisis response.
Metode ini mengasumsikan bahwa pasut merupakan konvolusi dari
keadaan setimbangnya berdasarkan weight function [Munk & Cartwright,
1966].
Variasi tinggi muka laut di suatu tempat dapat dinyatakan sebagai superposisi dari
berbagai komponen harmonik pasang surut. Dengan demikian tinggi muka air
pada suatu saat

dapat dituliskan dalam persamaan (2.7) [Emery, 1998] :

(2.7)

cos 2
dimana ,
: tinggi muka air pada waktu
: tinggi muka air rata-rata dari suatu referensi yang ditentukan
: amplitudo komponen pasut di tempat pengamatan
: frekuensi dari gelombang tiap komponen pasut
: fase gelombang komponen pasut pada t=0
M

: jumlah komponen pasut pembentuk superposisi


19

Analisis harmonik umumnya didasarkan pada data dengan panjang pengamatan


tertentu sehingga besaran amplitudo dan fase yang dihasilkan masih bergantung
kepada beberapa komponen yang memiliki periode panjang, misalnya periode
18,6 tahun. Untuk dapat memperhitungkan komponen-komponen tersebut maka
perlu dilakukan koreksi terhadap besaran amplitudo dan fase, yang disebut koreksi
nodal. Faktor koreksi nodal diberi simbol f untuk koreksi amplitudo dan
untuk koreksi fase. Artinya untuk setiap komponen maka besarnya amplitudo dan
fase akan senantiasa berubah-ubah secara periodik dengan periode 18,6 tahun.
Dengan demikian maka tinggi muka air di suatu tempat pada waktu tertentu dapat
dituliskan dengan persamaan (2.8) berikut ini. [Pugh, 1987]

f cos 2

(2.8)

dimana ,
f

: faktor koreksi nodal untuk amplitudo komponen harmonik ke-n


: faktor koreksi nodal untuk fase komponen harmonik ke-n
: argumen astronomis yaitu harga argumen dari pasut setimbang dari
komponen ke-n pada saat t=0, yang dihitung di Greenwich.

II.3 Analisis Harmonik metode Least Square


Menurut Schureman tinggi muka laut dapat dinyatakan sebagai jumlah aljabar
gelombang diam (stationer) dan gelombang begerak [DeLoach, 1995]. Model
matematisnya, akan merupakan jumlah fungsi sinus dan cosinus yang mewakili
komponen pasut oleh faktor bulan-matahari dan perairan dangkal.
Pada analisis harmonik ini kita akan menentukan nilai amplitudo dan phase
sebanyak frekuensi yang memungkinkan untuk dianalisis sesuai dengan durasi
data pengamatan. Dengan banyaknya data pengamatan dibandingkan frekuensi
yang akan ditentukan menyebabkan adanya persoalan overdetermined. Hal ini
menimbulkan adanya bentuk signal demodulation dalam analisis harmonik,
dimana kita bisa menentukan secara spesifik frekuensi yang akan dianalisis
menggunakan aplikasi least square untuk menghasilkan nilai amplitudo dan fase.

20

Analisis harmonik pada awalnya di desain untuk menganalisis variabilitas pasut


termasuk periode tahunan dan tengah tahunan atau jangka waktu tertentu yang
biasanya terosilasi secara periodik. Secara umum, hirarki konstanta harmonik
pasut didominasi oleh periode diurnal dan semidiurnal, diikuti dengan variasi
periode dua mingguan, bulanan, setengah tahun dan tahunan.
Pendekatan analisis harmonik menghasilkan koefisien harmonik pasut, yaitu
amplitudo dan phase sesuai dengan frekuensi komponen tertentu yang ingin kita
ekstrak dari data pengamatan. Setelah menentukan komponen pasut yang akan
dianalisis, kita dapat mengurangkan data awal dengan data rekontruksi yang kita
dapat sebelumnya, sehingga menghasilkan data non-tidal atau data residual. Data
residual dalam hal ini adalah data SLA (sea level anomaly).
Misalkan kita ingin menentukan nilai konstanta harmonik
frekuensi tertentu

0,1, ,

, dengan

konstanta harmonik 2

dan

untuk

0 , sehingga ada total

dan

1 . Asumsikan jika terdapat data pengamatan,


1

berjumlah lebih banyak dari total konstanta harmonik (2

) sehingga

timbul persoalan overdetermined. Persoalan tersebut harus diselesaikan dengan


menggunakan teknik optimisasi. Secara spesifik, kita mengestimasi nilai
amplitudo dan phase dengan memperkecil kuadrat perbedaan antara data
pengamatan dengan data harmonik yang di-fitkan terhadap data pengamatan.
Untuk setiap konstanta harmonik pasut
,

1, ,

, dengan data pengamatan time series

dapat dituliskan dengan persamaan berikut :

cos 2
dimana,

(2.9)

merupakan nilai rata-rata data pengamatan,

adalah bagian residual

dari data time series (mengandung bagian selain harmonik),


merupakan besaran amplitudo,

frekuensi, dan

adalah fase dari konstanta

pasut ke- . Tujuan utama dalam melakukan analisis kuadrat terkecil adalah untuk
meminimalkan nilai residual dari

data time series altimetri.


21

Penyelesaian secara least square memerlukan linierisasi dari persamaan (2.9)


tersebut. Karena nilai cos
cos 2

cos

cos 2

cos

cos

Dengan

cos

cos
sin 2

cos 2

sin

, maka:

sin

sin 2
sin

dan

sin

sin

, maka persamaannya menjadi :

sin 2

(2.10)

Karena persamaan (2.10) telah berbentuk linier, maka penghitungannya dapat


dilakukan dalam bentuk matriks. F (n x 1) merupakan vektor yang dihasilkan dari
data pengamatan muka laut, A (n x u) merupakan matriks desain dan X (u x 1)
merupakan vektor parameter dimana n adalah jumlah pengamatan sedangkan u
adalah jumlah parameter.
F

x t
x t
x t
cos 2
cos 2

cos 2
cos 2

1 cos 2

cos 2

1
1

A=

cos 2
cos 2

sin 2
sin 2

sin 2
sin 2

cos 2

sin 2

sin 2

sin 2
sin 2
sin 2

x
A
A
X

AM
B
B
BM

Vektor koreksi V (n x 1) ditentukan dengan prinsip kuadrat terkecil, yaitu VTPV


minimum, dimana P merupakan matriks bobot pengamatan. Nilai bobot
pengamatan bernilai 1 (matriks identitas) apabila bobot setiap pengamatan adalah
sama. Nilai bobot dapat ditentukan besarnya sesuai karakteristik pada setiap data
22

pengamatan dengan syarat bahwa nilai bobot tersebut dapat merepresentasikan


kualitas data pengamatan secara logis.
Parameter yang ditentukan berisi parameter

dan

, yang dapat dihitung

dengan persamaan berikut:

Parameter

dan

pada matriks parameter tersebut digunakan untuk

menghitung amplitudo dan beda fase dari komponen-komponen pasut yang dicari
dengan persamaan (2.11) berikut :
cos

sin

dan
cos

sin

cos

sin

, dimana cos

sin

(komponen amplitudo)

sin

(2.11.a)

tan

cos
tan

(komponen keterlambatan fase)

(2.11.b)

Model pembobotan data pengamatan di dalam studi ini diturunkan dari matriks
variansi-kovariansi residu (

dari hasil pengolahan dengan bobot sama yang

diberi nilai bobot satu. . Formulasinya adalah sebagai berikut:


karena

, maka:

23

dengan

= variansi-kovariansi residu,

= matriks desain,

kovariansi data dengan bobot 1 (matriks identitas),

= variansi-

= data ukuran,

= variansi-kovariansi data ukuran yang baru, dan

parameter persamaan,

adalah matriks diagonal bobot yang baru.


Uji statistik pertama yang harus dilakukan pada segala perataan kuadrat terkecil
adalah pengujian terhadap faktor variansi. Pengujian ini menentukan apakah
residu dari sebuah

proses perataan pada suatu data sampel dengan

mempertimbangkan ketelitian pengukuran yang ada dapat dianggap sama dengan


residu yang diperoleh dari data populasi.

Nilai

, adalah nilai variansi sampel (aposteriori) yang akan

dibandingkan dengan nilai

yang nilainya sudah ditentukan di awal sebelum

pengolahan data dimulai. Pengujian dilakukan dengan formula berikut:


,

Nilai

dan

adalah batas wilayah penerimaan uji chi-square yang

diperoleh dari tabel chi-square sesuai dengan nilai derajat kepercayaan yang
sudah ditentukan dan jumlah ukuran lebih dari perataan yang sedang dilakukan (r).
Biasanya nilai derajat kepercayaan yang digunakan di dalam pengujian statistik
adalah 95%. nka adalah nilai kritis atas dari wilayah penerimaan hasil uji variansi.
Nilai nka pada derajat kepercayaan 95% dapat dilihat pada tabel chi-square
dengan sebesar (

) dan r. nkb adalah nilai kritis bawah dari wilayah

penerimaan hasil uji variansi. Nilai nkb pada derajat kepercayaan 95% dapat
dilihat pada tabel chi-square dengan sebesar (

) dan r.

Apabila hasil pengujian chi-square jatuh di bawah nilai kritis bawah dari wilayah
penerimaan hasil uji variansi, maka kesalahan yang mungkin terjadi adalah
[www.sli.unimelb.edu.au]:

24

Terlalu banyak parameter yang dilibatkan di dalam hitung perataan. Parameter


yang dimaksud di dalam studi ini adalah komponen-komponen pasut yang
dilibatkan dalam analisis harmonik.

Ketelitian pengukuran (matriks bobot) yang digunakan terlalu under-estimate.


Hal ini terjadi apabila bobot yang diberikan terhadap data lebih kecil daripada
kualitas datanya.

Apabila hasil pengujian chi-square jatuh di atas nilai kritis atas dari wilayah
penerimaan hasil uji variansi, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada proses
perataannya adalah:

Parameter yang dilibatkan pada hitung perataan kurang.

Ketelitian pengukuran (matriks bobot) yang digunakan terlalu over-estimate.


Hal ini terjadi apabila bobot yang diberikan terlalu besar dari yang seharusnya.

Terdapat blunder di dalam data.

Apabila kesalahan pada pengolahan data telah terdeteksi oleh uji variansi tersebut,
maka diperlukan pengolahan data ulang setelah kesalahan pengolahan data yang
terdeteksi tersebut dikoreksi. Hasil pengolahan data ulang tersebut dianggap
sebagai hasil pengolahan akhir apabila hasil pengolahan data tersebut telah lulus
uji variansi diatas.
Standar deviasi dari amplitudo dan fase hasil analisis harmonik dapat ditentukan
dengan menggunakan metode perambatan kesalahan dari matriks variansikovariansi parameter yang diperoleh dari perataan. Salah satu manfaat mengetahui
standar deviasi amplitudo adalah untuk mencari komponen-komponen pasut mana
saja yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan ke dalam perataan. Komponen pasut
dengan perbandingan antara amplitudo dengan standar deviasi yang lebih kecil
dan sangat berdekatan dapat dihilangkan dari proses perataan.

25

Anda mungkin juga menyukai