Anda di halaman 1dari 15

ACARA I

PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES


GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur, litologi, proses dan ciri
bentuk lahan asal genesis.
2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta
topografi / peta kontur tersebut.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Peta topografi / kontur
2. Peta Geologi Lembar Yogyakarta
3. Transparansi
4. OHP
5. Perlengkapan alat tulis-menulis
6. Kertas kalkir

III. DASAR TEORI


Salah satu kunci pokok dalam mempelajari Geomorfologi adalah “
Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan
evolusi yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang
bekerja pada suatu kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam
satu proses, akan tetapi telah banyak mengalami proses yang banyak,
bervariasi maupun berulang-ulang yang pada akhirnya akan membentuk
kenampakan yang komplek seiring dengan berjalannya waktu.
Dalam hal ini struktur geologi dan litologi mempunyai peranan
yang penting dalam analisis geomorfogi, karena dapat diketahui proses-
proses yang telah terjadi baik yang bersifat kontruksional maupun
destruksional.

1
PENDEKATAN
Beberapa kenampakan peta topografi yang penting untuk diperhatikan
dalam melakukan penafsiran adalah :
1. Pola aliran
Arthur D. Howard telah mengklasifikasikan pola aliran sungai dalam
beberapa kategori yaiti pola dasar, modifikasi pola dasar dan gabungan
modifikasi pola dasar. Dengan demikian setiap pola mencerminkan
struktur dan proses yang mengontrolnya. Telah dikenal 8 pola dasar aliran
sungai yaitu :
1. Dendritik
Pola berbentuk cabang / mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan
mendatar sedimen – sedimen yang satu jenis, atau batuan yang
mempunyai resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran
bentuk silang pohon dak atau beringin.
2. Paralel
Pola yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah
dengan kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada
singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring.
3. Trelis
Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang
miring / terlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga
pada daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus ataupada
daerah dengan berbukit – bukit sejajar.
4. Rektangular
Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trellis, hanya jumlah
sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit.
5. Radial
Pola berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk
berhubungan atau berbentuk kerucut, sabagai umum pada daerah gunung
api.
6. Anular

2
Pola berbentuk cincin ini terletak di daerah sekitar bumbungan
(kubah) terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan
keras, sehingga sungai trutama sungai utama mengalir sejajar arah lapisan,
anak sungai, searah dengan kemiringan lapisan.
7. Multibasinal
Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement
berbagai variasi dari kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah dengan
banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi sekarang. Atau
pada daerah dengan cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.
8. Kontorted
Pola ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek.
Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfose kompleks dengan
lipatan yang intensif, patahan, intrusi, kekar dan lain-lain.

Klasifikasi lembah sungai berdasarkan pada tahapan siklus geomorfik


adalah yang paling banyak dipergunakan. Penamaannya tergantung pada
sifat - sifat erosinya yang berkembang pada tahapan yang berbeda - beda
selama perkembangan evolusinya, dan penamaan ini tdak berhubungan
dengan umur atau waktu tetapi lebih ke arah hubungan antara erosi dengan
kondisi geologi dan struktur geologinya.
Berdasarkan sistem ini, lembah sungai terbagi maenjadi :
a) Lembah sungai muda
Cirinya :
• Lembahnya berbentuk V
• Erosinya vertikal sangat intensif
• Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram – jeram dan air
terjun.
b) Lembah sungai dewasa
Cirinya :
• Erosi lateral telah bekerja

3
• Sedimentasi dan erosi mulai sebanding sehingga menghasilkan
sungai yang relatif simetris.
• Mulai memperlihatkan kelokan – kelokan dengan sudut besar.
c) Lembah sungai tua
Cirinya :
• Proses sedimentasi lebih besar dari pada erosi
• Mempunyai bentuk – bentuk yang khas seperti pola berkelok –
kelok tajam
• Adanya danau punuk sapi dan tanggul alam.
• Penyempitan dan pelebaran tanah
• Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba.

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal


terpenting adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukan
adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit
maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta
pola aliran sungai.
 Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang
menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran,
dan pembelokan perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai
paralel atau rektangular.
 Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trelis
atau paralel, dan adanya bentuk-bentuk “dip-slope” yaitu suatu
kontur yang rapat di bagian depan dan merenggang makin ke
belakang.
 Jika setiap bentuk “dip-slope “ ini diinterpretasikan untuk seluruh
peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan
kemudian. Pola “dip-slope” seperti ini mempunyai beberapa istilah
yang mengacu pada kemiringan perlapisan.

4
 Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular,
dan kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
 Intrusi; umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan
rapat, sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial
atau anular.
 Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola
kontur yang jarang dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
 Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat
dan mempunyai kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan
yang dibatasi secara tiba-tiba oleh pola kontur jarang yang
mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.
 Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur
melingkar erupa bukti-bukti dalam penyebaran yang relatif luas,
terdapat beberapa pergeseran bentuk-bentuk topografi, kemungkinan
juga terdapat beberapa kelurusan, dengan pola aliran sungai
rektangular atau “contorded”.-daerah slump, umumnya dicirikan
oleh banyaknya pola “dip-slope” dengan penyebarannya yang tidak
menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan “acak-acakan”.
Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang menerus,
tetapi berkesan terpatah-patah.

Berdasarkan kenampakan – kenamapakan tersebut diatas dapat dilakukan


pendekatan untuk mengetahui :
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat
digunakan untuk membedakan :
a. Batuan keras ( litilogi resisten )
b. Batuan lunak ( litologi non resisten )
c. Batuan urai ( umumnya berupa endapan
vulkanik )
d. Batuan karbonat ( karst topografi )

5
Adapun cara – cara penafsirannya :
a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras atau resisten.
b. Kontur jarang atau renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda
dengan pola kontur disekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang
keras.
2. Struktur Geologi
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan , sesar, dan kekar,
yang dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau garis kontur
pada peta topografi.
a. Struktur lipatan
Dapat dikatahui dengan menafsirkan kedudukan perlapisan
batuannya.
• Kedudukan lapisan batuan /
kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan dengan
kenampakan kerapatan konturnya. Dimana lapisan miring
dicirikan oleh adanya gawir-gawir terjal ( ditunjukkan dengan
garis kontur yang rapat ) yang memotong lapisan dan arah
kemiringan batuan tersebut dengan kemiringan landai dari
topografinya ( diperlihatkan dengan punggungan yang landai )
hal ini pada peta topografi ditunjukkan dengan pola garis kontur
yang renggang.
• Kemiringan lapisan batuan tersebut
dapat mempunyai arah kemiringan satu arah ( berlawanaan ), tiga
arah, dan segala arah. Kemiringan satu arah disebut sayap
lipatan, dua arah lipatan disebut sinklin atau antiklin, tiga arah
disebut lipatan ( sinklin atau antiklin ) menujam serta kemiringan
lapisan segala arah disebut dome.
• Lapisan horizontal, dicirikan
dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang jarang,

6
tebing-tebing bisa terjal atau bervariasi atau berundak
( tergantung resistensi batuannya ) dengan pola kontur
menyesuaikan dan relatif sama.

b. Struktur sesar
Ditandai dengan :
• Pola kontur yang panjang ,
lurus, dan rapat
• Aliran sungai yang
membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang
dari pola arah umum.
• Jajaran triangular facet
• Jajaran mata air
• Perlengkungan dari
perlurusan punggungan serta adanya offset morfologi.
c. Struktur kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawiwr-gawsir, lembah-lembah,
bukit-bukit, dan celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan
tidak hanya satu arah. Atau dapat pula dilihat dari pola
perkembangannnya.

IV. LANGKAH KERJA


1. Mengamati secara cermat peta topografi yang tersedia
2. Membuat pola aliran pada masing-masing peta topografi yang tersedia
dengan berdasarkan sifat konturnya ( lembah dan punggungan )
3. Mengklasifikasikan termasuk jenis pola aliran yang mana
4. Menentukan jenis litologi yang ada dengan pendekatan peta topografi.
5. Mencari struktur yang bekerja, kemukakan bukti-bukti yang memperkuat
6. Melengkapi informasi yang ada pada masing-masing bentuk lahan , seperti
material pada umumnya berada pada bentuk lahan tersebut serta proses
geomorfologinya berdasarkan referensi yang terkait.

7
7. Membuat penampang melintang A – B yang mewakili variasi kenampakan
permukaan pada peta tersebut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Peta yang digunakan sebagai objek praktikum ini adalah Peta
Rupa Bumi Indonesia lembar Bantul dengan skala 1: 25.000 dan Peta
Geologi Yogyakarta dengan skala 1: 100.000. Adapun hasil akhir dari
praktikum ini adalah peta klasifikasi bentuk lahan pada sebagian
wilayah Bantul. Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah
pengamatan dan pembatasan daerah objek praktikum. Dalam hal ini
adalah wilayah Bantul, Yogyakarta. Langkah berikutnya adalah
melakukan analisis pola aliran sungai, berikut litologi, bentuk lahan
beserta struktur geologinya. Setelah dilakukan analisis kemudian
dilakukan pen-deliniasi-an masing-masing kenampakan morfologi dari
daerah terkait. Tingkat kerapatan garis kontur dapat diajdikan salah
satu pendekatan dalam analisis litologi. Dimana semakin rapat garis
kontur atau semakin morfologi suatu daerah maka litologi daerah
tersebut dapat dikatakan memiliki litologi yang semakin keras (litologi
resisten).
Dari hasil pengamatan pola aliran sungai di daerah Bantul,
terutama pada sungai induk, yaitu Kali Progo yang kemudian menyatu
dengan Kali Opak dan bermuara di Samudra Indonesia, didapati bahwa
sungai-sungai yang mengalir memiliki kelokan-kelokan yang
menyudut dan orde sungai tidak terlalu banyak. Hal ini
mengindikasikan bahwa di daerah tersebut memiliki banyak patahan.
Dari ciri yang demikian maka dapat pula disimpulkan bahwa pola
aliran sungai di daerah Bantul adalah pola aliran Rektangular.

8
Pendekatan pembatasan litologi adalah dengan pendekatan
garis kontur. Dimana daerah pengamatan praktikum adalah daerah
yang dilalui mandala pegunungan selatan sehingga memiliki kerapatan
kontur yang relative rapat. Dengan demikian litologi yang dominant di
daerah ini adalah litologi resisten/keras, diantaranya adalah wilayah
Timur Laut Kali Progo dan membujur ke arah tenggara berupa
perbukitan dan pegunungan. Tetapi tidak seluruh kawasan ini
litologinya resisten, ada pula sebagian wilayah lain yang non resisten,
diantaranya adalah daerah sekitar yang berdekatan dengan Kali Progo
dan Kali Opak. Di daerah ini didominasi oleh persawahan yang datar
atau berkontur renggang. Di samping itu terdapat pula kenampakan
bukit-bukit karst berbentuk kerucut yang sering disebut sebagai
conickel hill. Conickel hill adalah bagian dari litologi resisten, karena
kontur yang terbentuk berupa kontur melingkar dan rapat.
Berikutnya adalah analisis mengenai struktur geologi, dimana
struktur geologi yang banyak berkembang di wilayah ini adalah
struktur kekar. Hal ini dapat dimengerti karena secara geologis masih
terkait dengan zona patahan lempeng benua Eurasia dan lempeng
samudra Australia di selatan pulau jawa, yang efeknya masih tampak
hingga ke daratan pesisir selatan Jawa. Selain itu dari analisis pola
kontur, didapati bahwa kontur di daerah tersebut berbentuk
memanjang dan rapat. Didukung pula oleh pola aliran sungai yang
berkelok menyudut secara tiba-tiba. Hal ini sepenuhnya
mengindikasikan bahwa di bawah permukaan daerah tersebut terdapat
kekar-kekar yang berkembang. Kekar ini terutama berkembang
membelah Kali Progo membujur dari Utara-Selatan, dan Timur Laut
Kali progo ke arah Barat Daya berupa perbukitan yang membentang.
Setelah analisis litologi dan geologi, selanjutnya adalah analisis
bentuk lahan. Bentuk lahan daerah tersebut didominasi tiga bentukan
lahan utama, yaitu:
a) Bentuk Lahan Fluvial

9
Bentuk Lahan Fluvial adalah bentuk lahan asal bentukan banjir,
baik berupa erosi maupun sedimentasinya. Bentuk lahan seperti ini
umumnya terdapat di sekitar aliran sungai. Demikian pula yang
terjadi di daerah pengamatan praktikum. Penyusun utama bentuk
lahan fluvial adalah material Aluvium yang berupa tanah alluvial
dan sangat baik untuk lahan pertanian, terutama sawah. Bentuk
Lahan Fluvial banyak berkembang di sekitar Kali Progo dan Kali
Opak. Tak ayal di sekitar wilayah ini pun berkembang daerah
persawahan. Ciri dari bentuk lahan ini adalah kerapatan konturnya
yang renggang. Untuk membatasinya, menggunakan pendekatan
kontur, yaitu diambil batas terluar pada perubahan dari jajaran
kontur dengan kerapatan yang renggang menuju kontur yang rapat.
b) Bentuk Lahan Struktural
Bentuk Lahan Struktural adalah bentuk lahan akibat bentukan
geomorfologis. Proses yang terjadi meliputi pengangkatan,
penurunan dan perlipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur
geologi tertentu. Pengangkatan dan penurunan ini sangat erat
kaitanya dengan adanya sesar di daerah terkait. Di daerah
pengamatan, Bentuk Lahan Struktural beruwujud adanya kawasan
perbukitan atau pegunungan yang membujur dari arah Timur Laut
hingga ke Barat Daya. Dimana kenampakan ini dicirikan oleh pola
kontur yang rapat dan memiliki litologi resisten yang tidak baik
untuk pertanian.
c) Bentuk Lahan Karst Topografi
Dari ketiga bentuk lahan yang ada di daerah Bantul, Bentuk Lahan
Karst Topografi adalah yang paling luas sebaranya. Kawasan Karst
daerah ini merupakan satu kesatuan dengan Karst yang ada di
Gunungkidul. Bentuk Lahan Karst terjadi akibat proses pelarutan
atau solusional batuan kapur oleh tenaga air. Hasilnya berupa
connikel hill-connickel hill.

10
Dimana pelarutan oleh air ini masuk melalui celah-celah sesar atau
retakan. Seiring waktu, maka air yang masuk akan menggerus dan
melarutkan batuan kapur yang lapuk, hingga terbentuklah bukit-
bukit kapur berbentuk kerucut (conickel hill). Berikut klasifikasi
bentuk lahan yang tampak dari hasil pengamatan:
No Bentuk Pola Aliran Struktur Material Proses Keterangan
Lahan Geologi Penyusun Geomorfologi
1 Fluvial Rektangular Sesar Aluvium Erosi, Sekitar
sedimentasi Kali Progo
dan Kali
Opak
2 Struktura Rektangular Sesar Kapur Erosi Termasuk
l dalam
formasi
Nglanggran
3 Karst Dendritik Antiklin Kapur Solusional Termasuk
Topografi dalam
formasi
Wonosari

2. Pembahasan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, wilayah Bantul
merupakan wilayah dengan struktur sesar di bawahnya. hal ini
diketahui dengan melihat pola aliran sungai yang rectangular dan
dendritik, berbentuk aliran yang berkelok dengan tikungan yang tiba-
tiba dan tajam. Sungai pada peta dilambangkan dengan symbol garis
berwarna biru.
Melalui pendekatan kontur, didapat pula tiga pembagian
wilayah litologi. Dimana pendekatan kontur ini menggunakan kaidah
bahwa semakin rapat kontur yang terbentuk, maka semakin
keras/resisten pula batuanya. Ketiga pembagian litologi tersebut antara
lain; Batuan Karbonat, Batuan Keras, dan Batuan Lunak.

11
Sedangkan bentuk lahan, dengan pendekatan yang sama,
ditemukan tiga bentuk lahan yag berkembang di daerah tersebut.
Ketiga bentuk lahan tersebut antara lain; Bentuk Lahan Fluvial, Bentuk
Lahan Struktural, dan Bentuk Lahan Karst.
Dalam pelambangan kedalam peta, untuk masing-masing
fenomena hendaknya menggunakan perlambangan yang sesuai dengan
konvensi. Semua hasil tangkapan dari analisis sebelumnya, di dalam
peta dilambangkan sebagai berikut:
Peta Pola Aliran dan Litologi:
: Sungai

: Batuan Karbonat

: Batuan Keras

: Batuan Urai

: Batuan Lunak

Peta Struktur Geologi dan Bentuk Lahan:


: Sesar

: Antiklin

: Sungai

: Bentuk Lahan Karst Topografi

: Bentuk Lahan structural

: Bentuk Lahan Fluvial

12
Hasil Diskusi
Wilayah selatan pulau jawa tidak dapat dipungkiri lagi
merupakan kawasan yang merasakan dampak langsung dari adanya
zona subduksi di dua lempeng benua dan samudra di selatan pulau
jawa. Hal iini berakibat pada banyaknya sesar yang terbentuk di
sepanjang wilayah pesisir selatan, termasuk pula di dalamnya wilayah
Bantul. Wilayah ini memiliki sesar-sesar yang masih aktif dan
berpotensi besar untuk terus bergerak. Salah satu sungai yang melintasi
daerah ini yaitu Kali Oyo adalah salah satu sungai yang mengalami
pengangkatan atau uplift akibat pergeseran sesar ini. Indikasi adanya
sesar juga didukung oleh adanya bentang alam solusional berupa
konickel hill-konickel hill. Dimana konickel hill itu sendiri terbentuk
karena adanya retakan dalam struktur geologinya, dan retakan itu
teraliri air yang terus menggerus dan melarutkan batuan kapur hingga
terbentuk semacam bukit-bukit kecil berbentuk kerucut yang
menjulang.
Memasuki wilayah utara Bantul, akan ditemui pula
kenampakan antiklin yang merupakan perpanjangan dari mandala
pegunungan selatan. Tetapi pengangkatan yang terjadi tidak sekuat
pada daerah selatan, di daerh utara walaupun terjadi pengangkatan
tetapi hanya membentuk bukit-bukit kecil yang bergelombang.
Dari masing-masing bentuk lahan yang ada di kawasan
tersebut, perlu pula kiranya diketahui berapa besar perbandingan
perbedaan ukuran dan bentuknya walaupun tidak secara mendetail.
Untuk itu dibuat penampang/profil melintang yang dapat mewakili
kenampakan seluruh bentuk lahan yang ada. Hasil dari pemotongan
profil pada peta bentuk lahan tersebut dapat digambarkan pada
diagram penampang berikut:

13
VI. KESIMPULAN
Dari pembahasan dan berbagai pengamatan sebelumnya, dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Langkah-langkah pembuatan Peta Pola Alira
Sungai, Litologi, Struktur Geologi dan Bentuk Lahan adalah sebagai
berikut:
a) Mengamati Peta Topografi daerah yang
dimaksud.
b) Membuat pola aliran pada masing-masing
peta topografi daerah yang dimaksud dengan berdasarkan sifak
kontur (lembah dan punggungan).
c) Mengklasifikasikan jenis pola aliran yang
tergambar dalam peta topografi.
d) Menentukan jenis litologi yang ada dengan
pendekatan topografis.
e) Mencari struktur geologi yang bekerja
beserta bukti-bukti serta analisis yang memperkuat.
2. Daerah yang menjadi objek pemetaan adalah
sebagian wilayah Kabupaten Bantul.
3. Peta yang Digunakan adalah Peta Rupa Bumi
Indonesia Lembar Bantul skala 1 : 25.000 dan Peta Geologi lembar
Yogyakarta skala 1 : 100.000.
4. Pendekatan yang digunakan dalam pengukuran ini
adalah pendekatan garis kontur.
5. Pola aliran sungai pada kawasan ini adalah
Rektangular, sesuai dengan Struktur Geologi yang berkembang, yakni
Struktur Kekar.

14
6. Struktur Litologi pada kawasan ini adalah Batuan
Keras (resisten) dan Batuan Lunak (nonresisten). Batuan Keras berada
pada Bentuk Lahan Struktural, sedangkan Batuan Lunak pada Bentuk
Lahan Fluvial.
7. Struktur Geologi yang berkembang di daerah ini
adalah Struktur Sesar. Membentang dari Timur Laut – Barat Daya
melalui Kali Progo dan kawasan perbukitan di Timur Laut Kali Progo.
Struktur lain yang berkembang adalah Antiklin.
8. Di kawasan ini terdapat tiga macam bentuk lahan,
yakni, Fluvial, Struktural, dan Karst Topografi.
9. Bentuk Lahan Fluvial terdapat di sekitar aliran Kali
Progo dan Kali Opak. Bentuk Lahan Struktural berada pada deretan
perbukitan sebelah Timur Laut Kali Progo. Bentuk Lahan Karst
Topografi Berada pada Kawasan Gunungkidul.

VII. DAFTAR PUSTAKA


• Bakosurtanal.2001.Panduan Membaca Peta Rupa Bumi.
Bakosurtanal: Cibinong
• Wijayanti, Pipit.2009.Handout Pengenalan Struktur, Litologi dan
Proses Geomorfologi Berdasarkan Bentuklahan yang Ada.UNS:
Surakarta
• Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Bantul Skala 1 : 25.000
• Peta Geologi Lembar Yogyakarta Skala 1 : 100.000

15

Anda mungkin juga menyukai